Makalah P3K Penyelam Kelompok 2
Makalah P3K Penyelam Kelompok 2
DISUSUN OLEH :
NUR FADILATUS S. TEHUAYO RINDIANTIKA DJAUN
MARYANA SOPACUA EVI JANA WALA
NENENG SARPA WAKANO SAHMIYANI SOA
VIVIN Y. SAHULEKA SENI MASPAITELLA
WA ROSDIYANTI TRIAS A. TUARITA
MARSITI ASIA MARIA TOMATALA
WA MARYAM MUH. IRFAN HAKIM
NEIBEL A. KAPITAN MAHAJA RUMAU
SAPNA S. ALKATIRI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “PERTOLONGAN
PERTAMA PADA KECELAKAAN PENYELAM ” sebagai salah satu pencapaian tugas
Matra Laut.
Dalam penyusunan makalah ini, kami merasakan masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi penyempurnaan Asuhan Keperawatan ini ataupun sebagai
pembelajaran perbaikan selajutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama pada dosen pembimbing .
COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................8
1.3 TUJUAN PENULISAN...................................................................................................8
1.4 MANFAAT PENULISAN................................................................................................9
BAB II......................................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................10
2.1 KONSEP PENYELAMAN............................................................................................10
2.2 BEBERAPA ALAT SELAM DAN KEGUNAANNYA.................................................11
2.3 TINDAKAN P3K TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PENYELAMAN.........16
2.4 TEKNIK BHD PADA PASIEN TENGGELAM............................................................17
2.5 TEKNIK MENGAPUNG...............................................................................................19
BAB III.....................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................23
3.2 SARAN...........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
terdiri dari laut. Kondisi geografis seperti ini sebagian besar penduduk
tetapi sampai sekarang belum ada data yang akurat menyangkut keberadaan
2016).
menyelam dan alat yang digunakan belum sesuai standar. Risiko cidera dan
2017, jumlah nelayan secara keseluruhan ada 5.931 orang yang terbagi
dalam dua kelompok yaitu nelayan biasa sebanyak 4.237 orang (71%) dan
mengikuti yang lain dan tanpa bekal penguasaan ilmu dan teknologi yang
cukup serta sarana dan prasarana yang tidak memadai. Beberapa kegiatan
yang dilakukan oleh penyelam tradisional, antara lain: penangkapan ikan,
karena lobster, teripang, abalone dan mutiara banyak terdapat di dasar laut.
jenis tertentu, lobster, teripang, dan mutiara mempunyai nilai ekonomis yang
risiko yang cukup besar terhadap keselamatan dan kesehatan penyelam. Oleh
SCUBA.
ketidakpatuhan penyelam
terhadap standar keselamatan dan kesehatan penyelaman, antara lain:
dalam penggunaan alat selam yang sesuai dengan standar keselamatan dan
yang baik dan aman, pengetahuan penyelam tradisonal tentang risiko bahaya
selain itu penanganannya masih belum ditangani dengan baik oleh dokter
(Goplen, Grønning, Aasen, & Nordahl, 2009). Kondisi kesehatan kerja pada
kondisi pekerja ini, antara lain: di Kepulauan Seribu pada 145 nelayan
Pulau Panggung dan Pulau Pramuka sejak tahun 1994 sampai 1996
terdiri dari 142 penyelam termasuk teknisi, penyelam amatir, dan instruktur
terjadi pada lebih dari 1/3 sampel (37,3%), dan lebih signifikan sering pada
telinga kiri daripada telinga kanan (p = 0,016). Pemakaian tutup kepala saat
kondisi dingin saja (p < 0,000), dimana kasus barotrauma lebih besar
pada pemakaian tutup kepala pada saat dingin saja. Terdapat hubungan yang
tenggelam?
2. Tujuan Khusus
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
selam, serta alat lain pendukung penyelaman. Alat-alat bantu selam itu
danau dan bahkan bawah es di daerah kutub (ice diving), lebih lama dan
lebih dalam. Dewasa ini telah dicapai suatu kemaju-an yang sangat pesat
Bentuk mask ada beberapa macam. Pilihlah salah satu diantaranya yang
mengenakan tali kepala, tarik napas sedikit melalui hidung, jika mask tadi
wajah. Kegunaan mask untuk mencegah air masuk ke hidung dan mata
bawah air dengan jelas. Pilihlah mask dengan "tempered glass", jangan
2. Snorkel
3. Sabuk pemberat
dengan kebutuhan. Pemberat biasanya terbuat dari timah atau logam lain.
tekanan udara dalam; 9) Scuba (Pressure gauge); 10) Pisau selam (Dive
terkendali dalam air diakibatkan hilangnya daya apung dari baju selam
(wet suit) atau tas koleksi (collecting bag) yang berat; dan d) Untuk
Sebuah tabung selam, atau botol udara dibuat untuk menampung udara
ukuran. Pada umumnya scuba yang dipakai adalah "open circuit scuba"
air). Ada juga "semi closed circuit scuba" dan "closed circuit scuba".
Pada "closed circuit scuba" udara yang dikeluarkan (CO) tidak dihembus-
kan ke luar tetapi lewat proses kimia tertentu diubah kembali menjadi
Oksigen (CL) dan digunakan lagi untuk bernapas, sehingga gelembung-
keracunan gas oksigen sebab pada sistem ini digunakan oksigen murni.
6. Back pack
Back pack adalah alat pemegang scuba agar scuba tetap/enak dipakai
7. Regulator
dibutuhkan.
8. Pressure gauge
Pressure gauge ialah alat pengukur tekanan udara dalam scuba, agar
kita tahu sampai berapa atmosfer/PSI udara yang ada di dalam tabung.
9. Depth gauge
kita tahu berapa dalam kita menyelam. Hal ini berguna sekali untuk
sarungnya dan letakkan disalah satu kaki di bawah lutut demi keamanan
renang. Ada 2 macam sirip renang yaitu "open heel" dan "foot pocket".
Ada dua macam baju selam yaitu "Wet suit" dan "dry suit". Baju
selam ini berguna untuk melindungi tubuh dari dinginnya air sehingga
tubuh kita tidak terlalu banyak kehilangan panas badan. Di samping itu
berguna juga untuk melindungi diri dari sengatan binatang berbisa dan
dari dekompressi.
Selain alat-alat yang tersebut di atas ada pula peralatan lain seperti
penyelam, tas alat-alat, pelampung dan talinya, "log book" dan tabel
dekompresi.
2.3 TINDAKAN P3K TERHADAP KORBAN KECELAKAAN
tangan dan kaki, bercak kemerahan di kulit, adanya lengan atau tungkai
kaki yang lemah dan sukar digerakkan, atau lumpuh setelah selesai
oksigen.
2. Barotrauma
menghisap darah korban, terutama bibir, lidah atau gusi penolong ada
lukanya. Apabila tersedia, berikan anti bisa ular untuk gigitan ular.
alkohol, cuka di atas luka kemudian cungkil kawai / tentakel dari kuit
korban dengan menggunakan pisau atau ujung kayu, atau keringkan luka
luka. Rasa sakit dikurangi dengan obat penghilang rasa sakit misalnya
tabelt Posntan.
1 of 38
3. Jika pasien tidak sadar / tidak ada respon, maka aktifkan EMS (Emergency Medical
System) atau call for help(minta pertolongan)
4. Buka jalan napas dengan head tilt - chin lift (untuk korban non trauma, chin lift –
jaw thrust (untuk korban trauma yang dicurigai fraktur servikal).
6. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan recucitator sebanyak 2
kali secara perlahan
7. Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba nadi karotis, jika arteri carotis
terba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali
8. Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi
jantung luar dengan perbandingan 15:2 untuk dewasa baik 1 atau penolong.
9. Kompresi jantung dilakukan dengan cara:
a. Penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangandengan kejutan bahu.
b. Penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atasprosesxyphoideus
c. Kedalam tekanan 5-6 cm
d. Frekuensi penekanan 80-100 kali per menit
e. Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi)cek pernapasan
f. Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasidimulai dengan kompresi
jantung luar.
g. Jika nafas sudah ada hentikan RJP dan berikan recovery position.
1. Sikap badan
Pada semua gaya renang, yaitu gaya bebas, gaya dada, gaya punggung, dan
gaya kupu-kupu; menghasilkan posisi badan dalam renang sedatar mungkin pada
permukaan air, (posisi yang stream line), dengan tujuan agar
tahanan depan menjadi kecil. Pada injak-injak air, posisi badan tidaklah datar pada
permukaan air, melainkan cenderung tegak lurus pada permukaan air, hal ini
dilakukan karena pada waktu injak-injak air/water trappen tidak bergerak maju
sehingga tahanan depan tidak perlu diperhitungkan. Posisi badan tidak tepat tegak
lurus pada permukaan air, melainkan agak mering ke depan, dimana bagian kepala
lebih ke depan. Pada posisi ini diharapkan agar penampang badan akan lebih luas
dibandingkan dengan sikap yang tegak lurus pada permukaan air. Dengan demikian
maka daya mengapung badan akan menjadi lebih besar, posisi badan ini harus stabil,
tidak terlalu bergerak ke atas, ataupun terlalu banyak bergerak ke bawah. Hal ini
sangat banyak berhubungan dengan gerakan lengan dan gerakan kaki.
2. Gerakan kaki
4. Pernapasan
Pernapasan pada injak-injak air/water trappen bukanlah merupakan masalah,
mengingat seluruh termasuk mulut berada di atas permukaan air. Pernapasan yaitu
pengambilan O2 dan pengambilan CO2 dilakukan dengan biasa saja, tidak seperti
pada pernapasan renang, dimana dilakukan secara meledak pada waktu mengambil
udara maupun mengeluarkan udara. Haruslah diusahakan bahwa permukaan air
berada disekitar dagu perenang. Dalam bernapas janganlah berusaha menaikan mulut
jauh dari ats permukaan air, sehingga leher atau dadanya kelihatan atau berada di atas
permukaan air. Bila hal ini terjadi maka pada kesempatan berikutnya badan turun
sampai mulut berada di bawah permukaan air, hal ini akan menyulitkan pernapasan.
Pada injak-injak air apabila pada suatu ketika mulut perenang berada di bawah
permukaan dikarenakan oleh gerakan tangan maupun gerakan kaki kurang stabil,
maka perenang harus bersikap tenang, dan mulut ditutup rapat, tidak bernapas, berada
di bawah permukaan air. Pada kesempaan berikutnya mulut akan keluar dari
permukaan air, pada kesempatan itulah mulut dibuka untuk bernapas. Ingat bahwa
pernapasan pada injak-injak air, dilakukan dengan mulut bukan dengan hidung.
Sehubungan dengan pernapasan pada menginjak- injak air ini, haruslah diusahakan
gerakan-gerakan lengan dan kaki yang stabil sehingga mengakibatkan sikap badan
yang stabil pula (tidak naik terlalu jauh), dan akan mengakibatkan pula mulut selalu di
atas
5. Koordinasi gerakan
Koordinasi gerakan ini haruslah diusahakan agar gerakan dari tangan dan
gerakan kaki menghasilkan sikap badan yang stabil. Sikap badan yang stabil ini
adalah sikap dimana badan bergerak ke atas dan ke bawah sedikit sekali. Pada
umumnya dalam injak-injak air/water trappen, gerakan yang dipakai adalah gerakan
yang bersama-sama, yaitu untuk gerakan kedua kaki bergerak bersamasama antara
kaki kanan dan kaki kiri, gerakan tangan bergerak bersama-sama antara tangan kanan
dan lengan kiri. Pada saat kedua kaki menendang ke arah bawah, maka kedua tangan
bergerak ke arah atas sebaiknya saat kedua kaki bergerak ke atas, maka kedua tangan
mendayung air ke arah bawah. Dengan koordinasi gerakan lengan dan kaki seperti
tersebut di atas, diharapkan sikap badan akan menjadi stabil.
Dapat disimpulkan Injak-injak air/water trappen adalah merupakan renang
berdiri atau bentuk berenang tidak maju-mundur, ke kiri dan kanan atau ke depan dan
kebelakang. Kegunaan menginjak-injak air terutama yaitu pada saat kita akan
bertabrakan dengan perenang lain dalam kolam renang, oleh karena itu kita perlu
berhenti dengan cara menginjak-injak air. Menginjak-injak air banyak juga digunakan
dalam polo air, kejar-kejaran di kolam renang dan lempar bola serta dapat juga
digunakan dalam renang menolong korban tenggelam di air. Gerakan kaki pada injak-
injak air pada prinsipnya sama seperti gaya renang yang lain, seperti pada gaya dada
atau gaya bebas. Gerakan kaki selain untuk keperluan bergerak maju untuk menolong
berat badan atau gaya apungnya di air kurang,sehingga badan bagian atas atau kepala
tetap berada di atas permukaan air. Sedangkan gerakan lengan selain fungsinya sama
dengan gerakan kaki juga untu menjaga keseimbangan. Dalam mempelajari gerakan
menginjak-injak air, dapat dibagi menjadi beberapa unsur gerakan, yaitu : 1) sikap
badan, 2) gerakan kaki, 3) gerakan lengan, 4) pernapasan dan 5) koordinasi gerakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam makalah ini, kita telah membahas pentingnya Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan Penyelam. Berdasarkan informasi yang telah disajikan dalam makalah ini dapat
disimpulkan bahwa pertolongan pertama merupakan aspek kritis dalam menyelamatkan
nyawa penyelam yang mengalami kecelakaan.
Kesimpulan dari makalah mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan penyelam
adalah sebagai berikut:
1. Pentingnya Pelatihan: Kecelakaan penyelaman dapat terjadi kapan saja, dan pertolongan
pertama yang efektif memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Oleh karena itu,
sangat penting bagi penyelam untuk mendapatkan pelatihan yang memadai dalam
pertolongan pertama penyelaman.
2. Kecepatan Reaksi: Dalam kecelakaan penyelaman, waktu sangat berharga. Penyelam harus
segera merespons situasi darurat dengan cepat dan efisien untuk meningkatkan peluang
bertahan hidup dan mengurangi risiko cedera yang lebih serius.
3. Peran Kelengkapan dan Tim: Pertolongan pertama penyelaman yang efektif memerlukan
peralatan dan kelengkapan khusus, seperti tabung oksigen, masker CPR, dan peralatan
evakuasi. Selain itu, bekerja sebagai tim dapat meningkatkan efektivitas pertolongan pertama.
3.2 SARAN
Saran dari makalah ini untuk meningkatkan pertolongan pertama pada kecelakaan
penyelam adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan Rutin: Penyelam harus secara rutin mengikuti pelatihan pertolongan pertama
penyelaman yang diberikan oleh instruktur berlisensi. Ini akan membantu mereka
mempertajam keterampilan dan pengetahuan mereka dalam situasi darurat.
2. Mempersiapkan Kelengkapan: Setiap penyelam harus selalu memastikan bahwa mereka
memiliki kelengkapan pertolongan pertama yang sesuai dan dalam kondisi baik sebelum
melakukan penyelaman. Peralatan ini harus diperiksa secara berkala dan diganti jika
diperlukan.
3. Latihan Tim: Penyelam harus berlatih secara berkala dengan tim mereka untuk memastikan
bahwa mereka tahu bagaimana bekerja sama dalam situasi darurat. Ini dapat meningkatkan
koordinasi dan efektivitas pertolongan pertama.
4. Reaksi Cepat: Penyelam harus selalu siap untuk merespons kecelakaan penyelaman dengan
cepat dan tanpa ragu-ragu. Hal ini dapat dilakukan melalui simulasi dan permainan peran
dalam pelatihan.
5. Kolaborasi dengan Tim Medis: Ketika kecelakaan penyelaman terjadi, penting untuk
segera menghubungi tim medis profesional dan bekerja sama dengan mereka untuk
memberikan perawatan yang diperlukan. Komunikasi yang baik dengan tim medis sangat
penting untuk mengelola situasi darurat dengan baik.
Dengan mengikuti saran-saran ini dan menjaga keterampilan pertolongan pertama
penyelaman yang baik, penyelam dapat meningkatkan keselamatan mereka dan membantu
menyelamatkan nyawa dalam kecelakaan penyelaman.
DAFTAR PUSTAKA
Onyekwelu, E. (2018). Drowning and Near Drowning. Internet Journal of Health 8(2).