Anda di halaman 1dari 38

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensial untuk dikembangkan. Gaya
hidup masyarakat yang semakin condong terhadap gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi
banyak sayuran menjadi potensi bisnis yang menjanjikan sebagai pelaku bisnis dibidang sayuran.
Setiap tahunnya, sayuran memiliki permintaan pasar yang tinggi karena jumlah konsumsi sayuran
terus meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk. Sejak pandemic COVID-19
menjadikan sayuran sebagai konsumsi yang diminati dikonsumsi ditengah masa pandemic. Hal ini
karena konsumsi masyarakat meningkat terhadap segala macam jenis sayuran yang dipercaya
dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Lampung merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Indonesia yang dapat dilihat dengan
data sebagai berikut:

Tabel 1 Produksi Tanaman Sayuran (2020)

Produksi Tanaman Sayuran (2020)

Provinsi Cabai Kacang


Kangkung Tomat Terung Jamur Petai Jengkol Melinjo Ketimun
Besar Panjang
(Ton) (Ton) (Ton) (Kg) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
(Ton) (Ton)
LAMPUNG 120510 37987 19096 18312 17562 17260 15414 14185 13500 12067
Sumber: Badan Pusat Statistik (2020)

Berdasarkan table 1 dapat dilihat bahwa 10 produksi tanaman sayuran terbesar pada tahun 2020
diprovinsi lampung meliputi kangkung, cabai besar, tomat, terung, jamur, petai, jengkol, melinjo,
kacang panjang, dan ketimun. Kangkung merupakan komoditas tanaman sayuran terbesar yang
diproduksi sebesar 120.510 ton, diposisi kedua ditempati oleh cabai besar dengan total produksi
mencapai 37.987 ton, diposisi ketiga diisi oleh tomat dengan total produksi mencapai 19.096 ton,
diposisi keempat ditempati oleh terung dengan total produksi mencapai 18.312 ton dan seterusnya.
Daerah-daerah lampung sebagai produksi tanaman sayuran meliputi Lampung Barat, Tanggamus,
Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan daerah lainnya. Setiap
daerah-daerah lampung merupakan daerah penghasil produksi tanaman sayuran, hal ini dapat
dilihat pada table berikut:
Tabel 2. Produksi tanaman sayuran semusim menurut 6 kabupaten/kota, 2016-2020

Produksi Tanaman Sayuran (2020)


Cabai
Kabupaten/kota Kangkung Tomat Terung Jamur
Besar
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
(Ton)
Lampung Barat 339 5651,6 10645,4 2230,8 0
Tanggamus 249 969,7 954 933,9 0,041
Lampung
3662,4 9160,7 2158,2 2836,4 11,76
Selatan
Lampung Timur 512,2 2449,1 265,6 1359,3 3,542
Lampung
1050,5 4064,2 750,5 1917,4 115,217
Tengah
Lampung Utara 1567,5 1606,6 216,4 3070,1 3,747
Sumber : Badan Pusat Statistik (2020)

Berdasarkan table 2 dapat dilihat bahwa produksi tanaman sayuran yang cendrung menggunguli
dari daerah-daerah lainnya adalah Lampung Selatan. Lampung Selatan memiliki potensi yang baik
dalam melakukan usaha sayuran. Hal ini dapat dilihat pada table diatas produksi sayuran terbesar
dilampung berada di wilayah Lampung Selatan. Selain itu, lampung selatan juga memiliki
keunggulan lainnya seperti jaraknya yang lebih dekat dengan ibukota Lampung yaitu Bandar
Lampung hal ini dapat dibuktikan berdasarkan table berikut.

Tabel 3. Jarak kabupaten/Kota ke Bandar Lampung

Kabupaten/kota Jarak kabupaten/kota ke Bandar


Lampung (km)
Lampung Barat 243
Tanggamus 99,4
Lampung
Selatan 65,4
Lampung Timur 91,4
Lampung
Tengah 90
Lampung Utara 130,5
Sumber: google maps

Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa Lampung Selatan memiliki jarak yang dekat dengan Bandar
Lampung sebagai ibukota Lampung sehingga memudahkan akses dan dapat lebih mudah suatu
usaha bisa dengan cepat didapatkan oleh konsumen. Harga Sayuran di produsen juga menjadi
pertimbangan dalam menentukan daerah yang cocok dalam menentukan usaha, karena harga
tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan suatu usaha memberikan kepada pelaku
bisnis. Berikut harga produsen sayuran di lima kabupaten/kota di Lampung.

Tabel 4. Harga Produsen Sayuran di Desember 2020 (Rp/kg)

Harga Produsen Sayuran di Desember 2020 (Rp/kg)


Kabupaten/kota Cabai
Kangkung Tomat Terung
Besar
Lampung Barat 3000 28833,33 5666,67 2166,67
Tanggamus 1100 26638,89 5000 1333,33
Lampung
3125 34142,86 6600 2800
Selatan
Lampung Timur 4700 24250 4966,67 3800
Lampung
2516,67 31111,11 5000 2600
Tengah
Lampung Utara 3100 40333,33 4200 3550
Sumber : Badan Pusat Statistik (2020)

Dari table 4 dapat dilihat Lampung Selatan memiliki harga produsen sayuran yang cukup normal.
Hal ini dapat dikatakan harga tersebut sangat bersaing dengan letak daerah tersebut yang memiliki
jarak terdekat dengan ibukota Lampung.

Memiliki tingkat konsumsi sayuran yang terus meningkat dan prospek yang menjanjikan dalam
membangun usaha sayuran membutuhkan dana yang besar dalam memulai bisnis ini dan
membutuhkan tingkat pengembaliaanya yang lama. Usaha harus mampu mempertimbangkan,
meminimaliris, serta menghindari risiko yang dapat terjadi kapanpun akibat dari investasi. Risiko
yang disebabkan akibat investasi dapat di minimaliris dengan melakukan studi kelayakan usaha
khususnya capital budgeting dengan tujuan untuk memetakan pengambilan keputusan dalam
berinvestasi. Studi kelayakan adalah analisis yang bertujuan untuk menghindari ketelanjuran
dalam penanaman modal yang terlalu besar terhadap kegiatan atau usaha yang tidak
menguntungkan atau dapat dikatakan tidak layak (Ratri, Dzulkirom, & Husaini, 2013). Analisis
studi kelayakan terhadap aspek finansial dapat dihitung menggunakan metode capital budgeting
(Lutfiyah, 2017).

Analisis capital budgeting dilakukan dalam menilai kelayakan usaha yang direncanakan dalam
jangka yang panjang. Teknik pengambilan keputusan investasi dapat menggunakan metode-
metode perhitungan capital budgeting seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Payback Period (PBP), dan Return on Investment (ROI). Hasil perhitungan capital
budgeting dapat menilai bahwa keadaan usaha di masa depan untuk investor dalam berinvestasi
atau tidak terhadap usaha tersebut (Lutfiyah, 2017). Hasil analisis capital budgeting dapat terjadi
perubahan di masa depan yang diakibatkan oleh ketidakpastian sehingga dilakukan analisis
sensitivitas.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk menunjukkan dampak terhdap perubahan biaya-biaya yang
mempengaruhi keadaan dimasa depan. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi
parameter-parameter yang ada pada capital budgeting yang digunakan dalam menentukan
keputusan berinvestasi (Giatman D. M., 2011).. Analisis sensitivitas dalam penelitian yang
digunakan terhadap usaha sayuran bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan biaya initial
investment, revenue, dan OPEX terhadap kelayakan investasi usaha sayuran yang terjadi di masa
depan. Perubahan biaya tersebut terjadi karena adanya perubahan inflasi.

Berdarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan Bank Indonesia pada bulan Maret 2021
menetapkan nilai inflasi indeks harga konsumen (IHK) adalah 1,37% (Bank Indonesia, n.d.). Nilai
inflasi dipengaruhi oleh Indeks Harga Konsumen (IHK) seperti harga makanan, pakaian,
transportasi, rekreasi, pendidikan, biaya perawatan medis, dan lain-lain. Tingginya tingkat
permintaan, inflasi nilai tukar mitra dagang, dan juga akibat bencana alam dapat menyebabkan
terjadinya inflasi. Adanya inflasi maka daya beli uang akan semakin rendah dari waktu ke waktu
(Bank Indonesia, n.d.). Nilai inflasi ini akan menjadi acuan dalam menentukan kelayakan usaha di
masa depan.

Rencana pengembangan usaha sayuran dalam berinvestasi membutuhkan adanya studi kelayakan
untuk menentukan apakah investasi usaha sayuran dikatakan layak atau tidak. Berdasarkan latar
belakang tersebut, penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Studi Kelayakan Dengan
Metode Capital Budgeting dan Analisis Sensitivitas Untuk Investasi Usaha Sayuran (Studi Kasus:
Lampung Selatan)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis kelayakan usaha untuk investasi usaha sayuran dengan pendekatan
capital budgeting?
2. Bagaimana analisis kelayakan finansial usaha sayuran dengan analisis sensitivitas pada
nilai initial investment, revenue, dan OPEX?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisa kelayakan finansial pada investasi usaha sayuran dengan metode
capital budgeting menggunakan kriteria investasi seperti NPV, IRR, PBP, dan ROI.
2. Untuk menganalisis kelayakan finansial usaha produk sayuran dengan analisis sensitivitas
pada initial investment, revenue, dan OPEX

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:


1. Bagi pemilik usaha diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi usaha yang
dijalankan dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan
pengembangan usahanya.
2. Bagi penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan.
3. Bagi pembaca, dapat memberikan informasi bagi pembaca sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan usaha pada bidang ini.

1.5 Batasan Penelitian

Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini agar fokus penelitian:
1. Objek penelitian kelayakan bisnis berfokus pada sayuran.
2. Penelitian studi kelayakan bisnis ini dilakukan hanya pada aspek finansial berupa NPV,
IRR, PBP, ROI, dan analisis sensitivitas.

1.6 Asumsi Penelitian

Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:


1. Analisis harga disesuaikan dengan waktu pelaksanaan penelitian
2. Cost of capital yang digunakan disesuaikan dengan kondisi dan waktu pelaksanaan
penelitian
3. Nilai laju inflasi yang digunakan disesuikan dengan waktu pelaksanaan penelitian

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I merupakan bab yang berisikan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, asumsi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ii berisikan tinjauan-tinjauan kajian yang akan menjelaskan teori-teori yang berhubungan
topik penelitian sebagai acuan pada penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab iii berisikan objek penelitian, jenis data, tahapan-tahapan penelitian, dan metode
pengumpulan data yang digunakan sebagai penyelesaian permasalahan penelitian.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab iv berisikan proses pengumpulan dan pengolahan data. Bab ini juga membahas data yang
dikumpulkan dan proses pengolahan data yang telah didapat sehingga mendapatkan hasil.

BAB V ANALISIS

Bab v berisikan analisis. Bab ini akan membahas analisa pada hasil yang telah didapatkan
berdasarkan pengolahan data yang telah dikumpulkan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab vi berisikan kesimpulan dan saran. Bab ini membahas kesimpulan yang dihasilkan dari
penelitian ini. Kesimpulan diambil berupa keseluruhan hasil pengolahan data dan hasil analisa dan
saran membahas usulan terhadap penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi

Investasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan cara menempatkan suatu dana pada
satu atau lebih dari satu jenis asset selama periode tertentu dengan harapan mendapatkan
penghasilan atau peningkatan nilai investasi pada masa mendatang (Prudential, 2014). Menurut
Sukirno (2008:122) investasi diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan dalam penanaman
modal atau perusahaan untuk mengambil barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
serta peningkatan menciptakan barang-barang dan jasa-jasa yang tersajikan dalam perekonomian
(Sulistiawati, 2012). Dengan merujuk pengertian diatas didapatkan konsep dari investasi adalah
meletakkan dana pada masa sekarang, guna memperoleh manfaat (balas jasa atau keuntungan)
dikemudian hari. Hal ini dimaksudkan bahwa dana yang seharusnya bisa dikonsumsi, namun
karena kegiatan investasi dana tersebut dialihkan dengan maksud untuk ditanamkan dalam
memperoleh keuntungan dimasa depan (Hidayati, 2017).

Investasi dapat dilihat dari 3 aspek yaitu:

1. Aspek uang yang ditanamkan dan diharapkan, sehingga untuk menilai kelayakan investasi
digunakan pula konsep uang.
2. Aspek waktu sekarang dan masa yang akan datang, oleh karena itu dalam menilai kelayakan
investasi digunakan konsep waktu (time value of money).
3. Manfaat Investasi
Pada aspek manfaat ini, penilaian kelayakan nvestasi juga harus melihat manfaat dan biaya
yang ditumbulkannya dengan menggunakan azas manfaat (cost benefit ratio) (Noor, 2009).

Investasi dilakukan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat baik secara
individu, kelompok maupun Negara yang memerlukan adanya investasi. Dalam melakukan
investasi harus melalui proses dan tahapan tertentu, dimana tahapan tersebut terdiri atas
menentukan tujuan investasi, melakukan analisis sekuritas, membentuk portofolio, merevisi
portofolio, dan evaluasi kinerja portopolio. Melalui tahapan tersebut seseorang yang akan
melakukan investasi dituntut memahami apa tujuan dari aktivitas investasi tersebut. Menurur
Irham Fahmi dan Yovi LH, dalam investasi perlu dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai,
yaitu (Fahmi & LH, 2009):
a. Terciptanya keberlansungan (continuity) dalam investasi tersebut.
b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan.
c. Terciptanya kemakmuran untuk para pemegang saham.
d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.

Hal perlu diketahui bahwa kegiatan investasi juga memiliki risiko. Risiko merupakan hal
yang tidak diinginkan terjadi namun dapat terjadi tetapi tidak dapat selalu dihindari (part of
business which could be unavoidable). Risiko investasi adalah tidak tercapainya tujuan yang
ditetapkan atau tidak terjadinya manfaat yang diinginkan yang menyebabkan kerugian atau
pemborosan yang muncul akibat dari sifat investasi yang berdimensi jangka panjang (Noor, 2009).
Risiko investasi adalah ketidakpastian dala mencapai tujuan investasi. Investasi berhubungan
dengan waktu dimana aspek waktu sekarang dalam hal ini waktu memulai investasi dengan masa
mendatang dalam hal ini periode menikmati hasil investasi, jarak antara keduanya adalah
ketidakpastian yang terjadi dimasa mendatang, terlepas dari prediksi yang telah ditetapkan dimasa
sekarang (Hidayati, 2017).

2.2 Studi kelayakan (Feasibility Study)

Menurut Johan Suwinto (2011) studi kelayakan adalah mengkaji secara komperatif dan
menyeluruh terhadap penilaian suatu usaha dikatakan layak atau tidak untuk dijalankan (Makmur,
2019). Menurut Jumingan (2009:25) studi kelayakan merupakan penilaian yang mendalam dalam
menilai keberhasilan suatu proyek atau bisnis yang memiliki tujuan dalam menghindari
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu banyak dalam aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai
tambah atau tidak menguntungkan. Studi kelayakan proyek atau bisnis merupakan suatu aktivitas
dalam mengevaluasi, menganalisis, dan menilai suatu usaha dikatakan layak atau tidak untuk
dijalankan. Secara umum studi kelayakan dilakukan dalam menghindari bagi investor dalam
keterlanjuran investasi atau penanaman modal yang terlalu besar pada suatu proyek atau kegiatan
usaha yang tidak bernilai tambah atau tidak menguntungkan bagi investor (Afiyah , Saifi, &
Dwiatmanto, 2015).

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang memiliki maksud untuk memutuskan
sebuah ide usaha dapat dikatakan layak atau tidak untuk dijalankan yang didasari dari ide yang
memberikan manfaat (profit) bagi stakeholder (Umar, 2009). Studi kelayakan bisnis adalah sebuah
ide bisnis yang memberikan keuntungan besar dan kerugian yang kecil bagi pemangku
kepentingan (stakeholder) sehingga ide bisnis tersebut dapat dikategorikan layak atau tidak untuk
dilakukan (Faradiba & Musmulyadi, 2020). Menurut Gumelar (2016) studi kelayakan bisnis
adalah kegiatan dalam menilai sejauh mana manfaat yang dapat diberikan dalam suatu kegiatan
usaha atau proyek. Studi kelayakan bisnis tidak hanya dibutuhkan bagi pemrakarsa bisnis tetapi
juga dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak yang memerlukan kelayakan dalam berbagai
kepentingan (Raharjo, 2009).

Studi kelayakan bisnis adalah suatu aktivitas yang berguna dalam mendalami usaha yang
akan dijalani untuk menilai usaha tersebut layak atau tidaknya dijalankan dengan mengantisipasi
permasalahan dan risiko yang dapat terjadi dimasa yang akan datang (Kasmir & jakfar, 2012).
Studi Kelayakan dilakukan untuk melihat risiko dan peluang dalam menjalankan usaha tersebut
yang selanjutnya dilakukan penelurusan dari aspek hukum untuk mengetahui izin usah dan jenis
usaha, kemudian aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen dan lingkungan, aspek teknis dan
teknologi serta aspek keuangan. Dari semua aspek tersebut dilakukan evaluasi terhadap setiap
aspek. Aspek yang diamati dalam studi kelayakan meliputi aspek ekonomi dan sosial, pasar dan
pemasaran, hukum, lingkungan, managemen, teknis dan kenologi serta keuangan (Wulandari,
L.Siregar, & Tanjung, 2018).

2.2.1 Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Dalam studi kelayakan bisnis terdapat beberapa aspek yang saling berintegrasi yang
proses analisis setiap aspek saling berkaitan sebagai berikut:

a. Aspek Pasar dan Pemasaran


Menurut Sunyoto (2014:32), pemasaran adalah suatu sistem dari aktivitas bisnis
yang dibuat untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan
mendistribusikan barang-barang yang bisa memuaskan keinginan konsumen dan
mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan (Makmur, 2019). Menurut
Kasmin dan Jakfar (2004:65) aspek pasar dan pemasaran bertujuan dalam
mengetahui seberapa besar pasar yang akan dimasuki, struktur dan peluang pasar
yang ada, prospek pasar pada masa yang akan dating, serta bagaimana strategi
pemasaran yang harus dilakukan. Aspek pemasaran berguna dalam mengetahui
siapa konsumen yang menjadi sasaran dari usaha yang akan direncanakan, target
konsumen yang dimasuki, posisi usaha dalam pasar yang kemudian menentukan
bauran pemasaran untuk produk/jasa yang akan dibuat. Strategi atau cara yang
tepat merupakan langkah awal yang dilakukan dalam memasuki pasar agar bisnis
yang dijalankan dinilai layak untuk dilakukan, stategi itu antara lain (Marlina &
Hanum, 2021):
Strategi 4 P (product, price, place, promotion) atau strategi ini disebut strategi
bauran pemasaran yang berguna dalam menilai produk apakah dari segi kemasan
sudah memenuhi standar konsumen. Dalam pemasaran harus diketahui
segmentasi pasar yang berguna dalam mebagi-bagi pasar yang bersifat heterogen
dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmentasi pasar) yang bersifat
homogen. Langkah berikutnya menentukan jumlah target penjualan yang akan
dibuat berdasarkan segmen pasar yang telah dipilih. Selain itu, harus dilakukan
bagi pelaku usaha dalam membuat positioning (tindakan merancang citra
perusahaan sehingga menempati posisi yang kompetitif dan berada pada sasaran
pelanggan (Kotler & Keller, 2009).
b. Aspek Hukum
Menurut Suliyanto 92010) aspek hukum merupakan aturan yang harus dipenuhi
sebelum melaksanakan suatu usaha dengan maksud usaha tersebut dapat
dijalankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta persyaratan perizinan diwilayah usaha itu dijalankan. Aspek ini
berguna dalam menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi
ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis di
wilayah tertentu dimana suatu bisnis dapat dijalankan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku (Faradiba & Musmulyadi, 2020).
c. Aspek Lingkungan
Aspek ini bertujuan dalam mengetahui apakah operasi perusahaan berdampak
baik terhadap lingkungan sekitar perusahaan/pabrik dan seballiknya, pengelolaan
limbah yang baik, dan seberapa besar manfaat bagi lingkungan sekitar (Marlina &
Hanum, 2021).
d. Aspek Teknis dan Teknologi
Jumingan (2011) mengatakan pada aspek ini yang diteliti meliputi lokasi usaha
kantor pusat, kantor cabang, pabrik atau gudang. Aspek ini meliputi strategi
produksi dan perencanaan produk, penentuan kapasitas produksi dan perencanaan
produk, penentuan kapasitas produksi dan jumlah produksi, proses pemilihan
teknologi untuk produksi, tata letak pabrik dan lokasi usaha (Mauladani, et al.,
2020). Penentuan lokasi memeliki berbagai pertimbangan yang perlu dibuat agar
tidak terjadi kesalahan (Jumingan, 2011).
e. Aspek Organisasi
Menurut Dina Inayati (2009) suatu usaha akan berjalan dengan baik apabila
dibentuk oleh orang-orang yang professional yang dimulai dari merencanakan,
melaksanakan serta mengendalikan apabila terjadi penyimpangan.
f. Aspek Finansial
Menurut Fahmi (2014:145) aspek ini dilakukan dalam membiayai apa saja yang
akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan (Makmur,
2019). Aspek ini berdasarkan pada analisaa besarnya nilai investasi dan modal
kerja dari bisnis yang dijalankan berupa kebutuhan dana serta sumbernya,
penentuan kebijakan aliran kas, kajian mengenai biaya modal, penilaian rencana
bisnis melalui metode Profitability Period (PI), Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) (Faradiba & Musmulyadi,
2020). Penentuan leasing atau beli terhadap aktiva tetap serta proses pemilihan
prioritas bisnis hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui perkiraan
pendanaan dan aliran kas proyek atau bisnis sehingga diketahui bisnis tersebut
layak atau tidak (Suliyanto, 2010).

2.2.2 Tahapan Studi Kelayakan

Studi kelayakan bisnis merupakan metode ilmiah dimana metode ini adalah sistematis
(Sulastri, 2016). Penyusunan studi kelayakan bisnis sebagai metode ilmiah terdiri atas
beberapa langkah sebagai berikut:

a. Penemuan ide bisnis


b. Melakukan studi pendahuluan
c. Membuat desain studi kelayakan
d. Pengumpulan data
e. Analisis dan interpretasi data
f. Menarik kesimpulan
g. Membuat rekomendasi
h. Penyusunan laporan studi kelayakan bisnis
i. Pelaksanaan bisnis
1. Penemuan Ide
Dalam menghasilkan ide proyek/bisnis yang dapat membuat produk laku dan
menguntungkan maka perlu adanya penelitian yang terorganisasi dengan baik serta
dukungan sumber daya yang memadai. Ide bisnis yang memiliki lebih dari satu ada
beberapa hal yang harus diperhatikan (Sulastri, 2016):
a. Ide proyek sesuai dengan kata hatinya.
b. Pengambil keputusan mampu melibatkan diri dalam hal-hal yang sifatnya teknis.
c. Keyakinan akan kemampuan menghasilkan laba.
2. Tahap Penelitian
Setelah dilakukan pemilihan ide bisnis, selanjutnya dilakukan penelitian lebih
dalam dengan metode ilmuah sebagai berikut (Sulastri, 2016):
a. Mengumpulkan data
b. Mengelolah data
c. Menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data
d. Menyimpulkan hasil
e. Membuat laporan hasil
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahapan dalam membandingkan sesuatu terhadap satu
atau lebih standar atau kriteria yang bersifat kuantitatif atau kualitatif. Ada 3 macam
evaluasi yaitu:
a. Mengevaluasi usaha proyek yang akan didirikan
b. Mengevaluasi proyek yang akan dibangun
c. Mengevaluasi bisnis yang sudah dioperasionalkan secara rutin
Dalam melakukan evaluasi bisnis yang akan dibandingkan adalah seluruh biaya
yang muncul oleh usulan bisnis serta manfaat atau benefit yang diperkirakan akan
diperoleh (Sulastri, 2016).
4. Tahap Pengurutan Usulan yang Layak
Jika terdapat lebih dari satu usulan rencana bisnis yang dianggap layak, maka
dilakukan pemilihan rencana bisnis yang memiliki skor tertinggi dengan berdasarkan
kriteria penilaian yang telah ditetapkan (Sulastri, 2016).
5. Tahap Rencana Pelaksanaan
Setelah rencana bisnis telah dipilih, selanjutnya perlu dibuat rencana kerja
terhadap pelaksanaan pembangungan proyek. Rencana kerja tersebut berupa
penentuan jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga perencana, ketersediaan
dana dan subber daya lain serta kesiapan manajemen (Sulastri, 2016).
6. Tahap Pelaksanaan
Dalam realisasi pembangunan proyek diperlukan manajemen proyek. Setelah
proyek selesai dikerjakan selanjutnya adalah melakukan operasional bisnis secara
rutin. Kajian-kajian yang berguna untuk mengevaluasi bisnis dari fungsi keuangan,
pemasaran, produksi dan operasi dilakukan dengan maksud dapat bekerja secara
efektif dan efisien dalam meningkatkan laba (Sulastri, 2016).
Rencana bisnis (business plan) adalah dokumen tertulis yang mengambarkan
masa depan bisnis yang akan dimulai, dimana rencana ini terdiri atas apa, bagaimana,
kapan, siapa dan mengapa sebuah bisnis dijalankan (Sulastri, 2016). Rencana bisnis
pada umumnya terdiri atas:
1. Tujuan bisnis
2. Strategi yang digunakan untuk mencapainya
3. Masalah potensial yang kira-kira akan dihadapi dan cara mengatasinya
4. Struktur organisasi (termasuk jabatan dan tanggung jawab)
5. Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
6. Modal yang dibutuhkan dalam membiayai perusahaan dan bagaimana
mempertahankannya supaya mencapai break even point (BEP)

Studi kelayakan bisnis memiliki keterkaitan eran dengan rencana bisnis. Sebuah ide yang
telah dilakukan studi dan dinyatakan layak untuk dilakukan maka langkah selanytnya
membuat rencana bisnis. Jika rencana bisnis bias dilaksanakan maka dilakukanlah
pelaksanaan bisnis. Ide bisnis yang dinyatakn tidak layak atau rencan bisnis tidak dapat
dilaksanakan maka ide bisnis dapat ditunda ataupun ditolak. Setiap bisnis sangat
memerlukan adanya studi kelayakan bisnis meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda.
Intensitas pada penyusunan studi kelayakan bisnis tergantung pada beberapa hal berikut
(Sulastri, 2016):

a. Besar kecilnya dampak yang dapat ditimbulkan


Semakin besar dampak yang timbul dari ide bisnis yang dijalankan. Maka semakin
tinggi kecermatan yang dibutuhkan dalam menyususn studi kelayakan dan
sebaliknya.
b. Besar kecilnya tingkat kepastian bisnis
Semakin besar tingkat ketidakpastian suatu bisnis, maka semakin tinggi intensitas
dalam menyusun studi kelayakan dan sebaliknya.
c. Banyak sedikitnya investasi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu bisnis
Semakin besar nilai investasi yang ditanamkan pada bisnis, maka semakin tinggi
kecermatan dalam menyusun studi kelayakan bisnis dan sebalinya.
2.3 Penganggaran Modal (Capital Budgeting)

Dalam merencanakan investasi terhadap aktiva tetap dibutuhkan perencanaan yang matang
dengan melakukan analisis serta perhitungan yang akurat demi tercapainya tujuan yang tepat
sasaran. Pengambilan keputusan akan penentuan investasi terhadap aktivita tetap yang
membutuhkan dana yang cukup besar disebut dengan capital budgeting (Maulana & Putri, 2019).
Menurut Nafarin (2004:114), capital budgeting adalah anggaran jangka panjang (anggaran
strategis), dimana anggaran jangka panjang tidak selalu dikatakan anggaran modal. Capital
budgeting menunjuk pada keseluruhan proses pengumpulan, penyesuaian, penyeleksian dan
penentuan alternatif penanaman modal yang memberikan penghasilan bagi perusahaan dalam
jangka waktu yang lebih dari setahun (capital expenditure) (Syamsuddin L. , Manajemen
Keuangan Perusahaan, 2009). Menurut Riyanto (2010), capital budgeting merupakan proses
menyeluruh akan perencanaan serta pengeluaran dana dalam jangka waktu yang melebihi dari 1
tahun.

Pengeluaran ini termasuk dalam pembelian asset tetap (plant investment), yaitu tanah,
bangunan-bangunan, mesin-mesin, dan pengeluaran dana untuk proyek advertensi jangka panjang
(Susanti, Rahayu, & Z.A., 2014). Sehingga dapat dikatakan capital budgeting adalah proses
keseluruhan yang meliputi dengan pengumpulan, evaluasi dan pemilihan dalam penanaman modal
pada suatu perusahaan yang akan memberikan manfaat bagi perusahaan tersebut dalam jangka
waktu lebih dari setahun. Kategori dan analisis perusahaan terhadap capital budgeting diantaranya
adalah penelitian dan pengembangan, penggantian, perluasan serta kontrak jangka panjang
(Brigham & Philip, 2007). Adapun metode atau teknik perhitungan dalam capital budgeting
diantaranya adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio
(BCR), dan Payback Period (PBP) (Syamsuddin L. , Manajemen Keuangan Perusahaan Cetakan
Kesepuluh, 2010).

2.4 Metode-metode Capital Budgeting

Analisis ekonomi mengunakan berbagai metode dalam penilaian kelayakan sebagai


berikut:

 Net Present Value (NPV)


 Internal Rate of Return (IRR)
 Payback Period (PBP)
 Return of Investment (ROI)

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah metode yang digunakan untuk menghitung nilai
bersih (netto) pada waktu yang sekarang (present) (Oktavianus, Orisius; Windhu Nugroho,
2019). NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskonto
dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon factor, atau dapat
dikatakn arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada
saat ini (Tridianti, 2016).

Menurut Brigham dan Houston alih bahasa Ali Akbar Yulianto (2011:48) bahwa
langkah dalam menghitung NPV sebagai berikut:

1. Tentukan nilai sekarang pada setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar yang
didiskontokan pada biaya modal proyek.
2. Jumlahnya arus kas yang akan didiskonto ini, hasil tersebut didefinisiklan sebagai NPV
proyek.
3. NPV yang bernilai positif, maka proyek harus diterima dan NPV yang bernilai negative
maka proyek harus ditolak. Dua proyek yang bernilai positif maka itu disebut mutually
exclusive, dari kasus tersebut maka nilai NPV yang terbesarlah yang dipilih.

NPV yang bernilai nol menandakan bahwa arus kas proyek telah mencukupi untuk
membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat pengembalian
yang dibutuhkan atas modal tersebut. NPV pada proyek yang bernilai positif dapat
menghasilkan lebih banyak kas dari yang diperlukan dalam menutup utang dan
memberikan pengembalian yang dibutuhkan kepada pemegang saham
perusahaan.(Tridianti, 2016). Berikut rumus dalam menghitung NPV (Tridianti, 2016).
𝐶𝐹
𝑁𝑃𝑉 = ∑𝑛𝑡=0 (1+𝑖)
𝑡
𝑡
− 𝐼0 (2.1)

Keterangan :

𝐶𝐹𝑡 = aliran kas masuk pada cashflow


𝐼0 = investasi awal
I = discount rate
t = periode terakhir aliran kas

Kriteria penilaian kelayakan NPV sebagai berikut:


1. Jika NPV positif (NPV > 0), maka bisnis yang dijalankan akan layak dan
menguntungkan sehingga dapat diterima.
2. Jika NPV negatif (NPV < 0) maka bisnis yang dijalankan akan merugikan.
3. Jika NPV sama dengan nol (NPV = 0) maka bisnis dalam keadaan Break Event Point
(BEP).

2. Internal Rate of Return (IRR)


IRR adalah suatu tingkat discount atau bunga yang akan menyetarakan discount value
cash inflow dengan total initial investment dari proyek yang akan dikerjakan atau dinilai
(Syamsuddin L. , 2009). IRR merupakan nilai suku bunga yang didapatkan jika BCR
(Benefit Cost Ratio) dengan nilai sama dengan 1 atau nilai suku bunga yang didapatkan
jika NPV bernilai sama dengan 0 (Arbaningrum, 2019). Pelaksaan suatu proyek bisa
diterima Jika nilai IRR lebih besar dari taraf suku bunga serta proyek akan ditolak Jika
nilai IRR lebih kecil dari taraf suku bunga. tingkat suku bunga juga dianggap MARR
(Attractive Rate of Return) yang artinya tingkat pengembalian berasal investasi yg
ditanam relative tanpa risiko (Pintasari, 2020). Berikut rumus dari IRR:

𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖 − 𝑖1 )
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 2
Keterangan :

NPV1 = NPV terakhir yang bernilai positif

NPV2 = NPV terakhir yang bernilai negatif

i1 = nilai suku bunga saat NPV terakhir bernilai poisitif

i2 = nilai suku bunga saat NPV terakhir bernilai negative

Kriteria penilaian kelayakan IRR sebagai berikut:

1. Jika IRR positif (IRR > cost of capital) maka bisnis yang dijalankan menguntungkan.
2. Jika IRR negatif (IRR < cost of capital) maka bisnis yang dijalankan merugikan.
3. Jika (IRR = cost of capital) maka bisnis dalam keadaan Break Event Point (BEP).

3. Payback Period (PBP)


PBP merupakan sebuah perhitungan atau penentuan jangka waktu yang digunakan dalam
menutup initial investment dan cash flow yang dihasilkan berasal dari perhitungan proyek
tersebut (Syamsuddin L. , Manajemen Keuangan Perusahaan Cetakan Kesepuluh, 2010).
Menurut Subagyo (2007) metode PBP memiliki kriteria penilaian yakni pada sebuah
proyek yang diterima jika masa pengembalian sebuah modal yang ditanamkan lebih
pendek dibandingkan masa ekonomisnya dan sebaliknya. Perhitungan PBP dinyatakan
pada rumus berikut:
𝑛𝑝

P = ∑ 𝑁𝐶𝐹𝑡 (𝑃/𝐹, 𝑖, 𝑡)
𝑡=1

NCFt = Net Cash Flow at time = t


Np = lama periode pengembalian
P = investasi awal
F = nilai investasi saat t
I = interest rate, tingkat suku bunga per periode bunga.
4. Return of Investment (ROI)
Return of Investment adalah digunakan dalam mengukur kemampuan dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia oleh pelaku
usaha secara keseluruhan (Widyastuti, 2006). Suatu usaha dikatakan dapat dikatakan
dalam keadaan semakin baik apabila rasionya semakin tinggi. Rumus ROI yang
digunakan adalah (Asnidar & A, 2017).

𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎(𝑅𝑝)
𝑅𝑂𝐼 = 𝑥100%
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 (𝑅𝑝)

2.5 Biaya Modal (Cost of Capital)

Menurut Sudana (2011:113) biaya modal merupakan pemilik modal mensyaratkan sebagai
tingkat pendapatan minimum. Dari sudut pandang perusahaan yang memiliki dana, tingkat
pendapatan yang disyaratkan tersebut merupakan biaya atas dana yang diperoleh perusahaan.
Besarnya rill dari penggunaan modal pada masing-masing sumber dana dan kemudian dalam
menentukan biaya modal rata-rata (average cost of capital) yang berasal dari keseluruhan dana
yang dipakai didalam perusahaan yang mana merupakan tingkat biaya penggunaan modal
perusahaan ditentukan oleh biaya modal. Besar kecilnya modal suatu perusahaan tergantung pada
sumber dana yang digunakan dalam perusahaan untuk membiayai investasi, khususnya sumber
dana yang bersifat jangka panjang (Sofiyati, Rahayu, & NP, 2015).

Biaya modal dari masing-masing jenis sumber dana (komponen biaya modal) tergantung
pada jenis sumber dana yang digunakan perusahaan. Sumber dana tersebut meliputi:

a. Biaya modal yang berasal dari hutang (cost of debt)


b. Biaya modal saham preferen (Kp)
c. Biaya modal saham biasa (Ke)
d. Biaya modal laba ditahan (Kr)
e. Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital/WACC).

2.6 Arus Kas (Cash Flow)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2007:92) arus kas adalah total uang yang masuk dan keluar
pada suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan sampai dengan investasi yang dilakukan
tersebut berakhir. Arus kas dalam ekonomi teknik merupakan arus kas investasi yang memiliki
sifat estimasi/prediktif. Modal yang diinvestasikan di masa lalu dapat dimiliki kembali melalui
aliran kas yang ditelurusi secara langsung dengan investasi (Giatman M. , 2006). Arus kas
merupakan sejumlah uang kas yang masuk dan keluar sebagai akibat dari aktivitas perusahaan
sehingga aliran kas adalah aliran yang terdiri atas aliran masuk (cash in) dalam perusahaan dan
aliran keluar (cash out) perusahaan pada suatu periode tertentu (Sofiyati, Rahayu, & NP, 2015).

Menurut IAI (revisi 2011) arus kas dikelompokkan dalam tiga aktivitas yaitu:

1. Aktivitas Operasi
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indkator penentu apakah
operasi entitas bias menghasilkan arus kas yang cukup dalam untuk menentukan apakah
operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup dalam menulasi pinjaman,
memelihara kemampuan operasi entitas, membayar deviden dan melakukan investasi
baru tanpa melibatkan sumber pendanaan dari luar (Dareho, 2016). Informasi mengenai
unsur tertentu arus kas historis dengan informasi lain berguna untuk memprediksi arus
kas operasi dimasa depan (Dareho, 2016).
2. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi merupakan pengungkapan terpisah arus kas yang perlu dilakukan
karena arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber data
yang bertujuan dalam menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan, seperti
pembayaran kas untuk membeli asset tetap perusahaan atau penerimaan kas dari
penjualan asset tak berwujud yang dipunyai oleh perusahaan (Dareho, 2016).
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas ini mengakibatkan adanya perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi
modal dan pinjaman entitas (Dareho, 2016). Pengungkapan terpisah perlu dilakukan
karena berguna dalam memprediksi klaim atas arus kas masa depan dilakukan oleh para
penyedia modal entitas (Dareho, 2016).

Menurut Sudana (2011:103-106) arus kas dalam penggaran modal secara umum dapat
dikelompokkan menjadi (Sofiyati, Rahayu, & NP, 2015):

1. Initial Cash Flow (Arus Kas Permulaan)


Arus kas ini digunakan dalam pengeluaran-pengeluaran investasi yang dapat dilihat
seperti membeli tanah, membeli bangunan, membeli mesin/peralatan dan pengeluaran
lainnya yang masuk dalam aktiva tetap (Tridianti, 2016).
2. Operational Cash Flow (Arus Kas Operasional)
Arus kas ini digunakan dalam menutup investasi. Arus kas operasional berupa arus kas
bersih yang dapat dihitung dengan menambahkan laba dan penyusutan (Tridianti, 2016).
Berikut rumusnya (Sofiyati, Rahayu, & NP, 2015):
𝑁𝑒𝑡 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤 = 𝐸𝐵𝐼𝑇 (1 − 𝑡𝑎𝑥) + 𝐷

Atau

𝑁𝑒𝑡 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤 = 𝐸𝐴𝑇 + 𝐷 + (1 − 𝑡)𝐼


Keterangan :
𝐸𝐵𝐼𝑇 : Earnign Before Interest and Tax
𝐸𝐴𝑇 : Earning After Tax
𝐷 : Depreciation
𝑇 : Tax
𝐼 : Interest
3. Terminal Cah Flow (Arus Kas Terminal)
Arus kas yang diterima setelah umur investasi proyek habis. Arus koas terminal setelah
proyek habis yang masih diterima yaitu hasil penjualan dan salvage value (nilai residu)
suatu asset (Tridianti, 2016).

2.7 Depresiasi atau Penyusutan

Aset tetap yang mengalami pengurangan nilai secar berangsur-angsur dari aset tetap
tersebut, dan pengakuan adanya penurunan nilai dari aktiva tetap yang dikenal dengan depresiasi
atau penyusutan (Susanti, Rahayu, & Z.A., 2014). Menurut Baridwan (2000:307) depresiasi adalah
sebagian dari harga yang perolehan aktiva tetap dilakukan secara sistematis yang dialokasikan ke
biaya setiap periode akuntasi. Menurut Purwanti dan Nugraheni (2007:72) menjelaskan bahwa
depresiasi adalah suatu proses berkurangnya nilai aktivta tetap. Perusahaan mendapatkan manaat
dari pemakaian tetap yang dimilikinya, sehingga penyusutan aktiva tetap dikategorikan sebagai
biaya (Doloksaribu, AR., & Rahayu, 2016).

Peyusutan adalah alokasi secara periodic dan sistematis dari harga perolehan asset selama
periode-periode yang berbeda serta memperoleh dari penggunaan asset yang bersangkutan (Hery,
2014). Akumulasi penyusutan adalah bukan sebuah dana pengganti asset tetapi jumlah harga
perolehan asset yang telah dibebankan melalui pemakaian pada periode-periode sebelumnya (Sari,
2018). Menurut (hery,2014) nilai buku asset (harga perolehan yang merupakan biaya historis,
dikurangi dengan akumulasi penyusutan adalah harga perolehan asset yang tersisa yang
dialokasikan dalam pemakaian di periode yang akan datang dan bukan merupakan nilai estimasi
atas asset tetap saat ini (Sari, 2018). Penghitungan biaya penyusutan aset pertahun sesuai dengan
perkiraan umur ekonomis dari masing-masing aset (Giatman D. M., 2011).

Dalam menghitung besarnya nilai penyusutan menggunakan metode garis lurus (straight
line depreciation) sehingga diasumsikan sama untuk setiap tahunnya. Metode depresiasi garis
lurus (SLD) merupakan metode paling sederhana dan paling sering dipakai dalam perhitungan
depresiasi asset. Parameter yang digunakan dalam perhitungan ini adalah nilai investasi, nilai sisa
aset akhir periode, umur produktif asset (Giatman D. M., 2011). Berikut rumus dalam menghitung
depresiasi dengan metode depresiasi garis lurus (Giatman M. , 2006):

1
𝑆𝐿𝐷 = (𝐼 − 𝑆)
𝑁

Dimana:
𝑆𝐿𝐷 : Besar depresiasi per tahun
𝐼 : Investasi beli asset
𝑆 : Nilai sisa asset
𝑁 : Umur aset

Beban penyusutan adalah pengakuan atas penggunaan manfaat potensial dari suatu asset
(Sari, 2018). Sifat beban penyusutan secara konsep tidak berbeda dengan beban yang mengakui
pemanfaatan atas premi asuransi ataupun sewa yang dibayar dimuka selama periode berjalan
(Hery, 2014). Beban penyusutan merupakan beban yang tidak membutuhkan pengeluaran uang
kas (non cash outlay expense). Dalam memperoleh besarnya beban penyusutan periodic secara
tepat dari pemakaian suatu asset ada tiga factor yang perlu dipertimbangkan yaitu (Sari, 2018):

1. Nilai perolehan asset (asset cost)


Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dalam membeli suatu asset (Lutfiyah, 2017).
2. Nilai residu/sisa (residual or salvage value)
Salvage Value merupakan nilai jual kembali ketika suatu asset berada pada akhir umur
produktif. Salvage value didasarkan pada life time suatu asset. Suatu asset juga dapat tidak
memiliki Salvage value karena umur ekonomisnya sudah habis (Lutfiyah, 2017).
3. Umur ekonomis (economic life)
Umur ekonomi merupakan perkiraan umur suatu asset yang ditentukan berdasarkan umur
garansi asset tersebut (Lutfiyah, 2017).

2.8 Nilai Waktu Uang (time value of money)

Jumlah uang yang diperoleh saat ini memiliki nilai yang berbeda jika ulah uang tersebut
diterima pada waktu yang berbeda. Jumlah uang yang sama jika diterima saat ini akan memiliki
nilai yang lebih besar dibandingkan jika diterima pada masa depan. Nilai waktu uang merupakan
perubahan nilai uang yang terjadi selama interval waktu tertentu. Hal ini dapat dilihat pada uang
satu rupiah saat ini akan lebih besar nilainya atau berharga dibandingkan satu rupiah yang akan
datang karena akan bertambah dengan bunga (keuntungan) serta uang dapat diinvestasikan
sehingga nilainya akan lebih besar di masa depan (Tridianti, 2016).

Nilai waktu uang (time value of money) merupakan metoda yang digunakan dalam
mengetahui nilai uang atau keuntungan dari suatu cash flow di waktu yang akan datang dengan
menggunakan konsep compounding dan discounting (Ristono & P., 2011).n konsep nilai waktu
uang dapat diketahui dengan melakukan perhitungan pendekatan dari nilai uang dimasa yang akan
datang (future value), nilai yang akan datang dari anuitas, dan nilai sekarang dari suatu anuitas
(present value) (Margaretha, 2014).

1. Nilai sekarang (Present value)


Menurut Sartono (2008) nilai sekarang adalah nilai sekarang dari satu jumlah uang atau satu
seri pembayaran yang akan datang serta dievaluasi dengan suatu tingkat bunga tertentu.
Suatu investasi hanya dapat diterima jika investasi tersebut menghasilkan paling tidak sama
dengan tingkat hasil investasi di pasar yaitu lebih besar daripada tingkat bunga deposito
(tingkat hasil tanpa risiko) (Arniati & Windariyani, 2013). Nilai sekarang juga memiliki
definisi sebagai nilai sekarang atas sejumlah uang dari sebuah pembayaran tetap dengan
jangka waktu panjang dari sebuah modal (Tridianti, 2016). Berikut rumus nilai sekarang
(Arniati & Windariyani, 2013):
1 𝑛
𝑃𝑉 = 𝐹𝑉𝑛 ( )
1+𝑖
𝑃𝑉 = 𝐹𝑉𝑛 (𝑃𝑉𝐼𝐹𝑖, 𝑛)
Keterangan:
𝑃𝑉 : nilai sekarang dari sejumlah uang di masa mendatang
𝐹𝑉𝑛 : nilai investasi pada akhir tahun ke-n
𝑃𝑉𝐼𝐹𝑖, 𝑛 : the present value interest factor
2. Nilai yang akan datang (Future value)\
Menurut Sartono (2008) nilai yang akan datang (future value) adalah nilai uang diwaktu akan
datang dari jumlah uang saat ini atau serangkaian pembayaran yang dievaluasi pada tingkat
bunga yang berlaku (Arniati & Windariyani, 2013). Nilai yang akan datang juga memiliki
definisi sebagai pokok pinjaman yang mengalami pembungaan akan dimajemukkan kembali
atau dihitung dengan konsep bunga majemuk (Ristono & P., 2011). Ada lima parameter
dalam fungsi future value, yaitu (Arniati & Windariyani, 2013):
1. Rate, tingkat suku bunga pada periode tertentu yang dapat per bulan atau per tahun
2. Nper, jumlah angsuran yang dilakukan akan dihitung nilai akan datangnya
3. Pmt, besar angsuran yang dibayarkan
4. Pv, nilai saat ini

Nilai yang akan datang memiliki rumus sebagai berikut (Arniati & Windariyani, 2013):

𝐹𝑉𝑁 = 𝑃𝑉 (1 + 𝑖)𝑛
Keterangan:
𝐹𝑉 : nilai mendatang dari investasi pada akhir tahun ke-n
𝑖 : tingkat bunga tahunan
𝑃𝑉 : nilai sekarang dari sejumlah uang yang diinvestasikan

2.9 Capital Expenditure (CAPEX)

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional tentu akan mengeluarkan


biaya-biaya yang berkaitan dengan asset atau aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Biaya-biaya tersebut dikeluarkan dalam memperoleh asset tetap, meningkatkan efisiensi
operasional dan kapasitas produktif asset tetap serta memperpanjang masa manfaat asset tetap dan
memperbaiki asset tetap perusahaan jika asset tersebut berada dalam keadaan tidak baru (Ratag,
2013). Salah satu pengeluaran tersebut disebut capital ecpenditure atau pengeluaran capital.
Capital expenditure menunjukkan suatu kegiatan investasi yang berarti bagi perusahaan. Dalam
penganggaran modal investasi, perusahaan mengalokasikannya kedalam bentuk sumber daya
seperti asset tetap, perluasan area perusahaan serta pabrik atau berupa pergantian peralatan
operasional (equipment replacement). Capital expenditure merupakan salah satu factor penting
pada pertumbuhaan perusahaan, terutama perusahaan manufaktur. Hal ini dikarenakan
pengeluaran capital sebagian besar digunakan untuk membeli peralatan, mesin atau pabrik karena
perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi yang siap dikonsumsi oleh masyarakat (Syamita
& Sebrina, 2019).

Menurut Bouqist (1998) menyatakan pentingnya capital expenditure menentukan suatu


perusahaan menang atau kalah adalah dilihat dari kualitas investasi yang dilakukan, yang berarti
mengacu pada keputusan capital expenditure yang dikeluarkan. Jika mengacu pada kinerja
perusahaan, maka tingkat capital expenditure yang maksimal akan memaksimalkan kinerja
perusahaan dan secara meluas dapat berpengaruh positif bagi pertumbuhan industri negara
(Syamita & Sebrina, 2019).

2.10 Operational Expenditure (OPEX)

Menurut Widearahim (2019) Operational Expenditure atau biaya operasional merupakan biaya
yang berhubungan dengan operasional perusahaan yang terdiri atas biaya penjualan dan
administrasi, biaya iklan, biaya penyusutan, serta perbaikan dan pemeliharaan (Suhaemi &
Hasanuh, 2021). Menurut Jopie Jusuf (2014:41), biaya operasional adalah biaya-biaya yang
tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi memiliki keterkaitan dengan
aktivitas operasional perusahaan sehari-hari. Biaya operasional merupakan sumber ekonomi
dalam mempertahankan dan menghasilkan pendapatan serta biaya ini dipengaruhi oleh aktivitas
perusahaan yang mana semakin meningkat tingkat aktivitasnya, maka semakin tinggi biaya
operasionalnya (Casmadi & Azis, 2019). Operational Expenditure didalam termasuk biaya
manpower, marketing, administrasi, dan lainnya. Klasisikasi biaya dikelompokkan berdasarkan
proses operasi produk suatu bisnis. Dalam proses manufaktur, klasifikasi biaya dalam
hubungannya dengan produk terdiri atas (Giatman D. M., 2011):
1. Biaya Pabrikasi (factory cost)
Biaya ini merupakan biaya yang berkaitan dengan biaya produksi. Biaya ini berkaitan
langsung dengan proses pembuatan fisik produk. Biaya yang termasuk pada biaya
pabrikasi sebagai berikut (Giatman D. M., 2011):
a. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan setiap bulan
berupa gaji tenaga kerja yang berhubungan langsung dalam produksi untuk mengubah
bahan baku mentah menjadi barang akhir.
b. Biaya bahan baku langsung
Biaya bahan baku langsung adalah biaya yang digunakan untuk membuat barang
lainnya. Biaya ini umumnya merupakan bahan baku yang dapat didefinisikan langsung
sedangkan bahan baku operasional kecil jumlahnya dan tidak dapat dirincikan
penggunaannya.
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan setiap
bulan nerupa gaji tenaga kerja yang tidak berhubungan dengan proses produksi seperti
manajerial.
d. Biaya bahan baku tidak langsung
Biaya bahan baku tidak langsung umumnya berjumlah kecil dan tidak dapat dirincikan
penggunaannya dalam suatu output.
e. Biaya tidak langsung lainnya (pabrication overhead cost)
Biaya overhead adalah seluruh biaya manuaktur yang tidak dapat ditelurusi langsung
pada suatu output.
2. Biaya Komersial (commercial cost)
Biaya komersial merupakan total pengeluaran operasi membuat suatu produk dapat dijual
diluar biaya produksi dan digunakan dalam akumulasi perhitungan harga pokok penjualan
(HPP), yang terdiri atas (Giatman D. M., 2011):
a. Biaya administrasi
Biaya administrasi merupakan biaya umum yang muncul dari kegiatan perusaahan.
Umumnya muncul pada bagian administrasi, pembukuan, dan staff.
b. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam aktivitas promosi
produk perusahaan untuk mencapai target pasar.

2.11 Pendapatan

Pendapatan adalah arus masuk aktiva entitas dan/atau penyelesaian kewajibannya (atau
kombinasi dari keduanya) yang disebabkan oleh pengiriman/penyerahan atau produksi barang,
pemberian jasa, atau kegiatan yang menimbulkan laba lainnya yang didalamnya termasuk bagian
dari operasi sentral perusahaan yang berkelanjutan selama suatu periode (Rahmawati, 2020).
Analisis pendapatan dilakukan dengan tujuan mengukur keberhasilan suatu usah/bisnis yang
berdasarkan arus kas yang bernilai positif (Asnidar & A, 2017). Berikut rumus pendapatan
(Asnidar & A, 2017):

𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄
Keterangan:
TR : Total revenue
P : Harga produk
Q : Total penjualan

2.12 Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA)

EBITDA merupakan singkatan dari earning before interest, taxes, depreciation and
amortization yang digunakan dalam pengukuran dasar dari kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan cash dari operasi yang dilakukan dan seringnya digunakan untuk mengukur cash
flow yang tersedia untuk memenuhi kewajiban keuangan perusahaan (Prabowo, 2018). EBITDA
merupakan tolak ukur kinerja keuangan perusahaan yang belum dikurangi bunga, pajak,
depresiasi, dan amortisasi (Mekari, n.d.). Sedangkan EBITDA margin merupakan rasio dalam
mengukur keuntungan perusahaan dengan dikurangi bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi.
Nilai EBITDA dapat dijadikan proksi pada perhitungan cash flow (Mekari, n.d.). Rumus
perhitungan EBITDA sebagai berikut:

𝐸𝑏𝑖𝑡𝑑𝑎 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 − 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 − 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 − 𝑎𝑚𝑜𝑟𝑡𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖

𝐸𝐵𝐼𝑇𝐷𝐴
𝐸𝑏𝑖𝑡𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
2.13 Analisis Sensitivitas

Menurut Gittinger (1986), analisis sensitivitas adalah suatu analisa yang digunakan dalam
melihat pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis sensitivitas
dilakukan dengan mencari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang
masih berada pada kriteria minimum kelayakan investasi atau maksimum nilai NPV sama
dengan nol, nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C ratio sama dengan 1 (cateris
paribus) (Susilowati & Kurniati, 2018).

Menurut I.N. Pujawan (1995) Analisis sensitivitas pada umumnya mengandung asumsi dalam
suatu percobaan hanya satu parameter saja yang berubah dan lainnya tetap. Parameter-parameter
tersebut dapat mempengaruhi analisis sensitivitas dalam ekonomi teknik yaitu aliran kas, biaya
investasi, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat inflasi, pendapatan, dan pengeluaran serta analisis ini
dilakukan dengan menghitung nilai NPV, IRR, PBP, dan ROI pada beberapa skenario perubahan
yang mungkin terjadi akibat ketidakpastian.

2.14 Inflasi

Menurut Ardiansyah (2017), inflasi adalah peristiwa ekonomi yang sering terjadi meskipun tidak
dikehendaki. Milton Friedman mengatakan inflasi dapat terjadi dimana saja dan selalu
merupakan fenomena moneter yang mencerminkan adanya petumbuhan moneter yang
berlebihan dan tidak stabil. Menurut Ningsih (2010), inflasi merupakan keadaan yang
disebabkan oleh dengan adanya ketidakseimbangan antara permintaan akan barang dan
persediaan dan semakin besar perbedaan maka semakin besar ancaman yang timbul oleh inflasi
bagi kesehatan ekonomi. Sehingga dapat dikatakan inflasi merupakan kenaikan harga barang
dan jasa secara umum tidak pada satu barang tertentu serta terjadi terus-menerut selama suatu
periode tertentu (Mahzalena & Juliansyah, 2019).

Nilai inflasi dipengaruhi oleh Indeks Harga Konsumen (IHK) seperti harga makanan, pakaian,
transportasi, rekreasi, pendidikan, biaya perawatan medis, dan lain-lain. Tingginya tingkat
permintaan, inflasi nilai tukar mitra dagang, dan juga akibat bencana alam dapat menyebabkan
terjadinya inflasi. Adanya inflasi maka daya beli uang akan semakin rendah dari waktu ke waktu
(Bank Indonesia, n.d.).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian berbasis goal based yang berdasarkan pada problem owner. Penelitian
dilaksanakan menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan proses dimana
masalah akan dijawab menggunakan data yang berupa angka sebagai alat menganalisa untuk
mengetahui apa yang ingin diketahui.

3.2 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada pemasok sayuran di pasar tradisional Way Halim tepatnya Jl.
Gunung Rajabasa, Way Halim, Bandar Lampung, Lampung.

3.3 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Data Primer
Data primer yakni data yang bersumber secara langsung berupa keterangan dari
wawancara narasumber dan studi dokumen instansi terkait. Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data berdasarkan wawancara dengan pemilik usaha.
2. Data Sekunder
Data sekunder yakni data yang berhubungan dengan data primer tetapi didapatkan dari
hasil publikasi instansi terkait. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nilai inflasi dan cost of capital.

3.4 Diagram Alir

Diagram alir atau biasa disebut flowchart merupakan diagram yang menunjukkan langkah-langkah
atau alur kerja pada suatu proses. Berikut ini adalah diagram alir dalam pelaksanaan penelitian ini:
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian

Berdasarkan gambar diagram alir di atas maka berikut ini adalah penjelasan terkait tahapan
penelitian yang dilakukan:
1. Studi literatur, pada tahap ini peneliti melakukan studi literatur terkait topik penelitian.
Tahapan ini dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan berbagai sumber tertulis
seperti buku, artikel, dan jurnal yang relevan dengan topik penelitian yang dikaji.
2. Penetapan rumusan masalah merupakan tahapan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan
yang nantinya akan dijawab berdasarkan pengumpulan data dan pengolahan. Penetapan
rumusan bertujuan untuk memperjelas masalah berkaitan dengan topic penelitian yang
dikaji.
3. Penetapan tujuan penelitian, tahapan ini dilakukan dengan cara menentukan target yang
ingin dicapai sehingga dibentuk tujuan penelitian.
4. Pengumpulan data, setelah tujuan penelitian ditetapkan maka tahapan yang selanjutnya
dilakukan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Data primer, data yang diperoleh langsung dari sumber pengamatan dan pencatatan
langsung dengan cara wawancara.
2. Data sekunder, data yang diperoleh melalui referensi tertentu yang berkaitan dengan
penelitian ini.
5. Pengolahan data, tahapan ini bertujuan untuk mengolah data yang telah didapatkan pada
saat pengumpulan data. Data-data yang didapatkan akan diolah sesuai dengan literatur
yang telah dikumpulkan sebelumnya dengan teori-teori yang ada pada penelitian
sebelumnya. Pengolahan data dimulai dari analisa proses produksi hingga sistem
manufaktur.
Pengolahan data dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Analisis proses produksi

Analisis proses produksi adalah merancang proses produksi produk yang sesuai dengan
spesifikasi konsumen. Analisis proses produksi merupakan langkah awal yang dilakukan
dalam perancangan produksi. Tahapan analisis proses produksi sebagai berikut:
1) Penentuan Komponen Produk
Langkah awal dalam perancangan sistem manufaktur pada suatu produk adalah
menentukan komponen pada produk tersebut. Komponen adalah bagian dari suatu
produk yang memiliki peranan penting dalam penyusunan sebuah produk. Pentingya
identifikasi komponen apa saja yang terdapat dalam produk adalah untuk menentukan
proses manufaktur yang tepat bagi seluruh komponen yang terlibat dalam proses
pembuatannya. Informasi yang diperlukan dalam penentuan komponen produk adalah
nama komponen, fungsi, komponen, dimensi komponen, jumlah dan gambar
komponen.
2) Pembuatan Bill of Material(BOM)
Bill of Material (BOM) merupakan daftar kuantitas komponen, bahan-bahan dan
bahan material yang dibutuhkan untuk menciptakan satu produk. Umumnya BOM
hanya tercantum komponen-komponen yang saling berkaitan langsung dengan
produk yang akan diproduksi. BOM terdiri dari dua macam yaitu BOM table dan
BOM tree. BOM tree adalah daftar kebutuhan material bersama jumlah material yang
diperlukan secara lengkap kemudian disajikan ke dalam bentuk skema berdasarkan
level breakdown secara berurutan.
3) Penentuan Keputusan Make or Buy
Keputusan membuat merupakan keputusan dimana perusahaan atau usaha melakukan
proses produksi untuk menghasilkan komponen penyusun produk utama. Keputusan
membeli merupakan keputusan dimana perusahaan atau usaha menyuplai komponen
produk utama dengan membeli dari supplier. Maka dari itu diperlukan penentuan
komponen mana yang harus dibuat sendiri dan dibeli.
4) Pemilihan Raw Material
Raw material merupakan bahan yang langsung digunakan untuk diolah hingga bahan
tersebut menjadi produk jadi. Pemilihan raw material ini diperlukan untuk
menentukan kualitas dan spesifikasi raw material yang cocok dan sesuai. Pemilihan
raw material juga akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan.
5) Penentuan Alur Produksi
Penentuan alur produksi merupakan langkah tentang penjabaran komponen-
komponen produk penyusun produk. Penjabaran ini menvisualisasikan proses dasar
dalam pembuatan produk dengan mengurutkan dari komponen beli dan buat, serta
sub komponen yang akan dibentuk nantinya menjadi produk akhir. Alur dari sebuah
tahapan produksi yang dimulai dari pengolahan awal bahan baku, pembentukan,
pemolesan, penyelesaian hingga penjualan atau distribusi barang produksi.
6) Penentuan Proses Produksi per Komponen
Perancangan pada proses manuaktur merupakan langkah dalam menentukan alur
proses pada pembuatan sebuah produk dari bahan mentah, proses pembentukan
komponen, perakitan antar komponen, identifikasi terkait kualitas produk hingga
langkah finishing. Proses manufaktur yang akan dijalankan memerlukan rekayasa
sistem kerja yang kompleks. Penentuan proses produksi meliputi dari pembuatan alur
produksi, penentuan proses produksi untuk komponen buat, pemilihan metode proses
produksi, pemilihan. peralatan dan mesin yang diperlukan, perhitungan waktu
produksi, hingga penentuan jumlah kebutuhan operator. Proses produksi adalah
kegiatan, teknik, metode yang dikombinasikan untuk menghasilkan sebuah produk,
atau mencapai hasil yang diingankan. Tujuan dari proses produksi adalah
menghasilkan produk baik barang maupun jasa. Tahap-tahap Kegiatan Produksi yaitu
perencanaan, penentuan alur, penjadwalan, dan perintah mulai produksi.
7) Pemilihan Peralatan dan Mesin yang Dibutuhkan
Pemilihan mesin dan peralatan dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan yang
telah di pikirkan, antara lain harga suatu mesin, konsumsi energi, kapasitas suatu
mesin dan lainya sesuai dengan kebutuhan. Pertimbangan pertimbangan tersebut
kemudian menghasilkan sejumlah alternatif yang dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan usaha.
8) Pembuatan Tools Standarisasi Operational Process Chart (OPC)
Tahap ini adalah tahap pembuatan tools standarisai Operation Operation Chart (OPC)
atau peta proses operasi merupakan penjelasan aliran material dari suatu produk yang
akan diproses dalam suatu proses produksi mulai dari proses awal pembuatan hingga
ke proses finishing produk. Peta proses operasi (OPC) merupakan suatu diagram yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai
urutan- urutan proses dan pemeriksaan, sejak dari awal proses sampai menjadi produk
utuh maupun sebagai komponen,dan juga memuat informasi-informasi yang
dibutuhkan. Manfaat dari adanya OPC adalah untuk mengetahui kebutuhan mesin dan
penganggarannya, untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku, salah satu alat untuk
menentukan tata letak pabrik, salah satu alat untuk melakukan perbaikan cara kerja
yang sedang berlaku. Umumnya digunakan untuk menggambarkan urut-urutan kerja
dalam pembuatan produk khususnya kegiatan yang bersifat produktif seperti operasi
dan inspeksi.
9) Pembuatan Tools Standarisasi Production Routing (PR)
Production routing adalah urutan pelaksanaan proses produksi untuk setiap
komponen sesuai dengan OPC sebagai inputnya. Dalam penyusunan production
routing ini disertakan pula nama komponen beserta nomornya, jenis bahan baku,
nomor operasi dan jenis operasi, jenis mesin, tools, jigs dan fixture apabila proses
dilakukan menggunakan peralatan manual), serta waktu produksi yang dibutuhkan
untuk masing-masing proses. Production routing berisi informasi dari setiap operasi
yang dikenakan pada tiap komponen Langkah pembuatan production routing dimulai
dengan menentukan jumlah komponen yang ada pada OPC, setelah itu membuat tabel
sebanyak jumlah komponen yang ada, mengisi setiap tabel dengan mengurutkan
nomor operasi dari setiap komponen beserta keterangan-keterangan yang ada pada
OPC dari setiap operasi. Production routing, proses assembly tidak dimasukkan
dalam tabel. Langkah tersebut diualang untuk setiap komponen.
Production Routing Production routing berisi informasi tentang urutan pengerjaan
pada setiap komponen komponen produk seperti, penjelasan tahapan pengerjaan yang
dilakukan, mesin yang digunakan, lat bantu yang dibutuhkan, dan informasi hasil
perhitungan standard time, siapa yang mengerjakan dan jumlah komponen.
10) Pembuatan Tools Standarisasi Assembly Routing (AR)
Assembly routing merupakan proses suatu komponen yang dirakit dengan komponen
lain untuk menjadikan satu produk utuh. Berbeda dengan subbab production routing,
assembly routing hanya menyediakan informasi mengenai proses perakitan dan
penggabungan antar komponen satu dengan lainnya.
b. Analisis Sistem Manufaktur

Sistem manufaktur mempunyai definisi sebagai keseluruhan entitas yang bekerja dalam
suatu aturan tertentu untuk mengubah resource (material, modal, tenaga, energi dan
keterampilan) menjadi produk (barang atau jasa) yang dapat dijual oleh perusahaan dengan
melakukan proses produksi tertentu untuk meningkatkan added value suatu resource.
1) Kebutuhan Target Produksi
Kebutuhan target produksi dapat dilihat berdasarkan segmentasi pasar. Berikut
formula yang digunakan untuk menghitung kebutuhan target produksi:
𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
Estimasi target produksi/bulan= (3. 1)
% 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡

𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Estimasi target produksi/hari = (3. 2)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

Target produksi/tahun = 𝑎 × (1 + 𝑏) (3. 3)

Keterangan:
a: target produksi periode n-1
b: inflation rate
2) Kebutuhan Bahan Baku
Bahan baku merupakan barang yang digunakan untuk membuat barang lainnya.
Bahan baku langsung merupakan bahan baku yang dapat didefinisikan langsung
sedangkan bahan baku operasional kecil jumlahnya dan tidak dapat dirincikan
penggunaannya.
Volume kebutuhan = kebutuhan bahan baku per cup x (3. 4)
target produksi

Harga bahan baku per tahun = target produksi x harga


(3. 5)
satuan bahan baku

3) Kebutuhan Packaging
Formula yang digunakan untuk menghitung kebutuhan packaging:
Volume kebutuhan = kebutuhan packaging per cup x (3. 6)
target produksi

4) Biaya Promosi
Biaya promosi dihitung berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk mempromosikan
usahanya, seperti iklan di media sosial.
5) Biaya Administrasi
Biaya administrasi ditentukan dan dihitung berdasarkan kebutuhan dari kegiatan
administrasi seperti nota dan pena.
6) Waktu Proses Produksi
Formula yang digunakan untuk menghitung waktu proses produksi:
Waktu proses operasi = waktu set up x target produksi/hari (3. 7)

Waktu proses per komponen = waktu proses operasi +


(3. 8)
handling time + tools handling time

7) Perhitungan Jumlah Mesin dan Peralatan yang Dibutuhkan


Formula yang digunakan untuk menghitung jumlah mesin dan peralatan yang
dibutuhkan:
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Jumlah mesin/tahun = (3. 9)
𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

8) Perhitungan Energi yang Dibutuhkan


Formula yang digunakan untuk perhitungan energi:
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 (𝑤𝑎𝑡𝑡) 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛
Kebutuhan energi = 𝑥 (3. 10)
1000 3600

9) Biaya Investasi
Biaya investasi dihitung berdasarkan jumlah biaya dari banyaknya kebutuhan yang
digunakan selama proses produksi.
10) Harga Pokok Penjualan (HPP)
HPP merupakan biaya-biaya langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi produk
yang akan dijual. Formula yang digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan:
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 + 𝑚𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 (3. 11)

ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (3. 12)


𝐻𝑃𝑃 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡

11) Perhitungan Pendapatan


Formula yang digunakan untuk perhitungan pendapatan:
𝑇𝑅 = 𝑃𝑥𝑄 (3. 13)

12) Depresiasi
Formula yang digunakan untuk menghitung depresiasi:
1
𝑆𝐿𝐷 = 4 (1 − 𝑆) (3. 14)

13) Perhitungan EBITDA


Formula perhitungan EBITDA:
EBITDA = pendapatan – bunga – pajak – depresiasi - (3. 15)
amortisasi

𝐸𝐵𝐼𝑇𝐷𝐴 (3. 16)


𝐸𝐵𝐼𝑇𝐷𝐴 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

c. Studi Kelayakan Bisnis

Perhitungan pada studi kelayakan bisnis digunakan untuk mengetahui apakah usaha layak
dijalankan berdasarkan kriteria-kriteria kelayakan. Berikut ini rumus perhitungan
berdasarkan kriteria kelayakan usaha:

1) Perhitungan Net Present Value (NPV)


Formula untuk menghitung NPV:
𝑛
𝐶𝐹𝑡 (3. 17)
𝑁𝑃𝑉 = ∑ − 𝐼0
(1 + 𝑖)𝑡
𝑡=0

2) Perhitungan Internal Rate of Return (IRR)


Formula untuk menghitung IRR:
𝑁𝑃𝑉1 (3. 18)
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖 − 𝑖2 )
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 1

3) Perhitungan Payback Period (PBP)


Formula untuk menghitung PBP:
𝑏−𝑐 (3. 19)
𝑃𝐵𝑃 = 𝑡 + × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑑−𝑐
4) Perhitungan Present Value Cost of Investment (PV COI)
Formula untuk menghitung PV COI:
𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 (3. 20)
𝑃𝑉 =
(1 + 𝑖)𝑛

5) Perhitungan Return on Investment (ROI)


Formula untuk menghitung ROI:
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 (𝑅𝑝) (3. 21)
𝑅𝑂𝐼 = × 100%
𝑀𝑜𝑑𝑒𝑙 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 (𝑅𝑝)

d. Perhitungan Analisis Sensitivitas

Perhitungan analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan software Excel


berdasarkan perhitungan NPV, IRR, PBP, dan ROI.
6. Analisis dan Pembahasan
Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis dari hasil yang sudah didapat. Analisis
mengacu pada kriteria kelayakan bisnis berdasarkan teori NPV, IRR, PBP, dan juga ROI.
7. Kesimpulan dan Saran
Setelah pengolahan data dan pembahasan selesai maka dapat ditarik kesimpulan dari
penelitian ini serta saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai