A10 - Laporan Small Group Discussion (LBM2) Blok Endokrin
A10 - Laporan Small Group Discussion (LBM2) Blok Endokrin
LBM 2
“Aku Kenapa?”
Disusun Oleh :
NIM : 022.06.0010
KELOMPOK :2
FAKULTAS KEDOKTERAN
MATARAM
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan hasil Laporan Tutorial LBM 2 “Aku
Kenapa?” BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME
Seluruh anggota SGD kelompok 2 yang telah membantu dan memberikan masukan
dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
MAIND MAPP................................................................................................ 2
Anatomi ,inervasi dan vaskularisasi dari hipofisis dan hypothalamus ..... 2
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
“AKU KENAPA?”
Tn. U berusia 30 tahun datang ke puskesmas mengeluhkan badan terasa sering
kesemutan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya rasa kesemutan dirasakan di telapak kaki,
namun makin lama rasa kesemutan menyebar ke bagian tubuh lainnya hingga ke jari
dan tangan. Walaupun kesemutan, pasien masih bisa merasakan bila disentuh ataupun
memegang sesuatu, hanya terasa tebal. Tn.U juga mengeluhkan sering kencing sejak
tiga bulan yang terakhir, terutama saat tidur di malam hari. Setiap malam pasien bisa
terbangun lebih dari tiga kali untuk kencing. Nafsu makan pasien meningkat sejak
sekitar kurang lebih setahun yang lalu namun pasien mengeluhkan berat badan yang
menurun.
Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD 130/90 mmHg, N 120
kali/menit, suhu 36,7, RR 20 kali/menit. Sebagai seorang dokter apakah yang akan
anda lakukan?
1.2 Deskripsi Masalah
PEMBAHASAN
MIND MAPP
1. Definisi, Klasifikasi DM
Pada Diabetes Melitus Tipe 1 diduga berkaitan dengan faktor genetik, pada DM
tipe ini disebabkan oleh reaksi dari autoimun yang mana sistem pertahanan
tubuh menyerang sel beta pada pankreas sehingga akan berakibat tubuh tidak
dapat memproduksi insulin yang dibutuhkan untuk mengatur kadar gula darah
(Setiati, Siti. 2017).
2) Diabetes Melitus tipe 2
Pada Diabetes Melitus tipe 2 sering terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat.
Pada DM tipe ini penyebabnya dikarenakan menurunnya sekresi insulin sel beta
secara progresif, Yang mana pada diabetes tipe 2 ini tubuh masih bisa
memproduksi insulin namun resistenterhadap insulin itu sendiri sehingga insulin
menjadi tidak efektif. Sehingga dalam keadaan tersebut menyebabkan kadar
glukosa darah menjadi tinggi (Setiati, Siti. 2017).
3) Diabetes Melitus Gestational
Kadar glukosa darah yang tinggi akibat menurunya kerja insulin selanjutnya
berakibat pada proses filtrasi yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini
mengakibatkan glukosa dalam darah akan diekresi melalui urin (glukosuria) sehingga
terjadi diuresis osmotik yang ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebihan
(polyuria). Banyaknya cairan yang akan menimbulkan rasa haus (polydipsia). Glukosa
yang hilang melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang
akan diubah menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat
(polifagia) sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energi. Penderita akan merasa
mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi
tersebut. Jika keadaan tersebut terjadi secara terus menerus dan tubuh sudah tidak
mampu untuk mengkompensasi maka akan terjadi diabetes militus (Setiati, Siti. 2017).
3. Manifestasi klinis DM
Diabetes sering disebabkan oleh faktor genetik dan perilaku atau gaya hidup
seseorang. Selain itu faktor lingkungan sosial dan pemanfaatan pelayanan kesehatan
juga menimbulkan penyakit diabetes dan komplikasinya. Pada diabetes memiliki
Gejala-gejala, antara lain, yaitu :
1. Poliuri (sering buang air kecil)
Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari (poliuria),
hal ini,dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal (>180mg/dl),
sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna menurunkan konsentrasi
urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air sebanyak mungkin ke dalam
urine sehingga urine dalam jumlah besar dapat dikeluarkan dan sering buang air
kecil. Dalam keadaan normal, keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada
pasien DM yang tidak terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini.
Sering merasa haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin (poliploidi).
Dengan adanya ekskresi urine, tubuh akan mengalami dehidrasi atau dehidrasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan menghasilkan rasa haus
sehingga penderita selalu ingin minum air terutama air dingin, manis, segar dan
air dalam jumlah banyak (Lestari, 2021).
2. Polifagi (cepat merasa lapar)
Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin menjadi
bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke dalam sel-sel
tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah
penyebab mengapa penderita merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga menjadi
miskin gula sehingga otak juga berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang
makan, maka tubuh kemudian berusaha meningkatkan asupan makanan dengan
menimbulkan alarm rasa lapar (Lestari, 2021).
3. Berat badan menurun
Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula karena
kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada
di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Dalam sistem pembuangan urine,
penderita DM yang tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gr glukosa
dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000 kalori perhari hilang dari tubuh).
Kemudian gejala lain atau gejala tambahan yang dapat timbul yang umumnya
ditunjukkan karena komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal, atau luka
yang tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di daerah
selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit (balanitis)
(Lestari, 2021)
4. Faktor resiko DM
c) Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko diabetes melitus karena memengaruhi
sekresi insulin di pankreas yang akibatnya meningkatkan kadar gula darah
(Christianty, M. A. 2021).
d) Dislipidemia
Diet yang tidak sehat merupakan faktor risiko dari diabetes melitus karena
sebagian besar penderita diabetes melitus diakibatkan oleh kebiasaan dari
mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori namun nutrisi yang kurang
(Christianty, M. A. 2021).
f) Kondisi prediabetes
g) Ditandai dengan toleransi glukosa terganggu (TGT 140-199 mg/dl) atau gula
darah puasaterganggu (GDPT <140 mg/dl) (Kementrian Kesehatan RI, 2020)
(Christianty, M. A. 2021). Merokok
Perokok aktif memiliki resiko lebih tinggi terkena diabetes melitus dibandingkan
dengan yang tidak merokok. Nikotin pada rokok memengaruhi sekresi insulin akibatnya
terjadi penumpukan glukosa dalam darah (Christianty, M. A. 2021).
5. Patofisiologis DM
Patofisiologi DM tipe 1
DM tipe-1 ini disebabkan oleh karena adanya proses autoimun / idiopatik yang
menyebabkan defisiensi insulin absolut. Ditandai dengan ketidakmampuan pankreas
untuk mensekresikan insulin dikarenakan kerusakan sel beta yang disebabkan oleh
proses autoimun (Setiati, Siti. 2017).
DM tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel
sel sasaraninsulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini
lazim disebut sebagai“resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari
obesitas dan kurang nya aktivitasfisik serta penuaan. Pada penderita DM tipe 2 dapat
juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan
sel-sel B langerhans secara autoimun seperti DM tipe
2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak
absolut (Setiati, Siti. 2017).
Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel B menunjukan gangguan pada sekresi
pertama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak
ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel
B pankreas. Kerusakan sel- sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan
menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin
eksogen (Setiati, Siti. 2017).
6. Pemeriksaan fisik DM
Pemeriksaan fisik yang perlu dolakukan oleh tenaga kesehatan apabila ada pasien
dengan gejala DM bisa di lakukan dengan beberapa pemeriksaan fisik seperti: vital sign,
status gizi ( BB, TB, IMT), Ankle Brachial Index (ABI) : 0,9-1,8 mmHg, pemeriksaan
sensibilitas kaki ( rasa, raba halus-kasar, nyeri ), yang terakhir pemeriksaanpulsasi pada
kaki di area tibialis, inguinalis, femoralis, dorsalis pedis. (Lestari, 2021)
7. Pemeriksaan penunjang DM
Macam pemeriksaan diabetes melitus yang dapat dilakukan yaitu: pemeriksaan gula
darah sewaktu (GDS), pemeriksaan gula darah puasa (GDP), pemeriksaan gula darah 2
jam prandial (GD2PP), pemeriksaan hBa1c, pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO)
berupa tes ksaan penyaring. Adapun keluhan khas diabetes berupa poliuria, polidipsi,
polifagia dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Keluhan lain yang
sering disampaikan adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi
dan pruritus vulvae. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah sebagai
berikut:
1. Cara kerjanya cepat : RI (regular insulin) dengan masa kerja 2-4 jam. Contoh
obatnya:Actrapid
2. Cara kerjanya sedang: NPN dengan masa kerja 6-12 jam
3. Cara kerjanya lambat: PZI (Protamne Zinc Insulin) dengan masa kerjanya
18-24 jam (Adi, Soebagijo. 2019).
• Terapi non farmakologi
a. Jenis makanan
1. Karbohidrat
Sebagai sumber energi yang diberikan pada dibetisi tidak boleh lebih dari
55-65% daritotal kebutuhan energi sehari atau tidak boleh lebih dari 70%
jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal.
Pada setiap hari karbohidrat terdapatkandungan energi sebesar 4 kilokalori
(Adi, Soebagijo. 2019).
2. Protein
25-29,9 Obesitas 1
>33 Obesitas 2
Pertama-tama lakukan perhitungan berat badan ideal berdasarkan rumus
berat badan ideal(BBI kg)= (TB cm-100)- 10%. Untuk laki laki <160 cm dan
wanita <150 cm, perhitungan bb ideal tidak dikurangi 10% (Adi, Soebagijo.
2019).
d. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih
setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rythmiccal Intensity
Progressive Endurance). Latihan dilakukan terus- menerus tanpa henti, otot-
otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Latihan CRIPE minimal
dilakukan selama 3 hari dalam seminggu, sedangkan 2 hari yang lain dapat
digunakan untuk melakukan oahraga kesenangannya. Adanya kontraksi otot
yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa
kedalam sel. Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari (sebelum jam 06.00)
karenaselain udara yang masih bersih juga suasana yang belum ramai sehingga
membantu penderita lebih nyaman dan tidak mengalami stress yang tinggi.
Olahraga yang teratur akan memperbaiki sirkulasi insulin dengan cara
meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh darah sehingga membantu masuknya
glukosa ke dalam sel (Adi, Soebagijo. 2019).
9. Komplikasi DM
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang
disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup gaya
hidup/life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi
DM. Bila dicermati, penduduk dengan obes mempunyai risiko terkena DM lebih
besar dari penduduk yang tidak obesitas. Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih
tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara
fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar.
Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di
Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka kejadian diabetes
melitus didunia adalah sebanyak371 juta jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes
melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetesmellitus
dan hanya 5% dari jumlahtersebut menderita diabetes mellitus tipe 1.
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus
merupakan penyakit yang disebabkan karena kurangnya atau tidak adanya peranan dari
hormon insulin. Diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe
satu dan tipe dua. Komplikasi diabetes melitus dibagi menjadi komplikasi akut dan
kronis.
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah di dalamtubuh, Penyakit ini berhubungan erat dengan keberadaan hormon
Insulin yang di produksi oleh kelenjar Pankreas serta berfungsi mengubah glukosa
menjadi glikogen. Terdapat beberapa tipe Diabetes melitus yakni DM tipe I, DM tipe II,
DM Gestasional dan DM jenis lain. Penyebab umumdari Diabetes melitus adalah adalah
genetika, usia, obesitas, hipertensi, gaya hidup yang tidak sehat, dan factor lingkungan.
Diabetes melitus memengaruhi berbagai sistem tubuh yang meliputisistem pencernaan,
sistem urinaria, sistem imun, sistem integument, sistem kardiovaskuler, sistem
pernapasan, system saraf dan sistem indra sehingga menimbulkan beberapa gejala
kesehatan padapenderitanya. Sebagai contoh adalah hal yang dirasakan pasien dalam
kasus pemicu yaitu sering buang air kecil, sering haus dan lapar, serta terjadi penurunan
berat badan dan merasa sering kesemutan pada ekstremitas bawah. Gejala yang
umumnya ada pada penderita DM yaitu hipoglukemia, polyuria, polydipsia,polifagia,
rasa lelah dan kelemahan otot , penurunan berat badan secara drastis dan beberapa
kasus mengalami gangguan pandangan. Terdapat beragam komplikasi diabetes melitus
yang mengancam jiwa penderitanya. Komplikasi pada diabetes melitus dapat dibagi
menjadi dua, yakni komplikasi akut dan juga komplikasi kronis. Komplikasi akut
diabetes dapat meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabeticum (KAD), dan sindrom
hyperosmolar hiperglikemia non-ketotik. Komplikasi kronis sendiri dibagi lagi menjadi
makroangiopati (retinopati, nefropati, dan neuropati diabeticum) dan mikroangiopati
(ganggua kardiovaskuler). Komplikasi ini dapat ditangani dengan beberapa
penatalaksanaan mulai dari terapi cairan hingga ke penggunaan insulin. Usaha untuk
menangani penyakit DM ada bermacam-macam dan umumnya adalah mengenai pola
hidup. Aktivitas yang dapat mendukung kesehatan penderita DM meliputi perbaikan
pola makan, olahraga, pemberian injeksi Insulin ( DM tipe 1)
dan meminum obat oral untuk diabetes (biasanya DM tipe 2). Dengan begitu
diperlukan usahayang aktif dari penderita DM untuk memulihkan kesehatannya
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Indaryati, S., & Pranata, L. (2019). Peran Edukator Perawat Dalam Pencegahan
Komplikasi Diabetes Melitus (Dm) Di Puskesmas Kota Palembang Tahun
2019.
Adi, Soebagijo. 2019. Buku Pedoman “Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Dewasa di Indonesia”
Christianty, M. A. (2021). Gambaran pola hidup pada penderita diabetes melitus pada
ny. S di wilayah karangploso kabupaten malang (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Malang).
Setiati, Siti. 2017. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”. Edisi VI. Jilid 2. Interna
Publishing. JakartaPusat.