Lap 9B
Lap 9B
PRAKTIKUM
JUDUL :
IDENTIFIKASI ASAM AMINO DAN GUGUS FUNGSI
Disusun Oleh :
Kelompok :9
Kelas :B
Tanggal Praktikum : 22 September 2022
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mengetahui cara mengidentifikasi asam amino dan gugus fungsi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kerja dari identifikasi gugus fungsi
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan identifikasi asam amino gugus fungsi
berdasarkan karakteristik tersebut.
b) Ikatan Disulfida : Ikatan ini merupakan ikatan kovalen yang kuat dan
memiliki energi yang tinggi. Ikatan ini terbentuk dari dua residu sistein.
Beberapa ikatan yang dapat terbentuk adalah :
a) α -heliks
b) β-Sheet
Struktur ini berbentuk lembaran di mana aka nada ikatan hidrogen yang
terlibat. Struktur ini akan terbentuk saat adanya ikatan hidrogen antara
hidrogen dari suatu asam amino dengan oksigen karbonil dari asam amino
yang lain. Pada β-Sheet terdapat lebih dari satu rantai peptide yang hampir
seluruhnya diperpanjang. Rantai yang berdekatan di β-Sheet akan dapat
berupa paralel maupun antiparallel. Itu semua bergantung pada apakah
ikatan amino dengan peptida karbonil berjalan dalam arah yang sama atau
berlawanan.
c) Triple Helix
Ketika atom hidrogen bertemu dengan atom lain yang memiliki pasangan
elektron bebas seperti nitrogen ataupun oksigen, maka hidrogen yang
kekurangan elektron akan mendekati pasangan elektron bebas dan
mengadakan interaksi yang disebut dengan ikatan hidrogen. Hal itu dapat
diilustrasikan pada gambar berikut.
d. Ikatan Hidrofobik
Rantai non polar dari asam amino netral pada protein cenderung bersekutu.
Persekutuannya tidak ber stoikiometri dan tetap memegang peranan penting
dalam mempertahankan struktur protein.
e. Ikatan Elektrostatik
Ikatan elektrostatik adalah ikatan yang dapat terbentuk apabila terdapat
gugus asam, amino yang berada di dekat gugus karboksil.
2.4 Senyawa Organik dan Gugus Fungsi
1. Senyawa Organik
Senyawa organik merupakan senyawa kimia yang molekulnya mengandung
karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. Senyawa organik
seperti protein, lemak dan karbohidrat merupakan komponen penting dalam
biokimia. Dan senyawa organik termasuk golongan terbesar di senyawa
kimia. Sifat senyawa organik memiliki fungsi yang diantaranya; Titik didih
dan titik lebur yang dimiliki senyawa organik relatif rendah, senyawa
organik ketika dipanaskan akan mudah terurai dan berbuah strukturnya,
sukar larut dalam pelarut seperti air, titik didih dan titik lebur yang dimiliki
senyawa organik relatif rendah. Karbon dioksida hasil pembakaran senyawa
organik dapat mengeringkan air kapur.
Jenis-jenis senyawa organik :
a. Senyawa Alifatik
Senyawa alifatik adalah senyawa organik yang hanya mengandung
hidrogen dan karbon saja. Ikatan antara dua karbon dapat sangat
beragam dan bervariasi. Contoh senyawa dari golongan alifatik
yaitu etena, etana, dan asetilena.
b. Senyawa Alisiklik
Senyawa alisiklik membentuk bagian cincin pada strukturnya.
Cincin ini membentuk ikatan tunggal yang berada pada dua atom
karbon. Cincin tersebut diberikan nama sesuai dengan ikatannya,
seperti siklopentana untuk lima cincin karbon, sikloheksana untuk
enam cincin karbon.
c. Eter
Eter merupakan jenis senyawa organik yang mempunyai ciri khas
bau yang banyak. Eter terdiri dari atom oksigen yang terhubung
dengan dua atom karbon.
d. Aldehid
Aldehid adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi OH,
gugus ini berkaitan dengan atom karbon yang ada di dalam
rantainya. Jenis-jenis aldehida diantaranya asetaldehida dan
formaldehida.
e. Keton
Keton merupakan senyawa organik yang mengandung oksigen dan
berikatan dengan atom karbon dalam ikatan rangkap, yaitu C = O
dalam suatu molekul. Beberapa jenis yang termasuk dalam keton
seperti sukrosa, glukosa, aseton dan fruktosa.
f. Amina
Amina adalah senyawa yang menjadi sifat dasar dan memiliki
bagian yang bernama amonia. Senyawa organik ini terkenal
memiliki manfaat sebagai pewarna yang mampu memberikan warna
obat, indikator pada proses titrasi, dan lainnya.
g. Alkohol
Alkohol adalah molekul dengan gugus -OH yang memiliki kaitan
dengan atom karbon secara langsung. Biasanya alkohol digunakan
sebagai pelarut karena memiliki polaritas yang tinggi, tetapi tidak
seluruh jenis alkohol dapat digunakan karena sifat volatilitasnya.
h. Asam Organik
Asam organik terdiri dari asam sitrat, asam perkhlorat, dan asam
tartarat. Jenis senyawa organik ini padat dan juga keasaman dari
asam organik tidak sekuat dengan asam anorganik.
i. Ester
Ester adalah jenis molekul pembentuk minyak dan lemak,
contohnya minyak mustard, dan minyak wijen. Baik minyak
maupun lemak memiliki struktur yang panjang dan rentan terhadap
oksidasi saat dalam keadaan terbuka dengan rentang waktu yang
cukup lama.
j. AsamAmino
Asam amino merupakan senyawa organik yang terdiri dari gugus
amina dan gugus karboksilat. Berperan dalam membantu
memelihara keseimbangan tubuh dengan membentuk protein karena
di dalam tubuh manusia memiliki banyak asam amino.
2. Gugus Fungsi
Gugus fungsi adalah atom atau kelompok atom dengan susunan
tertentu yang menentukan struktur dan sifat suatu senyawa. Senyawa yang
mempunyai gugus fungsi yang sama dikelompokkan ke dalam golongan
yang sama. Gugus fungsi tersebut merupakan bagian yang paling reaktif
Jika senyawa tersebut bereaksi dengan senyawa lain. Gugus fungsi
mempunyai beberapa macam ikatan, yaitu ikatan tunggal, ikatan rangkap
dua dan ikatan rangkap tiga. Ikatan tunggal C-C dan C-O dalam senyawa
organik biasanya tidak reaktif karena non polar. Ikatan rangkap dua dan
ikatan rangkap tiga yang menghubungkan atom-atom karbon juga dianggap
gugusan fungsional, sebab lebih reaktif daripada ikatan tunggal C-C
(Prasojo, 2010).
Gugus fungsi terdapat bermacam-macam bentuk diantaranya yaitu
alkil halida, eter, ester, keton, alkohol dan aldehid. Alkohol merupakan
senyawa hidrokarbon dengan satu atom H yang disubtitusikan gugus –OH.
Keton dan Aldehid merupakan senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil. Perbedaan gugus fungsi dapat mempengaruhi sifat fisik dan sifat
kimia suatu senyawa. Aldehid dan keton yang mempunyai bau yang khas,
yaitu aldehid berbau menyengat dan keton berbau harum (Fessenden, 1982).
Gugus fungsi tertentu memberikan gejala yang khas jika direaksikan dengan
pereaksi tertentu. Gugus fungsi menjadi ciri suatu kelompok senyawa dan
dapat dikenali dengan pereaksi pengenalnya. Beberapa pereaksi pengenal
gugus fungsi yang pertama yaitu, pereaksi air brom. Pereaksi brom
menunjukkan bahwa senyawa organik sebagai senyawa tak jenuh. Pereaksi
ini memberikan tanda yaitu hilangnya warna coklat dari Brom (Br 2) apabila
positif mengandung ikatan rangkap pada suatu senyawa organik. Pereaksi
yang kedua yaitu, pereaksi logam Na. Pereaksi logam Na menunjukan
adanya gugus –OH pada suatu senyawa organik dengan ditandai oleh
timbulnya gelembung gas H2. Tanda tersebut berarti senyawa tidak
memiliki gugus –OH. Pereaksi yang ketiga yaitu, pereaksi fehling. Pereaksi
ini mengandung ion Cu2+ (berwarna biru transparan), yang menunjukkan
adanya gugus aldehid (-CHO) oleh timbulnya endapan Cu2O berwarna
merah bata. Pada reaksi ini, gugus aldehid mereduksi ion Cu 2+ menjadi ion
Cu+ (Hoffman, 2004).
6. Tes Sulfida
Tes Sulfida adalah uji unsur S, dan uji ini dilakukan bertujuan untuk
menunjukkan adanya asam amino yang mengandung unsur S ,prinsipnya
adalah sulfida pada asam amino apabila direaksikan pada larutan PB asetat
maka akan membentuk yaitu pbs. Langkah pertama yang harus dilakukan
yaitu siapkan tabung reaksi dan diisi dengan sampel putih telur 10 tetes,
lalu tambahkan NaOH 40% dengan volume yang sama 10 tetes (1:1),
panaskan 1 menit sampai mendidih, lalu tambahkan Pb asetat 5 tetes, setelah
itu amatilah perubahan warna yang terjadi.
7. Pengendapan protein
Larutan protein dalam air dengan pengaruh berbagai macam
penambahan garam, asam, atau basa dan pelarut lain akan mempengaruhi
kelarutan tersebut. Adanya perbedaan kelarutan dapat disebabkan oleh
terbentuknya suatu senyawa kompleks yang tidak larut dalam air,
berubahnya struktur protein sehingga mempengaruhi kelarutan atau adanya
perbedaan sifat dari pelarut lain yang ditambahkan. Pengendapan protein ini
digunakan untuk memisahkan antara asam amino satu dengan asam amino
yang lain. Pengendapan protein pada praktikum ini dilakukan dengan 3 cara
kerja. Dimana pada cara kerja pertama, susu atau sampel protein dicampur
menggunakan beberapa jenis asam seperti asam pikrat yang menyebabkan
larutan berwarna kuning tidak memiliki endapan, asam fosfowolframat
yang menyebabkan larutan berwarna biru dan tidak memiliki endapan serta
asam fosfomolibdat yang menyebabkan larutan berwarna biru muda
memiliki endapan.
Dilanjutkan dengan cara kerja yang kedua dimana dibedakan
menjadi 2 set tabung. Pada set 1 , ditambahkan CuSO4 dan NaOH pada susu
dan terjadi perubahan warna jadi biru pastel dan terjadi perubahan warna
menjadi ungu pada NaOH. Selanjutnya ialah set yang ke-2 ditambahkan
larutan dan serbuk NaCl pada masing-masing protein dan hasilnya sama-
sama tidak terjadi perubahan warna. Dan yang terakhir ialah cara kerja yang
ke-3 dimana masing-masing 3 tabung yang diisi sampel susu ditambahkan
feri klorida menjadi putih kekuningan warnanya, ditambahkan kupri sulfat
warnanya berubah jadi putih kebiruan dan banyak endapan. Serta yang
terakhir ditambahkan plumbo asetat yang menyebabkan warna larutan putih
sedikit jernih dan ditemukan sedikit endapan.
8. Denaturasi Protein
Pertama, menyiapkan sampel protein berupa putih telur pada dua
tabung reaksi. Kemudian memanaskan tabung 1 sampai terdapat endapan
putih melayang. Selanjutnya, menambahkan etanol atau aseton pada
tabung dua sampai membentuk sedikit endapan putih melayang.
9. Tes Schiff
Tes schiff dilakukan untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid
alifatis dengan menggunakan pereaksi/reagen Schiff. Langkah kerja yang
dilakukan pertama adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Langkah selanjutnya, ambil 2 tabung reaksi. Lalu tambahkan
larutan glukosa pada tabung reaksi A dan tambahkan formalin pada tabung
reaksi B. Selanjutnya, tambahkan pereaksi schiff pada masing masing
tabung sebanyak 1-2 tetes. Selanjutnya homogenkan campuran pada masing
masing tabung reaksi. Langkah terakhir yaitu mengamati perubahan yang
terjadi dan catat dalam data.
10. Tes Tollens
Untuk melakukan Tes Tollens yang pertama adalah dengan
menyediakan tabung reaksi bersih yang diisi dengan larutan formalin.
Setelah tabung reaksi terisi dengan formalin tambahkan 4-5 tetes pereaksi
Tollens yang telah disediakan. Pereaksi Tollens dibuat dengan mereaksikan
larutan perak nitrat dengan amonium hidroksida berlebihan, sehingga yang
mula-mula terjadi larut. Homogenkan campuran setelah penetesan Pereaksi
Tollens, lalu panaskan. Amati perubahan, tak lupa catat hasil dalam data.
11. Tes Fehling
Tes Fehling dilakukan dengan mencampurkan larutan Fehling A dan
Fehling B pada gelas beaker terlebih dahulu dengan perbandingan 1:1
hingga campuran Fehling berwarna biru tua. Selanjutnya menyiapkan
tabung reaksi bersih dan isi dengan larutan formalin, lalu tambahkan
campuran larutan fehling yang telah dicampurkan sebelumnya.
Homogenkan campuran dan selanjutnya panaskan hingga berubah warna,
dan amatilah perubahan warna yang terjadi.
12. Tes Benedict
Langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan uji benedict
yaitu, pertama-tama siapkan Tabung reaksi dan diisi dengan formalin 10
tetes, lalu tambahkan pereaksi benedict 10 tetes sama banyak atau
perbandingan 1:1, panaskan sampai berubah warna, dan amati perubahan
warna tersebut.
13. Tes Rothera
Tes Rothera adalah tes yang dilakukan menggunakan aseton, Tes
Rothera pada praktikum ini dilakukan dengan menyiapkan 2 tabung reaksi
bersih dan tabung reaksi 1 diisi dengan aseton dan tabung reaksi 2 diisi
dengan formalin. Selanjutnya kedua tabung ditambahkan dengan larutan
nitroprussid, amonium klorida, dan amonia. Amati perubahan yang terjadi
pada larutan.
14. Identifikasi Ester Alifatis
Identifikasi ester alifatis atau bisa disebut dengan esterifikasi,
Langkah pertama untuk melakukan tes ini adalah menyediakan dua tabung
reaksi. Kemudian mengisi tabung 1 dengan asam asetat dan tabung 2 dengan
asam benzoat. Menambahkan etanol pada masing-masing tabung dan
homogenkan. Menambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat lewat dinding
tabung dan diamkan sebentar. Memanaskan tabung reaksi. Selanjutnya
menganalisis bau yang terbentuk dan bandingkan antara tabung 1 dengan
tabung 2. Mencatat hasil pada data.
V. DATA PENGAMATAN
1. Tes Ninhidrin
No. Perlakuan Hasil
3. Tes Xanthoprotein
4. Tes Molisch
No Perlakuan Hasil
7. Pengendapan Protein
Cara Kerja I
Tabung Tambahkan sampel protein (susu) lalu Larutan berwarna biru dan
2 tambahkan asam fosfowolframat tidak memiliki endapan
Cara Kerja II
a. Set 1
8. Denaturasi Protein
9. Tes Schiff
2. Tabung kedua isi dengan Tollens A Tabung kedua menjadi hitam bintik-
dan Tollens B (1:1) lalu formalin. bintik hampir tidak pekat.
No Perlakuan Hasil
1. Tabung 1 diisi dengan asam asetat, Bau yang timbul menyengat dan
lalu ditambahkan etanol dan tidak sedap
tambahkan 2-3 tetes asam sulfat
pekat melalui dinding tabung.
Kemudian panaskan dan analisa bau
yang terbentuk.
2. Tabung 2 diisi dengan asam Bau yang timbul lebih manis dan
benzoat, lalu ditambahkan etanol tidak menyengat
dan tambahkan 2-3 tetes asam sulfat
pekat memlalui dinding tabung.
Kemudian panaskan dan analisa bau
yang terbentuk
VI. PEMBAHASAN
1. Tes Ninhidrin
Tes Ninhidrin merupakan tes yang digunakan untuk menunjukkan
adanya asam amino dalam zat yang diuji. Dalam uji ini digunakan larutan
ninhidrin untuk mendeteksi semua jenis asam amino. Ninhidrin juga
merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mendeteksi gugus amina
dalam molekul asam amino.
2. Tes Biuret
Tujuan dari tes biuret adalah untuk mengetahui ada tidaknya ikatan peptida
dalam sampel yang diujikan. Pada tes ini, digunakan pereaksi NaOH encer
dan CuSO₄ untuk membuat larutan berada dalam suasana basa. Dalam uji
ini tidak dilakukan pemanasan karena CuSO₄ apabila dipanaskan akan
membentuk kristal dan mengakibatkan ikatan peptida rusak sehingga tidak
bisa dideteksi. Peptida yang mempunyai dua buah ikatan peptida atau lebih
bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan akan membentuk suatu
senyawa kompleks berwarna biru ungu (Poedjiadi, 1994). Protein yang
mempunyai ikatan peptida sebanyak dua buah atau lebih akan berwarna
ungu. Warna ungu terjadi karena kompleks ikatan peptida dengan
tembaga, semakin banyak ikatan peptida maka semakin pekat warna ungu
yang terbentuk (Lehninger, 1993).
Ikatan peptida merupakan ikatan yang menggabungkan asam-asam amino
menghasilkan suatu dipeptida dengan melepaskan air. Penggabungan
memerlukan banyak energi, sedang untuk hidrolisis praktis tidak
memerlukan energi. Gugus karboksil pada asam amino dapat dilepaskan
dengan proses dekarboksilasi dan menghasilkan suatu amina. Sifat peptida
dapat ditentukan oleh gugus -NH, -COOH dan R. Intensitas perubahan
warna yang terjadi tergantung pada konsentrasi protein yang diuji. Pada
hasil praktikum, didapatkan hasil yang sedikit berbeda. Pada sampel
protein susu terjadi perubahan warna menjadi violet/ungu. sedangkan
ppada sampel protein terjadi perubahan warna menjadi ungu tua. Data
pengamatan ini menunjukkan bahwa sampel tersebut memiliki ikatan
peptida.
3. Tes Xanthoprotein
Tes xanthoprotein merupakan tes khusus untuk protein yang
mengandung asam amino dengan gugus fenil, seperti fenilalanin, tirosin.
Reaksi pada tada tes ini terjadi pada saat dimasukkan HNO₃ pekat pada
sampel susu. Tes ini khusus untuk mendeteksi protein yang mengandung
asam amino dengan gugus fenil. Protein yang mengandung residu asam
amino dengan radikal fenil dalam struktur kimianya jika ditambahkan
dengan asam nitrat pekat akan terbentuk gumpalan berwarna putih. Hal
tersebut dikarenakan albumin yang mengandung protein mengalami
pemutusan ikatan peptida karena gugus -COOH dan -NH2 lebih tertarik
dengan gugus H dan NO3 - dari HNO3. Pada pemanasan, warna gumpalan
putih tersebut akan berubah menjadi warna kuning, yang akhirnya berubah
menjadi jingga jika ditambahkan larutan basa (amonia). Dari percobaan
yang telah dilakukan oleh kelompok kami diperoleh hasil larutan yang
menjadi warna jingga. Adanya perubahan warna ini mengindikasikan hasil
positif bahwa sampel protein yang diuji mengandung gugus fenil di
dalamnya.
4. Tes Molisch
Tes Molisch merupakan tes umum terhadap adanya karbohidrat
sehingga dapat digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi protein
yang berikatan dengan karbohidrat. protein majemuk oleh pengaruh asam
sulfat akan terhidrolisis menjadi protein sederhana dan karbohidrat.
Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah pertama-tama karbohidrat
terhidrolisis oleh H2SO4 pekat menjadi monosakarida kemudian
monosakarida tersebut masih dengan H2SO4 terkondensasi membentuk
furfural yang kemudian bereaksi dengan alfa naftol sehingga membentuk
senyawa kompleks ungu (cincin ungu).
Hasil percobaan uji molisch yang telah dilakukan menggunakan
sampel susu adalah negatif atau tidak mengandung karbohidrat. Uji
dikatakan positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi
antara furfural dan hidroksi metil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi
molisch. jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara
furfural atau hidroksi metil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi
molish. Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam
sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil
furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa furfural.
6. Tes Sulfida
Tes sulfida merupakan tes khusus untuk protein yang mengandung
asam amino metionin dan sistein. Apabila terjadi endapan berwarna merah
dan ada perubahan warna menjadi warna coklat kehitaman maka
menunjukkan hasil tersebut positif dan mengandung sulfur.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan sebelumnya, digunakan
sampel putih telur dan setelah ditambahkan NaOH pada sampel dan
dipanaskan setelah itu ditambahkan Pb Asetat terjadi perubahan warna
yaitu coklat kehitaman. Hal ini menunjukkan hasil tersebut positif adanya
asam amino yang mengandung gugus sulfida.
7. Pengendapan Protein
Tujuan dari percobaan pengendapan protein adalah untuk
melakukan pemisahan terhadap satu asam amino dengan asam amino
lainnya. Pada pelaksanaannya, pengendapan protein dapat dilakukan
melalui 5 metode yaitu, pengendapan dengan garam, pengendapan dengan
asam basa berdasarkan titik isoelektrik, pengendapan dengan pelarut
organik, pengendapan dengan logam berat, dan pengendapan dengan asam
mineral kuat.
Hasil dan pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut :
a) Pengendapan protein dengan alkaloid reagensia
Alkaloid reagensia adalah reagensia yang dipakai untuk
mengendapkan larutan alkaloid. Contoh alkaloid reagensia adalah asam
pikrat, asam fosfowolframat, dan asam fosfomolibdat. Reagen ini juga
digunakan untuk pengendapan protein.
b ) Pengendapan Protein dengan Garam
Prinsip dari presipitasi menggunakan garam adalah ketika kita
menambahkan garam dengan konsentrasi tinggi ke dalam suatu larutan
protein, maka konsentrasi molekul air pada larutan protein akan berkurang
dan protein akan mengendap. Konsentrasi molekul air menurun dengan
tujuan untuk menjaga stabilitas protein. Indikasi keberhasilan percobaan
presipitasi dengan garam adalah dengan adanya perubahan warna pada
larutan protein menjadi ungu atau biru setelah ditambahkan garam. Pada
percobaan praktikum yang telah dilakukan, susu apabila ditambahkan
kupri sulfat dapat berubah jadi biru muda, sedangkan susu yang ditambah
larutan NaCl menghasilkan endapan berwarna putih. Dan jika diberi
serbuk NaCl juga muncul endapan berwarna putih. Jadi kesimpulannya
adalah susu mengandung protein
c) Pengendapan dengan Logam Berat
Prinsip dari presipitasi dengan logam berat adalah ketika kita
menambahkan logam berat ke dalam larutan protein, maka anion negatif
yang terdapat pada protein dapat berikatan dengan kation dari logam berat
yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya pengendapan. Gugus -
COOH dan gugus -NH2 yang terdapat pada protein dapat berikatan dengan
ion logam berat yang dimana akan menimbulkan reaksi berupa
pembentukan endapan logam proteinat yang tidak larut. Ion-ion logam
yang dapat mengendapkan protein adalah Ag, Ca, Zn, Hg, Fe, Cu, dan Co.
Pada percobaan, dilakukan penambahan FeCl3, menghasilkan endapan
putih. Dibandingkan dengan susu yang ditambah kupri sulfat
menghasilkan warna biru muda serta ditemukan endapan. Sehingga
menyatakan bahwa susu mengandung protein.
8. Denaturasi Protein
Denaturasi protein bermaksud untuk merusak molekul protein
dengan memutuskan ikatan hidrogen dan ikatan hidrofobik pada protein.
Denaturasi merupakan situasi dimana struktur sekunder dan tersier dari
protein mengalami perubahan, tetapi tidak terjadi perubahan pada struktur
primernya. Penyebab dari denaturasi protein adalah kenaikan suhu,
penambahan asam kuat, dan penambahan pelarut organik. Pemanasan
menyebabkan denaturasi karena jika suhu mengalami kenaikan maka
energi kinetik juga akan meningkat yang menyebabkan molekul bergerak
dalam kecepatan yang tinggi sehingga menyebabkan terputusnya ikatan
hidrogen. Hal ini menyebabkan protein menjadi menggumpal dan
mengendap. Saat asam kuat ditambahkan, struktur dari protein menjadi
berantakan karena jembatan garam pada protein terputus akibat asam yang
mengandung muatan ionik. Denaturasi juga dapat terjadi karena
penambahan pelarut organik yang menyebabkan pemutusan ikatan
hidrogen intramolekul pada rantai samping protein yang dan akan
terbentuk ikatan hidrogen baru antara pelarut organik dengan rantai
samping protein. Pada percobaan praktikum, setelah pemanasan
menghasilkan endapan berwarna putih melayang. Saat penambahan
etanol/aseton juga menghasilkan endapan berwarna putih melayang.
9. Tes Schiff
Tes schiff digunakan untuk menunjukkan adanya gugus fungsi
aldehid. Pereaksi Schiff digunakan untuk menunjukan adanya gugus
aldehid alifatik. Pada prinsipnya, reagen schiff akan memberi warna
merah-ungu ketika bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus
aldehid alifatik. Pada uji schiff digunakan dua sampel larutan yaitu larutan
glukosa dan larutan formalin yang nantinya akan ditambahkan pereaksi
schiff. Pada uji schiff, formalin mengandung gugus aldehid alifatik
ditandai dengan perubahan warna mejadi merah sampai ungu, sedangkan
glukosa tidak mengandung gugus aldehid alifatik karena tidak terjadi
perubahan warna. Akan tetapi pada praktikum kelompok kami pada tes
schiff tidak terjadi perubahan warna pada uji schiff yang mengandung
larutan formalin. Hal tersebut dapat terjadi karena menghomogenkan
larutan formalin yang telah ditambahkan pereaksi dengan cara yang tidak
sesuai, kesalahan perhitungan perbandingan antara larutan formalin
dengan pereaksi schiff.
Sumber : monruw.wordpress.com
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dalam praktikum,
terjadi perubahan larutan fehling setelah ditetesi dan dipanaskan, yang
semula larutan berwarna biru berubah menjadi hijau dan lama-lama
berwarna hitam. Karena tidak terlalu yakin dengan hasil yang diperoleh,
dilakukan percobaan kembali. Percobaan kedua didapatkan warna larutan
hijau dan memiliki endapan berwarna merah bata. Dengan hasil yang telah,
maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan positif merupakan
gugus aldehid, dan kegagalan percobaan yang sebelumnya terjadi diduga
akibat volume larutan yang terlalu sedikit saat percobaan.
VII. KESIMPULAN
Dalam praktikum Identifikasi asam amino terdapat beberapa percobaan
yang telah dilakukan. Percobaan tersebut adalah identifikasi asam amino,
denaturasi protein, dan identifikasi gugus fungsi lain.
1. Tes Ninhidrin merupakan tes yang digunakan untuk menunjukkan adanya
asam amino dalam zat yang diuji dan apabila pada percobaan, warna yang
dihasilkan mengalami perubahan menjadi warna biru/ungu hal tersebut
menunjukkan bahwa hasil tersebut positif, dan pada percobaan kali ini
digunakan sampel berupa susu, dan juga putih telur ternyata sama-sama
mengalami perubahan warna yaitu menjadi ungu dimana hasil tersebut
positif.
2. Tes Biuret
Tes biuret bertujuan untuk menguji adanya ikatan peptida. Pada sampel
protein menunjukkan dengan adanya perubahan warna merah-ungu
apabila hasilnya positif. Semakin nyata warna ungu dari sampel maka
semakin banyak ikatan peptida yang terdapat di dalam sampel. Hasil
percobaan yang ada dapat berbeda dengan literatur yang ada. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, misalnya konsentrasi yang tidak sesuai atau
masih bercampurnya dengan larutan dengan zat lain.
3. Tes Xanthoprotein
Pada tes xanthoprotein digunakan untuk menunjukkan adanya
asam amino terosin, fenilalanin, dan triptofan dalam protein. Pada
percobaan kali ini sampel protein yang digunakan yaitu putih telur. Ketika
sampel putih telur ditambahkan larutan asam nitrat pekat berubah warna
menjadi kuning pada saat pemanasan. Selanjutnya, ditambahkan amonia
yang menyebabkan larutan berubah warna menjadi jingga. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel protein yang digunakan yaitu
putih telur memberikan hasil yang positif.
4. Tes Molisch
Tes Molisch umumnya bertujuan untuk mengetahui adanya
karbohidrat dengan menggunakan pereaksi Molisch. Hasil Tes Molisch
dikatakan positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan
kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol
dalam pereaksi molisch. Dari hasil uji yang telah kami dapatkan, susu yang
kami gunakan sebagai sampel ini tidak mengandung karbohidrat atau
negatif. Ditandai dengan hasil uji mengalami perubahan warna menjadi
endapan merah muda dan putih dengan warna hitam bening pada bagian
bawahnya.
5. Tes Hopkin’s Cole
Tes Hopkins cole memiliki tujuan untuk mengidentifikasi asam
amino triptofan, sehingga apabila percobaan mendapatkan hasil positif,
maka sampel tersebut mengandung asam amino triptofan. Dari hasil yang
didapatkan muncul endapan dan warna keungu-unguan pada larutan dalam
tabung reaksi, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel protein yang
digunakan mengandung asam amino triptofan
6. Tes Sulfida
Tes sulfida ini dilakukan bertujuan untuk menunjukkan adanya
asam amino yang mengandung unsur S. Pada percobaan kali ini sampel
yang digunakan yaitu putih telur, ketika dilakukan prosedur sampel ini
mengalami perubahan warna yaitu menjadi warna coklat kehitaman,
dimana sesuai pada teori jika warna yang dihasilkan menjadi warna hitam
atau coklat kehitaman.
7. Pengendapan Protein
Tes ini bertujuan untuk memisahkan antara asam amino yang satu dengan
asam amino yang lainya. Dilakukan dengan 3 cara yaitu pengendapan
dengan alkaloid reagensia dimana yang dipakai adalah asam pikrat, asam
fosfowolframat dan asam fosfomolibdat. Dimana masing-masing terjadi
perubahan ada tidaknya endapan. Kemudian cara yang kedua yaitu
pengendapan protein dengan garam. Dimana menggunakan larutan NACl
dan bubuk NACl. Ditemukan perubahan warna yaitu biru pastel dan ungu.
Dan cara kerja yang terakhir adalah pengendapan dengan logam berat.
Penambahan ini dilakukan dengan menambah feriklorida, kupri sulfat dan
plumbo asetat. Dimana terdapat perubahan warna menjadi putih
kekuningan, putih kebiruan (banyak endapan) dan yang terakhir menjadi
putih jernih yang mana ditemukan sedikit endapan.
8. Denaturasi Protein
Tujuan praktikum ini untuk melakukan percobaan denaturasi panas, asam
dan pelarut organik. Denaturasi protein adalah perubahan struktur
sekunder tersier tanpa mengubah struktur primernya. Percobaan denaturasi
dilakukan dengan melakukan pemanasan, memberi asam/basa, memberi
aseton. Tanda terjadinya denaturasi adalah terjadi endaan putih melayang
pada sampel protein.
9. Tes Schiff
Tes schiff digunakan untuk menunjukkan adanya gugus fungsi
aldehid. Pada percobaan kali ini disediakan 2 larutan yaitu larutan glukosa
dan larutan formalin. Kedua larutan tersebut ditambahkan beberapa tetes
pereaksi schiff. Pada uji schiff, formalin mengandung gugus aldehid
alifatik ditandai dengan perubahan warna mejadi merah sampai ungu,
sedangkan glukosa tidak mengandung gugus aldehid alifatik karena tidak
terjadi perubahan warna. Akan tetapi pada praktikum kelompok kami pada
tes schiff tidak terjadi perubahan warna pada uji schiff yang mengandung
larutan formalin.
10. Tes Tollens
Tes Tollens bertujuan untuk membedakan aldehid dan keton
berdasarkan sifat kemudahan oksidasi. Setelah ditambah pereaksi Tollens
yang tak berwarna, diaduk dan dipanaskan didapatkan endapan cermin
perak pada dinding tabung reaksi pada senyawa benzaldehid dan
formaldehid. Hal ini menunjukkan hasil yang positif pada uji Tollens. Pada
percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil yang negatif. Dapat
disimpulkan bahwa formalin yang sebagai sampel bukan merupakan gugus
fungsi aldehid melainkan keton karena tidak terjadi reaksi yang ditandai
dengan perubahan warna atau endapan cermin perak.
11. Tes Fehling
Tes Fehling dilakukan untuk menunjukan adanya gugus aldehid
dalam sebuah larutan. Tes fehling adalah senyawa aldehid, contohnya
formalin (formaldehid) bereaksi dengan larutan fehling sehingga berubah
warna dan menghasilkan endapan berwarna merah bata. Pada percobaan
yang telah dilakukan didapatkan hasil yang positif, sehingga sudah dapat
dipastikan formalin adalah gugus aldehid.
12. Tes Benedict
Tes benedict dilakukan untuk senyawa yang mengandung gula
preduksi, pada percobaan kali ini sampel yang digunakan yaitu susu, dan
hasil yang didapatkan yaitu perubahan warna menjadi hijau, sedangkan
pada teori tanda perubahan warna yang menggambarkan bahwa hasil
tersebut positif yaitu, hijau, orange, kuning, merah bata, atau muncul
endapan hijau, kuning , orange atau merah bata. Hal ini menandakan
bahwa pada percobaan kali ini pada sampel susu menunjukkan hasil
positif.
13. Tes Rothera
Tes Rothera pada aseton menunjukan hasil positif karena hasil
yang terjadi sesuai dengan prinsip. Sedangkan pada sampel formalin
menunjukan hasil negatif karena terjadi perubahan warna menjadi kuning
yang seharusnya berwarna ungu. Dari kedua sampel tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada aseton terdapat badan keton dan pada formalin
tidak terdapat badan keton
14. Reaksi Esterifikasi
Tujuan melakukan tes ini adalah untuk mengidentifikasi
keberadaan ester alifatik. Pada percobaan ini, asam asetat dan asam
benzoate mengandung gugus ester yang ditandai dengan aroma manis pada
asam benzoat dan bau menyengat pada asam asetat. Pengujian yang
dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi asam amino dan gugus fungsi
tertentu.
Aji Pangestu 2022. Pengertian ikatan hidrogen, Ciri, Dampak . Diakses pada.
Diakses pada 28 september 2022, dari Ikatan Peptida: Pengertian,
pembentukan, degradasi, ciri – ApaYangDimaksud.com.
Anonim. (2010). Ikatan Hidrogen. Diakses pada 28 September 2022, dari
IKATAN HIDROGEN (IKATAN HIDROGEN) – UNKRIS
Cut Sarah Rizkita Rahmi. 2021. Reaksi Uji Karbohidrat (Uji Molisch).
Kamar Iqbal. Identifikasi Parasetamol dalam Jamu Pegal Linu Menggunakan
Metode Kromatografi Lapis Tipis. Aceh: Penerbit
Lehninger, Albert L 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Naisya Pratiwi 2022. Ikatan Peptida: Pengertian, pembentukan, degradasi,
ciri-ciri. Diakses pada 28 September 2022, dari Ikatan Peptida:
Pengertian, pembentukan, degradasi, ciri –
ApaYangDimaksud.com
Ni Lu Mega Desyanti. 2013. Analisa Kualititatif dan Kuantitatif Karbohidrat.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Riswiyanto. Asam Amino. Dalam: Kimia Organik. Penerbit Erlangga; hlm.
393–411.
Sardjono, Ratnaningsih Eko. 2014. Kimia Organik 1: Konsep-konsep Dasar
Kimia Organik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Umi Jayanti. 2017. Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik.
IX. LAMPIRAN
1. Apakah definisi :
a. Penggumpalan protein
Penggumpalan atau presipitasi protein pengendapan yang terjadi karena
penggumpalan yang parsial. Penggumpalan protein disebabkan oleh
berkurangnya kelarutan protein (perubahan fisik) yang terjadi karena
perubahan kimia. Proses pengendapan ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu :
1. Pengendapan dengan garam
2. Pengendapan dengan asam atau basa berdasarkan titik isoelektrik
3. Pengendapan dengan pelarut organik
4. Pengendapan dengan logam berat
5. Pengendapan dengan asam mineral kuat
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, untuk melakukan proses
pengendapan protein dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
Cara Kerja 1 :
-Siapkan sampel protein pada 4 tabung reaksi.
-Tambahkan asam pikrat pada tabung 1, asam trikloroasetat pada tabung 2,
asam fosfomolibdat pada tabung 3, dan asam fosfowolframat pada tabung 4. -
Perhatikan endapan yang terbentuk. Catat dalam data
Cara Kerja 2 :
-Sediakan 2 set tabung reaksi. Masing-masing set berjumlah 2 tabung dan diisi
dengan sampel protein.
-Pada set 1, tambahkan kuprisulfat pada tabung 1 dan NaOH – kuprisulfat pada
tabung 2. Perhatikan perbedaan warnanya. Catat dalam data.
-Pada set 2, tambahkan larutan amonium sulfat pada tabung 1 dan serbuk
amonium sulfat pada tabung 2. Perhatikan perbedaan endapan yang terbentuk.
Jika perlu, pisahkan endapan tersebut dengan kertas saring supaya lebih terlihat
perbedaannya.
Cara Kerja 3 :
-Siapkan sampel protein pada 3 tabung reaksi.
-Tambahkan feri klorida pada tabung 1, kuprisulfat pada tabung 2, dan plumbo
asetat pada tabung 3.
-Perhatikan endapan yang terbentuk. Catat dalam data.
Hasil dari praktikum yang telah dilakukan pada penggumpalan protein atau
presipitasi protein dapat terbentuk endapan pada sampel protein. Pengendapan
pada sampel protein ini umumnya digunakan untuk memisahkan antara asam
amino yang satu dengan asam amino lainnya.
b. Denaturasi protein
Denaturasi dapat diartikan sebagai perubahan bentuk tiga dimensi dari suatu
protein, tetapi seringkali dianggap sama dengan proses penggumpalan. Salah
satu sifat protein adalah dapat mengalami proses denaturasi. Ada beberapa cara
menguji denaturasi protein, meskipun interpretasi data dapat terjadi overlap
dengan penggumpalan/ pengendapan protein. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, untuk uji denaturasi protein dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Cara Kerja :
-Siapkan sampel putih telur pada 2 tabung reaksi
-Panaskan tabung 1 sampai membentuk sedikit endapan putih melayang.
-Pada tabung 2, tambahkan etanol (atau aseton) sampai membentuk sedikit
endapan putih melayang.
Hasil yang kami dapatkan dari denaturasi protein pada praktikum ini
adalah terdapat endapan putih melayang.
3. Pada suatu kasus, Anda melakukan tes Ninhidrin dan tes Biuret pada suatu
sampel protein. Dari uji yang dilakukan, diperoleh hasil positif pada tes
Ninhidrin, tetapi negatif pada tes Biuret. Jelaskan analisis Anda terkait hasil
tersebut.
Tes ninhidrin digunakan untuk mengetahui bahwa sampel tersebut
teridentifikasi adanya asam amino yang terkandung didalamnya, dan hiuret
merupakan tes yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya ikatan peptida di
dalamnya. Pada kasus ini di dapatkan tes ninhidrin memperoleh hasil positif,
sedangkan tes biuret mendapatkan hasil negatif, hal ini dapat disimpulkan bahwa
pada kasus ini sampel yang digunakan tersebut terindikasi mengandung asam
amino , tetapi tidak terdapat ikatan peptida pada sampel tersebut.
Jawab :
Keberadaan paracetamol dalam suatu sampel jamu dapat terdeteksi dalam hal
berikut yaitu :
Bahan dan Metode
Bahan :Bahan yang digunakan yaitu :Sampel 1:SA, Sampel 2:SB, Sampel 3:SC,
Sampel 4:SD, Sampel 5:SE, Parasetamol, silika gel GF254, etanol 96%,
kloroform, kloralhidrat, kertas saring.
Metode :
Pembuatan Pembanding Paracetamol.
Haluskan parasetamol di dalam lumpang hingga homogen, timbang sebanyak 50
mg lalu tambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 10 ml, kocok hingga homogen
kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan masukkan ke dalam
vial.
Uji KLT
Totolkan larutan sampel uji dan larutan sampel parasetamol padaplat KLT yang
sama, masukkan plat KLT pada bejana/chamber kromatografi yang telah berisi
larutan pengembang (eluen), amati titik noda pada plat KLT, hitung nilai Rf dan
bandingkan nilai Rf dengan nilai Rf baku standar Bahan Kimia Obat (BKO)
Uji Organoleptik
Ditimbang masing-masing sampel ± 50 mg, kemudian diamati warna, bentuk,
bau, dan rasanya.
Uji Mikroskopik
Ditimbang masing-masing sampel ± 50 mg, diambil sampel kemudian
diletakkan diatas objek glass, diberi pelarut chloral hydrate, lalu ditutup dengan
deck glass, dan diamati dengan menggunakan mikroskop.
Analisis Data
Bila nilai Rf larutan Uji dan larutan baku parasetamol sama, berarti sampel
tersebut mengandung bahan kimia obat (BKO) yaitu parasetamol. Nilai Rf
dinyatakan hingga angka 1,0, Nilai Rf yang baik menunjukkan pemisahan yang
cukup baik adalah berkisar antara 0,2-0,8.
Identifikasi Parasetamol pada sediaan jamu pegal linu dengan menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase diam Silika Gel GF 254
dan fase gerak Etil Asetat:N-Heksan (9:1). Fase diam silika gel GF 254 yang
memiliki sifat relatif polar, mengandung silika dengan gipsum sebagai agen
pengikat, dan indikator fluoresen yang dapat berfluoresensi. Silika gel memiliki
gugus hidroksil yang dapat membentuk ikatan sehingga dapat menyerap dan
mengikat sampel di permukaan. Sedangkan untuk fase gerak pada penelitian ini
menggunakan Etil Asetat:N-Heksan (9:1) bersifat nonpolar yang akan menahan
senyawa yang polar pada fasa diam yang bersifat polar dan akan membawa
senyawa yang kurang polar naik ke atas. Eluen dibuat jenuh dengan cara
menutup rapat chamber dan mendiamkannya selama beberapa saat