Anda di halaman 1dari 7

KEGAGALAN PROYEK SISTEM

INFORMASI ERP PADA PERUSAHAAN


FOXMEYER

Insan Harish Mahdy Arief


Telkom University Telkom University
Information System - 1106110088 Information System – 1106110045
Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia

Martha Okrina Agung Insani Alam


Telkom University Telkom University
Information System – 1106110106 Information System – 1106110087
Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia

terlambat danakan memakan biaya yang


Abstrak – Proyek Sistem Informasi tidak sedikit.
adalah proyek yang berhubungan
perangkat lunak/Sistem informasi dalam
suatu sistem komputer.Tentunya dengan I. PENDAHULUAN
adanya proyek sistem informasi ini
sangat diperlukan adanya manajemen A. Latar Belakang
yang kuat yang melatar belakangi proyek Dalam pelaksanaan sebuah proyek
sistem informasi ini secara sistem informasi, baik itu dari skala kecil
mendetail.Hubungan relasi antar setiap sampai dengan besar, sangat sering
bagian dalam proyek sangat diperlukan terjadinya delay bahkan sampai dengan
untuk mencegah terjadinya kegagalan pembatalan. Menurut hasil survey Hasil
dalam proyek sistem informasi. survey Standish Group tahun 1995 (Chaos
Kegagalan dalam sistem informasi sendiri Report), Hanya sekitar 16% proyek yang
terdiri dari banyak faktor yang meliputi dapat diselesaikan secara on-time dan on-
scope (pandangan), time (waktu), cost budget, itupun hanya sekitar 40% saja yang
(biaya) dan quality on-spec pada proyek skala enterprise,
(kualitas).Keberhasilan sebuah proyek sedangkan pada proyek di perusahaan yang
pasti membutuhkan tenaga dan pikiran lebih kecil bisa mencapai angka 74% on-
yang tidak sedikit.Seorang manajer spec (sesuai fungsi dan fitur yang
proyek dituntut untuk memastikan direncanakan di awal) Sekitar 53% proyek
sebuah proyek telah berjalan sesuai mengalami cost-overrun dan sisanya 31%
rencana dan tidak melebar ke arah yang bahkan mengalami cancellation. Investasi TI
salah. Tetapi sampai saat ini ternyata senilai US$ 600 Billion pada tahun 2001
masih banyak proyek gagal atau “terbuang” (Gartner, 2002) CIO Fortune
1000 menyatakan bahwa 40% investasi TI dilakukan dari tahun 1994 sampai dengan
mereka tidak menghasilkan value (IBM, tahun 1995.
2004) Pada 2005, hanya 35% dari Berdasarkan Christoper Cole, Chief
keseluruhan proyek TI yang dapat dinilai Operating Officer (COO) pada Pinnacle,
sukses mencapai tujuannya, sedangkan bencana pada proyek FoxMeyer, “Bukan
sisanya yaitu 65% itu gagal parsial dan total kesalahan otomasi ,Itu juga bukan kesalahan
(Standish Group, 2006). Salah satu contoh dari software komersial (SAP R/3), tetapi itu
proyek teknologiInformasi yang gagal adalah kesalahan manajemen” (Jesitus
adalah kasus di perusahaan FoxMeyer yang 1997). Mungkin manajemen mempunyai
mengakibatkan perusahaan tersebut ekspetasi yang berlebihan terhadap
bangkrut pada tahun 1996. teknologi sebagai “Peluru Ajaib”?(Markus
dan Benjamin 1996a, 1997b).Pada
B. Tujuan kenyataanya yang terjadi adalah sebaliknya.
FoxMeyer menuju kebangkrutannnya pada
 Mengetahui penyebab gagalnya tahun 1996 dan menuntut SAP, sebagai ERP
proyek teknologi informasi pada vendor juga Andersen Consulting sebagai
kasus perusahaan FoxMeyer. integrator SAP dengan 500 juta USD masing
 Sebagai pembelajaran berupa studi – masing (Caldwell 1998, Stein 1998).
kasus pada manajemen proyek
sistem informasi.
B. Analisis Proyek Penerapan ERP Pada
C. Ruang Lingkup Materi Perusahaan Obat FoxMeyer
 Studi kasus ini hanya membahas sisi 1) Resiko Proyek
manajemen proyek sistem informasi,
mengapa proyek penerapan ERP di Proyek Delta III pada perusahaan
perusahaan obat FoxMeyer gagal. obat FoxMeyer sangat beresiko dengan
beberapa alasan. Menggunakan
framework yang dikembangkan untuk
II. ISI mengindentifikasi resiko proyek (Keil,
Cule, Lyytinen dan Schmidt 1998), hasil
A. Kasus Proyek Penerapan ERP Pada
dari riset ini mengklompokan resiko
Perusahaan Obat FoxMeyer proyek pada FoxMeyer menjadi 4 bagian
Perusahaan Obat FoxMeyer adalah yaitu mandat pelanggan, cakupan dan
perusahaan keempat terbesar di dunia permintaan, eksekusi, dan lingkungan.
sebagai distributor obat-obatan sebelum
kejatuhannya.Dengan tujuan untuk a) Mandat Pelanggan
menggunakan teknologi sebagai alat Mandat pelanggan bergantung
peningkatan efisensi, proyekk DELTA III pada komitmen baik antara
dimulai pada tahun 1993.FoxMeyer manajemen puncak dan pengguna.
melakukan riset pasar, evaluasi produk, dan Pada kasus FoxMeyer, walaupun
membeli SAP R/3 pada desember di tahun komitmen manajemen senior tinggi,
tersebut.FoxMeyer juga membeli otomasi laporan menunjukan adanya
pergudangan dari vendor Pinnacle dan pengguna yang tidak sekomitmen
memilih Andersen Consulting untuk dengan manajemen. Pada faktanya
mengintegrasi dan menerapkan dua sistem terdapat masalah moral diantara
tersebut.Implementasi dari proyek Delta III pegawai di gudang ini tidak
mengejutkan karena semenjak mempunyai keterampilan didalam
proyek otomasi gudang oleh perusahaan dan mengandalkan
Pinnacle diintegrasikan dengan SAP Andersen Consulting untuk
R/3 mengancam pekerjaan mengimplementasi R/3 dan
mereka.Dengan penutupan tiga mengintegrasikannya dengan sistem
gudang, transisi otomasi gudang otomasi gudang oleh Pinnacle.
yang pertama kali menjadi Walaupun proyej ini menggunakan
bencana.Pekerja yang tidak puas lebih dari 50 orang konsultan tetapi
merusak persediaan, dan pesanan banyak dari mereka yang tidak
kepada vendor tidak diisi, sehingga berpengalaman. (Computergram
kesalahan terjadi ditambah lagi International 1998).
sistem baru ini berusaha keras
dengan volume transaksi yang d) Lingkungan
tinggi.Persediaan seharga kurang
Dari lingkungan proyek
lebih 34 juta dollar hilang (Jesitus
diketahui bahwa manajemen hanya
1997).
mempunyai sedikit kontrol atau
bahkan tidak ada kontrol (Keil, Cule,
b) Cakupan dan Permintaan
Lyytinen dan Schmidt
FoxMeyer termasuk perusahaan 1998).Walaupun FoxMeyer harus
yang pertama kali mengadopsi SAP menyadari bahwa proyeknya dalam
R/3 ketika diluncurkan.Setelah masalah tetapi karena
proyek dimulai FoxMeyer kebergantungan pada konsultan dan
menandatangani kontrak yang besar vendor mencegah FoxMeyer
untuk menjadi suplier pada melihatnya bagaimana seharusnya
Universitas HealthSystem manajemen mempunyai kontrol.
Consortium (UHC).Kejadian ini Dikarenakan FoxMeyer berkompetisi
diperparah dengan keperluan yang dengan harga, FoxMeyer
belum pernah terjadi sebelumnya memerlukan volume transaksu yang
pada volume transaksi dari R/3. tinggi dan menguntungkan, tetapi
Walaupun pada awal kontrak dengan kontrak kepada UHC “fokus
percobaan melihat adanya indikasi proyek secara drastis berubah”
bahwa R/3 pada server HP9000 kontribusi untuk menaikan biaya
dapat menangani volume transaksi, proyek (bahkan sampai lebih dari
pada tahun 1994 R/3 hanya dapat 100 juta dollar), sudah membuat
memproses 10.000 pesanan FoxMeyer menurunkan margin dan
pelanggan per hari dibandingkan menghapuskan keuntungannya.
dengan sistem mainframe
sebelumnya milik FoxMeyer yang 2) Eskalasi Proyek
dapat menangani 420.000 pesanan.
Sistem mainframe FoxMeyer
menjadi tidak memadai dalam
c) Eksekusi
pertumbuhan volume bisnis, ditambah
Eksekusi dari proyek menjadi lagi sistem Unisys yang dikeluarkan oleh
masalah karena kekurangan tenaga vendor sebelumnya perlu diganti. Proyek
yang terampil dan Delta digambarkan sebagai solusi
berpengetahuan.FoxMeyer tidak client/server R/3 terintegrasi dengan
otomasi gudan untuk mengakomodasi Keputusan yang dilakukan oleh Fox
pertumbugan perusahaan dimasa depan. Meyer Drug untuk mengimplementasikan
Faktor model yang mempromosikan SAP R/3 perlu dikaji ulang agar segala
eskalasi proyek menyarankan bahwa sesuatunya dapat berjalan dengan lancar dan
faktor proyek, faktor pisikologi, faktor sesuai dengan kebutuhan
sosial dan faktor organisasi turut bisnisnya.Perusahaan perlu untuk
berkontribusu dalam proyek walaupun melibatkan end user secara lebih
adanya informasi negatif.Masalah mendalam karena perusahaan tidak boleh
implementasi muncul hampir dari awal. melupakan B2E atau business to
Walaupun peringatan dari Woltz employment. People perlu dikelola untuk
Consulting pada tahap awal proyek, dapat mengerti IS. Perencanaan yang baik
bahwa penjadwalan implementasi akan menghindari perusahaan dari sebuah
seluruhnya harus diselesaikan dalam kegagalan implementasi sistem informasi.
waktu 18 bulan sangatlah tidak mungkin,
untuk proyek Delta FoxMeyer (Jesitus b. Saran
1997).
Evaluasi vendor sangat dibutuhkan
mulai dari review vendor, proses demo,
3) Faktor Proyek
adanya referensi (testimony dari perusahaan
Eskalasi dapat terjadi ketika lain), dan ada tim yang berfungsi untuk
didapatnya bukti kelanjutan investasi mengevaluasi kemampuan teknis atau
dapat menghasilkan nilai yang lebih fungsi-fungsinya (perlu dicoba dulu).
besar.FoxMeyer menduga bahwa proyek Selain itu, pertimbangkan adanya beberapa
Delta dapat menghemat 40 juta dollar penyesuaian dan pahami akan membutuhkan
pertahun.Andersen Consulting dan SAP biaya berapa seberapa besar, sehingga hal
juga termotivasi untuk melanjutkan ini sudah jelas di awal. Baru kemudian
proyek.Berdasrakan FoxMeyer, mengambil keputusan yang tepat. Vendor
Andersen menggunakan trainees yang dipilih adalah yang memiliki track
(pegawai baru) dan menggunakan record yang baik dan expert di bidangnya.
proyek Delta sebagai “tempat latihan” RFP yang dibuat oleh perusahaan kepada
untuk “konsultan yang belum vendor merupakan formal document
berpengalaman” (Caldwell 1998, untuk mengarahkan vendor apa yang
Computergram International 1998). dibutuhkan secara detail.
FoxMeyer juga mengklaim bahwa SAP Yang paling penting adalah bagaimana
memperlakukan proyek Delta III implementasi ERP diterima oleh user dan
“sebagai penelitian perusahaan dan user merasa nyaman atas hal baru ini,
kelinci percobaan pengembangan produk sehingga dibutuhkan training secukupnya
” (Financial Times 1998). Lebih jauh kepada mereka. Alangkah lebih jika user
lagi Selain itu, kemunduran proyek diikutsertakan dalam proses uji coba
muncul untuk beberapasaat.Misalnya, dengan vendor sehingga mereka juga bisa
terdapat beberapa bukti dari pengukuran melakukan assessment. Peranan SDM disini
bahwa sistem ini tidak dapat mengatasi menjadi salah satu faktor kritis, karena
permintaan transaksi FoxMeyer. berbicara tentang ERP adalah tentang
sebuah sistem yang terintegrasi sehingga
jika terjadi kesalahan di berbagai titik akan
4) KESIMPULAN DAN SARAN berdampak signifikan bagi proses bisnis
a. Kesimpulan perusahaan. Sehingga, fasilitas TI ini
tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu
semata, tapi juga bisa sebagai business
enabler.

DAFTAR PUSTAKA

[1] L TORUAN, DEWI MARGARETH


2013 “KESUKSESAN DAN
KEGAGALAN IMPLEMENTASI
ENTERPRISE RESOURCE
PLANNING (ERP) DAN CONTOH
STUDI KASUS PT SEMEN GRESIK
& FOX MEYER”
[2] Judy E.Scott, The University of
Texas at Austin “The FoxMeyer
Drugs’ Bankruptcy: Was it a Failure
of ERP?”
Nama : Intania Palasky

Nim : 01031381720085

Judul : KEGAGALAN PROYEK SISTEM INFORMASI ERP PADA PERUSAHAAN


FOXMEYER

Dari jurnal diatas peneliti sekaligus penyusun jurnal tersebut menganalisis mengenai
kegagalan proyek sistem informasi ERP pada perusahaan FoxMeyer. Berdasarkan analisis
tersebut terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kegagalan proyek sistem informasi ERP, yaitu
yang pertama adalah Resiko Proyek yang terbagi atas empat bagian yaitu (a) mandat pelanggan
yang menunjukkan adanya pengguna yang tidak sekomitmen dengan manajemen. Terdapat
masalah moral diantara pegawai sehingga pegawai yang tidak puas merusak persediaan, dan
pesanan kepada vendor tidak diisi, sehingga kesalahan terjadi ditambah lagi sistem baru ini
berusaha keras dengan volume transaksi yang tinggi. (b) cakupan dan permintaan yang melonjak,
R/3 server HP9000 hanya dapat memproses 10.000 pesanan pelanggan per hari dibandingkan
dengan sistem sebelumnya milik FoxMeyer yang dapat menangani 420.000 pesanan. (c)
eksekusi dari proyek menjadi masalah karena kekurangan tenaga yang terampil dan
berpengetahuan. Walaupun proyek ini menggunakan lebih dari 50 orang konsultan tetapi banyak
dari mereka yang tidak berpengalaman. (d) lingkungan, dari lingkungan proyek diketahui bahwa
manajemen hanya mempunyai sedikit kontrol atau bahkan tidak ada kontrol. Lalu faktor yang
kedua adalah Eskalasi Proyek, sistem main frame FoxMeyer menjadi tidak memadai dalam
pertumbuhan volume bisnis. Masalah impelementasi sudah muncul dari awal. Yang terakhir
adalah Faktor Proyek, kemunduran proyek muncul untuk beberapa saat. Misalnnya, terdapat
beberapa bukti dari pengukuran bahwa sistem ini tidak dapat mengatasi permintaan transaksi
FoxMeyer. Maka dari itu perusahaan perlu mengkaji ulang agar keputusan untuk
mengimplementasikan SAP R/3 dapat berjalan lancar sesuai dengan kebutuhan bisnisnya.
Pernanan SDM juga menjadi salah satu faktor kritis, karena berbicara tentang ERP adalah
tentang sebuah sistem yang terintegrasi sehingga jika terjadi kesalahan di berbagai titik akan
berdampak signifikan bagi proses bisnis perusahaan. Sehingga fasilitas teknlogi informasi ini
tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu semata, tapi juga bisa sebagai business enabler dan
tentunya dapat menambah manfaat dari teknologi infomasi tersebut sehingga menjadi maksimal.

Anda mungkin juga menyukai