Anda di halaman 1dari 4

KEGAGALAN PROYEK SISTEM

INFORMASI ERP PADA PERUSAHAAN


FOXME

adalah kasus di perusahaan FoxMeyer yang


Abstrak – Proyek Sistem Informasi adalah proyek mengakibatkan perusahaan tersebut bangkrut pada
yang berhubungan perangkat lunak/Sistem informasi tahun 1996.
dalam suatu sistem komputer. Tentunya dengan adanya
proyek sistem informasi ini sangat diperlukan adanya B. Tujuan
manajemen yang kuat yang melatar belakangi proyek
sistem informasi ini secara mendetail. Hubungan relasi  Mengetahui penyebab gagalnya proyek
antar setiap bagian dalam proyek sangat diperlukan teknologi informasi pada kasus perusahaan
untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam proyek FoxMeyer.
sistem informasi. Kegagalan dalam sistem informasi
 Sebagai pembelajaran berupa studi kasus
sendiri terdiri dari banyak faktor yang meliputi scope
(pandangan), time (waktu), cost (biaya) dan quality pada manajemen proyek sistem informasi.
(kualitas). Keberhasilan sebuah proyek pasti
membutuhkan tenaga dan pikiran yang tidak sedikit. C. Ruang Lingkup Materi
Seorang manajer proyek dituntut untuk memastikan
sebuah proyek telah berjalan sesuai rencana dan tidak  Studi kasus ini hanya membahas sisi
melebar ke arah yang salah. Tetapi sampai saat ini manajemen proyek sistem informasi,
ternyata masih banyak proyek gagal atau terlambat mengapa proyek penerapan ERP di
dan akan memakan biaya yang tidak sedikit. perusahaan obat FoxMeyer gagal.

I. PENDAHULUAN II. ISI


A. Kasus Proyek Penerapan ERP Pada Perusahaan
A. Latar Belakang
Obat FoxMeyer
Dalam pelaksanaan sebuah proyek sistem
informasi, baik itu dari skala kecil sampai dengan Perusahaan Obat FoxMeyer adalah perusahaan
besar, sangat sering terjadinya delay bahkan sampai keempat terbesar di dunia sebagai distributor obat-
dengan pembatalan. Menurut hasil survey Hasil obatan sebelum kejatuhannya. Dengan tujuan untuk
survey Standish Group tahun 1995 (Chaos Report), menggunakan teknologi sebagai alat peningkatan
Hanya sekitar 16% proyek yang dapat diselesaikan efisensi, proyekk DELTA III dimulai pada tahun
secara on-time dan on-budget, itupun hanya sekitar 1993. FoxMeyer melakukan riset pasar, evaluasi
40% saja yang on-spec pada proyek skala enterprise, produk, dan membeli SAP R/3 pada desember di
sedangkan pada proyek di perusahaan yang lebih tahun tersebut. FoxMeyer juga membeli otomasi
kecil bisa mencapai angka 74% on-spec (sesuai pergudangan dari vendor Pinnacle dan memilih
fungsi dan fitur yang direncanakan di awal) Sekitar Andersen Consulting untuk mengintegrasi dan
53% proyek mengalami cost-overrun dan sisanya menerapkan dua sistem tersebut. Implementasi dari
31% bahkan mengalami cancellation. Investasi TI proyek Delta III dilakukan dari tahun 1994 sampai
senilai US$ 600 Billion pada tahun 2001 “terbuang” dengan tahun 1995.
(Gartner, 2002) CIO Fortune 1000 menyatakan Berdasarkan Christoper Cole, Chief Operating
bahwa 40% investasi TI mereka tidak menghasilkan Officer (COO) pada Pinnacle, bencana pada proyek
value (IBM, 2004) Pada 2005, hanya 35% dari FoxMeyer, “Bukan kesalahan otomasi ,Itu juga
keseluruhan proyek TI yang dapat dinilai sukses bukan kesalahan dari software komersial (SAP R/3),
mencapai tujuannya, sedangkan sisanya yaitu 65% itu tetapi itu adalah kesalahan manajemen” (Jesitus
gagal parsial dan total (Standish Group, 2006). Salah 1997). Mungkin manajemen mempunyai ekspetasi
satu contoh proyek teknologi Informasi yang gagal yang berlebihan terhadap teknologi sebagai “Peluru
Ajaib”? (Markus dan Benjamin 1996a, 1997b). Pada Walaupun pada awal kontrak percobaan
kenyataanya yang terjadi adalah sebaliknya. melihat adanya indikasi bahwa R/3 pada
FoxMeyer menuju kebangkrutannnya pada tahun server HP9000 dapat menangani volume
1996 dan menuntut SAP, sebagai ERP vendor juga transaksi, pada tahun 1994 R/3 hanya dapat
Andersen Consulting sebagai integrator SAP dengan memproses 10.000 pesanan pelanggan per
500 juta USD masing – masing (Caldwell 1998, Stein hari dibandingkan dengan sistem mainframe
1998). sebelumnya milik FoxMeyer yang dapat
menangani 420.000 pesanan.
B. Analisis Proyek Penerapan ERP Pada
c) Eksekusi
Perusahaan Obat FoxMeyer
Eksekusi dari proyek menjadi masalah
1) Resiko Proyek karena kekurangan tenaga yang terampil dan
berpengetahuan. FoxMeyer tidak
Proyek Delta III pada perusahaan obat
mempunyai keterampilan didalam
FoxMeyer sangat beresiko dengan beberapa
perusahaan dan mengandalkan Andersen
alasan. Menggunakan framework yang
Consulting untuk mengimplementasi R/3
dikembangkan untuk mengindentifikasi resiko
dan mengintegrasikannya dengan sistem
proyek (Keil, Cule, Lyytinen dan Schmidt 1998),
otomasi gudang oleh Pinnacle. Walaupun
hasil dari riset ini mengklompokan resiko
proyej ini menggunakan lebih dari 50 orang
proyek pada FoxMeyer menjadi 4 bagian yaitu
konsultan tetapi banyak dari mereka yang
mandat pelanggan, cakupan dan permintaan,
tidak berpengalaman. (Computergram
eksekusi, dan lingkungan.
International 1998).
a) Mandat Pelanggan
d) Lingkungan
Mandat pelanggan bergantung pada
Dari lingkungan proyek diketahui
komitmen baik antara manajemen puncak
bahwa manajemen hanya mempunyai sedikit
dan pengguna. Pada kasus FoxMeyer,
kontrol atau bahkan tidak ada kontrol (Keil,
walaupun komitmen manajemen senior
Cule, Lyytinen dan Schmidt 1998).
tinggi, laporan menunjukan adanya
Walaupun FoxMeyer harus menyadari
pengguna yang tidak sekomitmen dengan
bahwa proyeknya dalam masalah tetapi
manajemen. Pada faktanya terdapat masalah
karena kebergantungan pada konsultan dan
moral diantara pegawai di gudang ini tidak
vendor mencegah FoxMeyer melihatnya
mengejutkan karena semenjak proyek
bagaimana seharusnya manajemen
otomasi gudang oleh Pinnacle diintegrasikan
mempunyai kontrol. Dikarenakan FoxMeyer
dengan SAP R/3 mengancam pekerjaan
berkompetisi dengan harga, FoxMeyer
mereka. Dengan penutupan tiga gudang,
memerlukan volume transaksu yang tinggi
transisi otomasi gudang yang pertama kali
dan menguntungkan, tetapi dengan kontrak
menjadi bencana. Pekerja yang tidak puas
kepada UHC “fokus proyek secara drastis
merusak persediaan, dan pesanan kepada
berubah” kontribusi untuk menaikan biaya
vendor tidak diisi, sehingga kesalahan
proyek (bahkan sampai lebih dari 100 juta
terjadi ditambah lagi sistem baru ini
dollar), sudah membuat FoxMeyer
berusaha keras dengan volume transaksi
menurunkan margin dan menghapuskan
yang tinggi. Persediaan seharga kurang lebih
keuntungannya.
34 juta dollar hilang (Jesitus 1997).
2) Eskalasi Proyek
b) Cakupan dan Permintaan
Sistem mainframe FoxMeyer menjadi tidak
FoxMeyer termasuk perusahaan yang
memadai dalam pertumbuhan volume bisnis,
pertama kali mengadopsi SAP R/3 ketika
ditambah lagi sistem Unisys yang dikeluarkan
diluncurkan. Setelah proyek dimulai
oleh vendor sebelumnya perlu diganti. Proyek
FoxMeyer menandatangani kontrak yang
Delta digambarkan sebagai solusi client/server
besar untuk menjadi suplier pada
R/3 terintegrasi dengan otomasi gudan untuk
Universitas HealthSystem Consortium
mengakomodasi pertumbugan perusahaan
(UHC). Kejadian ini diperparah dengan
dimasa depan. Faktor model yang
keperluan yang belum pernah terjadi
mempromosikan eskalasi proyek menyarankan
sebelumnya pada volume transaksi dari R/3.
bahwa faktor proyek, faktor pisikologi, faktor itu, pertimbangkan adanya beberapa penyesuaian
sosial dan faktor organisasi turut berkontribusu dan pahami akan membutuhkan biaya berapa
dalam proyek walaupun adanya informasi seberapa besar, sehingga hal ini sudah jelas di
negatif. Masalah implementasi muncul hampir awal. Baru kemudian mengambil keputusan yang
dari awal. Walaupun peringatan dari Woltz tepat. Vendor yang dipilih adalah yang memiliki
Consulting pada tahap awal proyek, bahwa track record yang baik dan expert di bidangnya. RFP
penjadwalan implementasi seluruhnya harus yang dibuat oleh perusahaan kepada vendor
diselesaikan dalam waktu 18 bulan sangatlah merupakan formal document untuk mengarahkan
tidak mungkin, untuk proyek Delta FoxMeyer vendor apa yang dibutuhkan secara detail.
(Jesitus 1997). Yang paling penting adalah bagaimana
implementasi ERP diterima oleh user dan user
3) Faktor Proyek merasa nyaman atas hal baru ini, sehingga
dibutuhkan training secukupnya kepada mereka.
Eskalasi dapat terjadi ketika didapatnya
Alangkah lebih jika user diikutsertakan dalam
bukti kelanjutan investasi dapat menghasilkan
proses uji coba dengan vendor sehingga mereka
nilai yang lebih besar. FoxMeyer menduga
juga bisa melakukan assessment. Peranan SDM disini
bahwa proyek Delta dapat menghemat 40 juta
menjadi salah satu faktor kritis, karena berbicara
dollar pertahun. Andersen Consulting dan SAP
tentang ERP adalah tentang sebuah sistem yang
juga termotivasi untuk melanjutkan proyek.
terintegrasi sehingga jika terjadi kesalahan di
Berdasrakan FoxMeyer, Andersen menggunakan
berbagai titik akan berdampak signifikan bagi proses
trainees (pegawai baru) dan menggunakan
bisnis perusahaan. Sehingga, fasilitas TI ini tidak
proyek Delta sebagai “tempat latihan” untuk
hanya berfungsi sebagai alat bantu semata, tapi
“konsultan yang belum berpengalaman”
juga bisa sebagai business enabler.
(Caldwell 1998, Computergram International
1998). FoxMeyer juga mengklaim bahwa SAP
memperlakukan proyek Delta III “sebagai
penelitian perusahaan dan kelinci percobaan
pengembangan produk ” (Financial Times 1998).
Lebih jauh lagi Selain itu, kemunduran proyek
muncul untuk beberapasaat. Misalnya, terdapat
beberapa bukti dari pengukuran bahwa sistem ini
tidak dapat mengatasi permintaan transaksi
FoxMeyer.

4) KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Keputusan yang dilakukan oleh Fox Meyer
Drug untuk mengimplementasikan SAP R/3 perlu
dikaji ulang agar segala sesuatunya dapat berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan kebutuhan
bisnisnya.Perusahaan perlu untuk melibatkan end
user secara lebih mendalam karena perusahaan
tidak boleh melupakan B2E atau business to
employment. People perlu dikelola untuk dapat
mengerti IS. Perencanaan yang baik akan
menghindari perusahaan dari sebuah kegagalan
implementasi sistem informasi.

b. Saran
Evaluasi vendor sangat dibutuhkan mulai dari
review vendor, proses demo, adanya referensi
(testimony dari perusahaan lain), dan ada tim yang
berfungsi untuk mengevaluasi kemampuan teknis
atau fungsi-fungsinya (perlu dicoba dulu). Selain
DAFTAR PUSTAKA

[1] L TORUAN, DEWI MARGARETH 2013


“KESUKSESAN DAN KEGAGALAN
IMPLEMENTASI ENTERPRISE RESOURCE
PLANNING (ERP) DAN CONTOH STUDI
KASUS PT SEMEN GRESIK & FOX MEYER”
[2] Judy E.Scott, The University of Texas at Austin
“The FoxMeyer Drugs’ Bankruptcy: Was it a
Failure of ERP?”

Anda mungkin juga menyukai