c. hak minta menangguhkan pelaksanaan putusan dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh
undang-undang untuk dapat mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan;
d. hak minta diperiksa perkaranya dalam tingkat banding dalam tenggang waktu yang ditentukan
oleh undang-undang ini, dalam hal Ia menolak putusan;
e. hak mencabut pernyataan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam tenggang waktu yang
ditentukan oleh undang-undang ini.
PEMBERIAN PETIKAN DAN
SALINAN PUTUSAN
LANDASAN HUKUM
Pasal ini mengatur bagaimana semestinya melayani pemberian
“petikan” atau “salinan” putusan. Oleh sebab itu Pasal 226
KUHAP berbunyi :
1. Petikan surat putusan pengadilan diberikan kepada terdakwa
atau penasihat hukumnya segera setelah putusan diucapkan.
2. Salinan surat putusan pengadilan diberikan kepada penuntut
umum dan penyidik, sedangkan kepada terdakwa atau
penasihat hukumnya diberikan atas permintaan.
3. Salinan surat putusan pengadilan hanya boleh diberikan
kepada orang lain dengan seizin ketua pengadilan setelah
mempertimbangkan kepentingan dari permintaan tersebut.
PEMBERIAN PETIKAN PUTUSAN
PUTUSAN PELEPASAN
PUTUSAN PUTUSAN
DARI SEGALA TUNTUTAN
BEBAS PEMIDANAAN
HUKUM
Dasar dari putusan ini adalah
Dasar dari putusan ini adalah Dasar dari putusan ini
pasal 191 ayat (1) KUHAP
pasal 191 ayat (2) KUHAP adalah pasal 193 KUHAP
PUTUSAN BEBAS
Putusan bebas, berarti terdakwa dijatuhi putusan bebas atau dinyatakan bebas
dari tuntutan hukum (vrij spraak) atau acquittal. Pengertian terdakwa diputus
bebas, terdakwa dibebaskan dari tuntutan hukum, dalam arti dibebaskan dari
pemidanaan. Tegasnya terdakwa "tidak dipidana”.
Putusan bebas ditinjau dari segi yuridis ialah putusan yang dinilai oleh Majelis
hakim yang bersangkutan:
a) Tidak Memenuhi Asas Pembuktian Menurut Undang-undang Secara Negatif
Jika pada diri seorang terdakwa terdapat hal-hal atau keadaan yang ditentukan dalam
pasal-pasal kuhp yang bersangkutan, hal-hal atau keadaan itu merupakan alasan
membebaskan terdakwa dati pemidanaan, yaitu :
i.Pasal 44; apabila perbuatan tindak pidana yang dilakukan terdakwa “tidak dapat
dipertanggungjawabkan” kepadanya, disebabkan:
·karena jiwanya cacat dalam pertumbuhannya (gebrekkige ontwikkeling) atau mental
disorder, sehingga akalnya tetap sebagai anak-anak, atau jiwanya terganggu karena
penyakit (ziekelyk storing) seperti sakit gila, histeria, epilepsi, melankolik, dan
sebagainya.
ii.Pasal 45; perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang belum cukup
umumya 16 tahun. Terhadap pelaku tindak pidana yang belum cukup umurnya 16 tahun;
hakim dapat menentukan:
·memerintahkan supaya anak yang bersalah dikembalikan kepada orang tuanya, walinya,
atau pemeliharanya tanpa hukuman pidana”, atau
·memerintahkan supaya anak yang bersalah tersebut diserahkan kepada Pemerintah
"tanpa pidana apa pun”,
PUTUSAN BEBAS
TERDAPAT BEBERAPA PASAL YANG MENGATUR TENTANG HAL-HAL YANG
MENGHAPUSKAN PEMIDANAAN TERHADAP SEORANG TERDAKWA.
iii.Pasal 48; orang yang melakukan tindak pidana atau melakukan perbuatan dalam keadaan
“pengaruh daya paksa” (overmacht) baik bersifat daya paksa batin atau fisik.
iv.Pasal 49; orang yang terpaksa melakukan perbuatan pembelaan karena ada Serangan,
ancaman seketika itu juga baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, atau terhadap
kehormatan kesusilaan.
v.Pasal 50; orang yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang
tidak dapat dipidana, terdakwa harus diputus dengan putusan bebas.
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam putusan pembebasan ialah ”perintah untuk
membebaskan terdakwa dari tahanan. Perintah pembebasan dari tahanan dikeluarkan hakim
ketua sidang bersamaan dengan saat putusan diumumkan, jika seandainya terdakwa yang
diputus bebas itu berada dalam tahanan. Kelalaian mengeluarkan perintah pembebasan terdakwa
dari tahanan dalam putusan pembebasan, mengakibatkan pututsan batal demi hukum. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 197 ayat (1) huruf k jo. Pasal 197 ayat (2).
PUTUSAN PELEPASAN DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM
Segala Tuntutan Upaya hukum yang dapat ditempuh dari putusan lepas dari segala tuntutan
hukum tidak bisa dilakukan upaya hukum banding dan peninjauan kembali,
Hukum namun bisa dilakukan upaya hukum kasasi berdasarkan Pasal 244 KUHAP
jo. Putusan Mahkamah Konstitusi bernomor 114/PUU-X/2012 dan kasasi
demi kepentingan hukum yang diajukan oleh Jaksa Agung (Pasal 259
KUHAP).
PERBEDAAN PUTUSAN BEBAS DAN PUTUSAN
PELEPASAN
PERBEDAAN BEBAS PELEPASAN
• Dari segi pembuktian Putusan pembebasan adalah Apa yang didakwakan kepada terdakwa cukup terbukti
perbuatan tindak pidana yang secara sah baik dinilai dari segi pembuktian menurut
didakwakan kepada terdakwa undang - undang maupun segi batas minimum
“tidak terbukti secara sah dan pembuktian, namun perbuatan yang terbukti “tidak
meyakinkan” merupakan tindak pidana” dalam kata lain perbuatan
yang didakwakan bukan ruang lingkup tindak pidana
• Dari segi penuntutan Dalam putusan pembebasan, Apa yang didakwakannya bukan merupakan perbuatan
“terdakwa diputus bebas dari tindak pidana.
tuntutan hukum yang diancamkan
oleh pasal pidana yang
didakwakan kepadanya”
Putusan Pemidanaan dalam hukum acara pidana
diatur dalam pasal 193 Kitab Undang – Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Pada pasal 193 ayat 1 yang berbunyi jika pengadilan
PUTUSAN
berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan
tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka
PEMIDANAA
pengadilan menjatuhkan pidana. N
BAGAIMANA MENJALANKAN PERINTAH PUTUSAN PEMIDANAAN APABILA
PUTUSAN SEORANG TERDAKWA TIDAK DALAM STATUS TAHANAN PADA SAAT PROSES
PENYIDIKAN, PENUNTUTAN, SAMPAI PADA PEMERIKSAAN PERSIDANGAN?
PEMIDAAN
Seperti yang kita ketahui bahwa dasar hukum penahanan seorang tersangka atau terdakwa terdapat pada pasal 21 KUHAP terutama
ayat 4 yaitu :
Penahanan tersebut hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan
maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal :
a. tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;
b. tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3);...............................................................................
Hal tersebut selaras dengan ketentuan pasal 205 ayat (1) KUHAP yaitu :
a. tindak pidana yang ancaman pidananya “paling lama 3 bulan” penjara atau kurungan;
b. atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 7500,- dan
c. “penghinaan ringan” yang dirumuskan dalam Pasal 315 KUHP.
Jika ketentuan Pasal 205 ayat (1) KUHAP ini kemudian dikaitkan dengan ketentuan terkait penahanan pada Pasal 21 ayat (4) KUHAP
yang antara lain menyatakan bahwa penahanan hanya dapat dilakukan terhadap tersangka atau terdakwa yang diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih, maka terhadap pelaku tipiring (tindak pidana ringan) yang ancaman pidananya “paling lama 3 bulan”
penjara atau kurungan memang tidak dilakukan penahanan.
APA TERDAKWA SEGERA DITAHAN SETELAH
PUTUSAN TERDAKWA DIBACAKAN? HAL APA YANG
AKAN DILAKUKAN OLEH PENGADILAN?
Ketika dalam status terdakwa tidak ditahan saat proses sidang maka
pengadilan dapat melakukan “cara lain” yaitu :
-terdakwa tetap berada dalam status “tidak ditahan”
terdakwa berada dalam status tidak ditahan, kemudian putusan yang PUTUSAN
dijatuhkan adalah putusan pemidanaan pengadilan dapat memerintahkan
dalam putusan supaya terdakwa tidak ditahan, hal tersebut diatur dalam pasal
193 ayat (2) huruf b KUHAP yaitu : PEMIDANAAN
a. Pengadilan dalam menjatuhkan putusan, jika terdakwa tidak ditahan, dapat
memerintahkan supaya terdakwa tersebut ditahan, apabila dipenuhi ketentuan
Pasal 21 dan terdapat alasan, cukup untuk itu;