Anda di halaman 1dari 24

JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018

Majalah Ilmiah Institut STIAMI


ISSN 2579-8952

MODEL PENINGKATAN KINERJA SISTEM LOGISTIK YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

Cundo Harimurti
Program Studi Manajemen Logistik
Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI
Email: cundoharimurti@gmail.com

Abstrak. Salah satu dampak globalisasi yang kemudian diikuti dengan berbagai perjanjian
perdagangan bebas yang diterapkan di suatu kawasan mendorong persaingan dalam berbagai
industri menjadi semakin ketat. Di kawasan ASEAN, implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) memicu perlunya peningkatan kemampuan daya saing industri dalam negeri melalui
peningkatan kinerja sistem logistiknya. Suatu model pengukuran peningkatan kinerja sistem logistik
dirancang sebagai alat evaluasi bagi perusahaan komponen otomotif di Indonesia, untuk
meningkatkan kinerja logistiknya sehingga mampu bersaing dalam konteks pasar bebas.
Perancangan model pengukuran peningkatan kinerja sistem logistik ini berbasis pada perspektif
Logistics Scorecard, dan terbagi dalam dua tahap: mengidentifikasi strategi bisnis rantai pasok-
logistik untuk mendapatkan KPI, dan menyusun model pengukuran peningkatan kinerja sistem
logistik. Terdapat 23 KPI menurut lima perspektif Logistics Scorecard. Penerapan model
menghasilkan skor rata-rata kinerja logistik yang tergolong cukup baik dengan beberapa indikator
yang perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam
rangka meningkatkan kinerja sistem logistik yang efektif dan efisien yang berdaya saing tinggi.

Kata Kunci: Pengukuran Peningkatan Kinerja Sistem Logistik, Logistics Scorecard, Industri
Komponen Otomotif, Daya Saing.

Abstract.

A. PENDAHULUAN bermacam-macam material dalam jumlah


Sistem logistik merupakan bagian integral yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, -
dalam suatu aktivitas keseharian suatu efektif -, dan dengan total biaya yang
organisasi yang kompleks sehingga minimal, - efisien -, tetapi bagaimana sistem
memerlukan penanganan secara serius agar logistik nasional mampu menjadi faktor
tercapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang leverage perekonomian daerah maupun
diharapkan. Dalam skala kecil, - seperti nasional.
perusahaan -, kompleksitas sistem logistik Ketidakseimbangan yang menjadi salah satu
masih terbatas pada bagaimana menciptakan permasalahan sistem logistik nasional antara
keseimbangan antara supply barang dengan lain memang terletak pada ketidakseimbangan
demand konsumen pengguna produk. dalam artian jumlah dan jarak-sebaran antara
Sedangkan pada skala yang lebih besar, sentra-sentra produksi dengan sentra-sentra
tingkat wilayah atau nasional, kompleksitas konsumsi. Namun begitu, strategi
sistem menjadi jauh lebih rumit mengingat meningkatkan, memindahkan atau
banyaknya faktor sebab dan dampak yang mendekatkan sentra-sentra produksi ke daerah
dapat menjadi efek lanjutan dari sistem sentra konsumsi pun bukanlah merupakan
logistik nasional yang tidak efektif. Sistem penawaran solusi tepat, mengingat strategi
logistik nasional tidak semata-mata hanya tersebut cenderung mengabaikan faktor-faktor
menyampaikan suatu barang (jadi) atau lain terkait, terutama faktor sosial dan budaya.

46
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

Untuk itu, perlu ditempuh strategi lain yang hubungannya dengan peningkatan kinerja
lebih menitikberatkan pada bagaimana suatu bisnis dan daya saing industri atau
sistem logistik nasional dikelola dalam suatu perusahaan.
management sistem logistik yang efektif dan Choy et.al (2007) mengembang-kan
efisien. metode pengukuran kinerja dalam penerapan
Pemerintah memiliki perhatian besar terhadap manajemen hubungan pemasok dengan
sistem logistik, sehingga perlu mengaturnya pendekatan kerangka benchmarking rantai
pada dalam suatu kebijakan nasional setingkat pasok dalam kegiatan pemeliharaan logistik.
Peraturan Presiden atau Peraturan Pemerintah Pengukuran kinerja ini dapat membantu
dengan melibatkan multi-sektor. Pada masa perusahaan dan pemasoknya dalam
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang memahami kesenjangan kinerja, yang
Yudhoyono, Pemerintah menerbitkan kemudian dapat ditentukan rantai pasok baru
Peraturan Presiden Tentang Sistem Logistik dan rencana strategis.
Nasional. Sedangkan kebijakan terbaru dalam Tracey et al. (2005) meneliti kegiatan khusus
konteks sistem logistik nasional pada saat ini rantai pasok dan menyelidiki dampaknya pada
antara lain adalah konsep Tol Laut yang kinerja bisnis. Studi ini diperkuat oleh
digagas, diimplementasikan, serta diawasi Mensah et al. (2014) yang menguji praktik
secara serius oleh Presiden Joko Widodo. manajemen rantai pasok dan dampaknya pada
Harapannya, melalui Konsep Tol Laut ini kinerja suatu perusahaan manufaktur di
sistem logistik nasional dapat terselenggara Ghana. Praktik manajemen rantai pasok
secara lebih terpadu sehingga tercipta kinerja secara signifikan mempengaruhi kinerja
sistem logistik nasional yang efektif dan bisnis.
efisien serta mampu mendongkrak tingkat Brewer dan Speh (2000) menggunakan
daya saing nasional. pendekatan Balanced Scorecard dalam
Sistem logistik nasional yang efektif dan mengukur kinerja rantai pasok, yang
efisien diperlukan karena dalam persaingan membantu dalam memanfaatkan rantai pasok
internasional dewasa ini, persaingan tidak menjadi sumber keunggulan kompetitif dan
hanya hanya antar produk dan antar memberikan ide dalam mengatur rencana ke
perusahaan, namun antar rantai pasok dan depannya. Saboia et.al. (2006) menggunakan
bahkan antar negara (Heizer dan Render, Balanced Scorecard sebagai model
2011). Strategi penguatan sistem logistik pengukuran logistik internal dalam menyusun
nasional diperlukan untuk dapat sistem kontrol yang strategik di lingkungan
meningkatkan kinerja logistiknya. Untuk itu yang kompetitif.
perlu dilakukan pengukuran untuk Pohlen dan Coleman (2005)
mengetahui kinerja sistem logistik nasional. menggunakan economic value added dan
Artikel ini mengetengahkan hasil penelitian Activity Based Costing (ABC) untuk
tentang bagaimana mengembangkan model mengevaluasi kinerja rantai pasok. Barnard
pengukuran peningkatan kinerja sistem (2006) dan Mutakin dan Hubeis (2011)
logistik yang efektif dan efisien dengan menerapkan Supply Chain Operations
menggunakan permodelan pada industri Reference (SCOR) model. Anatan (2010)
otomatif. meneliti pengaruh implementasi praktik
manajemen rantai pasok terhadap pencapaian
B. Tinjauan Pustaka keunggulan kompetitif dan kinerja rantai
1. Penelitian Terdahulu pasok. Studi ini berpedoman pada model
Terdapat cukup banyak penelitian penelitian Li et.al (2006) yang menunjukkan
terdahulu mengenai pengukuran kinerja adanya keterkaitan antara praktik manajemen
logistik dan manajemen rantai pasok dalam

47
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

rantai pasokan, keunggulan kompetitif, dan menjamin pengadaan dan ketersediaan


kinerja bisnis perusahaan. komoditas strategis, dan meningkatkan daya
Phuangchampee dan Baramichai (2010) saing industri (Mulyadi, 2011). Secara umum
mengukur daya saing industri-industri di kegiatan logistik terdiri dari dua kegiatan
Thailand menggunakan Logistics Scorecard yaitu kegiatan pergerakan (move) yang
model, yang dapat memberikan informasi bersifat dinamis dan penyimpanan (store)
bagaimana seharusnya industri meningkatkan yang bersifat statis.
kinerjanya untuk memperbaiki pola bisnisnya. Misi logistik adalah memenuhi
Penelitian lebih mengukur pada kualitas kebutuhan barang yang sesuai ke tempat yang
proses rantai pasok dan logistik, bukan hanya tepat, pada waktu yang tepat dan pada kondisi
sistem. Hasilnya berupa indeks daya saing yang diinginkan, sehingga memberikan
berdasarkan KPI yang ditentukan dan manfaat bagi perusahaan. (Gattorna, Walters,
dibandingkan antara satu industri dengan Bowersox, Closs, Toyota Production System).
industri lainnya, sehingga memberikan usulan Dibutuhkan waktu yang lama bagi perusahaan
pedoman bagi peningkatan rasio kinerja daya untuk menyadari pentingnya logistik untuk
saing logistik industri. mengembangkan keunggulan kompetitif
Primiana (2011) dalam penelitiannya terhadap pesaing. Setiap proses internal
menunjukkan bahwa kinerja logistik berperan logistik harus dikendalikan dengan baik untuk
penting dalam peningkatan daya saing mencapai daya saing tinggi (Saboia et.al.,
terutama daya saing nasional. Dalam 2006).
penelitian ini dirancang model pengukuran 3. Sistem Logistik Terpadu
kinerja logistik bagi industri komponen Manajemen Logistik Terpadu merupakan
otomotif Indonesia dalam rangka suatu kegiatan manajemen logistik yang
meningkatkan daya saing dalam menghadapi meliputi dua bidang yang berkaitan, yaitu:
integrasi MEA. Digunakan perspektif bidang organisasi logistik dan bidang
Logistics Scorecard Phuangchampee dan koordinasi logistik. Bidang Operasi Logistik,
Baramichai yang terdiri dari lima perspektif, merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
yaitu strategi bisnis, kapasitas dan fisik. Manajemen distribusi fisik menyangkut
perencanaan kerja, efisiensi dan produktivitas masalah pengangkutan produk kepada
logistik, teknologi informasi, dan kolaborasi langganan. Dalam distribusi fisik, langganan
rantai pasok. dipandang sebagai pemberhentian terakhir
2. Logistik dalam saluran pemasaran. Manajemen
Menurut Gattorna dan Walters dalam material adalah menyangkut perolehan
bukunya Managing Supply Chain: A Strategic (procurement) dan pengangkutan material,
Perspective, logistik merupakan aspek suku cadang dan atau persediaan barang jadi
manajemen strategis yang bertanggung jawab dari tempat pembelian ke tempat
mengelola akuisisi, pergerakan dan pembuatan/perakitan gudang atau toko
penyimpanan bahan mentah, bahan setengah pengecer.
jadi, persediaan barang jadi dan informasi Proses transfer internal adalah mengenai
yang menyertainya dalam suatu organisasi pengawasan terhadap komponen-komponen
dan saluran pemasarannya untuk memenuhi setengah jadi pada waktu ia mengalir diantara
harapan pelanggan sehingga dapat mencapai tahap-tahap manufacturing dan pengangkutan
target keuntungan perusahaan. awal dari produk jadi ke gudang atau ke
Kegiatan logistik dalam lingkup nasional saluran pengecer.
meliputi proses perencanaan, implementasi, Bidang Koordinasi Logistik yang
pengendalian efisiensi, aliran biaya yang menyangkut pada kegiatan-kegiatan
efektif dan penyimpanan bahan mentah, komunikasi dan perencanaan. Bidang ini
bahan setengah jadi, barang jadi dan meliputi identifikasi kebutuhan pergerakan
informasi-informasi yang menyertainya yang dan penetapan rencana untuk memadukan

48
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

seluruh operasi logistik, antara lain: berpengaruh yang menentukan kinerja


peramalan (forecasting), pengolahan pesanan pelaksanaan manajamen rantai pasok dan
(order processing), perencanaan operasi, dampaknya pada indeks keuangan bottom-line
perencanaan kebutuhan material (Suzuki et.al., 2009), alat evaluasi kinerja
(procurement). operasional rantai pasokan perusahaan untuk
4. Pengukuran Kinerja Logistik mengetahui faktor-faktor potensial yang dapat
SCM merupakan manajemen jaringan meningkatkan efisiensi kinerja operasional
organisasi-organisasi dari hulu hingga hilir rantai pasokan (Gong et.al., 2011).
yang meliputi hubungan antar dua perusahaan Phuangchampee dan Baramichai (2010)
atau lebih dan arus material, informasi dan menggunakan pendekatan model Logistics
sumber daya. Sedangkan logistik merupakan Scorecard untuk pengukuran kinerja
proses perencanaan, pelaksanaan, serta manajemen rantai pasok-logistik industri di
mengendalikan prosedur untuk transportasi Thailand dalam rangka meningkatkan pola
dan penyimpanan barang secara efisien dan manajemennya agar lebih kompetitif.
efektif (Sorooshian, 2013). Setiap perusahaan Pengukuran kinerja logistik ini tidak hanya
ingin mengetahui bagaimana performa dari mengukur sistem/proses bisnis rantai pasok
kegiatan rantai pasok logistiknya, apakah tetapi juga kontrol kualitas dari proses itu
telah mencapai tujuan. Oleh karena itu sendiri. Pengukuran bersifat kualitatif untuk
penting dilakukan pengukuran kinerja rantai mengetahui pada posisi mana industri
pasok-logistik dan menerapkannya dengan mengatur kegiatan bisnis mereka dan
baik. bagaimana rencana untuk mencapainya.
Penelitian oleh Klapper et al. Indeks kunci daya saing diklasifikasikan
menghasilkan bahwa kinerja pelayanan bersama perspektif/aspek pengukuran kinerja
logistik berpengaruh pada kepuasan logistik, yaitu: orientasi strategi bisnis,
pelanggan, yang memiliki hubungan dengan perencanaan kapasitas dan pelaksanaan,
loyalitas pelanggan dan pangsa pasar. efisiensi dan produktivitas logistik,
Kepuasan pelanggan tergantung pada kualitas implementasi teknologi informasi, dan
pengelolaan arus barang dan jasa. Peranan kolaborasi rantai pasok. Pengukuran lima
jaringan distribusi dan manajemennya perspektif dengan 23 KPI dirancang untuk
merupakan hal yang sangat penting untuk menggambarkan fakta, angka serta respon
memenuhi permintaan konsumen sehingga kualitatif tentang praktek rantai pasok dalam
meningkatkan penjualan dan keuntungan, organisasi. Respon kuantitatif diukur dengan
agar dapat menghadapi integrasi pasar bebas penilaian skala atau level 1-5. Level 1
MEA (Haryotejo, 2015). menunjukkan proses bisnis yang sangat buruk
5. Logistics Scorecard Model pada kinerja dan kemampuan logistik
SCM-Logistics Scorecard (LSC) telah perusahaan, dan level 5 menunjukkan bahwa
dikembangkan sejak tahun 2001 oleh Tokyo bisnis melakukan yang terbaik dalam kegiatan
Institute of Technology (Tokyo Tech) logistik.
bekerjasama dengan Japan Institute of 6. Perencanaan Strategi
Logistics System (JILS). LSC telah menjadi Perencanaan strategi dilakukan dimulai
alat yang efisien untuk menganalisis dari identifikasi pernyataan visi dan misi
hubungan antara kinerja rantai pasokan organisasi, analisa lingkungan internal dan
perusahaan dan kinerja manajerialnya eksternal organisasi, menentukan peluang dan
(Arashida et.al., 2004), menyelidiki korelasi ancaman/tantangan (faktor eksternal) serta
antara lingkungan perusahaan dan kekuatan dan kelemahan (faktor internal).
pelaksanaan rantai pasok (Yaibuathet et.al., Kemudian, dengan menggunakan SWOT,
2004), mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan organisasi, kelemahan, peluang dan

49
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

ancaman dievaluasi. Hal ini berguna sebagai Perancangan model pengukuran peningkatan
alat untuk menganalisa sistematis lingkungan kinerja logistik dibagi dalam dua tahap yaitu
internal dan eksternal organisasi dengan mengidentifikasi strategi bisnis rantai-pasok
efektif, serta sebagai alat untuk logistik nasional untuk mendapatkan indikator
mengidentifikasi masalah dan merencanakan kinerja logistik yang sesuai dengan strategi
tindakan masa depan (Hashemi et.al., 2012). logistiknya, serta menyusun model
Pembuatan peta strategi yang efektif akan pengukuran kinerja logistik (Logistics
membawa pada peningkatan sistem Scorecard) dengan menggunakan indikator
pengukuran kinerja, pelaksanan proses bisnis yang telah ditentukan. Identifikasi strategi
perusahaan menjadi lebih baik dan terbukti bisnis logistik dimulai dengan identifikasi
telah meningkatkan kinerja bagi banyak faktor internal dan faktor eksternal, analisa
perusahaan (Armitage dan Scholey, 2006). SWOT, hingga membuat peta strategi.
Penyusunan model pengukuran peningkatan
C. Metodologi Penelitian kinerja logistik dilakukan berdasarkan lima
perspektif Logistics Scorecard.

50
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

Gambar 1
Kerangka Pemikiran Perancangan Model Pengukuran Peningkatan Kinerja Sistem Logistik
Nasional

1. Tujuan Penelitian komponen otomotif dalam MEA, peluang dan


Tujuan penelitian ini adalah merancang tantangan industri dalam menghadapi MEA,
suatu model pengukuran peningkatan kinerja gambaran kegiatan bisnis perusahaan
sistem logistik yang efektif dan efisien untuk komponen otomotif khususnya kegiatan
menguatkan daya saing nasional. logistiknya, persiapan perusahaan mengenai
Model pengukuran ini dapat menjadi MEA, serta profil dan karakteristik
pedoman bagi peningkatan indikator-indikator perusahaan komponen otomotif.
kinerja sistem logistik. Model pengukuran yang dirancang akan
2. Analisis Sistem dapat digunakan untuk mengukur peningkatan
Analisis sistem yang dilakukan terdiri kinerja sistem logistik bagi industri
dari analisis situasi kondisi, analisis masalah komponen otomotif baik berskala industri
dan identifikasi sistem. Analisis sistem kecil-menengah kepemilikan lokal maupun
diawali dengan pengumpulan data untuk skala industri besar kepemilikan asing, serta
memperoleh berbagai data yang berguna lembaga atau institusi yang menaungi, -
sebagai informasi untuk menganalisis situasi misalnya: Kementerian Perindustrian dan
kondisi dan memenuhi kebutuhan dalam PIKKO -, untuk dapat diambil kebijakan yang
penelitian. Data diperoleh dari hasil mendukung kegiatan bisnis perusahaan
wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. komponen otomotif.
Penelitian mengambil studi kasus di salah Yang bertanggung jawab dalam
satu perusahaan komponen otomotif anggota melakukan pengukuran merupakan
PIKKO. Data yang dikumpulkan antara lain departemen terkait yaitu logistik atau
situasi kondisi yang dihadapi industri manajemen rantai pasok, produksi, PPIC,
51
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

warehouse, baik secara tim maupun terpusat, berupa kondisi kegiatan logistik perusahaan
baik kepala departemen maupun manajer dan yang dicapai untuk setiap KPI. Penilaian ini
direktur. bersifat kualitatif, oleh karena itu perlu
Dalam merancang model pengukuran dikuantitatifkan dengan menggunakan nilai
kinerja logistik diperlukan indikator-indikator skala yang ditentukan. Bobot bagi KPI perlu
yang akan diukur dari kegiatan logistik yang ditentukan untuk dapat memperoleh output
dijalankan oleh perusahaan komponen berupa skor kinerja logistik bagi tiap KPI
otomotif. Akan tetapi indikator yang maupun skor akhir kinerja keseluruhan. Skor
diperlukan ini belum terdefinisikan dengan kinerja ini akan dikategorikan untuk melihat
jelas, bagaimanakah indikator kinerja logistik bagaimana posisi kinerja perusahaan terhadap
yang penting untuk peningkatan daya saing perusahaan sejenis lain.
menghadapi MEA. Selain itu diperlukan juga
target atau standar kinerja logistik yang D. Perancangan Model
diharapkan tercapai untuk berdaya saing Perancangan model pengukuran peningkatan
dalam MEA, sistem pengukuran peningkatan kinerja logistik dibagi dalam dua tahap yaitu
kinerja, perhitungan nilai kinerja, serta (i) mengidentifikasi strategi bisnis logistik
pengkategorian nilai kinerja untuk perusahaan komponen otomotif untuk
mempermudah penggunaan model sehingga mendapatkan indikator kinerja logistik yang
tercapai tujuan dari pengukuran. sesuai dengan strategi logistik, (ii) menyusun
Dalam melakukan pengukuran model pengukuran kinerja logistik (Logistics
peningkatan kinerja sistem logistik dengan Scorecard) dengan menggunakan indikator
model yang dirancang, diperlukan input yang telah ditentukan.

Gambar 2
Perancangan Model Pengukuran Kinerja Logistik

52
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

1. Identifikasi Strategi Bisnis eksternal perusahaan, menentukan peluang


Perencanaan strategi dilakukan dimulai dan ancaman (faktor eksternal) serta kekuatan
dari identifikasi pernyataan visi dan misi dan kelemahan (faktor internal).
perusahaan, analisa lingkungan internal dan
Strength (S) Opportunities (O)
1. Mempunyai produk unik, 1. Adanya pasar bebas ASEAN
berkualitas, dan kompetitif membukan dan membentuk pasar
yang lebih besar baik kawasan
maupun global
2. Diberikannya pelatihan-pelatihan 2. Adanya kesempatan penawaran
untuk karyawan baik internal kerjasama dengan Jepang,
maupun eksternal Malaysia, Filipina, Thailand,
Vietnam, dan negara lainnya
3. Keunggulan dalam memasok 3. Kesempatan untuk melakukan
produk terpercaya oleh pabrikan ekspor produk/material ke negara
otomotif besar lain, khususnya ASEAN
4. Ketepatan pemenuhan kuantitas 4. Tersedianya tenaga kerja yang
pesanan lebih kompeten dan terampil akibat
arus bebas tenaga kerja
5. Produk tersebar pada tingkat after 5. Pengembangan teknologi (transfer
market teknologi)
6. Kepemilikan perusahaan oleh 6. Penambahan investasi dan modal
pengusaha lokal, sehingga profit dari asing.
seluruhnya untuk lokal
7. Terjalin kerjasama baik dengan 7. Kondisi pasar bebas mendorong
pemasok dan pelanggan produksi dan distribusi barang
berkualitas secara lebih efisien agar
mampu bersaing
Weakness (W) Treats (T)
1. Material masih banyak yang 1. Adanya arus bebas barang dimana
ekspor banyak produk luar masuk
sehingga persaingan menjadi lebih
ketat
2. Sebagian besar pekerja lulusan di 2. Nilai mata uang US$ yang rentan
bawah sarjana, dan tidak ada dan tidak stabil dapat berpengaruh
persyaratan ketat dalam proses terhadap meningkatnya cost
rekrutmen material impor
3. Keterbatasan jumlah pekerja 3. Masuknya material/produk luar
dengan harga lebih murah
4. Tidak ada KPI untuk penilaian 4. Besarnya biaya pajak karena
jenjang karir karyawan meningkatnya produksi
5. Lokasi perusahaan kurang strategis 5. Produk competitor menawarkan
kualitas dan desain lebih bagus dan
menarik
6. Keterbatasan kapasitas produksi 6. Tuntutan untuk memenuhi target
permintaan konsumen karena pasar
53
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

yang lebih besar


7. Keterbatasan kapasitas gudang 7. Arus informasi yang terintegrasi
menuntut selalu update informasi
dalam pengembangan teknologi
8. Keterbatasan teknologi informasi 8. Penurunan pangsa pasar karena
dan teknologi mesin persaingan lebih besar
9. Alur struktur organisasi yang 9. Tuntutan standarisasi dan
kurang baik sertifikasi perusahaan maupun
tenaga kerja
10. Belum ada departemen logistik 10. Upah tenaga kerja yang semakin
mandiri tinggi namun tidak diikuti dengan
peningkatan produktivitas
11. Lingkungan kerja yang belum 11. Suku bunga tinggi dan tingginya
tertata dengan baik, rapih, dan biaya investasi
nyaman
12. Implementasi strategi sehingga 12. Ketidakstabilan sumber energi
level fungsional masih rendah
13. Adanya kesamaan jenis produk
baik dari ekspor maupun produk
impor

Gambar 3
Analisa Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Kemudian, dengan menggunakan SWOT, dan disusun Logistics Scorecard Strategy
kekuatan organisasi, kelemahan, peluang dan Map yang menggambarkan keterkaitan antara
ancaman dievaluasi. tiap strategi.
Selanjutnya dilakukan perumusan strategi ke
dalam lima perspektif Logistics Scorecard

Strategi SO Strategi WO
1. Kerjasama pengembangan logistik 1. Pengembangan logistik dengan
dengan partner bisnis lain (S3, S7, O2, bantuan sarjana, lembaga, dll (W2,
O, 5, O6, O7) W8, W10, O1, O4, O7)
2. Menetapkan perjanjian kontrak dan 2. Pengembangan departemen logistik
pertukaran informasi yang jelas dengan untuk pengiriman barang lebih baik
pemasok (S1, S3, S7, O2) (W10, O3, O7)
3. Penurunan lead time pelanggan (S4, 3. Pengembangan akses informasi
S7, O1, O 7) kontrak dengan pelanggan dan
informasi lainnya (W8, O1, O7)
4. Peningkatan sistem perbaikan 4. Perbaikan kegiatan logistik perusahaan
kepuasan pelanggan (S4, S7, O1, O3, (W2, W7, W9, W10, O1, O3, 6)
O7)
5. Peningkatan pemahaman trend pasar 5. Pengembangan karyawan, khususnya
dan forecast permintaan (S3, S4, S5, di bidang Teknologi Informasi dan
O1, O3) Logistik (W2, W3, W8, W9, W10,
W12, O3, O4, O5)
6. Menetapkan perjanjian kontrak dan 6. Adanya standar pengidentifikasian
pertukaran informasi yang jelas dengan (kode) untuk seluruh produk maupun
pelanggan (S1, S3, S5, O1, O3) proses (W8, W, 9, W12, O 1, O3, O5,

54
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

O7)
7. Perbaikan kegiatan logistik (S1, S4, 7. Pembuatan strategi yang
S7, O1, O2, O3) mengoptimalkan sumber daya logistik
perusahaan (W9, 10, W12, O1, O3,
O5, 6)
8. Peningkatan lingkungan kerja yang
kondusif (ISO 14000) (W11, T1, T4)
Strategi ST Strategi WT
1. Membuat strategi bisnis yang tepat, 1. Peningkatan lingkungan kerja yang
khususnya di bidang logistik (S1, S4, kondusif (ISO 14000) (W11, T1, T4)
S5, S7, T3, T5, T6)
2. Peningkatan kinerja dan kualitas 2. Sistem manajemen persediaan yang
pengiriman produk (S3, S4, S5, T2, baik (W6, W7, W10, T6)
T6, T8, T12)
3. Penurunan total biaya logistik (S3, S5, 3. Peningkatan sistem monitoring dan
S6, S7, T2, T3, T4, T10, T11) tracking persediaan (W6, W7, W8, T6,
T7, T8)
4. Peningkatan sistem pelatihan pekerja 4. Peningkatan efektivitas penggunakan
dan evaluasi (S2, T1, T6, T7, T9, T10) komputer dalam seluruh kegiatan
bisnis perusahaan (W2, W8, W12, T1,
T7)
5. Peningkatan perputaran persediaan dan 5. Peningkatan kemampuan perencanaan
cash-to-cash cycle time perusahaan SCM-Logistik (W2, W9, W10, W12,
(S6, T2, T3, T4, T11) T1, T6, T13)
6. Pembuatan strategi yang 6. Peningkatan sistem training pekerja
mengoptimalkan sumber daya logistik (W2, W9, T5, T6, T7, T9, T10, T13)
perusahaan (S1, S2, S3, S7, T2, T3,
T4, T10, T12)
7. Sistem manajemen persediaan yang 7. Pengembangan karyawan khususnya di
baik (S3, S5, S7, T6) bidang Teknologi Informasi dan
Logistik (W2, W3, W8, W10, W12,
T5, T6, T7, T9, T10)
8. Peningkatan pemahaman trend pasar 8. Menetapkan standarisasi di seluruh
dan forecast permintaan (S3, S4, S5, proses bisnis (W2, W9, W12, T1, T5,
T1, T3, T5, T6, T8, T13) T9)

Gambar 4
Analisa SWOT

Penelitian ini mengambil studi kasus salah 2.1 Penentuan KPI Logistik
satu perusahaan komponen otomotif yang Berdasarkan Perspektif Logistics
tergabung dalam Perkumpulan Industri Scorecard
Kecil-Menengah Komponen Otomotif Dilakukan identifikasi indikator
Indonesia (PIKKO), yaitu PT. ABC. kinerja berdasarkan strategi yang telah
disusun untuk mencapai tujuan yaitu
2. Perancangan Logistics Scorecard melaksanakan kegiatan proses bisnis
logistik yang berdaya saing untuk
55
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

menghadapi pasar bebas MEA. Scorecard. Contoh untuk perspektif


Ditentukan indikator kinerja beserta orientasi strategi bisnis dapat dilihat pada
targetnya untuk setiap strategi yang telah Tabel 1.
dikelompokkan dalam perspektif Logistics
Tabel 1
Strategi, Indikator Kinerja, dan Target

Indikator kinerja tersebut perlu divalidasi memberikan penilaian sama untuk indikator
apakah sesuai untuk dijadikan sebagai diperlukan semuanya lebih dari 60% (Eadie,
indikator dalam pengukuran kinerja logistik R. et.al., 2010) dan dapat dikatakan sudah
industri komponen otomotif. Digunakan mencapai konsensus. Semua indikator
teknik Delphi dengan lima pakar yang diperlukan dalam pengukuran kinerja logistik
merupakan Direktur PT. ABC, Kepala perusahaan komponen otomotif dikarenakan
Departemen Warehouse & Logistik PT. ABC, indikator-indikator tersebut dapat
pihak akademisi expert di bidang rantai menunjukkan secara detail bagaimana
pasok-logistik, pihak praktisi komponen aktivitas kegiatan proses bisnis rantai pasok-
otomotif lain, serta pihak praktisi otomotif logistik perusahaan.
yaitu dari distributor/ATPM. Setiap Selanjutnya dilakukan
responden diberikan proporsi berbeda dilihat penyusunan KPI logistik dalam bentuk
dari tingkat kepentingan dan pengaruhnya hierarki untuk mempermudah dalam melihat
terhadap penentuan kinerja logistik PT. ABC. gambaran model pengukuran peningkatan
Hasil rangkuman dari teknik Delphi diperoleh kinerja logistik berdasarkan perspektif
komposisi jawaban kelima responden Logistics Scorecard.

56
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

Gambar 5
Struktur Model Penilaian Kinerja Logistik dalam Perspektif Logistics Scorecard

2.2 Pembobotan KPI Logistik kinerja logistik bagi perusahaan komponen


Pembobotan KPI logistik otomotif agar memiliki daya saing tinggi.
berdasarkan pandangan para pakar dengan Berada pada prioritas kedua adalah perspektif
melakukan pengisian kuesioner pairwise perencanaan kapasitas dan pelaksanaan,
comparison (perbandingan berpasangan). kolaborasi rantai pasok, efisiensi dan
Beberapa tahapan yang dilakukan antara lain produktivitas logistik, dan implementasi
penerjemahan matriks perbandingan teknologi informasi.
berpasangan ke dalam angka desimal, uji 2.3 Penyusunan Metrik Pengukuran
konsistensi pakar, penyatuan hasil kuesioner Peningkatan Kinerja Logistik
pairwise comparison para pakar dengan Dilakukan penentuan prioritas KPI
menggunakan perhitungan rata-rata dan penentuan skala pengukuran kinerja.
geometrik, hingga penentuan bobot. Kemudian disusun metrik pengukuran kinerja
Perbandingan berpasangan dilakukan antar Logistics Scorecard dengan kolom pengisian
perspektif Logistics Scorecard dan antar yang disediakan. Penentuan prioritas KPI
indikator dalam setiap perspektif. Para pakar dilakukan dengan mengurutkan bobot akhir
yang dipilih untuk melakukan penilaian ini setiap KPI dari yang paling tinggi. Bobot
adalah praktisi di perusahaan komponen akhir diperoleh dengan mengalikan bobot
otomotif, yaitu Direktur dan Kepala setiap KPI dengan bobot perspektif dimana
Departemen Warehouse & Logistik PT. ABC, KPI tersebut dikelompokkan. Gambar 6
serta pihak akademis expert di bidang rantai menampilkan prioritas KPI berdasarkan
pasok-logistik. bobotnya.
Hasil pembobotan diperoleh Skala penilaian menggunakan tipe
perspektif kinerja logistik yang memiliki skala descriptive graphic rating scale, dengan
bobot tertinggi adalah perspektif orientasi skala 1 sampai 5. Untuk setiap KPI
strategi bisnis. Para pakar berpendapat bahwa didefinisikan bagaimana level terendahnya,
perspektif paling penting dalam pengukuran yang diwakilkan oleh skala 1, hingga
peningkatan kinerja logistik bagi industri bagaimana level tertingginya, yang
komponen otomotif di Indonesia adalah diwakilkan oleh skala 5. Contoh penulisan
orientasi strategi bisnis yang harus skala pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.
diprioritaskan dalam upaya peningkatan

57
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

Bobot Akhir KPI Prioritas KPI


Bobo Bo Bo
t bot bo Bo
Persp Ko Ko
Pers Kriteria Kri t Kriteria bo
ektif de de
pekti teri Ak t
f a hir
BS Strategi bisnis 0.4 0.1 BS Strategi bisnis 0.1
01 logistik 6 98 01 logistik 98
4 4
BS Perjanjian 0.0 0.0 SC Kolaborasi pada 0.1
02 kontrak dan 7 28 CI pengembanan 07
pertukaran 1 logistik dengan 2
informasi dengan partner bisnis
pemasok yang sama
Orien
BS Perjanjian 0.0 0.0 BS Sistem 0.1
tasi
03 kontrak dan 8 35 04 pengukuran dan 04
Strat
0.43 pertukaran 2 perbaikan 2
egi
informasi dengan kepuasan
Bisni
pelanggan pelanggan
s
BS Sistem 0.2 0.1 C Strategi untuk 0.0
04 pengukuran dan 4 04 W mengoptimalkan 86
perbaikan 2 P1 sumber daya 7
kepuasan sistem logistik
pelanggan
BS Sistem training 0.1 0.0 BS Sistem training 0.0
05 pekerja dan 5 64 05 pekerja dan 64
evaluasinya 4 evaluasinya 4
CP Strategi untuk 0.3 0.0 CP Standarisasi 0.0
W mengoptimalkan 3 86 W seluruh proses 54
1 sumber daya 7 5 bisnis 1
sistem logistik
CP Pemahaman 0.1 0.0 SC Kolaborasi pada 0.0
W trend pasar dan 8 48 C2 pengembangan 52
Peren 2 ketepatan 3 logistik dengan 9
canaa peramalan institusi riset dan
n permintaan pengembangan,
kapas universitas, dll
itas 0.27 CP Kemampuan 0.1 0.0 CP Pemahaman 0.0
dan W menyesuaikan 7 46 W trend pasar dan 48
pelak 3 dnegan 0 2 ketepatan 3
sanaa perencanaan peramalan
n SCM-Logistik permintaan
CP Sistem 0.0 0.0 CP Kemampuan 0.0
W monitoring dan 6 16 W menyesuaikan 46
4 tracking 8 3 dnegan 0
persediaan perencanaan
SCM-Logistik
CP Standarisasi 0.2 0.0 BS Perjanjian 0.0
58
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

Bobot Akhir KPI Prioritas KPI


W seluruh proses 0 54 O3 kontrak dan 35
5 bisnis 1 pertukaran 2
informasi dengan
pelanggan
CP Pengembangan 0.0 0.0 LE Perbaikan 0.0
W departemen 5 13 P1 kegiatan logistik 33
6 logistik 3 1
LE Perbaikan 0.3 0.0 IT Pengembangan 0.0
P1 kegiatan logistik 6 33 M personel TI yang 31
1 3 berhubungan 2
dengan SCM-
Logistik
LE Perputaran 0.0 0.0 BS Perjanjian 0.0
P2 persediaan dan 9 08 O2 kontrak dan 28
cash-to-cash 3 pertukaran 1
cycle time informasi dengan
pemasok
LE Lead time 0.1 0.0 CP Sistem 0.0
Efisie
P3 pelanggan dan 6 14 W monitoring dan 16
nsi
efisiensi beban 8 4 tracking 8
dan
persediaan
prod
0.09 LE Kinerja dan 0.1 0.0 IT Standar 0.0
uktivi
P4 kualitas 5 13 M pengidentifikasia 14
tas
pengiriman 8 1 n (kode) untuk 8
logist
produk produk maupun
ik
proses
LE Sistem 0.1 0.0 LE Lead time 0.0
P5 manajemen 1 09 P3 pelanggan dan 14
persediaan 8 efisiensi beban 8
LE Lingkungan 0.0 0.0 LE Kinerja dan 0.0
P6 kerja organisasi 4 03 P4 kualitas 13
8 pengiriman 8
produk
LE Total biaya 0.0 0.0 CP Pengembangan 0.0
P7 logistik 8 07 W departemen 13
7 6 logistik 3
IT Standar 0.2 0.0 LE Sistem 0.0
M pengidentifikasia 8 14 P5 manajemen 09
Imple
1 n (kode) untuk 8 persediaan 8
ment
produk maupun
asi
proses
tekno 0.05
IT Penggunaan 0.1 0.0 LE Perputaran 0.0
logi
M efektif komputer 3 07 P2 persediaan dan 08
infor
2 dalam operasi 1 cash-to-cash 3
masi
dan pengambilan cycle time
keputusan antara
59
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

Bobot Akhir KPI Prioritas KPI


perusahaan dan
mitra bisnis
IT Pengembangan 0.5 0.0 LE Total biaya 0.0
M personel TI yang 9 31 P7 logistik 07
3 berhubungan 2 7
dengan SCM-
Logistik
SC Kolaborasi pada 0.6 0.1 IT Penggunaan 0.0
C1 pengembangan 7 07 M efektif komputer 07
logistik dengan 2 2 dalam operasi 1
partner bisnis dan pengambilan
Kola
yang sama keputusan antara
boras
perusahaan dan
i
0.16 mitra bisnis
ranta
SC Kolaborasi pada 0.3 0.0 LE Lingkungan 0.0
i
C2 pengembangan 3 52 P6 kerja organisasi 03
pasok
logistik dengan 9 8
institusi riset dan
pengembangan,
universitas, dll

Gambar 6
Prioritas KPI Berdasarkan Bobot Akhir

Tabel 2
Penulisan Skala Pengukuran Kinerja
Strategi Bisnis Logistik
Belum dirumuskan strategi
SCM-Logistik, di mana kegiatan Strategi bisnis yang tepat, jelas,
logistik tidak dianggap penting dan terdapat sistem yang
1 2 3 4 5
bagi perusahaan dan tidak mendukung kegiatan SCM-
departemen tersendiri yang Logistik
mengelola kegiatan logistik

Pengelompokkan kategori untuk skor c. Level 3 : kinerja logistik sudah


kinerja berdasarkan nilai skala adalah cukup baik namun masih memerlukan
(Phuangchampee dan Baramichai, 2010): banyak perbaikan secara keseluruhan;
a. Level 1 : kinerja logistik yang d. Level 4 : kinerja logistik yang
sangat buruk, dimana perusahaan tidak baik, dan
terlibat dalam kegiatan logistik; e. Level 5 : kinerja logistik yang
b. Level 2 : kinerja logistik yang sangat baik, dimana perusahaan
buruk; melakukan yang terbaik dalam kegiatan
logistik.

60
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

Input pengisian metrik adalah kinerja, apakah berada pada level 1, 2, 3, 4,


kondisi kegiatan logistik yang dilakukan atau 5. Skor kinerja ini kemudian dapat
perusahaan menurut para responden untuk dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
setiap KPI. Kondisi kegiatan logistik yang industri yang sama (Gong et.al., 2011).
bersifat kualitatif ini dikuantitatifkan dalam Kemudian hasil pengukuran kinerja di
bentuk nilai skala 1-5 sesuai ketentuan pada beberapa perusahaan dapat dibuat sebuah
metrik. Proses perhitungan adalah dengan diagram untuk memetakan posisi kinerja
mengalikan nilai skala dengan bobot untuk perusahaan. Hal ini akan memberikan
setiap KPI terisi. Hasilnya berupa skor untuk masukan untuk evaluasi perusahaan dalam
setiap KPI dan total skor kinerja logistik menentukan inisiatif perbaikan kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Skor ini logistiknya.
digolongkan berdasarkan kategori skor

Gambar 7
menunjukkan aliran sistem pengukuran kinerja logistik dari input hingga diperoleh output.

Gambar 7
Sistem Pengukuran Peningkatan Kinerja Logistik

Pada gambar di bawah disajikan gambar metrik pengukuran peningkatan kinerja logistik yang
terdapat pada Gambar 8.

61
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

Gambar 8
Metrik Pengukuran Peningkatan Kinerja Logistik (Logistic Scorecard)

2.4 Verifikasi dan Validasi Model

62
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

Verifikasi dan validasi dilakukan kendatipun masih terdapat


untuk model yang telah beberapa hal yang memerlukan
dirancang, apakah model benar perbaikan secara keseluruhan
dan konsisten secara logis dan dalam sistem logistiknya.
sesuai dengan kondisi nyata. Hasil verifikasi menunjukkan
Tahapan ini meliputi wawancara bahwa model pengukuran
dengan pakar mengenai model peningkatan kinerja yang
yang dirancang, menerapkan dirancang telah terverifikasi
model untuk mengukur kinerja untuk dapat digunakan
logistik di perusahaan komponen mengukur kinerja sistem logistik
otomotif, kemudian dilakukan perusahaan sesuai dengan
analisis terhadap hasil kondisi proses bisnis kegiatan
penelitian. rantai pasok-logistik perusahaan
Verifikasi dengan menghasilkan keluaran
Verifikasi model dilakukan yang sesuai.
dengan menerapkan model Validasi
untuk mengukur peningkatan Validasi model dilakukan untuk
kinerja logistik PT. ABC. menjelaskan bahwa model
Verifikasi bertujuan untuk pengukuran peningkatan kinerja
mengetahui apakah parameter sistem logistik yang dirancang
dan langkah-langkah dalam layak untuk diimplementasikan
model dapat digunakan dengan pada sistem nyata, yakni dapat
benar untuk mengukur kinerja digunakan untuk mengukur
logistik di PT. ABC hingga peningkatan kinerja sistem
diperoleh nilai skor akhir logistik PT. ABC serta
peningkatan kinerja logistik. diterapkan pada setiap
Pengukuran peningkatan kinerja perusahaan dalam industri
logisitik melibatkan dua orang sejenis di Indonesia.
responden sebagai pakar, yaitu Validasi dilakukan dengan
Direktur PT. ABC dan Kepala menggunakan teknik face
Departemen Warehouse & validity, yaitu dengan bertanya
Logistik. Pengukuran dilakukan kepada orang yang memiliki
dengan wawancara untuk pengetahuan mengenai sistem
menanyakan bagaimana apakah model dan atau
pencapaian kegiatan proses perilakunya dapat diterima
bisnis logistic perusahaan yang (Sargent, 2013). Validasi
dirinci pada setiap KPI logistic dilakukan oleh praktisi di
pada model. industri komponen otomotif
Hasil pengukuran diperoleh skor yaitu Direktur PT. ABC dan
peningkatan kinerja logistik PT. Kepala Departemen Warehouse
ABC sebesar 3.05 dari skala 5 & Logistik, serta pihak
dan berada pada klasifikasi level akademisi expert di bidang
3 atau cukup baik. Dengan rantai pasok-logistik.
demikian, dapat dikatakan Aspek-aspek yang
bahwa terdapat peningkatan dipertimbangkan dalam proses
kinerja sistem logistik PT. ABC validasi antara lain:
ke arah lebih efektif dan efisien,

63
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

1) Langkah-langkah penentuan peningkatan kinerja sistem


KPI yang dimulai dari logistik perusahaan
identifikasi strategi hingga komponen otomotif.
penentuan indikator kinerja 4) Model pengukuran
dan target berdasarkan peningkatan kinerja sistem
strategi. logistik yang dirancang
2) KPI bersifat representatif dapat diimplementasikan di
untuk perusahaan perusahaan dalam industri
komponen otomotif. sejenis di Indonesia
3) Urutan prioritas KPI pada dikarenakan KPI yang
model merupakan KPI yang digunakan untuk
benar menjadi indikator peningkatan daya saing
kritis bagi peningkatan kinerja sistem logistik tidak
kinerja sistem logistik jauh berbeda antara satu
perusahaan komponen perusahaan dengan
otomotif. perusahaan lain.
4) Model pengukuran 5) Fleksibilitas untuk
peningkatan kinerja sistem mengembangkan KPI sesuai
logistik yang dirancang dengan kebutuhan dan
dapat diimplementasikan di perkembangan perusahaan,
perusahaan dalam industri dimana penentuan KPI
sejenis di Indonesia, sebagai berasal dari strategi
pedoman dalam perusahaan. Sehingga model
peningkatan daya saing. ini dapat digunakan di
Hal penting yang diperoleh dari industri sejenis lain.
hasil validasi adalah: 2.5 Implementasi Model
1) Kesesuaian langkah-langkah Pengukuran kinerja logistik
dalam menentukan KPI, dilakukan di empat sampel
dimana diperolehnya KPI perusahaan komponen otomotif
adalah dari strategi yang dengan menggunakan model
diturunkan dari visi-misi yang telah dirancang, yaitu form
dan analisa faktor internal Logistics Scorecard. Form ini
dan eksternal. ditujukan untuk diisi oleh pihak
2) KPI yang ditentukan perusahaan yang menduduki
representatif untuk posisi minimal supervisor di
pengukuran peningkatan departemen terkait yang
kinerja sistem logistik yang melakukan kegiatan logistik,
bersifat kualitatif bagi atau para petinggi perusahaan
perusahaan-perusahaan yang mengetahui seluruh proses
dalam industri sejenis. KPI bisnis khususnya logistik
sesuai dengan tuntutan perusahaan. Ketentuan pengisian
untuk meningkatkan daya dapat dilakukan oleh lebih dari 1
saing kineja sistem logistik. orang, yang mengisi masing-
3) Urutan prioritas KPI dirasa masing nilai KPI sesuai
sesuai, salah satu contoh pengetahuannya yang
adalah strategi bisnis sebenarnya mengenai kondisi di
logistik merupakan KPI perusahaan, atau dengan
yang benar menjadi jawaban hasil diskusi.
indikator kritis bagi

64
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

Hasil pengukuran dan analisis dari visi-misi, tujuan, serta strategi


peningkatan kinerja sistem perusahaan untuk menggunakan
logistik memberikan informasi kekuatan dan peluang yang ada
bahwa PT. ABC masih berada untuk meminimalisir kelemahan
pada lebih yang lebih rendah perusahaan dan ancaman dari adanya
dibandingkan kinerja logistik pasar bebas MEA.
perusahaan komponen otomotif Dari strategi ini diperoleh indikator
lain yang berskala perusahaan yang dijadikan sebagai tolok ukur
lebih besar. Adapun hasil rata- pengukuran beserta targetnya, yang
rata penilaian kinerja logistik dikelompokkan berdasarkan lima
industri komponen otomotif perspektif Logistics Scorecard.
adalah 3.9, dengan kategori 2. Terdapat 23 KPI logistik yang
kinerja logistik cukup baik. dikelompokkan masing-masing
Rata-rata perusahaan memiliki menurut perspektif Logistics
kelemahan pada implementasi Scorecard, yaitu 5 KPI perspektif
teknologi informasi seperti orientasi strategi bisnis, 6 KPI
penggunaan komputer yang perspektif perencanaan kapasitas dan
terintegrasi, masih kurangnya pelaksanaan, 7 KPI perspektif
staff TI yang berhubungan efisiensi dan produktivitas logistik, 3
dengan kegiatan logistik, serta KPI perspektif implementasi
adanya standar pengkodean teknologi informasi, dan 2 KPI
produk dan proses. perspektif kolaborasi rantai pasok.
Lemahnya teknologi informasi KPI digunakan sebagai tolok ukur
ini dapat berdampak pada KPI kinerja logistik yang berdaya saing.
lainnya, dimana teknologi 3. Urutan prioritas kelima perspektif
informasi kini menjadi faktor berdasarkan bobot tertinggi adalah
penting yang mendukung orientasi strategi bisnis, perencanaan
kelancaran proses bisnis logistik kapasitas dan pelaksanaan,
baik di internal perusahaan kolaborasi rantai pasok, efisiensi dan
maupun dengan eksternal produktivitas logistik, dan
perusahaan atau mitra bisnis. implementasi teknologi informasi.
Industri komponen otomotif 4. Prioritas KPI yang memiliki bobot
nasional juga masih memiliki akhir tertinggi adalah strategi bisnis
kelemahan pada standarisasi logistik dari perspektif orientasi
seluruh proses bisnis dan strategi bisnis, KPI ini menjadi hal
departemen logistik yang masih utama yang harus terlebih dahulu
perlu dikembangkan. ditentukan sebelum
mengimplementasikan strategi
E. Kesimpulan dan Saran peningkatan kinerja sistem logistik
Berdasarkan hasil penelitian dapat perusahaan.
dilakukan penarikan kesimpulan sebagai 5. Model pengukuran peningkatan
berikut: kinerja yang dirancang dapat
1. Sistem pengukuran peningkatan digunakan untuk mengukur
kinerja sistem logistik ini didasarkan peningkatan kinerja sistem logistik
pada strategi kegiatan bisnis logistik perusahaan komponen otomotif di
industri komponen otomotif dalam Indonesia, karena KPI yang
menghadapi MEA, yang diturunkan digunakan sebagai tolok ukur

65
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

peningkatan daya saing kinerja industri atau masing-masing


logistik tidak jauh berbeda antara perusahaan.
satu perusahaan dengan lainnya. 5. Penilaian yang bersifat kuantitatif
Model ini juga selanjutnya dapat untuk pengukuran kinerja logistik
digunakan bagi industri sejenis lain dalam rangka penguatan daya saing
dimana KPI bersifat fleksibel untuk sebaiknya dapat dikembangkan pada
dikembangkan sesuai kebutuhan dan penelitian-penelitian selanjutnya.
perkembangan perusahaan. DAFTAR PUSTAKA
6. Rata-rata perusahaan memiliki skor Anatan, Lina. 2010. Pengaruh Implementasi
rendah pada KPI implementasi TI Praktik-Praktik Manajemen Rantai
dan strategi bisnis, sehingga hal ini Pasokan terhadap Kinerja Rantai
dapat dijadikan pertimbangan untuk Pasok dan Keunggulan Kompetitif.
peningkatan di bidang teknologi Karisma, Vol.4(2), pp.106-117.
khususnya teknologi informasi serta Armitage, H.M. dan Cameron Scholey. 2006.
pembuatan strategi bisnis logistik Using Strategy Maps to Drive
yang lebih baik. Performance. Canada: The Society
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka of Management Accountants of
dapat diajukan saran sebagai berikut: Canada, The American Institute of
1. Model sebaiknya dapat digunakan Certified Public Accountants and
oleh pihak-pihak terkait untuk The Chartered Institute of
evaluasi industri komponen otomotif Management Accountants.
dalam rangka peningkatan kinerja Barnard, James. 2006. A Multi Framework
sistem logistik yang berdaya saing. for Defining The Services Supply
2. Para stakeholders dan pihak yang Chain Using Object Oriented
terkait dalam pengembangan industri Methodology. Florida: Univ. of
komponen otomotif maupun masing- Florida.
masing perusahaan sebaiknya agar Brewer, P. dan Thomas Speh. 2000. Using
dapat menentukan kebijakan The Balanced Scorecard to Measure
berdasarkan hasil pengukuran Supply Chain Performance. Journal
peningkatan kinerja. of Business Logistics, Vol.21, No.1,
3. Penerapan model sebaiknya pp. 75-93.
dilakukan dengan lebih intensif dan Choy, K., Chow, H., Lee, W. and Chan, F.
waktu yang lebih lama untuk 2007. Development of Performance
memperoleh hasil yang lebih akurat. Measurement System in Managing
Pernyataan KPI dan target dalam Supplier Relationship for
model juga dapat lebih Maintenance Logistics Providers.
disederhanakan agar lebih dapat Benchmarking: An International
dipahami oleh pengguna model di Journal, Vol. 14 No. 3, pp. 352-68.
perusahaan. Oleh karena itu, untuk Departemen Perdagangan Republik
kemudahan dalam penerapan model Indonesia. 2009. Buku Menuju
pengukuran peningkatan kinerja Asean Economy Community 2015.
sistem logistik ini sebaiknya perlu http://ditjenkpi.kemendag.go.id/webs
dibuat suatu buku pedoman. ite_kpi/Umum/Setditjen/Buku%20M
4. Penelitian selanjutnya diharapkan enuju%20ASEAN%20ECONOMIC
dapat mempertajam indikator- %20COMMUNITY%202015.pdf.
indikator peningkatan kinerja sistem Eadie, R. et.al. 2010. Identification of
logistik (KPI) dengan menyesuaikan EProcurement Drivers and Barriers
pada kebutuhan dan perkembangan for UK Construction Organisations
and Ranking of these from the

66
JURNAL LOGISTIK INDONESIA Volume 01, Nomor 01, April 2018
Majalah Ilmiah Institut STIAMI
ISSN 2579-8952

Perspective of Quantity Surveyors. dengan Pendekatan Supply Chain


Journal of Information Technology Management. Jurnal Riset Industri,
in Construction, Vol.15, pp. 23-43. Vol. V, No.3, pp.275-282.
Gong, J., Ogasawara, T., dan Suzuki, S. 2011. Mutakin, A. dan M. Hubeis. 2011.
Supply Chain Operational Pengukuran Kinerja Manajemen
Performance and Its Influential Rantai Pasokan dengan SCOR
Factors: Cross National Comparison Model 9.0. Jurnal Manajemen dan
between Japan and China. Brazilian Organisasi, Vol.II, No.3, pp.89-103.
Journal of Operations & Production Pohlen, T. dan Coleman, B. 2005. Evaluating
Management, 8, 2nd ser.,pp.67-87. Internal Operations and Supply
Haryotejo, Bimo. 2015. Analisis Pengaruh Chain Performance Using EVA and
Kinerja Logistik Pemasok terhadap ABC. SAM Advanced Management
Kinerja Bisnis (Studi pada Bengkel Journal, Vol. 70 No. 2, pp. 45-58.
AHASS di Kota Semarang). Primiana, Ina. 2012. Logistik dan Daya Saing.
Semarang: Fakultas Ekonomika dan Jakarta : LP3E Kadin Indonesia.
Bisnis Universitas Diponegoro. Puangchampee, B. dan M.Baramichai. 2010.
Hashemi, Nima F., et.al. 2012. Formulating Thailand Industrial Competitiveness;
and Choosing Strategies using Enhancing The Logistics and Supply
SWOT Analysis and QSPM Matrix: Chain Management Scheme for
A Case Study of Hamadan Glass Thai’s Manufacturing. 2010
Company. Proceedings of The 41st International Conference on
International Conference on Management Science and
Computers & Industrial Information Engineering (ICMSIE
Engineering. 2010), UTCC Engineering Research
Heizer, J dan Barry Render. 2014. Operations Papers 2010, pp.203-206.
Management: Sustainability and Saboia, E., L.C.Duclos, C.O.Quandt,
Supply Chain Management. Pearson. A.Souza. 2006. Strategic
Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. Management Indicators for Internal
2014. Kerjasama Ekonomi ASEAN. Logistics: A Proposal Based on The
www.kemlu.go.id/Documents/Kerjas Balanced Scorecard for An
ama%20Ekonomi%20ASEAN.doc. Automotive Sector Company. XII
Li, S., Nathan, B. R., Nathan, T. S., & Rao, S. ICIEOMFortaleza, CE, Brasil.
S. 2006. The Impact of Supplychain Sargent, R.G. 2013. Verification and
Management Practices on Validation of Simulation Models.
Competitive Advantage and Journal of Simulation, Vol.7, pp. 12-
Organizational Performance. Omega. 24.
34: 107-124. Sorooshian, S. dan Yin, D.T. 2013. Logistics
Mensah, C., D.Diyuoh, D.Oppong. 2014. Evaluation: a Case Study.
Assessment of Supply Chain International Journal of Engineering
Management Practices and It Effects & Technology Sciences, Vol.1, No.4,
on The Performance of Kasaprekko pp.192-199.
Company Limited in Ghana. Tracey, M., Lim, J. and Vondrembse, M.
European Journal of Logistics 2005. The Impact of Supply Chain
Purchasing and Supply Chain Management Capabilities on
Management, Vol. 2 No. 1, pp. 1-16. Business Performance. Supply Chain
Mulyadi, Dedi. 2011. Pengembangan Sistem Management: An International
Logistik yang Efisien dan Efektif Journal, Vol. 10 No. 3, pp. 179-91.

67
Cundo Harimurti, Model Peningkatan Kinerja Sistem Logistik Yang Efektif Dan Efisien...

68

Anda mungkin juga menyukai