Anda di halaman 1dari 11

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

di SDN 27 Anak Air Menggunakan Model Problem Based Learning

Pada Kurikulum Merdeka

Githa Aulia Rahmi1

1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Padang

githaauliarahmi@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini berawal dari refleksi guru tentang kurikulum merdeka sekolah dasar. Hasil belajar
peserta didik yang rendah, model pembelajaran yang kurang variatif dilakukan oleh guru yang
membuat peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran, pembelajaran yang masih
berpusat pada guru atau teacher centered. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran menggunakan
model Problem Based Learning Penelitian ini dilaksanakan dengan model Problem Based
Learning di kelas IV SD Negeri 27 Anak Air yang berjumlah 25 orang peserta didik.
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I terdiri dari 2
pertemuan, dan siklus II terdiri dari 1 pertemuan. Disetiap siklus meliputi empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengematan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan, pada siklus I dimulai dengan hasil analisis penyusunan : a) Modul ajar
menunjukkan rata-rata 91% (B) dan siklus II menjadi 97% (SB), b) pelaksanaan aspek guru
siklus I dengan rata-rata 85,7% (B) dan siklus II menjadi 93,7% (SB), sedangkan pelaksanaan
aspek peserta didik siklus I dengan rata-rata 79,6% (C) dan siklus II menjadi 90,6% (B), c)
penilaian terhadap hasil belajar peserta didik pada siklis I memperoleh rata-rata 72,4, (D)
sedangkan pada siklus II memperoleh rata-rata kelas 82,6 (B). berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik pada pembelajaran kurikulum merdeka.

Kata Kunci: Problem Based Learning , Hasil Belajar


Abstract

This research began with teacher reflections about the independent elementary school

curriculum. Low student learning outcomes, less varied learning models carried out by teachers

which make students less active in the learning process, learning that is still teacher-centered.

The purpose of this study was to describe the increase in student learning outcomes in learning

using the Problem Based Learning model. This research was carried out using the Problem

Based Learning model in class IV SD Negeri 27 Anak Air with a total of 25 students. The

approach used is a qualitative and quantitative approach. This type of research is classroom

action research (CAR) which is carried out in two cycles, cycle I consisting of 2 meetings, and

cycle II consisting of 1 meeting. Each cycle includes four stages, namely planning,

implementation, observation and reflection. The results of the study showed an increase, in cycle

I it began with the results of the preparation analysis: a) Teaching modules showed an average of

91% (B) and cycle II became 97% (SB), b) implementation of the teacher aspects of cycle I with

an average of 85 .7% (B) and cycle II to 93.7% (SB), while the implementation of aspects of

students cycle I with an average of 79.6% (C) and cycle II to 90.6% (B), c) assessment of student

learning outcomes in cycle I obtained an average of 72.4, (D) while in cycle II obtained a class

average of 82.6 (B). based on these results it can be concluded that using the Problem Based

Learning model can improve student learning outcomes in independent curriculum learning.

Keywords: Problem Based Learning, Learning Outcomes


PENDAHULUAN

Belajar ialah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu peserta
didik. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat
melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, menalar,
mencobakan mengkomunikasikan dan memahami sesuatu. Menurut pendapat Dryden & Vos
(2002, hal. 99) bahwa belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam proses
pendidikan, belajar dipahami merupakan tingkah laku yang didasarkan pada pengalaman-
pengalaman yang telah dialami. Sejalan dengan itu, Ramadhani et al. (2020, hal. 3) berpendapat
bahwa konsep belajar dapat dimaknai dengan suatu proses yang menimbulkan adanya perubahan
sebuah tingkah laku yang baru dan bukan disebabkan oleh sebuah proses kematangan diri,
namun oleh proses alami berdasarkan sebuah pengalaman. Belajar juga diartikan sebagai suatu
aktivitas dalam diri dan pengembangan yang ada dalam pengalaman belajar. Dimana peserta
didik dibawah pengawasan seseorang pengajar dalam rangkaian perubahan terhadap diri. Oleh
karena itu, proses belajar menjadi suatu sorotan paling utama, terkhusus bagi para ahli
pendidikan (Arfani, 2016).

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam sebuah pembelajaran, karena dengan
hasil belajar peserta didik akan memperoleh kemampuan dan memberikan perubahan tingkah
laku pada diri peserta didik, hal dapat dilihat dari berbagi aspek diantaranya aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini sejalan dengan pendapat Paramita & Ariani (2021) hasil
belajar merupakan bagian terpenting dalam belajar karena hasil belajar peserta didik memberikan
perubahan perilaku peserta didik itu sendiri, baik itu dari aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Menurut Aliyyah dan Rusmiati (2021) hasil belajar akan tercermin dari
penguasaan kompetensi peserta didik dan pengalaman belajar yang dipelajari selama proses
pembelajaran.

Proses belajar dapat dikatakan berhasil jika hasil belajar telah memenuhi standar
penilaian yang telah ditetapkan. Hal ini ditegaskankan oleh Peraturan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan bahwa “standar
penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar
dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
belajar yang maksimal maka dalam proses pembelajaran mengutamakan peserta didik untuk
aktif, berfikir kritis dan memiliki daya berfikir tinggi dan mampu mengaitkan pembelajaran
dengan pengalaman yang diperoleh peserta didik dalam kehidupannya.

Berdasarkan observasi peneliti di kelas IV SDN 27 Anak Air pada Semester I tahun
ajaran 2022/2023 tanggal 2 Mei hingga 9 Mei 2023, peneliti menemukan permasalahan yang
terjadi dalam proses pembelajaran baik dari segi guru maupun dari segi peserta didik.
permasalahan dari segi guru adalah : 1) Model atau metode yang digunakan guru kurang variatif,
guru cendrung menggunakan pendekatan teacher centre sehingga kurang memberikan ruang
kepada peserta didik untuk menemukan, mengembangkan serta membangun konsep pada dirinya
sendiri, 2) Perpindahan antara mata pelajaran masih terlihat jelas, 3) Pada Modul ajar guru
mengambil Modul ajar melalui internet tanpa di analisis terlebih dahulu, 4) Modul ajar yang di
gunakan menggunakan metode ceramah serta pendekatan teacher centre, 5) Kurangnya
penggunaan media dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, 6) Saat pembagian kelompok
guru membagi berdasarkan tempat duduk saja.

Permasalahan tersebut harus ditindak lanjuti, jika dibiarkan teberlanjut maka akan
berdampak kurang baik bagi peserta didik kelas IV SDN 27 Anak Air. Cara untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu dengan model pembelajaran yang dapat membangkitkan berfikir
kritis, memiliki daya fikir yang tinggi dan lebih mengutamakan peserta didik yang aktif dalam
pembelajaran yaitu dengan menggunakan model Problem Based Learning .

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model


pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan menghadapkan peserta didik tersebut
berbagai masalah serta menuntut peserta didik mampu memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya. Menurut Slameto (2011:7) model Problem Based Learning merupakan
model pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan nyata peserta didik tujuannya
untuk meransang kemampuan berfikir tingkat tinggi. Hal ini senada dengan pendapat Hosnan
(2014:295) mengemukakan bahwa model Problem Based Learning ialah model pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik sehingga peserta didik
dapat menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan membuat peserta didik lebih
mandiri. Model PBL dapat juga diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan masalah
yang dijumpai peserta didik dalam kehidupan nyata peserta didik untuk berfikir kritis,
keterampilan dalam memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan yang esensial
(Kunandar, 2011).

Pada pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning diawali


dengan kegiatan mengorientasi peserta didik terhadap masalah, mengorganisasi peserta didik
untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, kemudian menampilkan
atau menyajikan hasil karya di depan kelas, serta menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecah masalah. Melalui model pembelajaran ini diharapkan peserta didik lebih aktif, kreatif
dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran dikarenakan model PBL lebih berpusat
pada peserta didik sehingga pembelajaran lebih mandiri, bermakna dan menyenangkan. Pada
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning guru berperan sebagai
fasilitator yang tugasnya mengawasi dan memberikan bimbingan terhadap masalah yang
dihadapi peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik sesuai dengan yang diharapkan.

METODE

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom
Action Research). Penelitian ini cocok digunakan karena kajian penelitian ini bersifat reflektif
sejalan dengan pendapat Kemmis (dalam Wina Sanjaya, 2009:20) mengatakan bahwa” penelitian
tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka”.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 27 Anak Air. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II
bulan Januari s/d Juni tahun ajaran 2022- 2023 di kelas IV D SD Negeri27 Anak Air. Penelitian
ini terdiri dari dua siklus, siklus 1 dengan 2 x pertemuan, siklus 2 dilakukan 1 x pertemuan.
Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas IV D SDN 27 Anak Air dengan
peserta didik berjumlah 25 orang, 13 peserta didik laki laki dan 12 peserta didik perempuan.
Kemudian penelitian ini juga melibatkan guru kelas IV sebagai pengamat atau observer.

Alur dan Prosedur penelitian

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan peneliti menggunakan model siklus yang
dikembangkan oleh Kemmis (Suharsimi, 2008:21) “model siklus ini memiliki empat komponen
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi”.Penelitian ini dilaksanakan dua siklus
yaitu siklus pertama dan kedua.Setelah akhir setiap siklus dilakukan tes hasil belajar.

Instrumen Penelitian

Lembar penilaian Modul Ajar, Lembar observasi pelaksanaan pembel ajaran dari aspek guru dan
aspek peserta didik, lembar soal, jurnal sikap, dan rubrik penilaian keterampilan. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model analisis data
kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar.
Data kualitatif merupakan deskripsi komentar observer terhadap kegiatan guru dan peserta didik
pada saat proses pembelajaran berlangsung dan komentar pengamat terhadap modul ajar yang
dilihat oleh guru atau peneliti (Sugiyono, 2017). Sedangkan data kuantitatif adalah data yang
disajikan dalam bentuk angka-angka, Teknik analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil
belajar peserta didik yaitu aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan seperti yang dikemukan
oleh Kemendikbud (2018) sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria taraf keberhasilan, dapat ditentukan sebagai berikut :

Peringkat Nilai

Amat Baik (AB)

Baik (B)

Cukup (C)

Kurang (K)

Hasil

Siklus I

Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan modul ajar terlebih dahulu


menggunakan model Problem Based Learning disusun dalam bentuk modul ajar, lembar
penilaian, lembar pengamatan pelaksanaan menggunakan model Problem Based Learning
(aktivitas guru dan peserta didik ), LDK dan lembar penilaian hasil belajar peserta didik.
Penyusunan modul ajar berdasarkan pada program semester II kurikulum merdeka sesuai dengan
waktu penelitian berlangsung.

Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I berpedoman pada langkah-langkah model


Problem Based Learning meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah PBL yaitu: 1) orientasi peserta
didik terhadap masalah, 2) mengorganisasi peserta didik untuk belajar, 3) membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecah masalah.

Pengamatan
Kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan I dan 2 di amati oleh observer, sedangkan
untuk proses pembelajaran di laksanakan oleh peneliti sebagai guru (Praktisi). Guru kelas
(observer) mengamati jalannya pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem
Based Learning dalam tiga aspek yaitu lembar pengamatan modul ajar, lembar pengamatan
aktivitas guru dan lembar pengamatan aktivitas peserta didik Penilaian modul ajar siklus I
pertemuan I memperoleh skor 32 dengan skor maksimal 36 dan persentase 88% dengan
kualifikasi Baik (B). Pada siklis I pertemuan 2 memperoleh skor 33 dengan skor maksimal 36
dan persentase 91,6% dengan kualifikasi Sangat Baik (SB). Dengan demikian, penilaian modul
ajar pada siklus I memperoleh rata-rata 89,8% dengan kualifikasi Baik (B). Pengamatan pada
aktivitas guru pada siklus I pertemuan I memeroleh skor 27 dengan skor maksimal 32 dan
persentase 84,3% dengan kualifikasi Baik (B). Pada siklus I pertemuan 2 memperoleh skor 28
dengan skor maksimal 32 dan persentase 87,5% dengan kualifikasi Baik (B). Dengan demikian,
penilaian aktivitas guru pada siklus I memperoleh rata-rata 85.9%. dengan kualifikasi Baik (B).
Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik pada siklus I pertemuan I memperoleh skor 24
dengan skor maksimal 32 dan persentase 75% dengan kualifikasi Cukup (C). Pada siklus I
pertemuan 2 memperoleh skor 27 dengan skor maksimal 32 dan persentase 84,3% dengan
kualifikasi Baik (B). Pengamatan hasil belajar peserta didik pada siklus I pertemuan I di
dapatkan dari nilai rata-rata gabungan nilai pengetahuan dan keterampilan. Nilai rata-rata
pengetahuan di peroleh 68 dan nilai rata-rata keterampilan di peroleh 70, sehingga di dapat nilai
ratarata gabungan 69. Hasil belajar peserta didik pada siklus I pertemuan 2 adalah memperoleh
nilai rata-rata pengetahuan sebesar 76,8 dan nilai rata-rata keterampilan diperolehh 83,3,
sehingga di dapat nilai rata-rata gabungan 80,05. Dengan demikian, pengamatan hasil belajar
peserta didik pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 74,52% dengan kualifikasi Kurang (D).

Siklus II

Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan modul ajar terlebih dahulu


menggunakan model Problem Based Learning disusun dalam bentuk modul ajar, lembar
penilaian, lembar pengamatan pelaksanaan menggunakan model Problem Based Learning
(aktivitas guru dan peserta didik ), LKDK dan lembar penilaian hasil belajar peserta didik.
Penyusunan modul ajar berdasarkan pada program semester II kurikulum merdeka sesuai dengan
waktu penelitian berlangsung.

Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berpedoman pada langkah-langkah model


Problem Based Learning meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah PBL yaitu: 1) orientasi peserta
didik terhadap masalah, 2) mengorganisasi peserta didik untuk belajar, 3) membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5)
menganlisis dan mengevaluasi proses pemecah masalah. Pengamatan Pengamatan terhadap
modul ajar siklus II memperoleh skor 34 dengan skor maksimal 36 dan memperoleh persentase
sebesar 94% dengan kualifikasi Sangat Baik (SB). Pengamatan terhadap aktivitas guru pada
siklus II memperoleh skor 30 dengan skor maksimal 32 dan memperoleh persentase sebesar
93,7% dengan kualfikasi Sangat Baik (SB). Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik pada
siklus II memperoleh skor 29 dengan skor maksimal 32 dan memperoleh persentase sebesar
90,6% dengan kualifikasi Baik (B).

Pengamatan

Hasil belajar peserta didik pada siklus II juga di dapatkan dari nilai rata-rata gabungan
nilai pengetahuan dan nilai keterampilan. Nilai rata-rata pengetahuan di peroleh 82,6 dan nilai
rata rata keterampilan di peroleh 87,5, sehingga di dapatkan ratarata gabungan 85.05

PENUTUP

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian pengamatan modul ajar siklus I


pertemuan 1 diperoleh Penilaian modul ajar siklus I pertemuan I persentase 88% dengan
kualifikasi Baik (B). Pada siklus I pertemuan 2 memperoleh persentase 91,6% dengan kualifikasi
Sangat Baik (SB). Dengan demikian, penilaian modul ajar pada siklus I memperoleh rata-rata
89,8% dengan kualifikasi Baik (B). Kemudian meningkat pada siklus II menjadi 94%. Hasil
pengamatan pelaksanaan aspek guru pada siklus I pertemuan 1 memperoleh presentase 84,3%
dengan kualifikasi Baik (B). Pada siklus I pertemuan 2 memperoleh persentase 87,5% dengan
kualifikasi Baik (B). Dengan demikian, penilaian aktivitas guru pada siklus I memperoleh rata-
rata 85.9%. Kemudian meningkat pada siklus II menjadi 93,7% dengan kualifikasi Sangat Baik
(SB) Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik pada siklus I pertemuan I memperoleh
persentase 75% dengan kualifikasi Cukup (C). Pada siklus I pertemuan 2 memperoleh persentase
84,3% dengan kualifikasi Baik (B). Dengan demikian, penilaian terhadap aktivitas peserta didik
pada siklus I memperoleh rata-rata 79,65% dengan kualifikasi Cukup (C). Kemudian meningkat
pada siklus II menjadi 90,6%. Hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran model Problem
Based Learning di kelas IV SDN 27 Anak Air pada siklus I pertemuan I memperoleh nilai rata-
rata 69 dengan kualifikasi Kurang (D) lalu meningkat pada siklus I pertemuan 2 menjadi 80.05
dengan kualifikasi Cukup (C) kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85.05
dengan kualifikasi Baik (B).
DAFTAR RUJUKAN

Kemendibud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013.Jakarta:


Kemendikbud.

Arikunto, Suharsimi.(2015). Dasar- dasar Evauasi Pendidikan Edisi Kedua.Jakarta: Bumi Aksara

Adetya, Oklin & Desyandri. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Tematik Terpadu Menggunakan
Model Problem Based Learning (PBL) di Sekolah Dasar. E-journal Pembelajaran
Inovasi, Jurnal Ilniah Pendidikan Dasar 7(12), 1- 13.http://ejournal.unp.ac.id/student
s/index.php/pgsd Anggito, Albi & Johan

Setiawan.(2018).Metodologi Penelitian Kualitatif.Sukabumi. Tim CV Jejak Arikunto,


Suharsimi.(2015). Dasar- dasar Evauasi Pendidikan Edisi Kedua.Jakarta: Bumi Aksara
Arifin, Zainal. (2014). Evaluasi Pembelajaran.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI

Aryani, Desti & Yetti Ariani.(2020). Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar
Penaksiran Operasi Hitung Bilangan Kelas IV.Journal of Basic Education Studies,
3(2)http://ejurnaunsam.id/article

Astuti, Suhandi dan Reza Yuafian.(2020) Peningkatan Hasil belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jurnal Riset Pendidikan Dasar. 03(1) 17-
24 https://doi.org.10.26618/jrpd.v3i1.3216

Anda mungkin juga menyukai