Anda di halaman 1dari 47

10

PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH SISTEM RANTAI PASOKAN
TERHADAP KINERJA UMKM HANDYCRAT DI
DAERAH PURWOREJO

Disusun Oleh :
Maulana Prasaja
172210039

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Purworejo
2020
11

A. LATAR BELAKANG

Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan teknologi

yang sangat pesat dalam era globalisasi yang menuntut perusahaan untuk

menyusun kembali strategi dan taktik bisnis. Hal ini membuat banyak

perusahaan makro maupun mikro dituntut untuk mampu memiliki kinerja

yang prima. Tuntutan konsumen yang semakin tinggi membuat para

pelaku usaha berupaya untuk mendapatkan hasil produk murah, pelayanan

cepat, kualitas tinggi dan mempunyai inovasi produk yang beragam guna

mencukupi kebutuhan permintaan konsumen. Pentingnya peran semua

pihak mulai dari supplier, manufaktur, distributor, retailer dan konsumen

dalam menciptakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat. Inilah yang

kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Manajement.

Konsep-konsep time based compettion, agile manufacturing, dan

sejenisnya muncul sebagai respons terhadap pentingnya aspek waktu

dalam persaingan di era tahun 1990-an (Pujawan dan Mahendrawathi,

2017:2).

Konsep Rantai Pasokan atau SCM (Supply Chain Management)

merupakan konsep baru yang melihat seluruh aktifitas perusahaan adalah

bagian terintegrasi. Dalam hal ini integrasi pada bagian hulu (upstream)

dalam menyediakan bahan baku dan integrasi pada bagian hilir

(downstream) dalam proses distribusi dan pemasaran produk. SCM adalah

serangkaian yang diterapkan untuk mengintegrasi pemasok, pengusaha,

gudang, dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien hingga produk


12

dihasilkan dan didistribusikan dengan kualitas yang tepat, lokasi dan waktu

yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan

(Simchi Levi, et.al, 2003;76). Konsep supply chain merupakan konsep

baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama lebih melihat logistik

sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan dan pemecahannya

dititikberatkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing-

masing. Dalam kosep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah

yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar

sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata

rantai penyediaan barang. Konsep supply chain yang terpenting yaitu:

supplier, manufacturer, distribution, retail outlets, costumer (Indrajit dan

Djokopranoto, 2002: 5).

Dalam memenuhi kebutuhan konsumen, memiliki harga yang lebih

kompetitif pada waktu dan tempat yang tepat hingga menghasilkan produk

untuk konsumen, memerlukan aliran informasi dan material yang

terkoordinir dengan baik dan benar. Pelaku industri mulai sadar bahwa

untuk menyediakan produk yang murah, berkulitas, dan cepat

membutuhkan tiga aspek yaitu kolaborasi, koordinasi, dan sinkronisasi

pekerjaan dengan semua pihak, mulai dari pemasok yang mengelolah

bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik yang mengubah

komponen dan bahan baku menjadi produk jadi, perusahaan transportasi

yang mengirimkan bahan baku dari pemasok ke pabrik, serta jaringan

distribusi yang akan menyampaikan produk ke pelanggan. Kesadaran akan


13

pentingnya koordinasi yang lebih baik antar pihak dalam menciptakan dan

mengantarkan produk yang murah, berkualitas, dan cepat inilah yang

kemudian melahirkan konsep baru tahun 1990-an, yaitu Supply Chain

Management (SCM) (Pujawan dan Mahendrawathi, 2017: 3).

Aliran informasi berperan sangat vital dalam menciptakan SCM

(Supply Chain Manajement) yang unggul. Supply Chain adalah jejaring

perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk

menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai produk.

Pada supply chain ada 3 macam aliran yang dikelola yaitu: pertama, aliran

barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilih (downstream). Kedua,

aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hulu sampai hilir. Ketiga,

aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya

(Pujawan dan Mahendrawati, 2017: 4).

Perubahan-perubahan dalam lingkungan bisnis terjadi menuntut

perusahaan untuk dapat melakukan pembenahan kegiatan operasional

perusahaan sehingga mereka mampu memenuhi keinginan pelanggan,

mengembangkan produk tepat waktu, mengeluarkan biaya rendah dalam

bidang persediaan dan penyerahan produk. Kondisi ini menuntut

perusahaan untuk mencari cara baru dalam meningkatkan kinerja

operasional melalui peningkatan produktivitas, dan memperbaiki

pelayanan konsumen. Faktor-faktor kunci yang harus dipertimbangkan

perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan yaitu harga, mutu dan

pelayanan (Anatan dan Ellitan, 2018: 81).


14

Teknologi informasi maju sekarang ini paling tepat untuk

mengoptimalisasikan supply chain adalah pasar global. Pasar global tidak

hanya penjualnya, tetapi seluruh pasar, mulai dari pasar pembelian bahan

mentah, pasar produksi barang dan pasar distribusi serta pasar penjualan

produk (Indrajit dan Djokopranoto, 2002:102). Operasi global dan

pengembangan supply chain memiliki hubungan erat. Operasi supply

chain yang menyangkut jaringan luar negeri sama dengan yang

menyangkut dalam negeri. Supply chain internasional menambah

kesempatan besar untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tidak hanya

itu, keuntungan yang diperoleh supply chain internasional sebagai berikut:

biaya produksi lebih murah; pasar penjualan lebih luas; mutu barang lebih

baik; nilai penjualan lebih tinggi; kemampuan lebih dalam berkompetisi

secara global; keuntungan lebih banyak (Indrajit dan Djokopranoto,

2000:116).

Miguel dan Brito (2011:57) mengatakan bahwa information

sharing adalah aliran komunikasi yang berkelanjutan antara perusahaan

dan partner baik komunikasi formal atau informal untuk berkontribusi

dalam perencanaan operasional perusahaan. Melalui pembagian informasi

(information sharing), perusahaan dapat memperoleh informasi tentang

yang diinginkan konsumen, memperbaiki operasi produk dan

meminimalkan kesenjangan waktu dalam rantai pasokan. Information

sharing akan memberikan manfaat bagi perusahaan tergantung pada

informasi apa yang telah dibagikan, kapan pembagian informasi,


15

bagaimana informasi dibagikan, dan kepada siapa informasi tersebut di

bagikan (Anatan dan Ellitan, 2018:179).

Long term relationship adalah dua pihak yang merasa saling

percaya, saling menguntungkan dan mempunyai kepentingan yang sama,

cenderung akan bekerja sama dalam waktu yang panjang, lebih dari 20

tahun. Hubungan jangka memungkinkan pihak rekanan penjual untuk

bersedia, berani, dan mampu melakukan investasi yang besar untuk

keperluan Relationship and Development demi meningkatkan mutu

produknya (Indrajit dan Djokopranoto, 2002:125).

Ariani (2013) menyatakan, kerjasama (cooperation) merupakan

salah satu alternatif yang terbaik dalam melakukan manajemen supply

chain yang optimal. Alasannya karena organisasi atau perusahaan yang

berada pada jaringan supply chain management sudah pasti memerlukan

kepercayaan antara peserta pengadaan barang dan jasa. Semua itu tidak

akan bisa tercapai tanpa adanya kerjasama yang baik.

Miguel dan Brito (2011) mengatakan bahwa process intergration

adalah mempertimbangkan bahwa organisasi akan bekerjasama untuk

memiliki aliran bahan dan sumber daya berkelanjutan yang efisien.

Integrasi ini tidak menyangkut kepemilikan atau dominasi tertentu, tetapi

penggabungan perusahaan dan kegiatan melalui informasi.

Proses manajemen rantai pasokan tidak hanya dapat diterapkan

pada perusahaan besar saja, tetapi UMKM juga dapat menerapkannya


16

untuk meningkatkan kinerja. Kinerja UMKM yaitu tingkat pencapaian

tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah diterapkan sebelumnya

(Darmanto 2018; 15). Selain itu, menurut Darmanto (2015;77) bagi suatu

perusahaan, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara

anggota atau komponen organisasi dalam rangka menwujudkan tujuan

perusahaan.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Purworejo

menunjukkan pertumbuhan yang baik. Jumlah UMKM didaerah ini terus

mengalami peningkatan. Hal itu diyakini akan menjadi indikator

pertumbuhan ekonomi di sektor mikro. UMKM yang ada di Purworejo

sebagian besar masih didominasi produk-produk agribisnis seperti gula

kelapa, gula kristal, produk handycraft, kerajinan batik, dan produk-produk

pengolahan pangan (https://www.suaramerdeka.com).

Definisi UMKM di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2008 dalam Bab I (ketentuan Umum), Pasal 1 dari UU

tersebut, dinyatakan bahwa UMI adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria UMI

sebagaimana diatur dalam UU tersebut. UK adalah usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari UM atau UB yang memenuhi kreteria UK

sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. UM adalah usaha ekonomi


17

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari UMI, UK atau UB yang memenuhi kriteria

UM sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut (Tambunan, 2017:3).

Kriteria menurut lembaga Departemen Perindustrian dan Badan

Pusat Statistik (BPS) selama ini menggunakan jumlah pekerja sebagai

ukuran untuk membedakan skala usaha antara UMI, UK, UM dan UB.

Misalnya, menurut BPS UMI memiliki jumlah pekerja tetap hingga 4

orang. UK memiliki pekerja antara 5 hingga 19 pekerja, dan UM dari 20

sampai dengan 99 pekerja. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja

di atas 99 orang masuk dalam kategori UB (Tambunan, 2017:4).

Permasalahan yang biasa terjadi di UMKM seperti: keterbatasan

modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam permasaran,

distribusi, pengadaan bahan baku dan input lainnya, keterbatasan akses ke

informasi mengenai peluang pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja

dengan keahlian tinggi (kualitas SDM rendah) dan kemampuan teknologi,

biaya trasnportasi dan energi yang tinggi, keterbatasan komunikasi, biaya

tinggi akibat prosedur administrasi dan birokasi yang kompleks, khususnya

dalam pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan-

peraturan dan kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tidak menentu

arahnya (Tambunan, 2017:44).


18

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan, maka peneliti

bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sistem

Rantai Pasokan (Supply Chain) Terhadap Kinerja UMKM

Handycraft Di Daerah Purworejo”.

B. Identifikasi Masalah

1. Adanya kontribusi dalam mendukung konsep manajemen supply chain

yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan para pengusaha

untuk mengukur kinerja yang di lakukan dalam menggunakan rantai

pasokan di perusahaannya.

2. Belum diketahuinya pengaruh information sharing, long-term

relationship, cooperration, process integration terhadap kinerja UMKM

di Kabupaten Purworejo

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar peneliti lebih fokus dan spesifik

pada variabel-variabel penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Objek penelitian ini adalah Usaha UKM di Kabupaten Purworejo.

2. Subjek penelitian ini adalah pemilik UKM di Kabupaten Purworejo.

3. Variabel dalam penelitian ini di batasi pada variabel kinerja UMKM

(Y), information sharing (X1), long-trem relationship (X2),

cooperation (X3), process integration (X4).

D. Rumusan Masalah
19

1. Apakah information sharing berpengaruh positif terhadap kinerja

UMKM?

2. Apakah long-trem relationship berpengaruh positif terhadap kinerja

UMKM?

3. Apakah cooperation berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM?

4. Apakah process integration berpengaruh positif terhadap kinerja

UMKM?

E. Tujuan Masalah

Dalam penelitian ini, berdasarkan permasalahan di atas maka disusun

tujuan sebagai berikut:

1. Menguji pengaruh informasi sharing terhadap kinerja UMKM

Handycraft di Purworejo

2. Menguji pengaruh long-trem relationship terhadap kinerja UMKM

Handycraft di Purworejo

3. Menguji pengaruh cooperation terhadap kinerja UMKM Handycraft

di Purworejo

4. Menguji pengaruh process integration terhadap kinerja UMKM

Handycraft di Purworejo

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan dalam

ilmu Manajemen Operasional yang berkaitan dengan pengaruh

information sharing, long-trem relationship, cooperation, process


20

integration terhadap kinerja UMKM handycraft di Kabupaten

Purworejo

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi kepentingan praktis kaitannya mengenai pengaruh

information sharing, long-term relationship, cooperation, process

integration terhadap kinerja UMKM daerah Purworejo.


21

A. Kajian Teori

1. Kinerja UMKM

a. Definisi kinerja UMKM

Perubahan-perubahan dalam lingkungan bisnis terjadi

menuntut perusahaan untuk dapat melakukan pembenahan kegiatan

operasional perusahaan sehingga mereka mampu memenuhi

keinginan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu,

mengeluarkan biaya rendah dalam bidang persediaan dan

penyerahan produk. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk

mencari cara baru dalam meningkatkan kinerja operasional melalui

peningkatan produktivitas, dan memperbaiki pelayanan konsumen.

Faktor-faktor kunci yang harus dipertimbangkan perusahaan agar

tetap bertahan dalam persaingan yaitu harga, mutu dan pelayanan

(Anatan dan Ellitan, 2018: 81).

Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang

digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari

suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada jumlah

standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan,

dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas

manajemen dan semacamnya (Srimindarti, 2004).

Kinerja atau perfomance merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan

melalui perencanaan strategis suatu organisasi (Moeheriono, 2012).


22

Menurut Edison (2018: 188), Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang

mengacu dan diukur selama periode waktu tertentu berdasarkan

ketentuan atau kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Darmanto (2018: 15) mengemukakan kinerja UMKM yaitu

tingkat pencapaian tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah

ditetapkan sebelumnya Teknik memaksimalkan kinerja organisasi dalam

jangka panjang harus mengetahui dan membangun hubungan yang saling

menguntungkan dengan pihak lain. Bisnis yang menempatkan konsumen

sebagai raja dalam organisasi berarti menunjukkan bahwa perusahaan

ingin memberi nilai lebih kepada pelanggan dengan harapan memperoleh

keunggulan kompetitif jangka panjang sehingga dapat memberikan

keuntungan yang superior, Narver & Slater (1990) dalam Darmanto,

(2015: 79).

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja atau performance adalah hasil

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi tersebut.

b. Aspek pengukuran kinerja

Terdapat beberapa aspek yang mendasar dan paling pokok dari

pengukuran kinerja sebagai berikut (Moeheriono: 377) :

1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi, dengan

menetapkan secara umum apa yang diinginkan oleh organisasi

sesuai dengan tujuan, visi, dan misinya

2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kerja, yang mengacu

pada penilaian kinerja secara langsung maupun tidak langsung.


23

3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi

dengan menganalisis hasil pengukuran kinerja yang dapat

diimplementasikan dengan membandingkan tingkat capaian

tujuan, dan sasaran organisasi.

4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi

dan pengambilan keputusann yang berkualitas, memberikan

gambaran atau hasil kepada organisasi seberapa besar tingkat

keberhasilan tersebut dan mengevaluasi langkah apa yang

diambil organisasi selanjutnya.

c. Indikator kinerja UMKM

Menurut Miller (2003) dalam Darmanto (2015;80), Pengukuran

kinerja yaitu untuk mengukur kinerja organisasi pada perusahaan

kecil dan menengah lebih cocok menggunakan pendekatan

pertumbuhan karena perusahaan kecil dan menengah pada

umumnya kurang terbuka dalam laporan keuangan sehingga sukar

untuk diinterpresentasikan.

Indikator kinerja UMKM (Darmanto, 2018;15)

1. Pertumbuhan penjualan

Pertumbuhan penjualan yaitu dari tahun ke tahun volume

penjualannya harus meningkat, baik dalam jumlah unit

maupun rupiah

2. Peningkatan jumlah pelanggan


24

Peningkatan jumlah pelanggan dari waktu ke waktu

diusahakan terus bertmbah.

3. Taget penjualan

Target penjualan maksudnya setiap tahun membuat rencana

penjualan atau produksi dan rencana tersebut harus

terpenuhi.

4. Jangkauan UMKM

Jangkauan UMKM dimaksudnya adalah daerah UMKM

semakin meluas.

5. Pertumbuhan laba

Pertumbuhan laba yang dicapai dari waktu ke waktu

mengalami kenaikkan
25
26

2. Information Sharing

Aliran informasi berperan sangat vital dalam menciptakan SCM

(Supply Chain Manajement) yang unggul. Mereka yang memiliki kinerja

sepply chain yang bagus pastilah mereka yang mampu mengelola aliran

informasi dengan transparan dan akurat. Supply Chain adalah jejaring

perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk

menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai produk.

Pada supply chain ada 3 macam aliran yang dikelola yaitu: pertama, aliran

barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilih (downstream). Kedua,

aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hulu sampai hilir. Ketiga,

aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya

(Pujawan dan Mahendrawati, 2017: 4).

Teknologi informasi maju sekarang ini paling tepat untuk

mengoptimalisasikan supply chain adalah pasar global. Pasar global tidak

hanya penjualnya, tetapi seluruh pasar, mulai dari pasar pembelian bahan

mentah, pasar produksi barang dan pasar distribusi serta pasar penjualan

produk (Indrajit dan Djokopranoto, 2002:102). Informasi sangat penting

untuk kinerja rantai pasokan karena informasi menjadi dasar pelaksanaan

dan dasar bagi manajer dalam membuat keputusan. Tanpa informasi

seorang manager tidak bisa mengetahui permintaan dari pelanggan,

jumalah material yang tersedia, serta jumlah dan jenis produk yang harus

dibuat (Pujawan dan Mahendrawati, 2017: 298).


27

Miguel dan Brito (2011:57) mengatakan bahwa information

sharing adalah aliran komunikasi yang berkelanjutan antara perusahaan

dan partner baik komunikasi formal atau informal untuk berkontribusi

dalam perencanaan operasional perusahaan. Melalui pembagian informasi

(information sharing), perusahaan dapat memperoleh informasi tentang

yang diinginkan konsumen, memperbaiki operasi produk dan

meminimalkan kesenjangan waktu dalam rantai pasokan. Information

sharing akan memberikan manfaat bagi perusahaan tergantung pada

informasi apa yang telah dibagikan, kapan pembagian informasi,

bagaimana informasi dibagikan, dan kepada siapa informasi tersebut di

bagikan (Anatan dan Ellitan, 2018:179).

Informasi sangat penting untuk kinerja rantai pasokan karena

informasi menjadi dasar pelaksanaan proses rantai pasok dan dasar bagi

manajer dalam membuat keputusan. Tanpa informasi seorang manajer

tidak bisa mengetahui permintaan dari pelanggan, jumlah material yang

tersedia, serta jumlah dan jenis produk yang harus dibuat. Informafsi yang

mengalir di bagian dalam sebuah perusahaan rantai pasok memberikan

manajer vasibilitas atau pandangan tentang keseluruhan sehingga membuat

keputusan yang lebih baik (Pujawan dan Mahendrawathi, 2017: 298).

Fisher, (1997) mengatakan bahwa information sharing adalah arus

informasi yang penting pada aliran rantai sebagai pemasok, produsen dan

pengecer yang mengoordinasikan kegiatan mereka untuk memenuhi

permintaan agar mendapatkan biaya terendah. Informasi memungkinkan


28

seorang manajer untuk membuat keputusan dengan cakupan yang lebih

luas tidak terbatas pada satu fungsi perusahaan di tempat manajer tersebut

bekerja, tetapi juga memperhitungkan partner bisnis dalam rantai pasok.

Jika kita kembali pada contoh tentang pengambilan keputusan dan tentang

ukuran pesanan yang paling ekonomis, maka manajer sebuah perusahaan

cenderung akan menentukan ukuran pesanan hanya berdasarkan biaya-

biaya yang harus mereka keluarkan sendiri. Keputusan bisa jadi hanya

untuk optimal perusahaan tetapi belum tentu paling optimal untuk seluruh

rantai pasok. Padahal jika manajer yang sama memperhitungkan informasi

mengenai biaya-biaya pemasok. Maka keputusan bisa menjadi lebih

optimal untuk keseluruhan rantai pasok. Berbagai informasi mengenai

manufaktur, distribusi, ritel dan permintaan akan membantu seorang

manajer membuat keputusan yang lebih baik untuk mencapai kesuksesan

seluruh rantai pasok (Pujawan dan Mahendrawathi, 2017: 299).

Menurut Chen et al., (2010) kinerja rantai pasokan dipengaruhi

beberapa faktor diantaranya information sharing, integarsi dan koordinasi

antara perusahaan melalui informasi teknologi memainkan peran kunci

dalam meningkatkan kinerja rantai pasokan. Tidak dapat di pungkiri

sistem informasi mensukseskan pengelolaan manajemen rantai pasokan.

Sistem informasi menciptakan kesuksesan link antara konsumen dan

pemasok secara langsung sehingga permintaan dan penawaran pasar

seimbang. Informasi diperlukan untuk pembuatan keputusan manajemen


29

rantai pasokan melalui perputaran produk maupun jalur rantai pasokan

(Antan dan Ellitan, 2018:189).

Chopra dan Meindl (2007:482) mengatakan bahwa informasi

adalah penggerak rantai pasokan utama karena berfungsi sebegai perekat

pengemudi rantai pasokan lain untuk berkerjasama dengan tujuan

menciptakan rantai pasokan yang terintegrasi dan terkoordinasi. Informasi

sangat penting untuk kinerja rantai pasokan. Informasi bisa membuat

seorang manajer tepat dalam pengambilan keputusan dan melakukan

transaksi. Informasi harus memiliki beberapa karakteristik yang berguna

dalam pengambilan keputusan rantai pasok. Karakteristik yang dimiliki

pada informasi sebagai berikut (Chopra dan Meindl, 2007 dalam Pujawan

dan Mahendrawathi, 2017: 299):

a. Akurat

Informasi harus menggambarkan kondisi yang sebenarnya agar

manajer dapat mengambil keputusan yang baik. Tentunya selalu

ada kemungkinan bahwa informasi yang tersedia mengandung

kesalahan. Namun setidaknya informasi tersebut harus

memberikan gambaran yang paling tidak mengarah kepada

kebenaran.

b. Tepat

Sebuah perusahaan bisa dengan mudah tenggelam dalam lautan

informasi, namun tidak dapat mengambil keputusan yang baik

karena informasi tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan.


30

Perusahaan harus benar-benar mempertimbangkan informasi

yang dibutuhkan, sehingga tidak membuang sumber daya untuk

mengumpulkan, menyimpan, dan memelihara informasi yang

tidak dibutuhkan.

c. Dapat diakses pada saat dibutuhkan

Sering kali informasi yang sebenarnya tidak dapat diakses pada

saat dibutuhkan. Informasi yang akurat namun tidak dapat

diakses pada saat dibutuhkan tidak membantu pengambilan

keputusan.

Mengingat peran penting dari informasi dalam mendukung kinerja

rantai pasok, maka manajer harus memahami bagaimana informasi di

kumpulkan dan dianalisis. Simchi-Levi et al., (2004: 243) mengatakan

bahwah teknologi informasi (TI) merupakan faktor penting dalam

manajemen rantai pasokan yang efektif. Manajemen rantai pasokan

mencakup seluruh perusahaan dan luarnya. Teknologi informasi untuk

rantai pasokan mencakup sistem yang bersifat internal untuk perusahaan

individual dan sistem eksternal yang memfasilitasi transfer informasi

antara berbagai perusahaan dan individu.

Simchi- Levi et al., (2004:245), mengatakan bahwa tujuan

penerapan TI dalam manajemen rantai pasokan sebagai berikut:

a. Mengumpulkan informasi mengenai sebuah produk mulai dari

produksi sampai pengiriman, pembelian, dan menyediakan pola

pandang bagi semua pihak dalam rantai pasokan.


31

b. Menyediakan akses bagi seluruh data dan informasi yang ada di

dalam sistem melalui satu titik kontak (single-point-of-contact).

Tujuannya adalah semua informasi yang tersedia, baik untuk

pelanggan atau untuk kebutuhan internal yang harus diakses dalam

satu langkah dan tetap sama terlepas dari cara untuk mengakses

data tersebut misalnya melalui telepon, facsimile, internet, atau

siapa pun yang membutuhkan data tersebut.

c. Menganalisi, merancang, dan membuat trade off berdasarkan

informasi dari seluruh komponen dalam sebuah rantai pasok.

d. Kolaborasi dengan partner untuk mengatasi ketidakpastian, antara

lain melalui pembagian informasi dan mencapai optimasi global.

Menurut (Prajogo dan Olhager, 2012) dan Nyaga (2010) Indikator

yang digunakan untuk mengukur variabel Informasi Sharing sebagai

berikut:

a. Berbagi informasi sensitive

b. Pertukaran informasi

c. Berbagi informasi yang bisa membantu

d. Menjaga informasi tentang peristiwa atau perubahan

3. Long Term Relationship

Long term relationship adalah dua pihak yang merasa saling

percaya, saling menguntungkan dan mempunyai kepentingan yang sama,

cenderung akan bekerja sama dalam waktu yang panjang, lebih dari 20

tahun. Hubungan jangka memungkinkan pihak rekanan penjual untuk


32

bersedia, berani, dan mampu melakukan investasi yang besar untuk

keperluan Relationship and Development demi meningkatkan mutu

produknya (Indrajit dan Djokopranoto, 2002:125).

Suatu perusahaan memiliki banyak supplier untuk memasok item

yang berbeda-beda, sehingga perlu adanya tindakan untuk menyamankan

model hubungan antar satu supplier dengan supplier yang lain. Untuk

menciptakan model hubungan yang sesuai, perusahaan perlu membuat

klasifikasi supplier berdasarkan berbagai kriteria yang relevan. Pada

bagian ini akan diperkenalkan suatu portofolio yang bisa digunakan

sebagai patokan umum untuk melakukan diferensiasi hubungan dengan

supplier yang memiliki tingkat kepentingan berbeda-beda bagi perusahaan

(Pujawan dan Mahendrawathi, 2017: 199).

Menurut Carr dan Pearson (1999) hubungan jangka panjang

dengan pemasok utama yang di kelolah secara baik memiliki dampak

positif pada kinerja pemasok perusahaan. Hubungan yang lebih dekat

dengan pemasok akan mengetahui pemasok mana yang berkinerja baik.

Pada akhirnya hubungan jangka panjang yang kuat dan tahan lama antara

perusahaan dengan pelanggan sehingga menghasilkan profitabilitas.

Profitabilitas terjadi karena kulitas produk dan ketepatan waktu

pengiriman barang dari perusahaan dari penyedia produk dan jasa. Faktor

tersebut sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan pemasok

(Triastity, 2010).
33

Ada dua faktor yang digunakan dalam merancang hubungan

dengan supplier. Pertama adalah tingkat kepentingan strategi item yang

dibeli bagi perusahaan atau supply chain. Semakin strategi posisi suatu

item dalam perusahaan, maka makin perlu untuk menciptakan hubungan

yang dekat dan berorientasi jangka panjang dengan supplier dari item

tersebut. Strategi atau tidak adanya suatu item dipengaruhi oleh beberapa

hal seperti, kontribusi item tersebut terhadap kegiatan/ kompetensi inti

perusahaan, nilai pembelian dalam setahun, image/ brand name dari

supplier dan risiko ketidak tersediaan item yang bersangkutan (Pujawan

dan Mahendrawathi, 2017:200).

Faktor kedua adalah tingkat kesulitan mengelolah pembelian item

tersebut. Semakin tinggi tingkat kesulitannya semakin banyak diperlukan

intervensi dari manajemen. Secara umum tingkat kesulitan pembelian

suatu item ditentukan oleh kompleksitas, keunikan item, kemampuan

supplier dalam memenuhi permintaan dan ketidakpastian (ketersedian,

kualitas, harga, waktu pengiriman). Dengan menggunakan dua faktor

tersebut, bisa membedakan empat klasifikasi supplier seperti: boottleneck

supplier, critical strategic supplier, non-critical supplier, leverage

supplier (Pujawan dan Mahendrawathi, 2017: 200).

Menurut Prajogo dan Olhager (2012) dan Jacob dan Chase, (2015)

Indikator yang digunakan pada variabel Long-term Relationship sebagai

berikut:

a. Hubungan dengan pemasok akan bertahan lama.


34

b. Bekerja sama dengan pemasokutama untuk meningkatkan

kualitasmereka dalam jangka panjang

c. Pemasok melihat hubungan sebagai hubungan jangka panjang.

4. Cooperation (kerjasama)

Ariani (2013) menyatakan, kerjasama (cooperation) merupakan

salah satu alternatif yang terbaik dalam melakukan manajemen supply

chain yang optimal. Alasannya karena organisasi atau perusahaan yang

berada pada jaringan supply chain management sudah pasti memerlukan

kepercayaan antara peserta pengadaan barang dan jasa. Semua itu tidak

akan bisa tercapai tanpa adanya kerjasama yang baik.

Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dan

dikembangkan terus menerus, yaitu:

1) Meyakini memiliki tujuan yang sama.

2) Saling menguntungkan.

3) Saling percaya.

4) Bersikap terbuka.

5) Menjalin hubungan jangka panjang.

6) Terus-menerus melakukan perbaikan dalam biaya dan mutu

barang/jasa.

Kerjasama merupkan sebuah situasi yang ditandai ketika beberapa

pihak bekerja bersama-sama untuk meraih tujuan yang menguntungkan

bersama. Kerjasama yang efektif adalah suatu keinginan untuk

mengembangkan hubungan yang akan menghasilkan trust dan kotmitmen.


35

Para pemasok dan perusahaan perlu mengetahui bagaimana kerjasama

dikembangkan dan mempertahankannya untuk menjalani hungungan

kolaboratif jangka panjang yang memuaskan. Aktivitas kooperatif

merupakan alat utama bagi setiap perusahaan untuk mempertahankan dan

meningkatkan outcomes (Ariani, 21013).

Untuk mendapatkan kinerja yang baik melalui kerjasama,

hubungan yang baik antara kedua belah pihak mutlak diperlukan, kualitas

hubungan dapat diukur dengan mengadopsi dimensi-dimensi pengukuran

yang digunakan oleh jhonson dalam Fitrianto (2016) yaitu kepercayaan

(trust) dan kejujuran (fairness) sebagai dimensi-dimensi penyusunan

kualitas suatu hubungan kerjasama. Ketika sebuah perusahaan percaya

dengan mitra kerjasamanya dan benar-benar memperlakukan mitra

tersebut dengan adil, perusahaan tersebut akan memandang lebih

hubungan tersebut sebagai asset strategik dan alat strategik yang akan

memperkuat kemampuan bersaing perusahaan (Fitrianto, 2016).

Indikator yang digunakan pada variabel cooperation adalah :

1) Kepercayaan

2) Kejujuran pemasok

3) Informasi yang akurat

4) Keterbukaan antara pemasok dan perusahaan

5. Process Integration
36

Miguel dan Brito (2011) mengatakan bahwa process intergration

adalah mempertimbangkan bahwa organisasi akan bekerjasama untuk

memiliki aliran bahan dan sumber daya berkelanjutan yang efisien.

Integrasi ini tidak menyangkut kepemilikan atau dominasi tertentu, tetapi

penggabungan perusahaan dan kegiatan melalui informasi.

Menurut zailani dan Rajagopal (2005) integrasi internal dan

eksternal dengan pemasok dan pelanggan menjadi persyaratan untuk

mencapai pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan.

Kegiatan logistik sangat berubah berkat pengembangan dan

penggunaan teknologi informasi. Integrasi supply chain mengimplikasi

integrasi proses yang berarti kerjasama yang erat antara pembelian,

pemasok, pengembang produk secara bersama, pengembangan sistem

yang sama dan saling berbagi informasi. Menurut Indrajit dan

Djokopranoto (2002:71) untuk bisa mencapai integrasi supply chain

dengan baik melalui cara-cara sebagai berikut:

a. Rasionalisasi Pemasok

1) Perusahaan cenderung melakukan pengurangan terhadap

jumlah pemasok. Contohnya Rover yang memiliki lebih dari

2000 pemasok pada tahun 1980-an kemudian pada tahun 1990-

an berjumlah 500 pemasok.

2) Perusahaan dengan pemasok lebih sedikit memungkinkan

keduanya menjalani kerjasama lebih erat.

b. Program pengembangan pemasok


37

1) Fungsi pembelian yang lama lebih menekankan pada membeli

barang dengan harga semurah-murahnya, sehingga proses

pembelian cenderung dilakukan melalui tender, yakni mengadu

satu pemasok dengan pemasok yang lain dan sejenisnya.

2) Pendekatan yang baru dilakukan dengan mengembangkan

kerjasama diantara perusahaan dan pemasok untuk

meningkatkan mutu barang yang dibeli dan memperbaiki biaya.

3) Titik berat hubungannya terletak pada pengembangan dan

pembinaan pemasok untuk kepentingan dua belah pihak.

c. Mengikutsertaan pemasok dalam desain sejak awal

1) Industri mobil di era baru banyak inovasi berasal dari pihak

pemasok. Banyaknya inovasi karena pengikutsertaan desain

awal dari pemasok.

2) Dengan demikian cara tersebut menciptakan inovasi baru

sekaligus menawarkan peluang baru untuk mendapatkan biaya

yang lebih murah. Mendesain bersama-sama dengan pemasok

(designing out) makin menguntungkan dibandingkan dengan

pendekatan yang lama, yaitu melakukan desain sendiri

(designing in).

d. Sistem informasi terpadu

1) Industri mobil merupakan contoh salah satu industri yang

pertama mempelopori praktik “tanpa kertas” dalam artian


38

menggunakan teknologi informasi untuk mengelola arus

informasi baik ke arah hulu maupun hilir dalam supply chain.

2) Dengan teknologi ini pemasok mampu mengelola dan

mengatur aliran atau pasokan barang ke dalam pabrik

berdasarkan informasi terlebih dahulu mengenai jadwal

produksi.

3) Tidak diperlukannya purchase order, nota pengiriman, nota

tagihan dan sejenisnya, tetapi hanya informasi yang dijadikan

dasar untuk mengirim barang secara tepat waktu dan yang

memicu pembayaran kepada pemasok.

e. Sentralisasi inventaris (inventory centralization)

1) Dalam kasus Rover integrasi supply chain tidak hanya

dilakukan antara perusahaan dengan pemasok, tetapi juga

dengan organisasi hilir yaitu distributor dan pengecer (dealer).

2) Secara tradisional dealer menyediakan dan menyimpan

sejumlah mobil yang mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan

pembeli.

3) Sekarang Rover mengubah dengan melakukan sendiri

inventory secara terpusat dan dealer hanya memamerkan

beberapa model saja. Apabila ada permintaan dari pembeli,

dealer dapat menghubungi pusat penyedian mobil, dan model

serta warna yang diinginkan akan dikirim. Apabila model atau

warna yang diminta tidak tersedia atau kehabisan, maka dapat


39

langsung dimasukan ke jadwal produksi pabrik yang akan

datang. Dengan cara ini inventory dapat ditekan dan biaya

angkutan juga dapat dikurangi.

Menurut Miguel dan Brito (2011) Indikator yang

digunakan untuk mengukur variabel integration process sebagai

berikut:

a. Kegiatan logistik antar organisasi

b. Aktivitas logistik eksternal

c. Proses distribusi, pergudangan dan transportasi

d. Aliran material efektif

B. Tinjauan Pustaka

1. Ardin Nashrulah (2019) melakukan penelitian tentang Pengaruh Supply

Chain Management Terhadap kinerja Perusahaan UMKM. Hasil

penelitian ini membuktikan bahwa proses intergration berpengaruh

positif terhadap kinerja UMKM.

2. Anatan (2014) melakukan penelitian tentang, Factors Influencing supply

chain competitive advantage and performance. Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa supply chain management practices yang terdiri

information sharing berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

3. Bayu priyogo (2018) melakukan penelitian tentang pengaruh rantai

pasaokan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa cooperation berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan.
40

4. Aprilia ilmiyati dan munjiati munawaroh (2016) melakukan penelitian

tentang, Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan terhadap keunggulan

kompetitif dan kinerja UKM. Hasil penelitian membuktikan bahwa

informasi sharing berpengaruh positif terhadap kinerja UKM

5. Hamdan Amarudin, dkk (2021) melakukan penelitian dengan judul

Perngaruh Manajemen Rantai Pasokan terhadap Kinerja UKM dengan

hasil penelitian bahwa, variabel informasi sharing dan proses integrasi

memiliki pengaruh positif terhadap kinerja UKM

6. Zulher , dkk (2019) melakukan penelitian dengan judul Managemet

Supply Chain Pengaruhnya terhadap Kinerja UMKM dengan hasil

penelitian bahwa, manajemen Supply Chain berpengaruh positif

terhaadap kinerja UMKM

7. Ardy Kurniawan (2017) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja UMKM dengan hasil

penelitian bahwa, variabel informasi sharing, trust, cooperation, dan

hubungan jangka panjang berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM


41

C. Kerangka Pikir

X1

Informasi Sharing

X2

Long Term
Relationship
Y

Kinerja
X3

Cooperation

X4

Proses integration

Gambar 1. Kerangka Pikir

D. Hipotesis

1. Pengaruh pengaruh information sharing terhadap kinerja peusahaan

UMKM.
42

Informasi sangat penting untuk kinerja rantai pasokan karena

informasi menjadi dasar pelaksanaan proses rantai pasok dan dasar bagi

manajer dalam membuat keputusan. Tanpa informasi seorang manajer

tidak bisa mengetahui permintaan dari pelanggan, jumlah material yang

tersedia, serta jumlah dan jenis produk yang harus dibuat. Informafsi yang

mengalir di bagian dalam sebuah perusahaan rantai pasok memberikan

manajer vasibilitas atau pandangan tentang keseluruhan sehingga membuat

keputusan yang lebih baik (Pujawan dan Mahendrawathi, 2017: 298).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hamdan

amarudin dkk (2021) yang menunjukan infromasi sharing berpengaruh

positif terhadap kinerja UKM. Serta penelitian Zulher dkk (2019) yang

menunjukan informasi sharing dalam rantai pasokan berpengaruh positif

terhadap UMKM.

H1: Information Sharing (Pembagian Informasi) berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan UMKM

2. Pengaruh Long Term Relationship terhadap kinerja perusahaan UMKM

Hubungan proposional yang dimaksud adalah hubungan yang secara

tepat mencerminkan kepetingan strategis tiap-tiap supplier. Hubungan

yang bersifat jangka panjang membutuhkan investasi bersama dari pihak

perusahaan atau supplier yang hanya dilakukan untuk critical strategic

suppliers. Investasi perusahaan untuk mengembangkan kemampuan

supplier yang masuk golongan critical strategic suppliers perlu dilakukan,

sehingga mereka bisa memasok barang atau jasa dengan kualitas yang
43

lebih baik dan pengiriman yang tepat waktu. Investasi ini bisa dilakukan

dalam bentuk bantuan teknis dan manajemen, inisiatif ini bisa dilakukan

dalam bentuk bantuan teknis (termasuk IT) untuk melakukan cost

reduction (Pujawan, 2017).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ardin Nasruhah

(2019) yang menunjukkan long term relationship pada rantai pasokan

berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM.

H2: Long Term Relationship (hubungan jangka panjang) berpengaruh

positif terhadap kinerja perusahaan UMKM

3. Pengaruh Cooperation berpengaruh terhadap kinerja perusahaan UMKM

Ariani (2013) menyatakan, kerjasama (cooperation) merupakan salah satu

alternatif yang terbaik dalam melakukan manajemen supply chain yang

optimal. Alasannya karena organisasi atau perusahaan yang berada pada

jaringan supply chain management sudah pasti memerlukan kepercayaan

antara peserta pengadaan barang dan jasa. Semua itu tidak akan bisa

tercapai tanpa adanya kerjasama yang baik.

Cooperation adalah berdiskusi tentang perencanaan dan peramalan

penjualan, kerjasama ditetapkan berdasarkan kondisi yang objektif,

meningkatkan hubungan berkelanjutan, kerjasama menimbulkan dampak

positif menyebabkan meningkatnya kinerja perusahaan (made punggeng,

2017).

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Ardin

Nasruhah (2019) yang menunjukan bahwa, cooperation berpengaruh


44

positif terhadap kinerja UMKM. Serta penelitian yang dilakukan Ardy

kurniawan (2017) yang menunjukan bahwa, cooperation berpengaruh

positif terhadap kinerja UMKM.

H3: Cooperation (kerjasama) berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan UMKM

4. Pengaruh process integration terhadap kinerja perusahaan UMKM

Setiawan dan Suhardi (2005), yang menyatakan pola integrasi

supply chain mempengaruhi performa perusahan. Semakin perusahaan

melakukan integrasi kepada pemasok dan konsumen maka performa

semakin meningkat.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardin

Nasrullah (2019) yang menunjukan bahwa process integration

berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM.

H4: Process Integration (proses integrasi) berpengaruh positif

terhadap kinerja perusahaan UMKM


45

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah perencanaan aktivitas dan waktu yang

berdasarkan pertanyaan atau topik riset sehingga mengarahkan pada

pemilihan sumber daya dan tipe informasi yang diperlukan. Desain

penelitian merupakan kerangka yang menunjukkan hubungan antara

variabel-variabel yang akan di teliti sehingga menggariskan langkah-

langkah untuk setiap aktivitas riset (Jogiyanto, 2017:69).

B. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan pada UMKM di Kabupaten Purworejo.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari sampai dengan selesai.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, biasanya berupa

orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk

mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003: 103). Pada

penelitian ini yang menjadi populasi adalah pengusaha UMKM di

Kabupaten Purworejo, khususnya pengusaha UMKM di bidang

pembuatan handycrat (kerajinan).


46

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili

populasi penelitian (Kuncoro, 2003:107). Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling yaitu

metode pengambilan sampel tidak memberi peluang atau kesempatan

sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi

sampel. Metode nonprobability sampling yang digunakan adalah

purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012: 84).

Kriteria yang dapat dijadikan sampel adalah sebagai berikut:

a. Responden mempunyai UMKM handycrat (kerajinan)

b. Responden memiliki lebih dari 5 karyawan.

c. Bersedia menjadi responden penelitian.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini diantaranya:

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2009:39).

Variabel bebas sebagai berikut: information sharing (X1), long-term

relationship (X2), cooperation (X3), process integration (X4).

2. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:39). Variabel

terikat sebagai berikut: kinerja supply chain (Y).

E. Definisi Oprasional
47

Definisi operasional adalah menjelaskan karakteristik dari objek

kedalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan

konsep dapat diukur dan dioperasionalkan di dalam riset. Hasil dari

pengoperasional konsep ini adalah definisi konsep dari masing-masing

variabel dan konsep yang digunakan di riset (Jogiyanto, 2017:78). Definisi

operasional masing-masing variabel yang diteliti sebagai berikut:

1. Kinerja UMKM

Kinerja atau perfomance merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan

melalui perencanaan strategis suatu organisasi (Moeheriono, 2012). Menurut

Edison (2018: 188), Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan

diukur selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau

kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Darmanto (2018: 15) mengemukakan kinerja UMKM yaitu tingkat

pencapaian tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan

sebelumnya Teknik memaksimalkan kinerja organisasi dalam jangka panjang

harus mengetahui dan membangun hubungan yang saling menguntungkan

dengan pihak lain. Bisnis yang menempatkan konsumen sebagai raja dalam

organisasi berarti menunjukkan bahwa perusahaan ingin memberi nilai lebih

kepada pelanggan dengan harapan memperoleh keunggulan kompetitif

jangka panjang sehingga dapat memberikan keuntungan yang superior,

Narver & Slater (1990) dalam Darmanto, (2015: 79).

Indikator yang digunakan pada variabel ini adalah;

a) Pertumbuhan penjualan
48

b) Peningkatan jumlah pelanggan

c) Target penjualan

d) Jangkauan UMKM

e) Pertumbuhan laba

2. Information Sharing

Information sharing adalah arus informasi yang penting pada

aliran rantai sebagai pemasok, produsen dan pengecer yang

mengoordinasikan kegiatan mereka untuk memenuhi permintaan agar

mendapatkan biaya terendah (Fisher, 1997). Indikator yang digunakan

untuk mengukur variabel Informasi Sharing (Pujawan dan

Mahendrawathi, 2017:299):

a) Akurat

b) Tepat

c) Dapat diakses pada saat dibutuhkan

3. Long-term Relationship

Long-term relationship (hubungan jangka panjang) adalah dua

pihak yang merasa saling percaya, saling menguntungkan dan

mempunyai kepentingan yang sama, cenderung akan berkerja sama

dalam waktu yang panjang, lebih dari 20 tahun. Hubungan jangka

panjang memungkinkan pihak rekan penjual untuk bersedia, berani,

dan mampu melakukan investasi yang besar untuk keperluan R&D

demi meningkatkan mutu produknya (Indrajit dan Djokopranoto, 2002:


49

125). Indikator yang digunakan pada variabel Long-term Relationship

(Prajogo dan Olhager, (2012) dan Jacob dan Chase, (2015):

a. Pemeliharaan hubungan dengan pemasok menguntungan adanya

hubungan jangka panjang.

b. Keuntungan adanya hubungan jangka panjang.

c. Hubungan dengan waktu yang lama.

4. Cooperation

Untuk mendapatkan kinerja yang baik melalui kerjasama, hubungan

yang baik antara kedua belah pihak mutlak diperlukan, kualitas

hubungan dapat diukur dengan mengadopsi dimensi-dimensi

pengukuran yang digunakan oleh jhonson dalam Fitrianto (2016) yaitu

kepercayaan (trust) dan kejujuran (fairness) sebagai dimensi-dimensi

penyusunan kualitas suatu hubungan kerjasama. Ketika sebuah

perusahaan percaya dengan mitra kerjasamanya dan benar-benar

memperlakukan mitra tersebut dengan adil, perusahaan tersebut akan

memandang lebih hubungan tersebut sebagai asset strategik dan alat

strategik yang akan memperkuat kemampuan bersaing perusahaan

(Fitrianto, 2016).

Indikator yang digunakan pada variabel cooperation adalah :

1) Kepercayaan

2) Kejujuran pemasok

3) Informasi yang akurat

4) Keterbukaan antara pemasok dan perusahaan


50

5. Process Integration

Process integration adalah mempertimbangkan bahwa

organisasi akan bekerjasama untuk memiliki aliran bahan dan sumber

daya yang berkelanjutan dan efisien (Miguel dan Brito, 2011).

Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel integration

process (Londe dan Masters, 1994):

a. Mengkoordinasikan operasi logistik perusahaan independen

dalam rantai.

b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas keseluruhan rantai

pasokan mempraktikan manajemen logistik.

c. Manajemen logistik terintegrasi untuk semua elemen rantai

pasokan.

F. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang

menggunakan semua metode pengumpulan data original (Kuncoro,

2003:127).

Pengukuran data dalam penelitian ini menggunakan skala Likert

yaitu dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju

mengenai berbagai pernyataan mengenai perilaku, objek, orang, atau

kejadian (Kuncoro, 2003:157). Skala Likert dengan kategori jawaban

terdiri dari lima pilihan yaitu:


51

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Kurang Setuju (KS)

2 = Tidak Setuju (TS)

1= Sangat Tidak Setuju (STS)

G. Uji Instrumen

Untuk mengetahui keakuratan pengukuran serta kestabilan parameter

kuesioner, terlebih dahulu dilakukan pengujian kuesioner dengan

menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Ghozali, 2011: 51).

Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan antara nilai r

hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2 (dalam

hal ini n adalah jumlah sampel). Pengujian validitas instrument akan

dilakukan dengan korelasi product moment yang dikemukakan oleh

Pearson. Jika r hitung > t tabel berarti item valid, sebaliknya jika r

hitung < r tabel, maka item tidak valid (Ghozali, 2018:51). Uji validitas

menggunakan alat bantu SPSS versi 24.0 for windows.

2. Uji Reliabilitas
52

Uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur indikator atau

pernyataan pada kuesioner dari suatu variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu

(Ghozali, 2011: 45). Menurut Nunnally dalam Ghozali (2011: 46), uji

reliabilitas ini diukur menggunakan cronbach alpha. Jika nilai a

(cronbach alpha) < 0,7 maka item variabel tersebut dinyatakan tidak

reliabel.

H. Analisis Data

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda

bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau

lebih, serta untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel terikat

dengan variabel bebas (Ghozali, 2011: 96).

1) Analisis Regresi Linier Berganda

Persamaan analisis regresi berganda yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Y=α+b1X1+ b1X2+ b1X3+ b1X4+e

Keterangan:

Y = Kinerja UMKM

Α = Konstanta

X1 = Informasi Sharing
53

X2 = Long-Term Relationship

X3 = Trust

X4 = Process integration

b1,b2,b3,b4 = koefisien Regresi Variabel

2) Kiteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Kiteria penerimaan dan penolakan hipotesis apabila,

a. Jika pvalue <α (5%) dan koefisien regresi (b) positif maka hipotesis

diterima, artinya ada pengaruh yang positif antara variabel bebas

terhadap variabel terkait.

Jika pvalue >α (5%) dan koefisien regresi (b) negatif maka hipotesis ditolak,

artinya tidak ada pengaruh yang positif antara variabel bebas terhadap

variabel terkait.
54

DAFTAR PUSTAKA

https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/44178/jumlah-umkm-

meningkat (diakses pada 26 Maret 2019)

Pujawan, I Nyoman., Mahendrawathi ER. 2010. Supply Chain

Management. Edisi 2. Surabaya: Guna Widya.

Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., Simchi-Levi, E. 2004. Managing the

Supply Chains: the Definitive Guide for the Business Professional.

McGraw-Hill.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Miguel, P.L.S., Ledur, Brito, L.A. 2011. Supply Chain Management

measurement and its influence on Operational Performance. Journal

of operations and supply chain management. Vol 4, No.2.

Hizer, Jay. Render, Barry. 2014. Manajemen Operasi (Manajemen

Keberlangsungan dan Rantai Pasokan). Jakarta: Salemba Empat.

Indrajit, Richardus., Richardus, Djokopranoto. 2002. KonsepManajemen

Supply Chain. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Irmawati (2007). Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja

Di PTPN VIIIGunung Mas Bogor. Jurnal Manajemen.


55

Jacobs, F. Robert., Chase, Richard B. 2015. Manajemen Operasi dan

Rantai Pasokan. Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto, Hartono. 2017. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 6.

Yogyakarta, Indonesia. BPFE UGM.

Ariani,desi., B.M Dwiyanto (2013). Analisis pengaruh SCM terhadap

kinerja

perusahaan (Studi pada Industri Kecil dan Menengah Makanan

Olahan Khas

padang Sumatra Barat). Diponegoro Journal of Management. vol 2

(3). Hal ;1-

Fitrianto , Ahmad Yudha, Budi Sudaryanto (2016) PENGARUH SUPPLY

CHAIN

MANAGEMENT TERHADAP KINERJA OPERASIONAL

OUTLET” (Studi

Pada Counter Handphone yang terdaftar di PT. Multikom Indonesia

Cabang

Semarang). Diponegoro Journal of Management. Vol 5 (2). Hal : 1-11

Bayu Priyogo, (2018) Pengaruh rantai pasokan terhadap kinerja

perusahaan studi kasus carefour amborukmo plaza

Ardin Nasrullah (2019) pengaruh manajemen rantai pasokan terhadap

kinerja perusahaan UMKM usaha dagang bahan bangunan di Sleman


56

Ardi kurniawan (2017) tentang penelitian “Pengaruh manajemen rantai

pasokan terhadap kinerja UMKM Batik di Pekalongan

Anda mungkin juga menyukai