Anda di halaman 1dari 26

PUTUSAN

HUKUM ACARA PIDANA - KELAS R


Nama Kelompok
Nizza Kartika Sari 1312000034
Griselda Uziel T P S 1312100004
Muh. Rizqon W S 1312100141
Ellya Rosa 1312100148
Jhos Franklin Kemit 1312100154
Aghnia Rizky S D 1312100167
Ganesh Trisunu 1312100180
M Rafli Riyanto 1312100225
Adelia Trisna Juniar 1312100254
Merillyn Victoria S 1312100256
Dika Novi Trianjoko 1312100257
Revina Iriyanti Udam 1312100314
PUTUSAN

Service Name Adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang


pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. - Kitab
Undang - Undang Hukum Acara Pidana ayat 1 butir 11
PUTUSAN
01. Hal-hal yang Dimuat dalam Putusan

02. Penandatanganan Putusan

03. Putusan Diucapkan Dalam Sidang Terbuka

04. Kewajiban memberitahukan Segala Hak Terdakwa

05. Pemberian Petikan dan Salinan Putusan


06. Bentuk Putusan Hukum Pidana
• Putusan Bebas
• Putusan Pelepasan Dari Segala Tuntutan
• Putusan Pemidanaan
HAL-HAL YANG DIMUAT
DALAM PUTUSAN
Dalam suatu putusan, ada hal-hal yang harus dipenuhi sesuai dengan
Pasal 197 ayat (1), antara lain:
a.kepala putusan yang dituliskan berbunyi : “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”;
b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;
c. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
d. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan
beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang
menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa,
e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan;
f. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan;
g. hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim
kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal;
h. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi
semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan
kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
i. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan
menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai
barang bukti;
j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan
di mana Ietaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik
dianggap palsu;
k. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan
atau dibebaskan;
PENANDATANGANAN PUTUSAN
Putusan sudah mempunyai kekuatan mengikat sejak saat diucapkan di sidang
pengadilan, tapi keabsahan putusan “secara formal” sebagai akta resmi, pada saat
putusan ditandatangani. Bahkan secara materiil, “autentikasi” dan daya eksekusi
putusan baru melekat pada dirinya, terhitung sejak putusan ditandatangani.
Secara formal dan materiil, putusan yang tidak ditandatangani tidak mempunyai
daya autentikasi dan daya eksekusi. Hal tersebut diatur dalam pasal 200 KUHAP
yaitu :
surat keputusan ditandatangani oleh hakim dan panitera seketika setelah putusan
itu diucapkan
PUTUSAN
DIUCAPKAN DALAM Semua putusan diucapkan dalam sidang terbuka, hal ini
diatur dalam pasal 195 KUHAP. ”yaitu semua putusan
SIDANG TERBUKA pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum
apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum”.

Namun pasal 153 ayat (3), menegaskan bahwa pemeriksaan


sidang pengadilan “terbuka untuk umum ”(kecuali
pemeriksaan perkara Susila atau jika terdakwanya anak-
anak).
WAJIB MEMBERITAHU SEGALA HAK TERDAKWA
Adapun sifat pemberitahuan menurut Pasal 196 ayat (3) adalah "wajib". Hakim ketua sidang "wajib"
memberitahukan segala hak terdakwa yang dapat dipergunakannya terhadap putusan pemidanaan yang
diucapkan. Pasal 196 ayat (3) yaitu :

a. hak segera menerima atau. segera menolak putusan;

b. hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau menolak putusan,dalam


tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang ini;

c. hak minta menangguhkan pelaksanaan putusan dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh
undang-undang untuk dapat mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan;

d. hak minta diperiksa perkaranya dalam tingkat banding dalam tenggang waktu yang ditentukan
oleh undang-undang ini, dalam hal Ia menolak putusan;

e. hak mencabut pernyataan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam tenggang waktu yang
ditentukan oleh undang-undang ini.
PEMBERIAN PETIKAN DAN
SALINAN PUTUSAN
LANDASAN HUKUM
Pasal ini mengatur bagaimana semestinya melayani pemberian
“petikan” atau “salinan” putusan. Oleh sebab itu Pasal 226
KUHAP berbunyi :
1. Petikan surat putusan pengadilan diberikan kepada terdakwa
atau penasihat hukumnya segera setelah putusan diucapkan.
2. Salinan surat putusan pengadilan diberikan kepada penuntut
umum dan penyidik, sedangkan kepada terdakwa atau
penasihat hukumnya diberikan atas permintaan.
3. Salinan surat putusan pengadilan hanya boleh diberikan
kepada orang lain dengan seizin ketua pengadilan setelah
mempertimbangkan kepentingan dari permintaan tersebut.
PEMBERIAN PETIKAN PUTUSAN

Pemberian “petikan putusan” diatur dalam Pasal 226 ayat


(1) yaitu “Petikan surat putusan pengadilan diberikan
kepada terdakwa atau penasihat hukumnya segera setelah
putusan diucapkan.”
Dalam pemberian Petikan putusan kepada terdakwa atau
penasihat hukum bersifat “imperatif” artinya Pengadilan
Negeri “wajib” memberikan petikan putusan kepada
terdakwa atau penasihat hukum tanpa syarat dan tanpa
diminta segera setelah putusan tersebut diucapkan.
PEMBERIAN SALINAN
PUTUSAN
Tentang pemberian “salinan putusan”. pada 31 Januari
2011, Mahkamah Agung Republik Indonesia
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 01 Tahun 2011
tentang Perubahan Surat Edaran Mahkamah Agung
Nomor 02 Tahun 2010 tentang Penyampaian Salinan
dan Petikan Putusan, yang dalam Poin 2 dikatakan:
Untuk perkara Pidana, Pengadilan wajib
menyampaikan salinan putusan dalam jangka waktu
paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak putusan
diucapkan kepada Terdakwa atau Penasihat
Hukumnya, Penyidik dan Penuntut Umum, kecuali
untuk perkara cepat diselesaikan sesuai dengan
ketentuan KUHAP.
BENTUK
PUTUSAN
BENTUK PUTUSAN HUKUM PIDANA

PUTUSAN PELEPASAN
PUTUSAN PUTUSAN
DARI SEGALA TUNTUTAN
BEBAS PEMIDANAAN
HUKUM
Dasar dari putusan ini adalah
Dasar dari putusan ini adalah Dasar dari putusan ini
pasal 191 ayat (1) KUHAP
pasal 191 ayat (2) KUHAP adalah pasal 193 KUHAP
PUTUSAN BEBAS
Putusan bebas, berarti terdakwa dijatuhi putusan bebas atau dinyatakan bebas
dari tuntutan hukum (vrij spraak) atau acquittal. Pengertian terdakwa diputus
bebas, terdakwa dibebaskan dari tuntutan hukum, dalam arti dibebaskan dari
pemidanaan. Tegasnya terdakwa "tidak dipidana”.

Putusan bebas ditinjau dari segi yuridis ialah putusan yang dinilai oleh Majelis
hakim yang bersangkutan:
a) Tidak Memenuhi Asas Pembuktian Menurut Undang-undang Secara Negatif

b) Pembuktian yang diperoleh di persidangan, tidak cukup membuktikan


kesalahan terdakwa dan sekaligus kesalahan terdakwa yang tidak cukup terbukti
itu tidak diyakinkan oleh hakim.

c) Tidak Memenuhi Asas Batas Minimum Pembuktian


PUTUSAN BEBAS
TERDAPAT BEBERAPA PASAL YANG MENGATUR TENTANG HAL-HAL YANG
MENGHAPUSKAN PEMIDANAAN TERHADAP SEORANG TERDAKWA.

Jika pada diri seorang terdakwa terdapat hal-hal atau keadaan yang ditentukan dalam
pasal-pasal kuhp yang bersangkutan, hal-hal atau keadaan itu merupakan alasan
membebaskan terdakwa dati pemidanaan, yaitu :

i.Pasal 44; apabila perbuatan tindak pidana yang dilakukan terdakwa “tidak dapat
dipertanggungjawabkan” kepadanya, disebabkan:
·karena jiwanya cacat dalam pertumbuhannya (gebrekkige ontwikkeling) atau mental
disorder, sehingga akalnya tetap sebagai anak-anak, atau jiwanya terganggu karena
penyakit (ziekelyk storing) seperti sakit gila, histeria, epilepsi, melankolik, dan
sebagainya.

ii.Pasal 45; perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang belum cukup
umumya 16 tahun. Terhadap pelaku tindak pidana yang belum cukup umurnya 16 tahun;
hakim dapat menentukan:
·memerintahkan supaya anak yang bersalah dikembalikan kepada orang tuanya, walinya,
atau pemeliharanya tanpa hukuman pidana”, atau
·memerintahkan supaya anak yang bersalah tersebut diserahkan kepada Pemerintah
"tanpa pidana apa pun”,
PUTUSAN BEBAS
TERDAPAT BEBERAPA PASAL YANG MENGATUR TENTANG HAL-HAL YANG
MENGHAPUSKAN PEMIDANAAN TERHADAP SEORANG TERDAKWA.

iii.Pasal 48; orang yang melakukan tindak pidana atau melakukan perbuatan dalam keadaan
“pengaruh daya paksa” (overmacht) baik bersifat daya paksa batin atau fisik.

iv.Pasal 49; orang yang terpaksa melakukan perbuatan pembelaan karena ada Serangan,
ancaman seketika itu juga baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, atau terhadap
kehormatan kesusilaan.

v.Pasal 50; orang yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang
tidak dapat dipidana, terdakwa harus diputus dengan putusan bebas.

Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam putusan pembebasan ialah ”perintah untuk
membebaskan terdakwa dari tahanan. Perintah pembebasan dari tahanan dikeluarkan hakim
ketua sidang bersamaan dengan saat putusan diumumkan, jika seandainya terdakwa yang
diputus bebas itu berada dalam tahanan. Kelalaian mengeluarkan perintah pembebasan terdakwa
dari tahanan dalam putusan pembebasan, mengakibatkan pututsan batal demi hukum. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 197 ayat (1) huruf k jo. Pasal 197 ayat (2).
PUTUSAN PELEPASAN DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM

BAGAIMANA HALNYA JIKA DALAM PUTUSAN


PUTUSAN PELEPASAN DARI SEGALA TUNTUTAN
PELEPASAN DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM TERNYATA
HUKUM
TERDAKWA BERADA DALAM STATUS TAHANAN?

Putusan lepas (onslag van recht vervolging) adalah


segala tuntutan hukum atas perbuatan yang dilakukan
terdakwa dalam surat dakwaan jaksa/penuntut umum
telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut Jika pada putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum
hukum, akan tetapi terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana, terdakwanya berada dalam tahanan, pada saat putusan dijatuhkan
karena perbuatan tersebut bukan merupakan ruang harus dibarengi dengan perintah untuk membebaskan terdakwa dari
lingkup tindak pidana, melainkan ruang lingkup hukum tahanan sesuai dengan tata cara yang diatur pada Pasal 191 ayat (3)
perdata, dan hukum administrasi negara dan Pasal 192
Putusan UPAYA HUKUM APA YANG DITEMPUH APABILA MENDAPATKAN
Pelepasan Dari PUTUSAN PELEPASAN?

Segala Tuntutan Upaya hukum yang dapat ditempuh dari putusan lepas dari segala tuntutan
hukum tidak bisa dilakukan upaya hukum banding dan peninjauan kembali,

Hukum namun bisa dilakukan upaya hukum kasasi berdasarkan Pasal 244 KUHAP
jo. Putusan Mahkamah Konstitusi bernomor 114/PUU-X/2012 dan kasasi
demi kepentingan hukum yang diajukan oleh Jaksa Agung (Pasal 259
KUHAP).
PERBEDAAN PUTUSAN BEBAS DAN PUTUSAN
PELEPASAN
PERBEDAAN BEBAS PELEPASAN

• Dari segi pembuktian Putusan pembebasan adalah Apa yang didakwakan kepada terdakwa cukup terbukti
perbuatan tindak pidana yang secara sah baik dinilai dari segi pembuktian menurut
didakwakan kepada terdakwa undang - undang maupun segi batas minimum
“tidak terbukti secara sah dan pembuktian, namun perbuatan yang terbukti “tidak
meyakinkan” merupakan tindak pidana” dalam kata lain perbuatan
yang didakwakan bukan ruang lingkup tindak pidana

• Dari segi penuntutan Dalam putusan pembebasan, Apa yang didakwakannya bukan merupakan perbuatan
“terdakwa diputus bebas dari tindak pidana.
tuntutan hukum yang diancamkan
oleh pasal pidana yang
didakwakan kepadanya”
Putusan Pemidanaan dalam hukum acara pidana
diatur dalam pasal 193 Kitab Undang – Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Pada pasal 193 ayat 1 yang berbunyi jika pengadilan
PUTUSAN
berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan
tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka
PEMIDANAA
pengadilan menjatuhkan pidana. N
BAGAIMANA MENJALANKAN PERINTAH PUTUSAN PEMIDANAAN APABILA
PUTUSAN SEORANG TERDAKWA TIDAK DALAM STATUS TAHANAN PADA SAAT PROSES
PENYIDIKAN, PENUNTUTAN, SAMPAI PADA PEMERIKSAAN PERSIDANGAN?
PEMIDAAN
Seperti yang kita ketahui bahwa dasar hukum penahanan seorang tersangka atau terdakwa terdapat pada pasal 21 KUHAP terutama
ayat 4 yaitu :
Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan
maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal :
a. tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;
b. tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3);...............................................................................

Hal tersebut selaras dengan ketentuan pasal 205 ayat (1) KUHAP yaitu :
a. tindak pidana yang ancaman pidananya “paling lama 3 bulan” penjara atau kurungan;
b. atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 7500,- dan
c. “penghinaan ringan” yang dirumuskan dalam Pasal 315 KUHP.

Jika ketentuan Pasal 205 ayat (1) KUHAP ini kemudian dikaitkan dengan ketentuan terkait penahanan pada Pasal 21 ayat (4) KUHAP
yang antara lain menyatakan bahwa penahanan hanya dapat dilakukan terhadap tersangka atau terdakwa yang diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih, maka terhadap pelaku tipiring (tindak pidana ringan) yang ancaman pidananya “paling lama 3 bulan”
penjara atau kurungan memang tidak dilakukan penahanan.
APA TERDAKWA SEGERA DITAHAN SETELAH
PUTUSAN TERDAKWA DIBACAKAN? HAL APA YANG
AKAN DILAKUKAN OLEH PENGADILAN?
Ketika dalam status terdakwa tidak ditahan saat proses sidang maka
pengadilan dapat melakukan “cara lain” yaitu :
-terdakwa tetap berada dalam status “tidak ditahan”
terdakwa berada dalam status tidak ditahan, kemudian putusan yang PUTUSAN
dijatuhkan adalah putusan pemidanaan pengadilan dapat memerintahkan
dalam putusan supaya terdakwa tidak ditahan, hal tersebut diatur dalam pasal
193 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu : PEMIDANAAN
a. Pengadilan dalam menjatuhkan putusan, jika terdakwa tidak ditahan, dapat
memerintahkan supaya terdakwa tersebut ditahan, apabila dipenuhi ketentuan
Pasal 21 dan terdapat alasan, cukup untuk itu;

b. Dalam hal terdakwa ditahan, pengadilan dalam menjatuhkan putusannya,


dapat menetapkan terdakwa tetap ada dalam tahanan atau membebaskannya,
apabila terdapat alasan cukup untuk itu.
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai