Anda di halaman 1dari 7

Nama : Bennyta Fortuna Apriliyanti

Nrp : 130117031
No : 18
Strategi Internasional

Perusahaan dan Industri dalam Negara Berkembang serta


Aspek yang Mempengaruhi

Abstrak:
Di era globalisasi ini, perusahaan dan industry dituntut untuk meningkatkan kualitas
dan daya saing yang dimiliki. Hal dikarenakan persaingan global yang secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi keberlangsungan suatu perusahaan ataupun
industry. Banyak aspek yang dapat diperbarui seperti sumber daya yang dimiliki, kualitas
sumber daya, standar operasi perusahan serta kepekaan terhadap suatu perubahan.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana global value chain memiliki
pengaruh dalam suatu perusahaan. Mengetahui suatu industry atau perusahaan dalam
membentuk strategi aliansi serta bagaimana internalisasi social perusahaan terjadi. Penelitian
menyebutkan adanya keterkaitan antara global value chain, strategi aliansi dan social
enterprise. Banyak pengaruh baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi
kinerja suatu perusahaan atau industry terutama yang berada pada Negara berkembang
termasuk Indonesia. Penulisan ini menggunakan beberapa teori dan jurnal yang mendukung
didalamnya.

I. Global value chain


Global value chain menawarkan konsep bahwa sebuah perekonomian bisa berkembang hanya
dengan melakukan spesialisasi untuk sub sector tertentu, misalnya pasar input saja. Konsep
ini berbeda dengan konsep keunggulan kompetitif di mana sebuah perekonomian harus
menguasai pasar input, pasar output, industri pendukung, hingga menciptakan
persaingan[ CITATION Pra196 \l 1033 ]. Jelaskan bagaimana global value chain bisa
diterapkan dalam industri rotan (minimal 250 kata + 3 citation).

Jawab:
Global Value Chain yaitu hubungkan antara produsen lokal di Negara berkembang
dengan pasar internasional, hal ini dapat disebut dengan global consumer. Fenomena
globalisasi menyebabkan barang produksi lokal dapat memasuki pasar global. Istilah rantai
nilai (value chain) menggambarkan cara untuk memandang suatu perusahaan sebagai
rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan.
Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar: aktivitas yang membedakan
produk,aktivitas yang menurunkan biaya produk dan aktivitas yang dapat segera
memenuhi kebutuhan pelanggan [ CITATION Cru08 \l 1033 ].
Dalam kasus ini, pelaku industri rotan menggunakan berbagai strategi dalam
melakukan spesialisasi melalui inovasi dan transfer teknologi. Inovasi adalah kecenderungan
dalam menciptakan sesuatu yang baru melalui kreativitas ataupun eksperimen [CITATION
Dra18 \l 1033 ].
Diperlukan sebuah inovasi dan pengembangan produk dalam industry rotan untuk mencapai
daya saing yang berkelanjutan, sehingga akan berdampak pada penyerapan kerja di
masyarakat [ CITATION And161 \l 1033 ].
Transfer Teknologi akan membuat kemudahan dalam mengkoordinasi sebuah
kegiatan yang kompleks pada jarak jauh. Dengan adanya revolusi, teknologi dapat menjadi
sumber daya berharga, tetapi proses transformasi sumber daya tersebut untuk performa yang
lebih membutuhkan kapasitas yang lebih besar, yang berarti skala yang lebih besar dari
ekonomi . Perusahaan menghadapi perubahan teknologi yang signifikan dan terus-menerus
dapat beradaptasi dengan memanfaatkan kemampuan teknologi mereka[CITATION Pra16
\t \l 1033 ].
Tak hanya itu, Supply Chain Management turut berpengaruh terhadap industry rotan.
Supply Chain Management adalah serangkaian kegiatan yang meliputi Koordinasi,
penjadwalan dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman
produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang mencakup administasi harian, operasi,
logistik dan pengolahan informasi mulai dari pelanggan hingga ke pemasok[CITATION
Fea12 \l 1033 ]. Dalam Supply chain, industry kecil rotan akan menyediakan produk setengah
jadi untuk diolah lagi oleh Negara-negara maju. Hal ini tentu menjadi manfaat bagi Negara
berkembang dalam memperluas pangsa pasarnya. Para pelaku Industri perlu untuk mampu
menyesuaikan aturan pemerintahan terkait dengan produksi yang berkelanjutan dalam rantai
nilai global.[CITATION Jor06 \l 1033 ]
Global Value Chain menunjukan bahwa inovasi, teknologi dan supply chain saling
berpengaruh terhadap kelancaran industry rotan. Industri didorong untuk fokus pada peluang
serta memperhatikan daya saing antar industri manufaktur rotan global. Hal ini dikarenakan
dapat menjadi ancaman industry rotan lokal. Banyak aspek untuk menunjang industry rotan
untuk tetap berjalan. Peningkatan kapasitas bagi petani seharusnya tidak fokus pada
produsen. Profit tidak lagi berasal dari pabrik yang berfokus pada proses produksi, tetapi
layanan yang terkait dengan produk, seperti desain furnitur serta pengembangan perangkat
lunak untuk e-marketing, yang membantu produsen menemukan pembeli [CITATION
Str17 \l 1033 ].
Perlunya kemitraan antara perusahaan terkemuka dan desainer lokal untuk
mengembangkan inovasi kreatif. Selama kerjasama untuk mengubah ide menjadi barang atau
jasa bagi para pelanggan. Sebagai contoh, produsen lebih tertarik pada kinerja penjualan,
sementara para desainer sering dibuat lebih pada karya seni. Oleh karena itu, mengubah
inovasi untuk kinerja penjualan menjadi menantang[CITATION Pra196 \t \l 1033 ].

II. International alliance strategy


Partnership antara perusahaan lokal dengan multinasional bisa dilakukan dengan lima
alternative strategy: (1) the wholly owned subsidiary with contractual collaboration, (2) the
wholly owned subsidiary with the licence agreement, (3) the international trade with the
licence agreement, (4) joint venture and (5) outsourcing [CITATION Pra197 \t \l 1033 ].
Jelaskan kondisi yang dibutuhkan bagi terwujudnya wholly owned subsidiary with the
licence agreement dan join venture dalam industri medis (minimal 250 kata + 3 citation).

Jawab:
Wholly owned subsidiary adalah perusahaan yang saham biasa 100% dimiliki oleh
perusahaan lain, perusahaan induk.  Ketika biaya dan risiko yang lebih rendah diinginkan
atau ketika tidak mungkin untuk mendapatkan kontrol penuh atau mayoritas, perusahaan
induk dapat memperkenalkan afiliasi, asosiasi, atau perusahaan asosiasi di mana ia akan
memiliki saham minoritas. Strategi perusahaan dalam lingkup produk, dan pengalaman yang
mendalam menjadi kegiatan nilai tambah dari anak perusahaan. Dengan demikian,
pengalaman pasar yang luas dan mendalam akan menjadi mekanisme perubahan yang secara
langsung dan positif mendorong urutan investasi[ CITATION Peh16 \l 1033 ].
Perlunya perjanjian kontrak atau licence agreement yaitu untuk memperluas usaha atau
mencapai tujuan dari pihak terkait. Kolaborasi antar pihak ditandai dengan interaksi sosial
dengan kepercayaan untuk mendukung operasi. Perusahaan juga tetap harus meningkatkan
pengamanan kontrak tersebut[ CITATION Chi10 \l 1033 ].
Melalui anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, perusahaan lokal akan menjaga
kelangsungan rutinitas suatu perusahaan serta dapat meningkatkan efisiensi alokasi sumber
daya. Industri medis tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan mereka sendiri sehingga
perlu untuk memiliki kolaborasi yang dibentuk untuk kemajuan mengembangkan
kemampuan dalam industri medis. Mengingat pembangunan atau penyebaran kemampuan
perusahaan multinasional atau sumber daya memainkan peran penting pada keputusan
entrymode atau diartikan dengan cara masuk sebuah organisasi ke pasar suatu Negara
[ CITATION Chi10 \l 1033 ].
Joint Venture adalah kontrak patungan dimana merupakan salah satu jenis aliansi
strategis yang ditandai dengan kepemilikan bersama, pemerintahan bersama dan kinerja
bersama. Strategi ini dikenal sebagai aliansi ekuitas, yang cenderung menarik lebih banyak
profit serta mencapai target dalam perusahaan [ CITATION Ibo04 \l 1033 ].
Aliansi strategis merupakan sebuah hubungan antara beberapa kelompok

yang memiliki tujuan sama dan melibatkan beberapa bidang bisnis. Perlunya

aliansi strategis dalam keberlangsungan industry medis ditentukan pada upaya


pemerintah untuk mengurangi kendala keuangan dan biaya transaksi pada industry.
Pemerintah Indonesia perlu mendorong perusahaan multinasional untuk berinvestasi dalam
produksi perangkat medis kesehatan di Indonesia, yang dapat membentuk sebuah kolaborasi
berbasis ekuitas atau merger dan akuisisi strategi [ CITATION Alh12 \l 1033 ].
Ketersediaan sumber daya, serta kondisi lingkungan yang berlaku, akan mempengaruhi
suatu industry medis untuk mengalokasikan sumber daya, penyebaran, dan pengembangan.
Kondisi ini membuat suatu gerakan dimana industry medis dapat memperoleh dan
memanfaatkan sumber daya eksternal[ CITATION Chi10 \l 1033 ].

III. Internationalization of social enterprise


Saat ini, tidak banyak lembaga donor yang membantu Indonesia, karena negara ini bukan lagi
negara miskin yang layak dibantu. Hal tersebut membuat berbagai lembaga non-profit
kesulitan mendapatkan dana. Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa lembaga internasional
mencoba mempromosikan model kewirausahaan sosial bagi lembaga-lembaga non-profit di
Indonesia[ CITATION Pra1831 \l 1033 ]. Jelaskan bagaimana upaya mempromosikan model
bisnis tersebut di Indonesia! (minimal 250 kata + 3 citation).

Jawab:
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran
pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk
suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari
laba (moneter). Sebuah Organisasi mungkin mendapatkan dukungan dari lembaga yang
menetapkan dan memberlakukan standar tertentu untuk menangani informasi asimetris antara
produsen dan pembeli pengguna akhir [ CITATION Dre03 \l 1033 ]
Promosi membantu perusahaan untuk mengatasi hambatan yang ada dengan
menyediakan saran serta keuangan, logistik dan dukungan material pada berbagai tahap
ekspansi. Dengan melakukan promosi, model bisnis Indonesia dapat membantu untuk
mengatasi kesulitan terkait dengan kurangnya sumber daya dan kemampuan, pengetahuan
pasar luar negeri, akses ke jaringan lokal atau saluran distribusi dimana hal tersebut
merupakan sebuah langkah pertama untuk internasionalisasi model bisnis, perusahaan sosial
ataupun lembaga non profit lainnya[ CITATION Len17 \l 1033 ].
Suatu Lembaga non profit dapat memperoleh manfaat dari jaringan melalui
menghasilkan inovasi sosial. Lembaga tersebut memberikan peran penting dalam fungsi
intermediasi informasi dimana lembaga organisasi non profit dapat melakukan berbagai
kegiatan, seperti seminar, workshop, pameran, atau kompetisi dengan tujuan mempromosikan
usaha sosial prinsip. Sebuah perusahaan sosial mungkin bergabung dengan beberapa
lokakarya yang disediakan oleh organisasi perantara yang berbeda, yang melakukan fungsi
menyediakan akses informasi. Bergabung dengan kegiatan internasional yang diperoleh
perusahaan sosial yang diamati reputasi sebagai kemampuan dalam meningkatkan akses
jangkauan lembaga tersebut [ CITATION Dom18 \l 1033 ].
Tak hanya itu, Social marketing juga turut berpengaruh dimana merupakan sebuah
sarana dan strategi organisasi nirlaba dalam merubah perilaku individu maupun kelompok
dalam masyarakat[CITATION Mit16 \t \l 1033 ]. Dengan pendekatan kepada kelompok
masyarakat yang akan dituju, pelaksanaan strategi social marketing tidak akan lepas dari
aktivitas mempengaruhi. Melalui strategi social marketing kelompok sasaran yang dituju
akan dengan mudah menerima, mengolah, mengubah pandangan serta sikap suatu individu
maupun kelompok masyarakat sebagai hasil pencapaian akhir dari penerapan strategi social
marketing [ CITATION Fis15 \l 1033 ].
Beberapa perusahaan sosial atau sosial enterprise mengejar strategi yang menekankan
nilai yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih tinggi, bahkan organisasi-organisasi ini
berjuang untuk terus mengatasi tujuan sosial mereka. Selanjutnya, perusahaan sosial
mengecilkan misi sosial mereka dalam materi promosi dalam mendukung menekankan
kualitas produk dan layanan mereka. Hal ini lebih diperkuat melalui harga, yang
dikembangkan berdasarkan nilai konsumen menghadap, bukan dalam hal biaya sosial yang
terkait dengan produksi [CITATION Mit16 \t \l 1033 ].

Panduan:
1. Jawab pertanyaan tersebut di atas dengan dukungan literature.
2. Buatlah judul untuk paper tersebut
3. Buatlah abstrak atau ringkasan paper anda.
4. Upload di https://osf.io/preprints/inarxiv/ untuk mendapatkan alamat doi
5. Kirim paper anda dengan alamat doi ke hpratono@yahoo.com pada 28 Juni 2019

References
Alhorr, H. S., Boal, K., & Cowden, B. J. (2012). Regional economic integration and
international strategic alliances: evidence from the EU. Multinational Business
Review, 20(1), 44-66.
Andersén , J., & Samuelsson, J. (2016). Resource organization and firm performance: How
entrepreneurial orientation and management accounting influence the profitability of
growing and nongrowing SMEs. International Journal of Entrepreneurial Behavior
& Research Resource organization and firm performance: How entrepreneurial
orientation and management accounting influence the profitability of growing and
nongrowing SMEs, 22(4), 466-484.
Chiao, Y.‐C., Lo, F.‐Y., & Yu, C.‐M. (2010). Choosing between wholly-owned subsidiaries
and joint ventures of MNCs from an emerging market. International Marketing
Review, 27(3), 338-365.
Cruz, L. B., & Boehe, D. M. (2008). CSR in the global marketplace: Towards sustainable
global value chains. Management Decision, 46(8), 1187-1209.
Dominguez, N., & Mayrhofer, U. (2018). How Can Promotion Agencies Impact SME
Internationalisation? The Case of the French Company Slat. Key Success Factors of
SME Internationalisation: A Cross-Country Perspective, 20(1), 121-136.
Dreisler, P., Blenker, P., & Nielsen, K. (2003). Promoting entrepreneurship – changing
attitudes or behaviour? Journal of Small Business and Enterprise Development, 10(4),
383-392.
Fearne, A., Martinez, M. G., & De, B. (2012). Dimensions of sustainable value chains:
implications for value chain analysis. Supply Chain Management: An International
Journal, 17(6), 575-581.
Fisac, R., & Romero, A. M. (2015). Understanding social enterprise country models: Spain.
Social Enterprise Journal, 11(2), 156-17.
Iborra, M. S. (2004). Choices in Joint Venture and Acquisition Negotiation Behavior: The
Power-Dependence Relationship. Management Research: Journal of the
Iberoamerican Academy of Management, 2(3), 219-234.
Jorgensen, A. L., & Knudsen, J. S. (2006). Sustainable competitiveness in global value
chains: how do small Danish firms behave? Corporate Governance: The
international journal of business in society, 6(4), 449-462.
Lenka, U., & Agarwal, S. (2017). Role of women entrepreneurs and NGOs in promoting
entrepreneurship: case studies from Uttarakhand, India. Journal of Asia Business
Studies, 11(4), 451-465.
Mitchell, A., Madill, J., & Chreim, S. (2016). Social enterprise dualities: implications for
social marketing. Journal of Social Marketing, 6(2), 169-192.
Mullens, D. (2018). Entrepreneurial Orientation and Sustainability Initiatives in Family
Companies. Journal of Global Responsibility, 9(2), 160-178.
Pehrsson, A. (2016). Sequential expansion in a foreign market: Knowledge drivers and
contingencies of establishments of additional subsidiaries. European Business
Review, 28(3), 285-311.
Pratono, A. H. (2016). Strategic orientation and information technological
turbulenceContingency perspective in SMEs. Business Process Managemen, 22(2), 1-
15.
Pratono, A. H. (2019). Cross-cultural collaboration for inclusive global value chain: a case
study of rattan industry. International Journal of Emerging Markets,
https://doi.org/10.1108/IJOEM-01-2017-0028.
Pratono, A. H., & Ratih, R. S. (2019). International Alliance Strategies: A Case Study of the
Indonesian Medical Device Industry. Globalization and Development, 381-400.
Pratono, A. H., Marciano, D., Suyanto, & Jeong, B. G. (2018). Internationalization of social
enterprise: Scaling up the social innovation in Indonesia. The 2018 International
Conference of Organizational Innovation. Tokyo: KnE Social Science.
Strange, R., & Zucchella, A. (2017). Industry 4.0, global value chains and international
business. Multinational Business Review, 25(3), 174-184.

Anda mungkin juga menyukai