1. PENAGIHAN PAJAK
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang-barang yang telah disita. Penagihan pajak dapat dikelompokkan
menjadi 2(dua), yaitu penagihan pasif dan penagihan aktif.
a. Penagihan Pajak Pasif
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak
(STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan dan Surat Keputusan banding yang menyebabkan pajak
terutang menjadi lebih besar.
b. Penagihan Pajak Aktif\
Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana
dalam upaya penagihan ini fiskus berperan akif dalam arti tidak hanya mengirim
surat tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita,
dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
6. SURAT PAKSA
Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat:
Nama wajib pajak
Dasar penagihan
Besarnya utang pajak
Perintah untuk membayar
Surat Paksa diterbitkan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak
Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan
Sekaligus
Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
7. PENYITAAN
Penyitaan dilakukan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan jika
penanggung pajak tidak melunasi utang pajak setelah lewat 2x24jam setelah surat
pajak diberitahukan. Dalam melaksanakan penyitaan, juru sita pajak harus:
Memperlihatkan kartu tanda pengenal juru sita pajak
Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan
Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh juru
sita pajak, dan dapat dipercaya.
a. Objek Sita
Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya,
piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain.
Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi
kotor tertentu.
Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup
oleh juru sita pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.
c. Penyitaan Tambahan
Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila:
Nilai barang yang disita sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang
pajak.
Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak.
d. Pencabutan Sita
Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan keputusan pengadilan atau
keputusan pengadilan pajak atau ditetapkan lain dengan keputusan menteri atauu
Keputusan Kepala Daerah.
8. LELANG
Apabila utang pajak at biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan
penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang erhadap barang
yang disita melalui Kantor Lelang, Pengecualian penjualan lelang dilakukan terdapat
objek pajak sita berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan barang sitaan mudah rusak atau
cepat busuk.
a. Prosedur Lelang
Prosedur lelang antara lain sebagai berikut:
Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling
sikat 2minggu setelah pengumuman lelang melalui media massa.
Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1kali dan untuk
barang tidak bergerak dilakukan 2kali
Pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai paling banyak
Rp.20.000.000 tidak harus diumumkan dimedia massa.
Pejabat bertindak sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan
permintaan lelang kepada Kantor Lelang sebelum lelang dilaksanakan.
Pejabat atau yang mewakilnya menghadiri pelaksanaan lelang
Pejabat dan juru sita pajak tidak diperbolehkan membeli barang sitaan
yang dilelang. Hal ini juga berlaku terhadap istri, keluarga sedarah.
Pejabat dan juru sita pajak yang melanggar akan dikenakan sanksi.
b. Pelaksanaan Lelang
Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang diajukan oleh
wajib pajak belum memperoleh keputusan keberatan.
Lelang tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh penanggung pajak
Lelang tidak dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak.
b. Penyanderaan
Hal-hal yang berkaitan dengan penyanderaan adalah sebagai berikut:
Penyanderaan hanya dilakukan terhadap penanggung pajak yang tidak
melunasi utang pajak setelah lewat jangka waktu 2minggu terhitung sejak
tanggal surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak.
Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yan
gmempnyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp.100.000.000 dan
diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
Penyanderaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan surat perintah
penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat setelah mendapat izin tertulis
dari menteri atau gubernur kepala daerah provinsi.
Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh pejabat atau atasan pejabat
kepada menteri keuangan untuk penagihan pajak pusat.
Masa penyanderaan paling lama 6bulan dan dapat diperpanjang untuk
selama-lamanya 6bulan.
Dalam melakukan penyanderaan juru sita pajak dapat meminta bantuan
kepolisian atau kejaksaan.
Juru sita pajak membuat berita acara penyanderaan pada saat penanggung
pajak ditempatkan di tempat penyanderaan.
10. GUGATAN
Hal-hal yang berkaitan dengan gugatan adalah sebagai berikut:
Gugatan penanggung pajak terhadap pelaksanaan surat paksa, surat
perintah melaksanakan penitaan, atau pengumuman lelang hanya dapat
diajukan kepada pengadilan pajak.
Dalam hal gugatan penanggung pajak dikabulkan, penanggung pajak dapat
memohon pemulihhan nama baik dan ganti rugi kepada pejabat.
Besarnya ganti rugi paling banyak Rp.5.000.000
Perubahan besarnya ganti rugi ditetapkan dengan keputusan mentri atau
keputusan kepala daerah.
Gugatan penanggung pajak diajukan dalam jangka waktu 2miggu sejak
surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan atau pengumuman
lelang dilaksanakan.
11. SANGGAHAN
Hal-hal yang berkaitan dengan sanggahan adalah sebagai berikut:
Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita hanya
dapat diajukan kepada pengadilan negri.
Pengadilan negri yang menerima surat sanggahan memberitahukan secara
tertulis kepada pejabat.
Pejabat menangguhkan pelaksanaan surat penagihan pajak hanya terhadap
barang yang disanggah kepemilikannya sejak menerima pemberitahuan.
Sanggahan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita tidak
dapat diajukan setelah lelang dilaksanakan.
12. PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN
Hal-hal yang berkaitan dengan pembetulan dan penggantian adalah sebagai berikut:
Penanggung pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau
penggantian kepada pejabat apabila dalam penerbitannya terdapat
kesalahan atau kekeliruan.
Pejabat dalam jangka waktu paling lama 7hari sejak tanggal diterima
permohonan harus memberi keputusa atas permohonan yang diajukan.
Apabila dalam jangka waktu tersebut pejabat tidak memberikan
keputusan, makan permohonan penanggung pajak dianggap dikabulkan.
Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan setelah kesalahan atau
kekeliruan dibetulkan oleh pejabat.
Dalam hal permohonan ditolak, tindakan pelaksanaan penagihan pajak
dilanjutkan sesuai jangka waktu semula.