Anda di halaman 1dari 9

Nama : Al Fhandu Ramanda Pako

NIM : 2019100088
Prodi : Akuntansi 2
Makul : Perekonomian Indonesia/Fella Yunita Fitriani., S.E., M.Ak.

Analisis Perkembangan UMKM dan BUMN serta Resume mengenai Privatisasi BUMN
di Indonesia

Analisis Perkembangan UMKM


A. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Menurut UU No.20 tahun 2008 Pasal 1 disebutkan bahwa :
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

B. Kriteri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah


Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 disebutkan bahwa:
1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
i) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
i) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
i) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah). Menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil

C. Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah


UMKM berperan dalam pembangunan perekonomian nasional melalui kontribusi
terhadap PDB, penciptaan lapangan pekerjaan, dan penyerapan tenaga kerja.

D. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah


Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri agar
dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai pada satu titik atau
puncak menuju kesuksesan. Perkembangan usaha di lakukan oleh usaha yang sudah
mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju lagi.
Menurut Purdi E. Chandra (2000: 121) Perkembangan usaha merupakan suatu
keadaan tejadinya peningkatan omset penjualan. Menurut Soeharto Prawirokusumo
(2010: 185-188), perkembangan usaha dapat dibedakan menjadi 5 tahap, yaitu tahap
conceptual, start up, stabilisasi, pertumbuhan (growth stage), dan kedewasaan.
Menurut Mohammad Jafar Hafsah (2004: 43-44) pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) pada hakekatnya merupakan tanggungjawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat.
Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UKM, maka kedepan
perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut:
1) Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif
Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain
dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta
penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
2) Bantuan Permodalan
Pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak
memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu
melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema
penjaminan, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
yang ada, maupun non bank.
3) Perlindungan Usaha
Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha
golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik
itu melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada
saling menguntungkan (win-win solution).
4) Pengembangan Kemitraan
Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UKM, atau antara
UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk
menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Disamping itu juga untuk
memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan
demikian UKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis
lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.
5) Pelatihan
Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek
kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya
dalam pengembangan usahanya. Disamping itu juga perlu diberi kesempatan
untuk menerapkan hasil pelatihan dilapangan untuk mempraktekkan teori melalui
pengembangan kemitraan rintisan.
6) Membentuk Lembaga Khusus
Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penumbuh
kembangan UKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka
mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh UKM.
7) Memantapkan Asosiasi
Asosiasi yang telah ada perlu diperkuat, untuk meningkatkan perannya antara lain
dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk
pengembangan usaha bagi anggotanya.
8) Mengembangkan Promosi
Guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dengan usaha besar
diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang
dihasilkan. Disamping itu perlu juga diadakan talk show antara asosiasi dengan
mitra usahanya.
9) Mengembangkan Kerjasama yang Setara
Perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi antara pemerintah dengan
dunia usaha UKM untuk menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang terkait
dengan perkembangan usaha.

Analisis Pengembangan BUMN


A. Tujuan Pembentukan BUMN
a) Efisiensi ekonomi, yang meliputi
 Efisiensi alokatif atau ekonomis, merupakan efisiensi alokasi sumber
daya ekonomi.
 Efisiensi teknologi, adalah hubungan antara output dengan input pada
proses produksi, dengan tingkat teknologi tertentu.
 Efisiensi marjinal dalam arti statis adalah kemampuan manajemen
mengadakan penghematan. Sedangkan dalam arti dinamis adalah
kemampuan manajemen untuk memanfaatkan teknologi baru dan
kesempatan pasar.
Jadi, BUMN bertujuan mengadakan alokasi sumber daya secara efisien
dengan memperhatikan efisiensi teknis dan efisiensi usaha.
b) Kenaikan kemampuan memperoleh laba. Kemampuan BUMN memperoleh
laba menjadi penting, karena selain merupakan sumber dana intern
perusahaan, laba juga merupakan sumber pendapatan negara berupa pajak dan
bagian laba yang diterima oleh pemerintah sebagai pemilik. Pemerataan
distribusi pendapatan. BUMN merupakan alat pemerintah untuk
mendistribusikan pendapatan melalui kebijakan harga, dengan menjual pada
harga yang lebih rendah daripada biaya, atau dengan melalui keputusan
investasi yang mengabaikan "skala ekonomis", untuk meningkatkan
pendapatan riil golongan tertentu.
c) Tujuan bersifat makro. BUMN sebagai alat campur tangan pemerintah
mempunyai tujuan mendorong dan menciptakan kesempatan kerja,
memelihara keseimbangan neraca pembayaran internasional, mencegah inflasi
dan mendorong pertumbuhan ekonomi. BUMN merupakan salah satu unsur
dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, tujuan jangka panjang bersifat
makro dalam rangka pembangunan ekonomi nasional yang akan menjadi
pedoman dalam garis kebijakannya. Tujuan makro menjadi tujuan mikro
BUMN pada berbagai sektor ekonomi. Karena BUMN meliputi berbagai
sektor yang interdependen, di mana output satu BUMN merupakan input
sektor lain, maka dalam penentuan garis kabijakan juga harus sistematik.
Perumusan pokok-pokok kebijakan akan memperjelas tujuan dan
menyeimbangkan pengawasan, serta pengarahan oleh pemerintah dengan
otonomi dari pimpinan dalam mengambil keputusan. Hal ini akan
mempermudah pencapaian tujuan, di samping faktor lain yang ikut
menentukan, yaitu kemampuan manajemen dan lingkungan usaha BUMN.

B. Perkembangan BUMN
Secara kronologis, di Indonesia perusahaan negara berkembang menuju
pragmatis. Pada awal kemerdekaan, perusahaan negara hanya bergerak di sektor
pelayanan publik, sebagai akibat dari nasionalisasi dan pengambil-alihan dari
pemerintah kolonial. Selama periode "demokrasi terpimpin" di bawah Presiden
Soekarno yang condong ke arah sosialisme, perusahaan negara merambah ke sektor-
sektor lain yang lebih luas. Kegagalan manajemen dan pelaksanaan kebijakan
ekonomi, ditambah ketidakstabilan politik di dalam dan luar negeri, menyebabkan
hampir terjadi kebangkrutan ekonomi.
Selama pemerintah Orde Baru sejak tahun 1969 sampai sekarang, peranan
perusahaan negara dalam perekonomian telah dikurangi. Tujuan dan pertimbangan
efisiensi ekonomi mengarah ke kebijakan ini, karena kinerja beberapa perusahaan
negara yang kurang efisien. Peranan lebih luas diberikan kepada sektor swasta untuk
menaikkan efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Hanya pada sektor-sektor vital,
seperti minyak dan pertambangan lain, sektor-sektor yang secara historis terbang
banyak berperan dalam perolehan pendapatan devisa luar negeri; juga pada badan
badan usaha seperti semen, pupuk, industri pesawat terbang, pembangunan kapal dan
Iain-Iain, perusahaan negara berperan besar. Hal ini disebabkan karena sektor swasta
kekurangan modal, keahlian dan pengaiaman untuk mengelola sektor pelayanan
publik yang pada waktu ini masih sepenuhnya dikuasai oleh pemerintah.
Resume mengenai Privatisasi BUMN di Indonesia
A) Pengertian Privatisasi
Thomson sebagai " Means of changing relationship between the government
and private sector". Mereka mendefinisikan privatisasi sebagai cara untuk mengubah
hubungan antara pemerintah dan sektor swasta. Sedangkan pengertian privatisasi
dalam arti yang lebih sempit dikemukakan oleh C. Pas, B. Lowes, dan L. Davies yang
mengertikan privatisasi sebagai denasionalisasi suatu industri, mengubahnya dari
kepemilikan pemerintah menjadi kepemilikan swasta. Istilah privatisasi sering
diartikan sebagai pemindahan kepemilikan industri dari pemerintah ke sektor swasta
yang berimplikasi kepada dominasi kepemilikan saham akan berpindah ke pemegang
saham swasta. Privatisasi adalah suatu terminolog yang mencakup perubahan
hubungan antara pemeerintah dengan sektor swasta, dimana perubahan yang paling
signifikan adalah adanya disnasionalisasi kepemilikan publik.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa privatisasi
adalah pengalihan aset yang sebelumnya dikuasai oleh negara menjadi milik swasta.
Pengertian ini sesuai dengan yang termaktub dalam Undang-undang Nomr 19 Tahun
2003 Tentang BUMN, yaitu penjualan saham persero, baik sebagian maupun
seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas
pemilikan saham oleh masyarakat.

B) Tujuan Privatisasi
Pada dasarnya kebijakan privatisasi ditujukan untuk berbagai aspek harapan, dilihat
dari aspek keuangan, pembenahan internal manajemen (jasa dan organisasi), ekonomi
dan politik. Dari segi keuangan, privatisasi ditujukan untuk meningkatkan
penghasilan pemerintah terutama berkaitan dengan tingkat perpajakan dan
pengeluaran publik; mendorong keuangan swasta untuk ditempatkan dalam investasi
publik dalam skema infrastruktur utama; menghapus jasa-jasa dari kontrol keuangan
sektor publik.

Tujuan privatisasi dari sisi pembenahan internal manajemen (jasa dan organisasi)
yaitu:
1) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas;
2) Mengurangi peran negara dalam pembuatan keputusan;
3) Mendorong penetapan harga komersial, organisasi yang berorientasi pada
keuntungan dan periaku bisnis yang menguntungkan;
4) Meningkatkan pilihan bagi konsumen

Dari sisi ekonomi, tujuan privatisasi yaitu :


1) Memperluas kekuatan pasar dan meningkatkan persaingan;
2) Mengurangi ukuran sektor publik dan membuka pasar baru untuk modal swasta.
Tujuan dari segi politik yaitu:
1) Mengendalikan kekuatan asosiasi/perkumpulan bidang usaha bisnis tertentu dan
memperbaiki pasar tenaga kerja agar lebih fleksibel;
2) Mendorong kepemilikan saham untuk individu dan karyawan serta memperluas
kepemilikan kekayaan;
3) Memperoleh dukungan politik dengan memenuhi permintaan industri dan
menciptakan kesempatan lebih banyak akumulasi modal spekulasi,
4) Meningkatkan kemandirian dan individualisme.
Adapun tujuan pelaksanaan privatisasi sebagaimana tercantum dalam Pasal 74
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN adalah meningkatkan kinerja
dan nilai tambah perusahaan serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pemilikan saham Persero. Penerbitan peraturan perundangan tentang BUMN
dimaksudkan untuk memperjelas landasan hukum dan menjadi pedoman bagi
berbagai pemangku kepentingan yang terkait serta sekaligus merupakan upaya untuk
meningkatkan kinerja dan produktivitas BUMN. Privatisasi bukan semata-mata
kebijakan final, namun merupakan suatu metode regulasi untuk mengatur aktivitas
ekonomi sesuai mekanisme pasar. Kebjakan privatisasi dianggap dapat membantu
pemerintah dalam menopang penerimaan negara dan menutupi defisit APBN
sekaligus menjadikan BUMN lebih efisien dan profitable dengan melibatkan pihak
swasta di dalam pengelolaannya sehingga membuka pintu bagi persaingan yang sehat
dalam perekonomian.
C) Metode Privatisasi
UU Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN di dalam pasal 78 hanya membolehkan
tiga cara dalam privatisasi yakni :
1) Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal
2) Penjualan saham langsung kepada investor.
3) Penjualan saham kepada mamajemen dan/atau karyawan yang bersangkutan.

D) Dampak Privatisasi BUMN di Indonesia


Dampak kebijakan privatisasi BUMN jelas terlihat pada perubahan kebjakan
pemerintah dan kontrol regulasi Dimana dapat dikatakan sebagai sarana transisi
menuju pasar bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar
yang lebih kompetitif, dengan adanya jaminan tidak ada hambatan dalam kompetisi,
baik berupa aturan, regulasi maupun subsidi. Kebijakan privatisasi dikaitkan dengan
kebijakan eksternal yang penting seperti tarif, tingkat nilai tukar, dan regulasi bagi
investor asing. Juga menyangkut kebijakan domestik, antara lain keadaan pasar
keuangan, termasuk akses modal, penerapan pajak dan regulasi yang adil, dan
kepastian hukum serta arbitrase untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya kasus
perselisihan bisnis.
Dampak lain yang sering dirasakan dari kebjakan privatisasi yaitu
menyebarnya kepemilkan pemerintah kepada swasta, mengurangi sentralisasi
kepemilikan pada suatu kelompok atau konglomerat tertentu. Sebagai sarana transisi
menuju pasar bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar
yang lebih kompetitif, dengan jaminan tidak ada hambatan dalam kompetisi, baik
berupa aturan, regulasi maupun subsidi. Untuk itu diperlukan perombakan hambatan
masuk pasar dan adopsi sebuah kebjakan yang dapat membantu perkembangan dan
menarik investasi swasta dengan memindahkan efek keruwetan dari kepemilikan
pemerintah. Seharusnya program privatisasi ditekankan pada manfaat transformasi
suatu monopoli publik menjadi milik swasta. Hal ini terbatas pada keuntungan
ekonomi dan politik. Dengan pengalihan kepemilikan, salah satu akernatif yaitu
dengan pelepasan saham kepada rakyat dan karyawan BUMN yang bersangkutan
dapat ikut melakukan kontrol dan lebih memotivasi kerja para karyawan karena
merasa ikut memilki dan lebih semangat untuk berpartisipasi dalam rangka
meningkatkan kinerja BUMN yang sehat. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan
produktivitas karyawan yang berujung pada kenaikan keuntungan
Privatisasi BUMN di Indonesia mulai dicarangkan pemerintah sejak tahun
1980-an. BUMN yang telah diprivatisasi seperti PT. Telkom (Persero) Tbk ., PT.
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk ., PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk ., PT. Bank
BNI 46 (Persero) Tbk ., PT. Indosat (Persero) Tbk ., PT. Aneka Tambang (Persero)
Tbk ., dan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk ., ternyata mampu membrikan kontribusi
yang signifikan terhadap likuiditas dan pergerakan pasar modal. Kondisi ini membuat
semakin kuatnya dorongan untuk melakukan privatisasi secara lebih luas kepada
BUMN-BUMN lainnya. Nanun demikian, diketahui pula bahwa terdapat beberapa
BUMN yang tidak menunjukkan perbaikan kinerja terutama 2-3 tahun pertama
setelah diprivatisasi, misalkan pada PT. Indofarma (Persero) Tbk. dan PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Dimana target privatisasi BUMN masih belum tercapai
sepenuhnya
Selain itu, metode privatisasi yang dilakukan pemerintah pun kebanyakan
masih berbentuk penjualan saham kepada pihak swasta. Hal ini menyebabkan uang
yang diperoleh dari hasil penjualan saham-saham BUMN tersebut masuk ke tangan
pemerintah, bukannya masuk ke dalam BUMN untuk digunakan sebagai tambahan
pendanaan dalam rangka mengembangkan usahanya.Bagi pemerintah hal ini
berdampak cukup menguntungkan, karena pemerintah memperoleh pendapatan
penjualan sahamnya, namun sebenarnya bagi BUMN hal ini agak kurang
menguntungkan, karena dengan kepemilikan baru, tentunya mereka dituntut untuk
melakukan berbagai perubahan. Namun, perubahan tersebut kurang diimbangi
tambahan dana segar yang cukup, sebagian besar hanya berasal dari kegiatan-kegiatan
operasionalnya terdahulu yang sebenarnya didapatnya dengan kurang efisien
Dari segi politis, masih banyak pihak yang kontra terhadap kebjakan
privatisasi saham kepada pihak asing ini. Pasalnya, kebijakan ini dinilai tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip nasionalisme. Privatisasi kepada pihak asing dinilai akan
menyebabkan terbangnya keuntungan BUMN kepada pihak asing. bukannya kembali
kepada rakyat Indonesia.

E) Kondisi Ideal Untuk Melakukan Privatisasi di Indonesia


Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 ayat (1), maka sistem ekonomi yang dianut
Indonesia adalah sistem ekonomi yang berdasar atas asas kekeluargaan. Konsep
sistem ekonomi yang demikian di Indonesia disebut sebagai konsep Demokrasi
Ekonomi.
Mubyarto menyebutkan bahwa dalam konsep demokrasi ekonomi, sistem ekonomi
tidak diatur oleh negara melalui perencanaan sentral (sosialisme), akan tetapi
dilaksanakan oleh, dari, dan untuk rakyat. Demokrasi ekonomi mengutamakan
terwujudnya kemakmuran masyarakat (bersama) bukan kemakmuran individu-
individu. Demokrasi ekonomi mengartikan masyarakat harus ikut dalam seluruh
proses produksi dan turut menikmati hasil-hasil produksi yang dijalankan di
Indonesia.
Mengacu pada Pasal 33 UUD 1945, tersirat bahwa poin utama dari
perekonomian Indonesia adalah kesejahteraan rakyat. Di sinilah peran demokrasi
ekonomi, yaitu sebagai pemandu pengelohan BUMN agar dapat memaksimalkan
kesejahteraan rakyat. BUMN harus dapat beroperasi dengan efektif dan efisien,
sehingga dapat menyediakan produk-produk yang berkualitas dengan harga yang
terjangkau bagi rakyat. Selain itu, BUMN juga harus berupaya memperbaiki
profitabilitasnya, sehingga dapat diandalkan sebagai sumber pendanaan utama bagi
pemerintah, terutama untuk mendanai defisit anggarannya. Hal ini akan sangat
berpengaruh pada kesejahteraan rakyat, karena BUMN tidak lain adalah pengelola
sumber daya yang vital bagi hajat hidup rakyat banyak, sehingga tentu akan sangat
merugikan rakyat jika BUMN jatuh bangrut atau pailit.
Praktik privatisasi BUMN yang belakangan marak dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dianggap sebagai jalan keluar yang paling baik untuk melaksanakan amanat
demokrasi ekonomi untuk menyehatkan BUMN-BUMN di Indonesia dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Pada beberapa BUMN, ada yang
diprivatisasi oleh pihak asing, bahkan dalam jumlah kepemilikan saham yang cukup
signfikan. 1191 Privatisasi BUMN kepada pihak asing ini dinilai "menggadaikan"
nasionalisme Indonesia. Selain itu, BUMN tidak lain adalah pihak yang diberikan
wewenang khusus untuk mengelola sumber daya vital yang memegang hajat hidup
orang banyak. Menurut Pasal 33 UUD 1945, sumber daya yang seperti demikian itu
harus dikelola oleh negara.
Pilihan model privatisasi mana yang sesuai dengan iklim perekonomian,
politik dan sosial budaya Indonesia haruslah mempertimbangkan faktor-faktor seperti:
1) Ukuran nilai privatisasi ;
2) Kondisi kesehatan keuangan tiga tahun terakhir ;
3) Waktu yang tersedia bagi BUMN untuk melakukan privatisasi ;
4) Kondisi pasar ;
5) Status perusahaan, apakah telah go public atau belum ; dan
6) Rencana jangka panjang masing-masing BUMN.

DAFTAR PUSTAKA
https://journal.ugm.ac.id
PERKEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN MANAJEMEN (Diakses Pada Selasa, 21
Juni 2022 Pukul 09.47)
http://staffnew.uny.ac.id
JURNAL PENELITIAN Humaniora - Universitas Negeri Yogyakarta (Diakses Pada Selasa,
21 Juni 2022 Pukul 09.47)
https://www.slideshare.net
Makalah privatisasi bumn di – SlideShare (Diakses Pada Selasa, 21 Juni 2022 Pukul 09.47)

Anda mungkin juga menyukai