Disusun oleh
Anggriani Dwi Putriasih
15/385490/TP/11359
PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
potensial dikembangkan di Provinsi D.I Yogyakarta. Bawang merah memegang peranan cukup
penting dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai sumber pendapatan masyarakat. Bawang
merah banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai bumbu penyedap masakan, serta memiliki
beragam manfaat kesehatan dan memiliki zat antiseptik yang dapat membunuh kuman.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1981- 2015 dimana data
konsumsi yang tercatat merupakan konsumsi bawang merah untuk kebutuhan rumah tangga.
Perkembangan konsumsi bawang merah pada periode tahun 1981-2015 cenderung meningkat
dengan rata-rata pertumbuhan 8,31% kg/kap/tahun (Gambar 1.1). Konsumsi bawang merah tahun
1981 sebesar 1,65 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2015 konsumsinya menjadi 2,71
kg/kapita/tahun. Konsumsi bawang merah tertinggi dicapai pada tahun 2007 yaitu sebesar 3,01
kg/kapita/tahun.
Di Indonesia terdapat beberapa wilayah penghasil bawang merah tertinggi. Daerah sentra
pengembangan bawang merah di Indonesia tersebar di NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan
Irian Jaya. Adapun daerah Pulau Jawa yang dikenal sebagai daerah sentra produksi bawang merah
selain Bantul adalah Malang, Nganjuk, Probolinggo, Kediri, Tegal, Brebes, Wates, Cirebon,
Kuningan, dan Majalengka. (Pitojo, 2003).
Konsumsi bawang merah yang meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
di Indonesia membuat beberapa wilayah memproduksi bawang merah. Salah satunya yaitu daerah
Kabupaten Bantul yang menjadi produsen bawang merah tertinggi di provinsi DIY yang dapat
dilihat pada Gambar 1.2.
Kecamatan Sanden merupakan wilayah yang terletak di selatan Kabupaten Bantul berupa
daerah dataran rendah (0-15 meter diatas permukaan laut) yang sebagian wilayahnya berbatasan
langsung dengan pesisir. Sanden menjadi sentra bawang merah karena berada dekat dengan daerah
pantai yang menjadi salah satu peluang prospektif untuk pengembangan agribisnis
dengan pemanfaatan lahan pesisir pantai untuk lahan pertanian (Witjaksono et.al., 2012)
Berdasarkan data pada Gambar 1.2 Kabupaten Bantul merupakan daerah yang
memproduksi bawang merah tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam rangka
memproduksi bawang merah ini tentunya terdapat para pelaku salah satunya pelaku rantai pasok
yang berperan dalam meningkatkan produktivitas adalah petani. Peningkatan produktivitas
bawang merah dapat dilakukan dengan cara menitikberatkan pada faktor-faktor produksi yang ada.
Menurut Sukesi dkk (2007), produksi bawang merah yang bersifat musiman, seperti halnya
hasil pertanian pada umumnya, dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi pasokan, sedangkan
permintaan (demand) cenderung tetap. Hal ini mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga bawang
merah di tingkat konsumen akhir, sementara harga di tingkat petani cenderung tetap rendah,
bahkan terlalu rendah pada saat panen raya.
Menurut Juwari, ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), dalam Sukri Rivai
(2016), disparitas harga bawang merah terlalu tinggi disebabkan adanya mata rantai yang cukup
panjang, sehingga menguntungkan para pedagang tertentu. Kondisi ini akan menyebabkan biaya
distribusi margin pemasaran yang tinggi, sehingga ada bagian yang harus dikeluarkan untuk
keuntungan pedagang.
Rantai pasok merupakan suatu sistem yang terintegrasi sehingga perubahan pada suatu sub-
sistem akan berpengaruh terhadap sub-sistem lainnya. Oleh karena itu, permasalahan yang terjadi
di pengepul dan distributor akan berdampak pada pelaku rantai pasok berikutnya. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, diperlukan adanya suatu pengelolaan rantai pasok yang tepat sehingga
aliran dalam rantai pasok dapat berjalan lancar.
Prinsip dari manajemen rantai pasok adalah mencapai biaya minimum dengan tingkat
pelayanan maksimum. Oleh karena itu semua biaya yang digunakan untuk melakukan aktivitas
tersebut penting diperhatikan. Dalam penelitian ini, struktur biaya logistik digunakan sebagai salah
satu komponen dalam perhitungan profit margin setiap tier komoditas bawang merah. Kemudian
profit margin juga perlu mempertimbangkan siklus waktu usaha setiap tier. Dalam
pendistribusiannya bawang merah memiliki beberapa tier rantai pasok. Setiap tier mengeluarkan
biaya dalam pendistribusiannya, diantaranya biaya logistik. Biaya logistik yang dikeluarkan akan
memperngaruhi profitabilitas yang diperoleh. Semakin banyak tier yang terlibat dalam rantai
pasok maka akan terjadi perbedaan harga.
Rantai pasok yang berkelanjutan didefinisikan sebagai rantai pasok yang tidak terbatas
untuk hanya pada green supply chain, tetapi menyadari bahwa rantai pasokan harus beroperasi
dala struktur keuangan realistis, sejalan dengan memberikan kontribusi nilai terhadap masyarkat.
Rantai pasok dapat dikatakan tidak berkelanjutan jika tidak memiliki biaya dan nilai yang nyata.
Dengan begitu rantai pasok yang berkelanjutan harus memperhitungkan semua masalah yang
relevam terhadap isu social, ekonoi, dan lingkungan. Oleh karena itu hal inilah yang menjadi dasar
perlunya dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Struktur Biaya Logistik pada Komoditas
Bawang merah untuk Penyusunan Strategi Keberlanjutan Rantai Pasok”.
Analisis struktur biaya logistik pada bawang merah dilakukan untuk mengetahui proporsi
biaya logistik dan komponen biaya yang paling berengaruh terhadap aktivitas logistik. Perbedaan
total biaya dan harga setiap tier menunjukkan profit margin antar tier. Efisiensi distribusi tercapai
apabila profit yang dihasilkan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, waktu siklus usaha, skala
usaha, dan risiko yang dihadapi.
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi aktivitas logistik pada setiap tier rantai pasok bawang merah di
Kabupaten Bantul.
2. Menganalisis struktur biaya logistik setiap tier rantai pasok bawang merah berdasarkan
aktivitas logistiknya.
3. Menghitung profit margin setiap tier rantai pasok bawang merah.
4. Menyusun strategi keberlanjutan rantai pasok bawang merah ditinjau dari aktivitas logistik,
perhitungan biaya logistik, dan profit margin.
1. Mengetahui komponen biaya yang paling berpengaruh terhadap aktivitas logistik bawang
merah sehingga analisis yang dilakukan dapat berimplikasi pada pengendalian bahkan
pengurangan biaya logistik.
2. Memberikan referensi dan solusi dengan adanya analisis struktur biaya logistik pada
komoditas bawang merah di Kabupaten Bantul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung biaya logistic dengan
masing-masing metode hanya memiliki sedikit perbedaan. Meskipun begitu, setiap metode yang
ada hanya menentukan biaya dari transportasi, penyimpanan, dan administrasi sebagai komponen
penghitungan. Akan tetapi, berdasarkan Zeng dan Rosetti (2003) perhitungan biaya logistic
terbagi menjadi komponen transportasi, penyimpanan, administrasi, custom, risiko dan
kerusakan, penanganan dan pengemasan.
Rantai nilai didefinisikan sebagai urutan kegiatan yang harus memberikan kontribus lebih
kepada nilai akhir dari produk daripada biaya. Produk yang dihasikan oleh sebuah organisasi
bergantung pada berbagai kegiatan organisasi dan menggunakan sumber daya yang berbeda
sepanjang rantai nilai tergantung pada spesifikasi produk. Pada dasarnya semua aliran produk yang
melalui rantai nilai, dimulai dengan pnelitian, pengembangan, rekayasa, kemudian bergerak
melalui aktivitas manufaktur dan terus kepada pelanggan. Tergantung pada suatu produk,
pelanggan mungkin memerlukan layanan dan atau memilih untuk mengkonsumsi produk tersebut
atau membuangnya setelah mendapatkan tujuan dari mengkonsumsi produk tersebut (Atkinson
et.al, 2007)
Menurut Poter (1985) dalam Mildawati (2006), value chain adalah serangkaian hubungan
aktivitas pencapaian nilai (value creating activities) mulai dari bahan mentah sampai dengan tahap
pembuangan produk akir oleh konsumen akhir (end-use customer) dan mungkin nuga berlanjut
sampai dengan daur ulang (recycle) dan penciptaan value chain yang baru. Porter mendefiniskan
value sebagai sejumlah uang dimana pembeli bersedia mengorbankannya untuk produk yang
ditawarkan oleh perusahaan. Jadi value adalah konversi manfaat atau nilai dari produk dalam
satuan uang. Semakin tinggi value dari barang dan jasa semakin besar kesedihan seseorang untuk
membayarnya. Oleh sebab itu, kunci sukses dalam berkompetisi adalah dengan secara terus
menerus membangun value bag konsemen dengan kata lain, perusahaan harus berorientasi
konsumen atau customer center.
Pada rantai nilai juga terbentuk saluran pemasaran. Masing-masing rantai memiliki tingkat
efisiensi suatu pemasaran yang berbeda-beda. Analisis margin pemasaran dan bagian harga
merupakan salah satu cara untuk mrngrtahui tingkat efisiensi suatu pemasaran. Menurut Isyanti,
margin pemasaran dapat didefiniskan sebagai selisih harga antara yang dibayarkan konsumen
dengan harga yang diterima produsen. Panjang pendeknya sebuah saluran pemasaran dapat
mempengaruhi labanya, smeakin panjang saluran pemasaran maka semakin besar pula margin
pemasarannya, sebab lembaha pemasaran yang terlibat semakin banyak. Besarnya angka margin
pemasaran dapat menyebabkan bagian harga yang diterima oleh petani produsen semakin kecil
dibandingkan dengan harga yang dibayarkan konsumen langsung ke petani, sehingga saluran
pemasaran yang terjadi atau semakin panjang dapat dikatakan tidak efisien (Muqtadir, 2017)
Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010) strategi supply chain management adalah
kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang garis suplly chain yang menciptakan
rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang
ada pada supply chain tersebut.
1. strategic planning, keputusan strategic yang berdampak pada kinerja logistic perusahaan
denngan rentang waktu antara 3 sampai dengan 5 tahun.
2. Tactical planning, keputusan taktis yang berdampak pada kinerja logistic perusahaan
denngan rentang waktu antara 6 sampai dengan 12 tahun.
3. Operational planning, keputusan operasional yang berdampak pada kinerja logistic sehari-
hari.
Manajemen rantai pasok berkelanjutan adalah integrase pembangunan berkelanjutan dan
manajemen rantai pasok yang mengandng tiga dimensi, yait mengintegrasikan lingkungan, isu-
isu social dan ekonomi yang berpengaruh pada strategi perusahaan (Hadiguna, 2016)
Definisi rantai pasok yang berkelanjutan tidak terbatas untuk yang disebut green supply
chain, tetapi menyadari itu agar benar-benar berkelanjutan, rantai pasokan harus beroperasi
dalam struktur keuangan yang realistis, serta memberikan kontribusi nilai terhadap masyarakat
kita. Rantai pasokan dapat dikatakan tidak berkelanjutan, kecuali mereka memiliki biaya yang
realistis dan bernilai. Dengan demikian, definisi yang nyata manajemen rantai pasokan
berkelanjutan dimana manajemen harus memperhitungkan semua relevansi terkait masalah
ekonomi, social, dan lingkungan (Cetinkaya, et.al, 2011)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah seluruh tier yang terlibat dalam rantai pasok
bawang merah. Pemilihan objek penelitian di Kabupaten Bantul. Aspek yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah aktivitas logistik dan struktur biaya logistik pada setiap tier
rantai pasok bawang merah. Kemudian aspek system distribusi dan profit margin bawang
merah. Dari aspek tersebut dapat diberikan solusi penyusunan strategi yang tepat rantai
pasok bawang merah.
3.2 Data yang Diperlukan
3.2.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini didapatkan melalui wawancara dan observasi
langsung oleh peneliti di lapangan. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari setiap
tier rantai pasok bawang merah yang berupa informasi umum rantai pasok bawang merah,
aktiitas logistik, komponen biaya logistik, serta harga beli dan harga jual bawang merah di
setiap tier. Selain itu juga informasi mengenai jalur dan tujuan distribusi bawang merah
setelah tier tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
Data sekunder adalah data yang tidak berhubungan langsung dengan objek, tetapi
mendukung jalannya penelitian. Data sekunder merupakan data pendukung data primer.
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan studi pustaka mengenai
informasi yang diperlukan melalui buku-buku dan jurnal terkait penelitian.
Zeng, AZ., dan Rosetti, C. 2003. Developing Framework for Evaluating the Logistics Costs in
Global Sourcing Processes: An Implementation and Insights. Dalam International Journal of
Physical Distribution and Logistics Management, Vol 33, No. 9 (785-803).
Zaroni. 2017. Panduan Eksekusi Stratefi Logistics &Supply Chain Konsep Dasar Logistik
Kontemporer-Praktik Terbaik. Jakarta: Prasetiya Mulya Publishing.
Muqtadir, Malik. 2017. Teori Analisis Margin Pemasaran Menurut para Ahli Pemasaran. Dalam
https://www.galinesia.com/2017/11/teori-analisis-margin-pemasaran-menurut.html# diakses pada
tanggal 18 September 2018 pukul 16.30 WIB.
Mildawati, Titik. 2006. Pemberdayaan Koperasi melalui Value Chain untuk Menciptakan
Keunggulan Bersaing. Dalam EKUITAS, Vol. 10, No.4.
Cetinkaya, B., Richard C., Graham E., Thorsten K, Wojctech P., and Christoph T. 2011.
Sustainable Supply Chain Manajement Practical Ideas for Moving Towards Best Practice.
Prentice-Hall Inc. New Jersey.