Anda di halaman 1dari 35

HUKUM DAN MASYARAKAT

Rahadyan Widarsadhika Wisnumurti, S.H.,M.H.


Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
rwisnumurti@untag-sby.ac.id
083831954252
Latar Belakang Kelahiran Sosiologi

 L Laeyendecker dalam buku karangan Sunarto


berjudul Pengantar Sosiologi,
mengidentifikasikan beberapa peristiwa di
Eropa Barat yang melatarbelakangi lahirnya
sosiologi :
1. Tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke
15;
2. perubahan bidang sosial dan politik;
3. terdapat peristiwa reformasi oleh Martin
Luther;
4. meningkatnya individualisme;
5. lahirnya ilmu pengetahuan modern
Pengertian Sosiologi
 Auguste Comte (1939)
Sosiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu socius yang
berarti kawan dan logos yang berarti kata atau
berbicara.
suatu ilmu yang berbicara mengenai masyarakat.

 Pitirim Sorokin
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari:
a. hubungan dan pengaruh timbal balik antara
berbagai macam gejala sosial;
b. hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala
sosial dan gejala non sosial;
c. ciri umum semua jenis gejala sosial.
Pengertian Sosiologi (2)
 Selo Soemardjan dan Soelaeman dalam
buku karangan Soerjono Soekanto,
sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses sosial
termasuk pembahasan sosial.
Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan
antara unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-
kaidah sosial, lembaga sosial,kelompok sosial
serta lapisan sosial.
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik
antara berbagai segi kehidupan bersama.
Perkembangan Sosiologi
 Era Pemikiran Filsafat
1. Socrates (470 SM-399 SM)
2. Plato (427 SM-347 SM)
3. Aristoteles (384 SM-332SM)

 Era Renaisance
1. Francis Bacon (1561-1628)
2. Thomas Hobbes (1588-1679)
3. John Locke (1632-1704)
Perkembangan Sosiologi (2)
 Era Pertumbuhan Disiplin Sosial di Prancis
1. Claude Henri de Saint Simon (1760-1825)
2. Auguste Comte (1798-1857)
3. Emile Durkheim (1858-1917)
4. Herbert Spencer (1820-1903)

 Perkembangan Sosiologi di Jerman


1. Imanuel Kant (1727-1804)
2. Hegel (1770-1831)
3. Karl Marx (1818-1883)
4. George Simmel (1858-1918)
Era Pemikiran Filsafat
 Socrates (470 SM-399 SM)
1. Orang pertama yang menggunakan cara
berpikir untuk meragukan sesuatu dan
mengutamakan pentingnya definisi.
2. Langkah pertama untuk mendapatkan
pengetahuan adalah menjelaskan ide kan
konsepnya terlebih dahulu.
3.Bila kita hendak membangun masyarakat,
maka kita harus membangun landasan ilmu
pengetahuan ilmiah.
Era Pemikiran Filsafat
 Plato (427 SM-347 SM)
1. Kebenaran universal tdk dapat dicapai
melalui gejala yang nampak saja, namun
harus dipahami secara mendalam.
2.Dikenal juga dengan aliran “Platonic
Idealism”.
3. Aliran filsafat idealism dari Plato muncul
sebagai bentuk kekecewaan dari
pemerintahan Yunani.
4.Plato juga mencetuskan gagaasn mengenai
sosialis dan kesetaraan gender.
Era Pemikiran Filsafat
 Aristoteles (384 SM-332 SM)
1. Menggagas aliran empirisme.
2. Masyarakat merupakan manusia sebagai
makhluk sosial yang secara alami memiliki
kkeinginan untuk hidup kelompok dan
menyalurkan aspirasinya, sekalipun tidak
selalu memberi manfaat bagi manusia itu
sendiri.
3. Muncul pemikiran mengenai pembagian
kerja dan setratifikasi yang secara alami
terbentuk seiring dengan manusia hidup
berkelompok dengan manusia yang lain.
Era Renaissance
 Francis Bacon (1561-1628)
1. Untuk menguasai alam semesta
dibutuhkan ilmu pengetahun (knowledge is
power).
2. Jika kita bermaksud untuk menguasai
alam, maka harus dilakukan dengan
pengamatan yang sistematis.
Era Renaissance
 Thomas Hobbes (1588-1679)
1. Menggagas lahirnya teori kontrak sosial
dalam bukunya yang berjudul Leviathan;
2. Thomas Hobbes berpendapat bahwa
masyarakat terbentuk atas kontrak sosial
dan negara terbentuk atas adanya
perjanjian antara kekuasaan dan ketaatan.
3.Memunculkan ide mengenai sistem
pemerinthan totaliter (bentuk
pemerintahan yang menghalangi adanya
oposisi)
Era Renaissance
 Jhon Locke (1632-1704)
1. Pemikirannya sebagian besar dipengaruhi
oleh Thomas Hobbes;
2. Manusia merupakan makhluk sosial sehingga
mendambakan kedamaian dan memerlukan
solidaritas;
3.Agar kedamaian dapat terjadi, dibutuhkan
perjanjian dan pemerintahan yang dibentuk
untuk melindungi hak warganya;
4.Untuk mendukung terciptanya perdamaian,
dibentuk undang-undang sebagai bentuk
kontrol sosial terhadap masyarakat.
Era Pertumbuhan Disiplin Sosiologi di
Prancis
 Claude Henri de Saint Simon (1760-1825)
1. Pertama kali mencetuskan gagasan bahwa
untuk mempelajari masyarakat harus bersifat
menyeluruh karena gejala yang satu
berhubungan dengan gejala yang lain;
2.Masyarakat akan berkembang dari kelompok
masyarakat paling kecil ke arah kelompok
yang semakin besar dan kompleks.
3.Kebudayaan mengikuti perkembangan
masyarakat, dari yang paling tradisional hingga
ke peradaban lebih tinggi;
Era Pertumbuhan Disiplin Sosiologi di
Prancis
 Claude Henri de Saint Simon (1760-1825)
4. Eksploitasi manusia atas manusia adalah
alami, dari zaman primitif hingga zaman
modern.
5.Pada masyarakat primitif, bentuk
eksploitasi terjadi pada yang kuat terhadap
yang lemah, selanjutnya zaman perbudakan
hingga eksploitasi dalam bentuk sistem
upah.
Era Pertumbuhan Disiplin Sosiologi di
Prancis
 Auguste Comte (1798-1857)
1. Menggagas pemikiran tentang pembagian
hukum evolusi menjadi 3 tahap yaitu tahap
teologis, metafisik, dan positif.
2. Bersama dengan Saint Simon
mencetuskan teori evolusi sosial dan
perubahan sosial;
3. Dikenal dengan adanya pembagian
masyarakat menjadi sosial statis dan sosial
dinamis.
Perkembangan Sosiologi di Jerman
 Imanuel Kant (1727-1804)
1. Manusia adalah gumpalan pertentangan
dan merupakan bagian dari alam sehingga
memiliki ambisi, ingin berkuasa dan
berkelompok;
2. Manusia juga memiliki naluri yang
menguntungkan dirinya sendiri, namun juga
dapat membahayakan manusia yang lain
sehingga diperlukan batasan agar tidak
merugikan masyarakat.
Perkembangan Sosiologi di Jerman
 Hegel (1770-1831)
1. Memandang masyarakat yang terpenting
adalah jiwa;
2. Jiwa merupakan sesuatu yang awal dan
mandiri dan dengan jiwa itu manusia akan
sadar diri sendiri serta orang lain;
3. Metode dialektis bertentangan dengan
metode positivism. Metode dialektis harus
memahami keseluruhan fakta yang diamati
karena satu fakta berkaitan dengan fakta
lain.
SOSIOLOGI HUKUM

Rahadyan Widarsadhika Wisnumurti, S.H.,M.H.


Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
rwisnumurti@untag-sby.ac.id
083831954252
“Ubi Societas Ibi Ius”
(Dimana ada masyarakat, disitu ada hukum)

 Manusia adalah makhluk yang memiliki


keinginan/Hasrat untuk hidup bersama dengan
manusia yang lainnya;

 Adagium diatas dapat dimaknai bahwa masyarakat


tidak dapat hidup tanpa adanya suatu tatanan atau
keteraturan (hukum);

 Hukum harus kita maknai secara luas, dimana tidak


hanya hukum secara tertulis saja (peraturan
perundang-undangan) namun juga hukum tidak
tertulis yang telah berkembang dan keberadaannya
disepakati untuk mengatur tatanan masyarakat di
wilayah tersebut.
Sosiologi Hukum
 Diungkapkan pertama kali oleh ahli yang
berasal dari Italia yaitu Anzilotti pada tahun
1882.
 Menurut Mulyana W Kusuma dalam buku
berjudul “Beberapa Perkembangan dan
Masalah dalam Sosiologi Hukum” yang
diterbitkan pada tahun 1981, lahirnya
sosiologi hukum bukan hanya dari individu,
melainkan dari mazhab-mazhab atau aliran
yang mewakili sekelompok ahli pemikir,
antara lain:
Eugen Ehrlich
 Menurut Eugen Ehrlich, kebermaknaan hukum
tidak terletak pada proses formal
pembentukannya, namun ketika hukum
menyatu dengan praktik dan interaksi sosial.

 Ehrlich berpendapat bahwa “At the present as


well as at any other time, the center of gravity of
legal development lies not in legislation, not ini
judicial decisions, but in society itself ” (Pada saat
ini maupun waktu lainnya, pusat dari
pengembangan hukum tidak terletak pada
undang-undang, bukan terletak pada keputusan
pengadilan, tetapi dalam masyarakat itu sendiri)
Karl Marx (1818-1883)
 Masyarakat sebagai satuan tertib ekonomi
beserta fungsi hukum di dalamnya.
 Hukum merupakan sikap konservatif para
kapitalis untuk melanggengkan kegunaan
harta kekayaan sebagai sarana produksi
sekaligus sebagai sarana eksplorasi.
 Perubahan tatanan sosial dan ekonomi
hanya akan terjadi melalui cara revolusi.
 Apabila sosialisme dapat ditegakkan maka
hukum akan layu serta tidak diperlukan
kembali.
Henry S Maine (1822-1888)
 Masyarakat bukan sebagai suatu model yang
permanen, melainkan suatu system yang tidak
pernah terbebas dari berlakunya proses;
 Masyarakat selalu berubah, demikian pula
dengan aturan hukum;
 Terjadi proses perubahan fungsi hukum dari
awalnya bersifat antar status ke hubungan
baru yang sifatnya kontraktual;
 Hak dan kewajiban antar masyarakat dibagi
secara diskriminatif dimana sangat ditentukan
oleh status sosial dari masyarakat tersebut.
Emile Durkheim (1858-1917)
 Hukum merupakan ekspresi solidaritas sosial
yang berkembang dalam masyarakat;
 Tidak ada masyarakat manapun yang dapat
eksis secara berkelanjutan tanpa adanya
solidaritas;
 Terdapat 2 tipe solidaritas yaitu solidaritas
mekanis dan solidaritas organis;
 Dalam hal masyarakat masih ada dalam
tataran solidaritas mekanis, maka aturan
hukum yang diterapkan sifatnya represif;
 Apabila masyarakat dalam kondisi heterogen
dan bergeser menjadi solidaritas organis, maka
hukum yang diterapkan sifatnya restitutive.
Perbedaan Solidaritas Mekanis dan
Solidaritas Organis
Solidaritas Mekanis Solidaritas Organis
1. Pembagian kerja rendah; 1. Pembagian kerja tinggi;
2. Kesadaran kolektif kuat; 2. Kesadaran kolektif lemah;
3. Hukum represif dominan; 3. Hukum restitutive dominan;
4. individualitas rendah; 4. Individualitas tinggi;
5. bersifat primitive atau pedesaan 5. bersifat industrian perkotaan;
Max Weber (1864-1920)
 Merupakan seorang sosiolog asal Jerman yang juga
memiliki latar belakang Pendidikan di bidang
hukum.
 Hukum merupakan suatu tatanan yang bersifat
memaksa karena sepenuhnya ditopang oleh
kekuatan pemaksa yaitu negara;
 Hukum berkembang dari wujud awal sebagai fatwa
normatif dari kyai/pendeta ke wujud yang baru
sebagai hasil pengelolaan secara professional;
 dibedakan menjadi sistem hukum substantif dan
sistem hukum formal;
 sistem hukum substantif terdiri atas aturan umum
 sistem hukum formal merupakan aturan yang
disistematikan sesuai prosedur penerapan .
Max Weber (1864-1920)
 Max Weber juga mengemukakan 4 tipe
ideal dari hukum yaitu :
1. Hukum irasional dan material, dimana para
pembentuk undang-undang dan hakim
mendasarkan keputusan pada nilai
emosional tanpa menunjuk pada suatu
kaidah;
2. Hukum irasional dan formal, dimana
pembentuk undang-undang dan hakim
berpedoman pada kaidah-kaidah diluar
nalar berdasarkan wahyu atau ramalan
semata.
Max Weber (1864-1920)
 Max Weber juga mengemukakan 4 tipe
ideal dari hukum yaitu :
3. Hukum rasional dan material, dimana
keputusan para pembentuk undang-undang
dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci,
kebijaksanaan penguasa atau ideologi;
4. Hukum irasional dan hukum formal,
dimana hukum dibentuk semata atas dasar
konsep abstrak dari ilmu hukum.
Pengertian

 Menurut Soetandyo Wignjosoebroto

Sosiologi hukum merupakan cabang dari ilmu


pengetahuan sosial yang memfokuskan pada
otoritas dan control terhadap masyarakat agar
selalu dalam keadaan tertib sesuai dengan
peraturan.
Pengertian

 Menurut Soejono Soekanto

Sosiologi hukum merupakan cabang ilmu


pengetahuan yang secara analitis dan empiris
menganalisa atau mempelajari hubungan
timbal balik antara hukum dan gejala-gejala
sosial lainnya.
Pengertian
 Menurut Satjipto Rahardjo
Sosiologi hukum merupakan pengetahuan
hukum terhadap pola perilaku masyarakat
dalam konteks sosialnya.

 Menurut R. Otje Salman


Sosiologi hukum adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara
hukum dan gejala-gejala sosial lainnya secara
analitis dan empiris.
Ruang Lingkup Sosiologi Hukum
 Pola-pola perikelakuan (hukum) warga
masyarakat;
 Hubungan timbal balik antar perubahan
dalam hukum dengan perubahan dalam
social budaya;
 Sosiologi hukum meneliti mengapa manusia
patuh pada hukum, mengapa dia gagal
mentaati hukum serta faktor social yang
mempengaruhi.
Kegunaan Sosiologi Hukum
 Purbacaraka dan Soerjono Soekanto dalam buku
berjudul “Menelusuri Sosiologi Hukum Negara”
menjabarkan kegunaan Sosiologi Hukum yaitu:
 Sosiologi hukum berguna untuk memberikan
kemampuan bagi pemahaman terhadap hukum
dalam konteks social;
 penggunaan konsep sosiologi hukum dapat
memberikan kemampuan untuk mengadakan
analisis terhadap efektivitas hukum dalam
masyarakat (bagaimana agar suatu undang-undang
melembaga di masyarakat);
 Sosiologi hukum memberikan kemampuan untuk
mengadakan evaluasi terhadap efektivitas hukum
tertulis di masyarakat. Contoh : berfungsinya suatu
peraturan di masyarakat);
Pertanyaan

 Apakah yang dimaksud dengan sosiologi ?

 Apakah yang dimaksud dengan sosiologi


hukum ?

 Apakah ruang lingkup dari sosiologi


hukum?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai