OLEH
MARIA GORETI ANU
NIM : 2223122182
MANAJEMEN PERUSAHAAN
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “pengaruh harga
bahan pangan terhadap inflasi di Indonesia.” ditulis sebagai bentuk UAS mata kuliah
ekonomi makro pada program studi Manajemen Perusahaan Jurusan Admministrasi
Bisnis,Politeknik Negeri Kupang.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di muka bumi ini,
demikian pula dengan skripsi ini. Olehnya itu dengan kerendahan hati penulis siap
menerima masukan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga apa yang tertuang dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi mereka yang memerlukan.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Perkembangan Bahan Pangan Di Indonesia...............................................3
2.2 Pengaruh Harga Bahan Pangan terhadap Perekonomian di Indonesia.......9
2.3 Pengaruh Harga Bahan Pangan terhadap inflasi di Indonesia....................9
BABIII PENUTUP…………………………………………………………..14
KESIMPULAN……………………………………………………………...14
SARAN……………………………………………………………………...14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Inflasi adalah suatu proses dimana harga-harga meningkat secara umum dan
terusmenerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti meningkatnya konsumsi masyarakat, berlebihnya likuiditas di
pasar, ataupun akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi adalah proses
dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi (Penangsang et al.,
2020).
Menurut Mankiw inflasi merupakan salah satu indikator stabilitas
perekonomian. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, inflasi merupakan isu
perekonomian yang selalu menjadi perhatian penting. Inflasi yang rendah dan stabil
akan menjadi stimulator dalam pertumbuhan ekonomi. Inflasi seringkali dikaitkan
dengan gejolak sosial, politik dan ekonomi di suatu negara (Panjaitan & Wardoyo,
2016).
Laju perubahan inflasi selalu diupayakan rendah dan stabil. Hal ini untuk
menghindari terjadinya masalah makroekonomi yang dapat memberikan dampak
ketidakstabilan pada perekonomian. Inflasi yang tinggi dan tidak stabil merupakan
cerminan akan kecenderungan naiknya tingkat harga barang dan jasa secara umum
dan terus menerus selama periode waktu tertentu. Inflasi yang terjadi di setiap daerah
dapat diakibatkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi sisi permintaan, sisi
penawaran dan ekspektasi.
Salah satu indikator ekonomi yang dapat menunjukkan baik atau buruknya
perekonomian suatu daerah adalah inflasi. Tingkat inflasi yang tinggi
menggambarkan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi, namun demikian tidak
berarti bahwa deflasi selalu menggambarkan hal yang positif. Perekonomian suatu
daerah dikatakan semakin baik ketika angka inflasi di daerah tersebut stabil (Usman
et al., 2020).
Inflasi dapat digunakan sebagai indikator kondisi perekonomian yang dapat
diartikan positif dan negatif. Nilai suatu aset dapat tergantung pada perkembangan
inflasi. Inflasi dapat dikategorikan menjadi tiga tipe yaitu demand-pull inflation, cost-
pull inflation, dan built-in inflation. Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur inflasi
pada barang dan jasa yang dikonsumsi yaitu bahan makanan; makanan jadi,
minuman, rokok, dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar;
sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi, dan olahraga; transportasi, komunikasi, dan
jasa keuangan; dan umum. Perubahan harga barang dan jasa dapat berdampak pada
1
kondisi perekonomian, termasuk perubahan bahan pangan pokok. Kenaikan harga
bahan pangan dapat berkontribusi terhadap inflasi suatu negara (Al-Shawarby &
Selim, 2013). Menurut (Widiarsih, 2012), harga beras berpengaruh signifikan
terhadap Inflasi bahan makanan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek
yang ditandai dengan nilai koefisien regresi yang bertanda positif. Demikian pula
dengan beberapa komoditas pangan lainnya. Menurut penelitian (Darma et al.,
2018)menyatakan bahwa harga komoditas beras, bawang merah dan cabai merah
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Harga komoditas
cabai merah merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap tingkat inflasi
di Indonesia. Bahan pangan pokok dapat diklasifikasikan sebagai volatile food yaitu
terdiri dari beras, daging ayam, daging sapi, telur ayam, bawang merah, bawang
putih, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, gula pasir. (Mija et al., 2013), respon
kenaikan inflasi inti akibat kenaikan harga bahan pangan di negara berkembang lebih
besar dibanding negara maju karena proporsi pembelian bahan pangan di negara
berkembang lebih banyak. Terdapat hubungan antara harga di tingkat produsen jika
menggunakan input yang diimpor dengan tingkat inflasi (Auer & Mehrotra, 2014).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Bahan Pangan Di Indonesia
Penduduk Indonesia menurut (BPS, 2021), yang mencapai 272.229.372 jiwa, jika
dibandingkan dengan ketersediaan bahan pangan yang dibutuhkan seringkali tidak
sesuai antara permintaan dan penawarannya. Hal ini dapat disebabkan karena
permintaan yang melebihi jumlah produksi, kegagalan panen, hambatan distribusi,
permasalahan impor, sehingga mempengaruhi fluktuasi harga bahan pangan. Harga
bahan pangan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada perkembangan
inflasi nasional. Inflasi penting untuk diteliti karena merupakan indikator makro yang
menggambarkan kondisi perekonomian suatu negara. Penelitian ini bertujuan
menganalisis pengaruh harga bahan pangan pokok yang terdiri beras, daging ayam,
daging sapi, telur ayam, bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit,
minyak goreng, gula pasir terhadap inflasi, sehingga dapat diketahui faktor yang
dapat dipertimbangkan untuk dikendalikan. Analisis dilakukan sampai periode Juli
2021 di mana Indonesia masih mengalami pandemi Covid-19, sehingga dapat
dianalisis kondisi perekonomian menggunakan indikator inflasi melalui pergerakan
harga bahan pangan
Komoditas pangan yang disurvei dan disajikan di Pusat Informasi Harga Pangan
Strategis adalah 10 komoditas pangan yang memiliki kontribusi signifikan dalam
pembentukan angka inflasi (strategis), khususnya untuk inflasi volatile food, dengan
rincian sebagai berikut:
1. Beras: terdiri dari 6 kualitas beras berdasarkan level harga yaitu 2 jenis beras
kualitas biasa/bawah, 2 jenis beras kualitas sedang, dan 2 jenis beras kualitas
premium. Pemilihan jenis beras berdasarkan jenis yang paling banyak
dikonsumsi masyarakat di kota/kabupaten lokasi sampel. Untuk harga beras
kualitas biasa/bawah tidak termasuk beras raskin/rastra. Harga yang
dilaporkan adalah harga per kg.
2. Bawang merah: hanya mancakup 1 kualitas bawang merah yaitu lokal dengan
kualitas sedang. Harga yang dilaporkan adalah harga per kg.
3. Bawang putih: hanya 1 kualitas bawang putih yaitu bawang putih dalam
bonggol kualitas sedang. Harga yang dilaporkan adalah harga per kg.
4. Cabai merah: terdiri dari 2 kualitas, yaitu cabai merah besar dan cabai merah
keriting kualitas segar. Harga yang dilaporkan adalah harga per kg.
3
5. Cabai rawit: terdiri dari 2 kualitas, yaitu cabai rawit merah dan rawit hijau
dengan kualitas segar. Harga yang dilaporkan adalah harga per kg.
6. Daging sapi: terdiri dari 2 kualitas, yaitu daging sapi has luar dan has dalam
dengan kualitas segar. Harga yang dilaporkan adalah harga per kg.
7. Daging ayam ras: hanya 1 kualitas yaitu daging ayam ras tanpa jeroan dengan
kualitas segar. Harga yang dilaporkan adalah harga per kg.
8. Telur ayam ras: hanya 1 kualitas yaitu telur ayam kualitas segar. Harga yang
dilaporkan adalah harga per kg.
9. Gula pasir: teridiri dari 2 kualitas, yaitu kualitas lokal/curah warna kuning dan
kualitas premium. Harga yang dilaporkan adalah harga per kg.
10. Minyak goreng: terdiri dari 3 kualitas, yaitu 1 kualitas lokal/curah dan 2
kualitas kemasan isi ulang. Harga yang dilaporkan adalah harga per liter.
Survei Harga Pangan Harian adalah survei yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia
4
diharapkan seluruh data dapat dipublikasikan pada pukul 13.00 wib (dengan
asumsi tidak terdapat kendala teknis di lapangan).
2. Sampel Pedagang yang disurvei
Jumlah pedagang yang disurvei setiap pasar tradisional adalah 2 pedagang
untuk setiap komoditi (2 data harga). Pemilihan pedagang bersifat tetap/panel
untuk menjamin kontinuitas pencacahan, serta berlokasi tidak terlalu
berdekatan antar satu pedagang dengan pedagang lainnya untuk
mengantisipasi kecenderungan homogenitas harga.
Selain itu, pedagang tersebut melakukan aktivitas pada tempat yang
tetap/permanen/tidak berpindah-pindah, diprioritaskan yang memiliki omset
penjualan relatif besar dibandingkan pedagang lainnya, serta menjual barang
kebutuhan untuk pembeli yang akan dikonsumsi sendiri, bukan untuk
diperdagangkan lagi (grosir).
Dalam hal karena kondisi tertentu pedagang dimaksud tidak melakukan
aktivitas sementara (temporer) maka dapat diganti dengan pedagang lainnya
dengan karakteristik yang relatif sama. Apabila pedagang yang menjadi
sampel tidak melakukan aktivitas untuk jangka waktu yang tidak dapat
ditentukan (permanen), maka akan diganti dengan pedagang lainnya dengan
kriteria persyaratan yang sama. Apabila terjadi bencana di kab/kota tertentu
yang mengakibatkan pasar di kota/kabupaten tersebut tidak beroperasi pada
hari tertentu, maka data hari tersebut akan diambil dari data pada hari
sebelumnya.
3. Jumlah kota/kabupaten yang disurvei
Saat ini kota yang menjadi sampel pengambilan data adalah 82
kota/kabupaten yang menjadi sampel untuk penghitungan inflasi Indeks Harga
Konsumen (IHK) Nasional oleh Badan Pusat Statistik. Ke depan,
pengembangan jumlah kota sesuai kebutuhan dimungkinkan untuk dilakukan,
namun disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya yang dimiliki.
4. Jenis dan jumlah pasar yang disurvei untuk setiap kota/kabupaten
Jumlah sampel pasar yang disurvei adalah 2(dua) pasar tradisional untuk
masing-masing kota/kabupaten dan merupakan pasar utama yang tergolong
besar, yaitu dari segi ukuran luasnya maupun banyaknya pengunjung. Selain
itu, berlokasi di dalam kota/kabupaten yang telah ditentukan, tidak berada di
pinggiran atau luar kota/kabupaten tersebut.
5
B. Jenis Informasi Harga
6
adalah, sbb.:
Hijau tua: apabila harga provinsi untuk komoditi yang dipilih lebih
rendah dari harga nasional (dibawah 2 standar deviasi)
Hijau: apabila harga provinsi untuk komoditi yang dipilih lebih rendah
dari harga nasional (dibawah 1 standar deviasi)
Hijau muda: apabila harga provinsi untuk komoditi yang dipilih sama
dengan harga nasional atau sedikit lebih tinggi (antara 0 s.d 1 standar
deviasi)
Merah: apabila harga provinsi untuk komoditi yang dipilih lebih tinggi
dari harga nasional (diatas antara 1 s.d 2 standar deviasi)
Merah tua: apabila harga provinsi untuk komoditi yang dipilih lebih
tinggi dari harga nasional (diatas 2 standar deviasi)
7
Tampilan ini menunjukkan data level harga pada tanggal observasi paling terkini dan
perkembangan perubahan harga (pergerakan) komoditi tersebut selama 7 titik data
secara series. Misal: harga bawang merah ukuran sedang nasional per 6 Januari 2017
adalah Rp 35.550/kg. harga tersebut meningkat Rp 200 dibandingkan hari
sebelumnya. Grafik menunjukan fluktuasi perubahan harga 7 titik data terakhir. Pada
menu ini, juga dapat dipilih untuk data sampai level provinsi, sedangkan untuk menu
kota/kabupaten harus menuju pilihan menu harga kabupaten/kota.
D. HARGA
Konsep Harga
1 Harga pasar adalah rata-rata harga komoditi tertentu dari dua sampel pedagang
tradisional
2 Harga di kota/kab adalah rata-rata harga komoditi tertentu dari seluruh pasar yang disurvei
3 Harga di provinsi adalah rata-rata harga komoditi tertentu dari seluruh kota/kab yang
disurvei
4 Harga nasional adalah rata-rata harga komoditi tertentu seluruh pedagang yang disurvei
8
struktur pasar yang kurang kompetitif. Namun demikian, kenaikan harga-harga
tersebut tidak dapat dikompensasikan secara proporsional oleh kenaikan pendapatan
beberapa kelompok masyarakat. Oleh karena itu analisis ini bertujuan untuk
memberikan gambaran pengaruh dinamika harga bahan pangan pokok terhadap daya
beli masyarakat berpendapatan rendah dengan metode rasio dan indeks. Hasil analisis
menunjukkan khususnya pada krisis pangan tahun 2009, daya beli mereka turun 1–
5%. Selama periode tersebut, daya beli buruh tani dan bangunan masing-masing turun
5% dan 3%. Bahkan, sejak tahun 2005 daya beli buruh manufaktur sudah mengalami
penurunan.
9
tidak kembali ke harga semula di tahun 2017. Bahan pangan daging ayam, bawang
merah, bawang putih, cabe merah, dan cabe rawit bergerak fluktuatif. Bahan pangan
tersebut mengalami perubahan dari tahun 2017 sampai tahun 2021 dan cenderung
tidak kembali pada harga terendahnya selama periode 2017-2021.
Bahan pangan yang memiliki skewness negatif adalah beras dan telur ayam.
Skewness negatif menunjukkan sebaran data bahan pangan beras dan telur ayam
condong mengarah ke kiri. Nilai skewness inflasi juga menunjukkan tanda negatif
maka variabel inflasi memiliki kecondongan ke arah kiri atau kondisi nilai mean di
sebelah kiri modus. Nilai skewness bahan pangan bawang merah, bawang putih,
minyak goreng, cabai merah, cabai rawit, daging ayam, daging sapi, dan gula pasir
bertanda positif artinya kecondongan data mengarah ke kanan. Kurtosis merupakan
keruncingan distribusi data. Nilai kurtosis semua variabel terikat dan bebas positif
maka cenderung runcing atau mengelompok homogen. Hal ini ditunjukkan dari
rentang harga bahan pangan yang tidak terlalu jauh dan dalam bentuk periode
bulanan. Harga tertinggi yaitu daging sapi Rp125.450,00 per kg, sedangkan harga
terendah yaitu minyak goreng pada Rp13.050,00 per kg.
Jarque-
Bahan Pangan Mean Median Max. Min. Std.Dev. Skewness Kurtosis Prob.
Bera
Beras 11737.76 11750 12100 11200 176.64 -1.390768 5.225659 27.98761 0.000001
Bawang Merah 32788.78 32800 53550 22400 6575.51 1.00553 4.724561 1.048348 0.592044
Bawang Putih 30877.55 29550 50450 23600 6571.36 1.401365 4.608986 7.765191 0.020597
Minyak Goreng 13779.59 13700 15400 13050 584.69 1.021578 3.660466 7.341248 0.025461
Telur Ayam 24853.06 25150 27750 22000 1335.16 -0.342104 2.481709 2.146529 0.341891
Cabai Merah 39020.41 37800 62250 27200 8097.09 0.866612 3.153869 2.653314 0.265363
Cabai Rawit 44129.59 41100 77650 30400 11662.42 1.120055 3.465239 4.543570 0.103128
Daging Ayam 34105.1 34100 39000 29250 2154.60 0.160334 2.671956 0.177359 0.915139
Daging Sapi 117438.8 117900 125450 113850 2598.68 1.085407 4.597804 12.23205 0.002207
Inflasi 2.679796 2.98 3.88 1.32 0.81 -0.533447 1.818172 5.175584 0.075186
Gula Pasir 14316.33 14200 18250 13100 1015.06 2.137162 8.151895 63.99007 0.000000
10
Multicolinearity:Variance Inflation Factors (VIF)
Bawang Merah 3.723515
Beras Bawang 1.589874
Putih Cabe 2.526772
Merah Cabe 2.976025
Rawit Daging 3.901056
Ayam Daging 2.310537
Sapi Gula Pasir 2.650061
Minyak Goreng 2.401376
Telur 2.184216
2.827496
11
pasir masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) sepanjang tahun
2020(Kemendag, 2020).
12
Beras -13.20707 3.992175 -3.308238 0.0021***
Bawang Putih 2.067060 0.395869 5.221576 0.0000***
Cabe Merah 0.103813 0.420643 0.246795 0.8064
Cabe Rawit 0.000733 0.391952 0.001870 0.9985
Daging Ayam 3.670161 1.159637 3.164924 0.0031***
Daging Sapi -17.40756 3.582685 -4.858803 0.0000***
Gula Pasir 2.221698 1.122525 1.979197 0.0551*
Minyak Goreng -5.683519 1.710139 -3.323425 0.0020***
Telur Ayam -2.154620 1.489631 -1.446412 0.1563
BAB III
PENUTUP
13
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kenaikan harga pangan ini perlu mendapat perhatian dan fokus utama dalam
agenda kerja pemerintah.Untuk mengatasi kenaikan harga pangan, ada beberapa
tindakan yang dapat dilakukan, diantaranya melalui upaya jangka pendek dan jangka
menengah.Hal ini sangat penting untuk menstabilkan harga bahan pangan dan
melindungi kepentingan petani sebagai produsen yang rentan terhadap fluktuasi
harga.5 Kebijakan strategis dalam jangka menengah adalah meningkatkan produksi
bahan pangan terutama beras, jagung, dan kedelai. Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah harus lebih fokus dalam meningkatkan produksi pangan.Pembangunan sektor
pertanian pun sebaiknya dilakukan melalui pendekatan agrobisnis agar produksi
pertanian mempunyai value added dan nilai jual yang tinggi.Ironis memang, terutama
Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Negara agraris merupakan negeri yang
masih didomonasi oleh ekonomi pedesaan, sebagian besar dari jumlah angkatan kerja
atau tenaga kerja bekerja di pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
14
Emerging Market Economies, 11(2), 146–168.
https://doi.org/10.1080/17520843.2017.1 351461
15
16
17
18