Anda di halaman 1dari 7

BAB 13 – PENAGIHAN PAJAK

1. PENAGIHAN PAJAK
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang-barang yang telah disita. Penagihan pajak dapat dikelompokkan
menjadi 2(dua), yaitu penagihan pasif dan penagihan aktif.
a. Penagihan Pajak Pasif
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak
(STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan dan Surat Keputusan banding yang menyebabkan pajak
terutang menjadi lebih besar.
b. Penagihan Pajak Aktif\
Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana
dalam upaya penagihan ini fiskus berperan akif dalam arti tidak hanya mengirim
surat tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita,
dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.

2. TAHAPAN PENAGIHAN PAJAK


Tahapan penagihan pajak antara lain sebagai berikut.
a. Surat Teguran
b. Surat Paksa
c. Surat Sita
d. Lelang

3. PEJABAT DAN JURU SITA PAJAK


a. Pejabat
Menteri Keuangan mempunyai wewenang menunjuk pejabat untuk penagihan
pajak pusat. Pejabat yang melakukan penagihan pajak berwenang melakukan hal-
hal sebagai berikut:
 Mengangkat dan memberhentikan juru sita pajak.
 Menerbitkan:
a. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
b. Surat Perintah Penagihan Seketikan dan Sekaligus
c. Surat Paksa
d. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
e. Surat Perintah Penyanderaan
f. Surat Pencabutan Sita
g. Pengumuman lelang
h. Surat Penentuan Harga Limit
i. Pembatalan lelang
j. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak.
b. Juru Sita Pajak
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk diangkat menjadi juru sita pajak adalah
sebagai berikut:
 Berijazah serendah-rendahnya SMU atau yang setingkat dengan itu.
 Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a.
 Berbadan sehat
 Lulus pendidikan dan pelatihan juru sita pajak.
 Jujur, bertanggungjawab dan penuh pengabdian.
Tugas juru sita pajak, antara lain sebagai berikut:
 Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus
 Memberitahukan surat paksa
 Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan surat
perintah melaksanakan penyitaan
 Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan

4. DASAR PENAGIHAN PAJAK


a. Pajak Pusat
Pajak Pusat antara lain sebagai berikut:
 Pajak Penghasilan (PPh)
 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN
dan PPnBM)
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
 Bea Masuk
 Cukai
b. Pajak Daerah
Pajak Daerah Provinsi
Pajak Daerah Provinsi antara lain sebagai berikut:
 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
 Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
Pajak Daerah Kabupaten/Kota
Pajak Daerah Kabupaten/Kota antara lain sebagai berikut:
 Pajak Hotel
 Pajak Restoran
 Pajak Hiburan
 Pajak Reklame
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
 Pajak Parkir

5. PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS


Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurang-kurangnya memuat:
 Nama Wajib Pajak
 Besarnya utang pajak
 Perintah untuk membayar
 Saat pelunasan pajak
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan oleh pejabat:
 Sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran
 Tanpa didahului surat teguran
 Sebelum jangka waktu 21 hari sejak surat teguran diterbitkan
 Sebelum penerbitan surat paksa

6. SURAT PAKSA
Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat:
 Nama wajib pajak
 Dasar penagihan
 Besarnya utang pajak
 Perintah untuk membayar
Surat Paksa diterbitkan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
 Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak
 Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan
Sekaligus
 Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

7. PENYITAAN
Penyitaan dilakukan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan jika
penanggung pajak tidak melunasi utang pajak setelah lewat 2x24jam setelah surat
pajak diberitahukan. Dalam melaksanakan penyitaan, juru sita pajak harus:
 Memperlihatkan kartu tanda pengenal juru sita pajak
 Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
 Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan
Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh juru
sita pajak, dan dapat dipercaya.
a. Objek Sita
 Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya,
piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain.
 Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi
kotor tertentu.
Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup
oleh juru sita pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.

b. Pengecualian Objek Sita


Barang bergerak milik penanggung pajak yang dikecualikan dari penyitaan adalah
sebagai berikut:
 Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh
penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungnya.
 Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta
peralatan memasak yang berada dirumah.
 Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari
negara
 Buku-buku yang berkaitan dengan jabatan dan alat-alat yang dipergunakan
untuk pendidikan dan keilmuan.
 Peralatan jalan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya
tidak lebih dari Rp.20.000.000
 Perlatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya.

c. Penyitaan Tambahan
Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila:
 Nilai barang yang disita sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang
pajak.
 Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak.

d. Pencabutan Sita
Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan keputusan pengadilan atau
keputusan pengadilan pajak atau ditetapkan lain dengan keputusan menteri atauu
Keputusan Kepala Daerah.

8. LELANG
Apabila utang pajak at biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan
penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang erhadap barang
yang disita melalui Kantor Lelang, Pengecualian penjualan lelang dilakukan terdapat
objek pajak sita berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan barang sitaan mudah rusak atau
cepat busuk.
a. Prosedur Lelang
Prosedur lelang antara lain sebagai berikut:
 Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling
sikat 2minggu setelah pengumuman lelang melalui media massa.
 Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1kali dan untuk
barang tidak bergerak dilakukan 2kali
 Pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai paling banyak
Rp.20.000.000 tidak harus diumumkan dimedia massa.
 Pejabat bertindak sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan
permintaan lelang kepada Kantor Lelang sebelum lelang dilaksanakan.
 Pejabat atau yang mewakilnya menghadiri pelaksanaan lelang
 Pejabat dan juru sita pajak tidak diperbolehkan membeli barang sitaan
yang dilelang. Hal ini juga berlaku terhadap istri, keluarga sedarah.
 Pejabat dan juru sita pajak yang melanggar akan dikenakan sanksi.

b. Pelaksanaan Lelang
 Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang diajukan oleh
wajib pajak belum memperoleh keputusan keberatan.
 Lelang tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh penanggung pajak
 Lelang tidak dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak.

9. PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN


a. Pencegahan
Hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan adalah sebagai berikut:
 Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang
mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya sebesar
Rp.100.000.000 dan diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang
pajak.
 Pencegahan dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan
oleh menteri atas permintaan pejabat atau atasan pejabat yang
bersangkutan.
 Keputusan pencegahan disampaikan kepada penanggung pajak yang
dikenakan pencegahan.
 Pencegahan dapat dilaksanakan terhadap beberapa orang sebagai
penanggung pajak wajib pajak badan atau ahlli waris.
 Pencegahan terhadap penanggung pajak tidak mengakibatkan hapusnya
utang pajak dan terhentinya pelaksaan penagihan pajak.

b. Penyanderaan
Hal-hal yang berkaitan dengan penyanderaan adalah sebagai berikut:
 Penyanderaan hanya dilakukan terhadap penanggung pajak yang tidak
melunasi utang pajak setelah lewat jangka waktu 2minggu terhitung sejak
tanggal surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak.
 Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yan
gmempnyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp.100.000.000 dan
diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
 Penyanderaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan surat perintah
penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat setelah mendapat izin tertulis
dari menteri atau gubernur kepala daerah provinsi.
 Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh pejabat atau atasan pejabat
kepada menteri keuangan untuk penagihan pajak pusat.
 Masa penyanderaan paling lama 6bulan dan dapat diperpanjang untuk
selama-lamanya 6bulan.
 Dalam melakukan penyanderaan juru sita pajak dapat meminta bantuan
kepolisian atau kejaksaan.
 Juru sita pajak membuat berita acara penyanderaan pada saat penanggung
pajak ditempatkan di tempat penyanderaan.

10. GUGATAN
Hal-hal yang berkaitan dengan gugatan adalah sebagai berikut:
 Gugatan penanggung pajak terhadap pelaksanaan surat paksa, surat
perintah melaksanakan penitaan, atau pengumuman lelang hanya dapat
diajukan kepada pengadilan pajak.
 Dalam hal gugatan penanggung pajak dikabulkan, penanggung pajak dapat
memohon pemulihhan nama baik dan ganti rugi kepada pejabat.
 Besarnya ganti rugi paling banyak Rp.5.000.000
 Perubahan besarnya ganti rugi ditetapkan dengan keputusan mentri atau
keputusan kepala daerah.
 Gugatan penanggung pajak diajukan dalam jangka waktu 2miggu sejak
surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan atau pengumuman
lelang dilaksanakan.

11. SANGGAHAN
Hal-hal yang berkaitan dengan sanggahan adalah sebagai berikut:
 Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita hanya
dapat diajukan kepada pengadilan negri.
 Pengadilan negri yang menerima surat sanggahan memberitahukan secara
tertulis kepada pejabat.
 Pejabat menangguhkan pelaksanaan surat penagihan pajak hanya terhadap
barang yang disanggah kepemilikannya sejak menerima pemberitahuan.
 Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita tidak
dapat diajukan setelah lelang dilaksanakan.
12. PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN
Hal-hal yang berkaitan dengan pembetulan dan penggantian adalah sebagai berikut:
 Penanggung pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau
penggantian kepada pejabat apabila dalam penerbitannya terdapat
kesalahan atau kekeliruan.
 Pejabat dalam jangka waktu paling lama 7hari sejak tanggal diterima
permohonan harus memberi keputusa atas permohonan yang diajukan.
 Apabila dalam jangka waktu tersebut pejabat tidak memberikan
keputusan, makan permohonan penanggung pajak dianggap dikabulkan.
 Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan setelah kesalahan atau
kekeliruan dibetulkan oleh pejabat.
 Dalam hal permohonan ditolak, tindakan pelaksanaan penagihan pajak
dilanjutkan sesuai jangka waktu semula.

13. DALUWARSA TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK


Penagihan pajak dapat dilakukan setelah melampaui waktu 10tahun dengan syarat-
syarat sebagai berikut:
 Diterbitkan surat teguran dan surat paksa, kadaluwarsa dihitung sejak
tanggal penyampaian surat paksa tersebut.
 Adanya pengakan utang dari wajib pajak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hal ini dikarenakan sebagai berikut:
a. Adanya permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang
pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Untuk ini daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak ttanggal surat permohonan angsuran
atau penundaan pembayaran utang pajak diterima.
b. Adanya permohonan keberatan. Untuk ini daluwarsa penagihan pajak
dihitung sejak tanggal surat permohonan keberatan diterima.
Wajib Pajak melaksanakan pembayaran sebagian utang pajaknya. Untuk ini
daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal pembayaran sebagian utang pajak
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai