Disusun Oleh :
1Imanda Naufal Y (C2C022001)
Irfan Rakhman Hidayat (C2C022030)
Kristina Sutini (C2C022032)
Ridha Nur Annisa (C2C022044)
Siti Andayani (C2C022049)
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS JENDERAL SUDIRMAN
2022
Studi Empiris Mengenai Penerapan Prinsip Dasar Lean Dalam Rangka
Penciptaan Nilai dalam konteks Rantai Pasok.
Stuart C.K. So (MMgt, MEC, MBA, PMP)
Macquire University
Abstrak
Riset ini menginvestigasi penerapan prinsip dasar lean terkait dengan penciptaan
nilai bisnis dalam konteks rantai pasok. Hal ini merupakan bentuk respon terhadap
semakin kompleksnya bisnis sebagai dampak globalisasi yang mana hal tersebut
berakibat pada naiknya ongkos produksi dan menurunnya tingkat efisiensi.
Tesis ini terdiri dari 4 referensi jurnal yang telah dipublikasi pada jurnal riset dan
penelitian dimana jurnal tersebut membahas penerapan prinsip dasar lean pada
manufaktur dan jasa. Hal ini pada dasarnya mewakili bisnis dalam dua arah rantai pasok
yaitu hubungan B2B (Business to Business) antara manufaktur dan pemasok di level atas
rantai pasok. Disisi lain terdapat kegiatan operasi jasa pada level bawah rantai pasok.
Pertama, tesis ini mempelajari hubungan antara integrasi EMSC (Electronically
enabled Manufacturing Supply Chain) dan penerapan prinsip dasar lean dengan
mengamati keuntungan relatif dari penerapan lean dan penelitian terdahulu yang terkait
dengan EMSC. Kedua, faktor organisasional yang didapatkan dari studi kasus terhadap
lean services terkait dengan keuntungan biaya dan kemampuan menyesuaikan diri
terhadap perubahan pada dasarnya menghasilkan hasil yang sesuai dengan penelitian
terhadap lean manufacturing. Sebagai tambahan, faktor-faktor individu yang diturunkan
dari pengalaman pengguna memberikan nilai tambah dalam merancang pelayanan
berbasis pengguna yang memberikan pemahaman bahwa prinsip dasar lean cocok untuk
digunakan pada ranah ini.
Kata Kunci : Prinsip dasar lean, manufaktur, pemasok , lean manufacturing, lean
services, manajemen rantai pasok.
1. Pendahuluan
Riset ini mencoba menginvestigasi penerapan prinsip dasar lean dalam
organisasi untuk menciptakan business value di dalam konteks rantai pasok. Hal ini
dilakukan sebagai jawaban atas permasalahan globalisasi yang mengakibatkan
semakin kompleksnya sistem operasional di dalam perusahaan. Kompleksitas
operasional ini pada akhirnya mendorong naiknya ongkos produksi dan
berkurangnya efisiensi di dalam operasi.
Terdapat dua pendekatan lean yang paling sering digunakan yaitu lean
manufacturing dan lean services. Kedua pendekatan ini kemudian dievaluasi oleh
penulis menggunakan metode kuantitative dan kualitative dalam rangka menjawab
pertanyaan riset. Pertama, riset ini mencoba menjelaskan penerapan prinsip dasar
lean pada level atas rantai pasok dengan membangun hubungan antara lean
manufacturing dengan Supply Chain Integration dan Supplier Integration sebagai
suatu konteks yang spesifik dari SCI di level proses.
Hal ini dilakukan dengan menggunakan data empiris yang berasal dari 558
perusahaan di 17 negara. Kedua, riset ini mencoba menjelaskan penerapan prinsip
dasar lean pada bidang jasa yang berfokus pada user experience terkait dengan
costumer touch point pada level bawah rantai pasok.
Riset ini memberikan kontribusi berupa peningkatan pemahaman pada kedua
level penerapan prinsip lean ini dengan cara melakukan perbandingan pada kedua
level rantai pasok. Hal ini bertujuan agar perbaikan secara berkelanjutan dapat
dilakukan pada setiap elemen rantai pasok dengan menggunakan prinsip dasar lean.
2. Literature Review
2.1 Prinsip-Prinsip Dasar Lean dari Perspektif Rantai Pasok
2.1.1. Menciptakan Nilai Menggunakan Prinsip Dasar Lean
Menurut Bayon dan Korvin (2008), prinsip dasar lean
mengajarkan tentang simplifikasi dan eliminasi terhadap pekerjaan-
pekerjaan yang dianggap mubazir yang mana hal ini dapat diterapkan
terhadap proses-proses yang terlalu kompleks dan tidak terintegrasi.
Seringkali proses-proses semacam ini hanya memberikan nilai tambah
yang kecil bagi perusahaan.
Berbicara masalah nilai tambah maka kita tidak bisa melepaskan
diri dari konsep nilai. Nilai sendiri menurut Harisson dan Hoek (2008)
adalah keuntungan relatif yang secara spesifik terkait dengan manfaat
yang dirasakan atas konsumsi terhadap barang atau jasa. Definisi di
atas merupakan konsep nilai dari sudut pandang konsumen.
Sementara itu dari sisi manajemen, nilai disamakan dengan
keuntungan ekonomis.
Definisi nilai ini dapat diperluas untuk elemen-elemen lain dalam
rantai pasok sebagai suatu bentuk aliran nilai dimana proses
penambahan nilai dimulai dari bahan baku yang berasal dari supplier
yang kemudian secara bertahap diubah menjadi barang jadi dan
akhirnya dibawa ke konsumen akhir.
Menurut Ohno (1988) Salah satu manfaat utama dari penerapan
prinsip dasar lean dalam proses manufaktur adalah pengurangan
waktu penyelesaian pesanan pelanggan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengeliminasi hal-hal yang tidak berguna selama proses produksi.
Ditambahkan oleh George and Wilson (2004) serta Russel and Taylor
(2009) bahwa penerapan prinsip dasar lean juga akan mengurangi
lead time dan juga jumlah persediaan berlebih dengan cara
meningkatkan efisiensi proses bisnis sehingga bisnis dapat lebih
responsif terhadap perubahan.
Ohno (1988) sendiri melihat bahwa ada 7 jenis pemborosan yang
harus dieliminasi yakni : 1. Produksi berlebih, 2. Transportasi
3.Persediaan 4.Gerak tubuh 5. Kecacatan, 6. Proses berlebih dan 7.
Waktu tunggu. Sementara itu Womack dan Jones (2003)
menambahkan 1 jenis pemborosan lagi yaitu ketidaksesuaian dengan
kebutuhan pelanggan.
Menurut Gartner dkk (2003) prinsip-prinsip dasar lean membantu
dalam analisa bisnis secara sistematis. Analisis ini dapat digunakan
sebagai pondasi dalam memahami proses penambahan nilai dan juga
dalam rangka mengidentifikasi terjadinya permborosan seperti yang
telah disebutkan sebelumnya.
Prinsip-prinsip dasar lean juga membantu agar parts (bagian-
bagian produk) dan juga data dapat mengalir melalui proses bisnis
dengan lebih efisien. Terdapat analisis yang lebih mendetail yang
didorong oleh adanya pemborosan ini. Analisis ini mendorong
terciptanya suatu pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses
dan juga hubungan yang terkait dengan proses tersebut.
Hubungan ini bisa kita pahami melalui pemetaan rantai pasok,
dimana kita melakukan suatu proses analisis dari awal hingga akhir
terhadap arus produk melalui visualisasi dan juga pelacakan aktivitas
yang dimulai dari pemasok, manufaktur hingga ke konsumen.
2.1.2. Rantai Pasok yang Terintegrasi dan Faktor-Faktor yang
Mendorong Penerapan Prinsip Dasar Lean
Dalam rangka menerapkan Prinsip-Prinsip Dasar Lean, beberapa
proses operasional perusahaan harus melakukan perubahan sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan sistem yang baru. Proses yang
terdampak dari penerapan Prinsip-prinsip dasar lean ini dapat berupa
dampak internal yang terkait dengan proses bisnis di dalam suatu unit
usaha atau dampak eksternal yang terkait dengan rekanan bisnis.
Proses manufaktur dan kontrol persediaan merupakan hal-hal yang
identik dengan aktivitas-aktivitas di level atas rantai pasok. Sementara
itu di level bawah rantai pasok, terdapat aktivitas seperti pengelolaan
barang dagang/jasa dan pengelolaan toko. Dengan kata lain,
penggunaan prinsip dasar lean tidak hanya terkait dengan proses
internal saja melainkan keseluruhan proses pada rantai pasok.
Christopher (1998) mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan
terkemuka mencoba untuk membuat sistem rantai pasok menjadi lebih
kompetitif melalui konsep nilai tambah dan penghematan biaya. Hal
ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan fungsi-fungsi internal
perusahaan, termasuk di dalamnya adalah pembelian bahan baku,
pengelolaan material dan juga kontrol persediaan.
Namun demikian secara umum hal ini dirasa tidaklah cukup
ditambah lagi integrase haruslah diperluas sampai pada mitra dagang
perusahaan seperti pemasok. Hal ini agar Supply Chain Integration
yang sesungguhnya dapat tercapai.
Ditambahkan oleh Bhasin dan Burcher (2006) bahwa upaya untuk
meningkatkan keuntungan melalui pemotongan biaya merupakan
suatu tindakan yang tidak dapat dilakukan secara terus-menerus.
Proses untuk meningkatkan keuntungan itu harus diimbangi juga
dengan peningkatan penjualan, inovasi produk, pengembangan
produk, dan juga perbaikan proses.
Materials Customers
Flow Services
Purchasing Sales
Materials Manufacturing
Distribution
Management Management
Bagan 2.1 Rantai Pasok yang Terintegrasi (diadopsi dari Christopher 1998)
4. Hasil Penelitian
4.1 Perpanjangan Teori Difusi Inovasi (DIT) dalam Mengkaji Hubungan
Antara Rantai Pasokan Elektronik Bersandar Integrasi dan Adopsi
Produksi yang Ramping
Rantai pasokan ramping adalah strategi manajemen yang bertujuan
untuk meningkatkan aliran bahan dan informasi melalui rantai pasokan
dengan mengurangi pemborosan dan variabilitas. Hal ini dilakukan dengan
menciptakan system dimana semua peserta bekerjasama untuk
menghilangkan pemborosan, menarik bahan Ketika hanya dibutuhkan, dan
berkomunikasi secara efektif satu sama lain. Tujuan dari rantai pasokan
ramping adalah untuk menciptakan system dimana seluruh rantai pasokan
bekerjasama semulus mungkin, tanpa membuang waktu, tenaga, atau uang.
Manufaktur adopsi ramping dipelajari berdasarkan pendekatan implementasi
proses perampingan, melaksanakan produksi Tarik, memberdayakan tenaga
kerja, dan merekonstruksi strategi pasokan (JIT Buker, 1991). System
Elektronik Manufaktur (SEM) digunakan untuk menguji hubungan yang
mengkibatkan banyak variable terikat. Hasil menunjukan bahwa SCI
menggabungkan integrasi organisasi dan integrasi pemasok, secara positif
mempengauhi nilai manufaktur yang ramping dilingkungan EMSC dengan
membuat aliran nilai dalamrantai pasokan dna menentukan adopsi.
Konektivitas elektronik memungkinkan EMSCuntuk menjalankan proses
antarorganisasi, mitra dagang, memindahkan mereka agar terhubung secara
elektronik yang disinkronkan, dan membentuk dasar dari rantai pasokan
Kanban untuk mendukung inisiatif penarikan pelanggan.
Ohno (1998), menekankan bahwa proses otomatis dalam manufaktur
ramping membutuhkan keterampilan individu dan Kerjasama tim dari
tenaga kerja. Disini kinerja staf pada dasarnya bisa mewakili nilai manfaat
yang dirasakan manufaktur ramping dan menunjukan bahwa nilai produsen
akan ditingkatkan sebagai hasil dari perbaikan. Temuan ini belum pernah
dibahas dalam penelitian sebelumnya tentang adopsi manufaktur ramping.
Temuan ini menunjukan bahwa ada kolaborasi anta produsen dengan
pemasok melalui investasi EMSC.
4.1.1 Perpanjangan IDT Dalam Memeriksa Hubungan Antara
Integrasi Rantai Pasokan Yang Diaktifkan Secara Elektronik
Dan Produksi Adopsi Ramping
Adopsi ramping terbukti menjadi alat yang efektif bagi
perusahaan untuk meningkatkan secara luas yang dipelajari dari
perspektif praktis dan teoritis. Namun sebagian penelitian dalam
makalah ini bertujuan untuk menjelaskan antara rantai integrasi
pasokan yang diaktifkan secara elektronik dan diadopsi produksi
ramping. Model IDT diuji secara empiris dengan data dari 558
produsen. Hasil menunjukkan bahwa :
1. IDT dapat menjelaskan produksi adopsi ramping
2. Integrasi rantai pasokan yang diaktifkan secara elektronik positif
mempengaruhi keuntungan relatif yang dirasakan dari produksi
ramping dan akibatnya mengarah pada kuntungan adopsi
jangka panjang.
Penelitian ini menggunakan IDT untuk menjelaskan produksi
adopsi ramping dengan pengaruh rantai pasokan manofaktur yang
diaktifkan secara elektronik. Studi ini juga memiliki praktik
implikasi yang dapat mengubah kebijakan pasokan dalam praktik
dimasa mendatang.
Suplay chain management (SCM) adalah hubungan timbal
balik antara penyedia dan pelanggan untuk menyampaikan nilai nilai
yang sangat optimal kepada pelanggan dengan biaya yang cukup
rendah namun memberikan keuntungan suplay chain secara
menyeluruh. Memperluas prinsip adopsi ramping dari pabrik internal
ke SCM dapat meningkatkan daya saing rantai pasokan lebih
meningkatkan responsive terhadap perubahan permintaan dan
mengurangi biaya operasional. Sitem informasi adalah seperangkat
komponen yang saling terkait yang mengumpulkan, memproses,
menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung
pengambilan keputusan, koordinasi, dan control dalam suatu
organisasi (Laudon dan Laudon, 2004
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan wawasan
kepada produsen tentang penerapan dan mengadopsi produksi
ramping dilingkungan ESMC. Oleh karena itu memelihara produksi
ramping dieksplorasi dalam dua dimensi yaitu intergritas EMSC dan
persepsi relative.
Produksi ramping pada dasarnya adalah pendekatan
manufaktur yang mencakup serangkaian kegiatan terintegrasi yang
dirancang untuk mencapai produksi fleksibel bervolume tinggi
disbanding dengan produksi massal tetapi menggunakan persediaan
bahan baku minimal (Womack, et al., 1991; Hinest, 1996; Wang,
2008). Produksi ramping yang berasal dari Toyota dengan nama
"Toyota Production System (TPS)" atau manufaktur “just-in-time
(JIT)” yang dimulai pada tahun 1960-an (Wu, 2003; Bruun and).
Mefford, 2004; Reichhart dan Holweg, 2007; Taj, 2008).
Manufaktur JIT bertujuan untuk: menghilangkan pemborosan dan
meningkatkan produksi dalam pendekatan berkelanjutan seperti
memiliki inventaris pada saat dibutuhkan, pengurangan waktu
tunggu dengan mengurangi waktu pengaturan, antrian panjang, dan
ukuran lot sedemikian rupa sehingga aktivitas ini diselesaikan
dengan biaya minimum, dan meliputi keberhasilan pelaksanaan
kegiatan manufaktur yang diperlukan untuk menghasilkan produk
akhir dari desain, rekayasa hingga pengiriman, dan mencakup semua
tahap konversi dari bahan baku dan yang lainnya (Cox dan
Blackstone, 2002).
Buker (1991) mengatakan, mendirikan pendekatan
implementasi JIT struktural yang berfokus pada tiga bidang
manajemen secara sistematis di bidang manufaktur:
1. Manajemen teknologi menyangkut implementasi produksi
dengan system responsif pada produsen JIT. Hal ini melibatkan
perbaikan pada manufaktur yang ada pada proses melalui
perampingan, reorganisasi atau restrukturisasi tata letak dan
pengaturan. Menggunakan tata letak seluler, sehingga
pemborosan dapat dikurangi dan waktu respons dapat
diminimalkan.
2. Manajemen sumber daya manusia berfokus pada
pengembangan sumber daya manusia untuk mendukung tujuan
perbaikan terus-menerus dalam JIT melalui penciptaan
lingkungan kerja yang tepat untuk karyawan dari pemimpin ke
pekerja setiap waktu. Hal ini bertujuan ini untuk pemberdayaan
dan pelatihan tenaga kerja atau membentuk tim otonom.
3. Manajemen sistem menangani distribusi suku cadang dan
material yang efektif serta penerapan yang tepat dari sumber
daya perusahaan terbatas yang mungkin melibatkan
restrukturisasi strategi pasokan yang membentuk kemitraan atau
jaringan dengan pemasok dan membangun tarik sistem produksi
sedemikian rupa sehingga suku cadang dan bahan dapat
diproduksi sesuai permintaan dengan lead time yang sangat
singkat.
JIT adalah filosofi produksi yang didasarkan pada
penghapusan semua pemborosan dan berkelanjutan meningkatkan
produktivitas yang identik dengan produksi ramping (Cox and Batu
Hitam, 2002).
4.1.2 Produksi Ramping di Lingkungan EMSC
Produksi ramping tidak hanya menyangkut proses
manufaktur internal, tetapi juga dengan pengoperasian seluruh rantai
pasokan (Oliver et al., 1993; Yusuf dan Adeleye, 2002). EMSC
adalah rantai pasokan yang berpusat pada pabrikan di Lingkungan e-
Business yang terdiri dari (1) koordinasi rantai pasokan internal
manajemen produksi dan fungsi organisasi, dan (2) jaringan
pemasok hulu di bagian dari rantai pasokan eksternal (Li, 2007).
Rantai pasokan manufaktur internal mencakup lima fungsi
organisasi utama:
(1) manajemen bahan;
(2) produksi;
(3) manajemen pasokan;
(4) penjualan dan distribusi; dan
(5) keuangan dan akuntansi
4.1.3 Model Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan pendekatan implementasi JIT Buker (Buker,
1991), model EMSC Li (Li, 2007), dan Rogers 'IDT (Rogers, 1983),
kepercayaan sistem informasi rantai pasokan memungkinkan
integrasi rantai pasokan berdasarkan tinjauan literatur. Model
terintegrasi dikembangkan dengan cara mencoba mengisi
kesenjangan melalui survei dengan 558 perusahaan manufaktur.
Seperti pada table 3.1 yang menunjukan bahwa model teoritis terdiri
dari empat factor yang menunjukan bahwa, adopsi dipengaruhi oleh
produksi ramping.
4.1.4 Adopsi dan Keuntungan Relatif dari Produksi Ramping
Rogers (1983) menekankan bahwa mempunyai ide baru,
bahkan ketika ide itu sudah jelas keuntungannya, seringkali sangat
sulit dan biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama dan
mungkin gagal dalam proses adopsi. Menerapkan prinsip lean dalam
produksi membawa radikal perubahan tidak hanya pada operasi
manufaktur, tetapi juga area lain seperti koordinasi pemasok, proses
internal di berbagai unit bisnis dan bahkan pekerjaan sehari-hari
seluruh staf di perusahaan. Oleh karena itu, mengidentifikasi faktor
adopsi yang sesuai dan menemukan cara untuk mempercepat tingkat
adopsi yang berpotensi mempengaruhi hasil adaptasi adalah prioritas
utama produsen. Manfaat yang dirasakan adalah keuntungan yang
diantisipasi dari produksi ramping bagi produsen diukur dengan
profitabilitas ekonomi yang diidentifikasi dalam studi sebelumnya
sebagai faktor kunci memotivasi adopsi dan penggunaan praktik baru
(Rogers, 1983; Moore dan Benbasat, 1991).
4.1.5 Integrasi rantai pasokan yang diaktifkan secara elektronik
(I) Integrasi pemasok
Integrasi pemasok adalah bidang yang menarik dalam konteks
teknologi e-bisnis. Fokus dimotivasi oleh fakta bahwa perusahaan
manufaktur biasanya menghabiskan 55% dari pendapatannya,
pendapatan pada produk dan layanan yang dibeli (Bozarth dan
Handfield, 2008). Guimaraes et Al. (2002) secara empiris meneliti
faktor-faktor kritis yang menjelaskan kinerja jaringan
pemasok. Kerangka teoritis mereka
berhipotesis bahwa jaringan pemasok kinerja dipengaruhi secara
efektivitas teknologi informasi yang positif dan kedalaman
integrasi pemasok.
(II) Integrasi organisasi
Keberhasilan implementasi produksi ramping menuntut tingkat
integrasi yang tinggi dari proses organisasi internal produsen
termasuk semua fungsi bisnis klasik, seperti akuntansi, keuangan,
pembelian, penjualan dan operasi kegiatan produksi termasuk
manajemen material dan perencanaan pengendalian produksi.
Sistem ERP dirancang untuk menyatukan semua fungsi dan
aktivitas ini menjadi satu, paket terintegrasi yang menggunakan
database umum yang memfasilitasi end-to-end aliran informasi
yang mendukung produksi ramping (Bozarth dan Handfield,
2008).
4.2 Menerapkan Prinsip Lean Sebagai Strategi Manufaktur Berkelanjutan
dalam Lingkungan Rantai Pasokan Secara Elektronik
Artikel ini mempelajari hubungan kausal antara strategi integrasi
pemasok dan menerapkan prinsip lean di perusahaan manufaktur berdasarkan
kumpulan data empiris yang sama. Bahwa peneliti menyarankan empat
langkah untuk mempelajari efek integrasi pemasok pada manufaktur lean:
I. kinerja pengiriman pemasok
II. kemampuan pemasok untuk menyediakan inovasi dan dukungan
desain bersama.
III. kesediaan pemasok untuk mengungkapkan biaya dan lainnya
informasi, dan
IV. kinerja historis pemasok.
Empat langkah ini menyangkut kualitas pemasok penting untuk
memenuhi tujuan lean yang digunakan sebagai pemasok kriteria seleksi dalam
strategi penawaran.
4.2.1 Pendahuluan
Ohno (1988) mengidentifikasi tujuh jenis sampah yang perlu
dikendalikan dalam manufaktur, yaitu : 1.kelebihan produksi, 2.
Transportasi, 3. Persediaan, 4. Gerak, 5. Cacat, 6.pemrosesan berlebih,
7.menunggu. Ketujuh hal ini mewakili sumber daya yang paling sering
terbuang dan aktivitas manufaktur kurang produktif. Sebagai salah satu
praktik terbaik manufaktur, prinsip lean mengajarkan penyederhanaan.
Perusahaan yang ramping memungkinkan produsen untuk mengurangi
biaya-biaya sehingga kerugian yang disebabkan oleh tujuh hal di atas
dapat dihindari. Bhasin dan Burcher (2006) berpendapat bahwa
manufaktur lean dapat membantu mengurangi pemborosan hingga
40%, memotong biaya antara 15% dan 70%, mengurangi kebutuhan
ruang dan inventaris sebesar 60%, mendorong produktivitas naik
antara 15% dan 40% sambil memotong pergantian proses sebesar 60%
yang menunjukkan potensi lean sebagai praktik berkelanjutan.
4.2.2 Latar belakang teoritis
4.2.2.1 Manufaktur ramping di lingkungan EMSC
Manufaktur lean adalah sebuah pendekatan kegiatan
terintegrasi yang dirancang untuk mencapai fleksibilitas volume
tinggi produksi yang sebanding dengan produksi massal tetapi
menggunakan persediaan bahan baku yang minimal (Hines, 1996;
Wang, 2008; Womack et al., 1991). Manufaktur lean tidak hanya
menyangkut proses manufaktur internal, tetapi juga dengan
pengoperasian seluruh rantai pasokan (Oliver et al., 1993).
4.2.2.2 Menerapkan lean sebagai strategi manufaktur yang
berkelanjutan
Manufaktur lean bertujuan untuk menghilangkan pemborosan
dan meningkatkan produksi secara berkelanjutan, pengurangan
waktu tunggu dengan mengurangi panjang antrian, dan ukuran lot
sehingga aktivitas ini dicapai dengan biaya minimum, dan itu
mencakup keberhasilan pelaksanaan semua aktivitas manufaktur
yang diperlukan untuk menghasilkan produk akhir, mulai dari
desain, rekayasa hingga pengiriman, dan mencakup semua tahap
konversi dari bahan baku dan seterusnya (Cox and Batu Hitam,
2002). Manufaktur lean adalah inovasi yang sistematis karena
membutuhkan perubahan yang saling terkait dan membawa
perubahan radikal dengan nilai tambah bagi bisnis (Chesbrough
dan Teece, 1998).
4.2.2.3 Proses pengambilan keputusan untuk menerapkan
manufaktur lean
Menerapkan prinsip lean dalam produksi membawa perubahan
tidak hanya pada operasi manufaktur, tetapi juga penerapan sistem
informasi terkait dalam berbagai unit bisnis dan bahkan
merekayasa ulang pekerjaan sehari-hari semua anggota staf di
perusahaan. Dampak yang mendalam dapat menyebabkan
produsen mencari penguatan mereka dalam keputusan. Untuk
mendukung produsen membuat keputusan yang tepat di seluruh
proses keputusan, model keputusan untuk menerapkan manufaktur
lean sebagai praktik berkelanjutan bagi perusahaan dalam
lingkungan EMSC diusulkan berdasarkan teori difusi inovasi (IDT)
(Roger, 1995).
4.2.2.4 Model penelitian dan pengembangan hipotesis
Model penelitian sesuai dengan pasca-penerapan karakteristik
proses keputusan inovasi yang diteorikan dalam Rogers' IDT
(Rogers, 1995) di mana produsen telah menerapkan manufaktur
lean sebagai praktik reguler (Tahap 4 dari Gambar 4.3) dan diuji
pengaruhnya terhadap penerapan lanjutannya melalui integrasi
dengan rutinitas bisnis sehari-hari sebagai praktik berkelanjutan
(Tahap 5 Gambar 4.3). Adapun hipotesis terkait dikembangkan di
bagian berikut
4.2.2.5 Manufaktur ramping sebagai praktik berkelanjutan
Pendekatan implementasi JIT menekankan empat filosofi
manajemen: (a) restrukturisasi strategi pasokan; (b) menerapkan
prinsip berbasis permintaan yang didorong oleh produksi tarik
untuk mengatasi dengan lebih baik kebutuhan pelanggan dalam
rantai pasokan hilir; (c) fokus proses dan perampingan dengan
tujuan untuk menyederhanakan operasi yang terlalu rumit; dan (d)
pemberdayaan tenaga kerja untuk merampingkan operasi dan
proses keputusan. Manfaat dari perubahan ini tidak bisa diamati
hanya jika mereka dipraktekkan dan digunakan secara teratur
dalam jangka panjang. Oleh karena itu, peneliti berhipotesis H1
sebagai berikut:
H1: Penggunaan praktik manufaktur lean secara teratur
mengarah pada penerapan berkelanjutan sebagai praktik
berkelanjutan
4.2.2.6 Strategi pasokan ramping
A. Integrasi pemasok
Baru-baru ini, Cagliano et al. (2006) melakukan studi tentang
lean penerapan praktik manufaktur di 425 perusahaan manufaktur.
Hasilnya menunjukkan bahwa praktik manufaktur lean memiliki
hubungan yang kuat dengan pemasok eksternal. Faktanya, integrasi
pemasok merupakan langkah besar dalam strategi implementasi
manufaktur lean yang digunakan oleh banyak perusahaan (Black,
2007). Selain itu, Bozarth dan Handfield (2008) menyoroti bahwa
lebih dari 65% pembelian dokumen (misalnya pesanan pembelian,
amandemen, pemberitahuan pengiriman dan jadwal
pengiriman)akan dipertukarkan dalam bentuk alat elektronik
dengan munculnya Internet. Ini mengarah pada hipotesis berikut:
H2: Berbagi informasi dalam integrasi pemasok memiliki
pengaruh positif langsung pada regulerpenggunaan manufaktur
lean menuju praktik berkelanjutan
H3: Integrasi pemasok yang didukung e-bisnis memiliki
pengaruh positif langsung pada penggunaan reguler manufaktur
ramping menuju praktik berkelanjutan
B. Pemilihan pemasok berbasis kinerja
Keberhasilan implementasi manufaktur lean menuntut
tingkat integrasi yang tinggi dari produsen dengan pemasok mereka
melalui penetapan kebijakan pemilihan pemasok yang tepat dengan
mengevaluasi metrik seperti kinerja, kompetensi teknis, dan rantai
pasokan kemampuan infrastruktur (Bozarth dan Handfield, 2008).
Bozarth dan Handfield (2008) berpendapat bahwa desain pemasok
dan keahlian teknis dapat membantu produsen menghadapi
tantangan besar dengan berinovasi secara cepat dan terus-menerus
meningkatkan kinerja di pasar mereka. Oleh karena itu, peneliti
berhipotesis H4 sebagai:
H4: Menerapkan kebijakan pemilihan pemasok berbasis
kinerja ramping memiliki dampak positif langsung pada
penggunaan manufaktur lean secara teratur menuju praktik
berkelanjutan.
4.2.3 Metodologi
4.2.3.1 Pengumpulan data dan profil sampel
Sampel data penelitian ini berasal dari International
Manufacturing Survei Strategi (IMSS) (Lindberg et al., 1998). Proyek
ini diprakarsai oleh London Sekolah Bisnis dan Universitas Teknologi
Charlmes pada tahun 1992. IMSS adalah internasional jaringan
penelitian yang terdiri dari 20 negara dan 600 perusahaan di seluruh
dunia, termasuk negara-negara maju, yaitu Amerika Serikat, Jepang,
Inggris, Jerman, dan berkembang negara, yaitu, Cina, Argentina,
Meksiko. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 558, dengan
tingkat pengembalian rata-rata melebihi 35%.
4.2.3.2 Karakteristik pengukuran
Operasionalisasi variabel penelitian dalam penelitian ini
didasarkan pada item yang dikembangkan sendiri berasal dari
kuesioner IMSS dan didukung oleh studi terkait dalam literatur
tinjauan. Beberapa item digunakan untuk mengukur penelitian. Para
peneliti mencoba untuk memeriksa item secara berdampingan dengan
tujuan untuk meningkatkan keandala pengukuran.
Semua item diukur oleh skala Likert lima poin dengan 1
menunjukkan "tidak ada" atau "tidak penting" dan 5 menunjukkan
“tinggi” atau “sangat penting”. Pengukuran yang sesuai untuk praktik
manufaktur lean penerapan dan strategi pasokan ramping dalam
lingkungan rantai pasokan yang diaktifkan secara elektronik adalah
diidentifikasi.
A. Langkah-langkah untuk penerapan manufaktur lean
Variabel dependen dikaitkan dengan penerapan
berkelanjutan dari manufaktur lean dan dibenarkan oleh
komitmen jangka panjang produsen yang menyangkut dua
pengukuran. Mereka adalah (1) "penggunaan reguler" yang
diukur dengan tingkat penggunaan lean manufaktur dalam tiga
tahun terakhir, dan (2) "penggunaan berkelanjutan" diukur
dengan tingkat penggunaan manufaktur lean dalam tiga tahun
mendatang. Berdasarkan pendekatan Buker (1991) tentang JIT
implementasi, peneliti mengevaluasi aplikasi manufaktur lean
yang berkelanjutan melalui penggunaan (1) restrukturisasi
strategi pasokan, (2) penerapan produksi tarik, (3) perampingan
proses manufaktur, dan (4) pemberdayaan tenaga kerja.
B. Langkah-langkah untuk implementasi strategi lean supply
Variabel independen mengukur tingkat integrasi pemasok
dan tingkat penggunaan kebijakan pemilihan pemasok berbasis
kinerja ramping. Tingkat integrasi pemasok mencerminkan
sejauh mana penerapan prinsip lean dalam koordinasi dan
manajemen pemasok, yang dioperasionalkan dengan mengukur
tingkat penerapan manajemen informasi dalam dua aspek
utama, yaitu (1) sejauh mana berbagi informasi bisnis terkait
dengan produksi dan berbagai area manajemen dengan
pemasok, dan (2) tingkat penggunaan sistem e-bisnis untuk
bertukar informasi bisnis di atas di hulu rantai pasokan
manufaktur.
4.2.4 Analisis data
4.2.4.1 Penilaian reliabilitas dan validitas
Model alpha Cronbach digunakan untuk melakukan analisis
reliabilitas dan koefisien alpha adalah dihasilkan untuk setiap
konstruksisi. Koefisien alfa biasanya dianggap memadai jika melebihi
0,7 (Bagozzi dan Yi, 1988; Chen dan Paulraj, 2004; Cronbach, 1951;
Fornell dan Larker, 1981; Nunnally, 1978; Nunnally dan Bernstein,
1994). Konstruksisi dengan nilai alpha minimal 0,6 tetap dapat
diterima tetapi harus mencari perbaikan lebih lanjut (Chen dan Paulraj,
2004). Tabel 4.3 menunjukkan bahwa koefisien alpha dari konstruksi
adalah dalam kisaran yang dapat diterima antara 0,6 dan 0,9.
Analisis faktor digunakan untuk menguji validitas. Kaiser–
Meyer–Olkin (KMO) ukuran kecukupan pengambilan sampel, yang
berkisar antara 0 dan 1, pertama kali digunakan untuk mendeteksi jika
data difaktorkan jauh sebelum analisis faktor. Berdasarkan Tabel 4.3,
nilai KMO berkisar antara 0,5 dan 0,76 yang lebih besar dari atau sama
dengan minimum yang dapat diterima nilai 0,5 (Kaiser, 1974).
Validitas konvergensi dan validitas diskriminan keduanya diperiksa.
Validitas diskriminan terjadi ketika ukuran setiap konstruksi
berbeda dari yang satu lain (Campbell dan Fiske, 1959). Model
menunjukkan validitas diskriminan jika akar kuadrat dari rata-rata
varians diekstraksi (AVE) oleh setiap konstruksi melebihi korelasi
antar variabel yang sesuai (Fornell dan Larcker, 1981).
4.2.4.2 Penilaian model estimasi
Model estimasi yang ditunjukkan pada Gambar 4.4 diuji
dengan analisis regresi berganda dalam perangkat lunak SPSS 17.0,
sedangkan bobot regresi yang dihasilkan dari semua jalur. Pendekatan
ini memungkinkan studi untuk mendapatkan kekuatan penjelas dari
masing-masing variabel bebas secara terpisah serta signifikansi yang
dihipotesiskan hubungan untuk menentukan kesesuaian model
konseptual yang diusulkan melalui mengevaluasi signifikansi dari
beberapa koefisien korelasi dan nilai beta (Pedhazur dan Schmelkin,
1991).
4.2.5 Hasil dan diskusi
4.2.5.1 Menerapkan prinsip lean sebagai praktik manufaktur yang
berkelanjutan
Dalam model 1, berteori bahwa penggunaan reguler praktik
manufaktur lean memiliki dampak positif pengaruhnya pada
penggunaan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Hasil analisis
regresi berganda menunjukkan pada Tabel 4.5 secara signifikan
mendukung hipotesis, H1 (ÿ=0,616, p<0,001) dengan baik kekuatan
penjelas model (R²=0,380). berdasarkan model implementasi JIT
Buker (1991), lean manufaktur perlu diterapkan dalam penggunaan
biasa sebelum menerima dalam jangka panjang dan menunjukkan
perbaikan di berbagai bidang operasi manufaktur termasuk: (1)
manajemen pasokan, (2) manajemen produksi, (3) optimalisasi proses,
dan (4) peningkatan tenaga kerja.
4.2.5.2 Pengaruh strategi pasokan ramping
Dalam model 2, diteorikan bahwa strategi lean supply yang
diaktifkan EMSC memiliki efek positif pada penggunaan reguler
praktik manufaktur lean. Pentingnya EMSC adalah bahwa ia
menawarkan dukungan berbagi informasi dan sistem E-bisnis sebagai
platform untuk memungkinkan pertukaran informasi di antara berbagai
peserta rantai pasokan, yaitu, produsen dan integrasi pemasok dalam
penelitian tersebut. Semua hasil dapat diterima, dimana H4
berhubungan dengan kualitas pemasok yang dapat mempengaruhi
kinerja mereka untuk memenuhi persyaratan lean untuk berkolaborasi
dengan produsen.
4.3.5.3 Implikasi manajerial
Model tersebut mengungkapkan bahwa menerapkan strategi
pasokan ramping di lingkungan EMSC memiliki efek positif langsung
pada penggunaan manufaktur lean jangka panjang sebagai praktik
berkelanjutan dengan partisipasi dan investasi dari pemasok dan
produsen. Karenanya, produsen dapat merestrukturisasi kebijakan
pasokan mereka sedemikian rupa sehingga hanya perusahaan-
perusahaan yang bersedia untuk berpartisipasi dan berinvestasi dalam
manufaktur lean dan rantai pasokan terkait infrastruktur (EMSC) dapat
menjadi pemasok mereka. Pendekatan serupa telah diterapkan oleh
industri untuk lebih mendukung peningkatan operasi yang cukup besar.
4.2.6 Kesimpulan dan penelitian masa depan
Dalam penelitian ini, model teoritis dikembangkan untuk
mempelajari hubungan antara lean strategi pasokan dan penerapan
berkelanjutan dari manufaktur lean yang berkelanjutan di EMSC
lingkungan.
Empat hubungan hipotesis dikembangkan untuk model dan
semuanya terbuktisignifikan secara statistik. Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa integrasi pemasok didukung oleh Lingkungan
EMSC dengan penerapan pemilihan pemasok berbasis kinerja ramping
kebijakan secara signifikan mempengaruhi penggunaan manufaktur
lean sebagai praktik berkelanjutan.
Ada dua kontribusi utama dalam penelitian ini. Pertama,
penelitian ini mengusulkan struktur pendekatan untuk merancang dan
menerapkan prinsip lean sebagai praktik manufaktur yang
berkelanjutan melalui menggabungkan pendekatan JIT praktisi (Buker,
1991) dan keputusan akademisi
model (Rogers, 1995). Kedua, penelitian ini mengusulkan
pendekatan proses untuk mengimplementasikan lean prinsip dalam
manajemen pasokan. Karena kedua kebijakan pemilihan pemasok (pra-
implementasi) dan integrasi pemasok (berlatih) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penerapan manufaktur lean, ini menunjukkan
bahwa kebijakan dan praktik perlu dilihat sebagai proses yang
terintegrasi daripada daripada tugas individu. Studi ini memicu
penelitian di masa depan. Dengan infrastruktur EMSC integrasi
pemasok di tempat dan lebih baik, menerapkan sistem logistik terbalik
yang mendukung pemulihan produk dan pengembalian barang akan
menjadi layak untuk memperkuat kemampuan pengurangan sampah.