Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PASIRUKEM
Jalan Raya SingaperbangsaDesa PasirukemKecamatanCilamaya Kulon
Email :pkmpasirukem@gmail.com Kode Pos 41384

PEMECAHAN MASALAH DENGAN PDCA PADA KEMATIAN BAYI

BAB I

PENDAHULUAN

1 LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA)
merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000
kelahiran hidup, AKB 34 per

1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.

Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR 19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hidup.
Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Besaran kematian Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN
19/1.000 KH, AKB 34/1.000 KH dan AKABA

44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 bayi dan 22 Balita meninggal tiap jam. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium
Development Goals/MDGs, 2000) pada

tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka
Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu

Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari
68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka

Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015.

Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan (SKRT 2001).
Penyebab langsung kematian Ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung
kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia
pada ibu hamil ini akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Sedangkan
berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%),
infeksi (7%) dan lain-lain (33%).

Hasil riskesdas 2007 menunjukkan kematian Neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Dari data tersebut terlihat masih redahnya
cakupan pemeriksaan, 57,6% neonatus diperiksa oleh tenaga kesehatan dalam minggu pertama setelah kelahirannya dan
hanya 33,5% neonates umur 8-28 hari diperiksa. Penyebab kematian terbesar berdasarkan Riskesdas 2007 untuk 0-6 hari
adalah gangguan pernapasan/asfiksia 35,9%, prematuritas dan BBLR 32.4% dan sepsis 12% sedangkan umur 7-28 hari adalah
sepsis 20.5%, kelainan kongenital 18,1%, pneumonia 15,4%, prematuritas da BBLR 12,8%, dan RDS 12,8%.

Di UPT Puskesmas Haurpanggung terdapat 410 orang bayi yang lahir dari Januari-April 2017 . Di Puskesmas Haurpanggung
terdapat 9 bidan puskesmas dan 4 bidan desa , ada 71 posyandu, dengan kader yang aktif sekitar 75%, dan ada 8 kelas ibu
hamil. Di Puskesmas Haurpanggung ada banyak faktor resiko tinggi pada ibu hamil yang dapat menjadi penyebab dan dapat
berpengaruh terhadap kematian ibu . Presentasenya adalah ibu hamil usia <20 tahun 23 0rang ( 5.36% ), usia >35 tahun 29
orang ( 6.76% ), KEK 25 orang (5.83% ), HB <11 gr% 47 orang

(10.96%),hipertensi 8 orang (1.86% ), dan jarak kelahiran <2 tahun 7 orang (1,63%).

Data ini diambil dari kumulatif kunjungan K1 ibu hamil ( 429 orang )

Persalinan yang di tolong oleh paraji 13 orang ( 3,17% )dari jumlah persalinan 410 orang dan ada 1 kasus kematian pada ibu
nifas, data ini diambil kumulatif dari bulan Januari - Apri 2017.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Konsep PDCAcycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.
Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”.
PDCAcycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem.

Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCAcycle, yaitu:

a. Plan
1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa pelayanan tersebut
melalui analisis suatu proses tertentu.
2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
 Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam prose tersebut.
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
 Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
 Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses
 Teknik yang digunakan : observasi
 Mengunakan alat ukur seperti wawancara
4. Fokus pada peluang peningkatan mutu
 Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
 Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara kenyataan dengan yang diinginkan,
spesifik, dapat diukur.
5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah
 Menyimpulkan penyebab
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
 Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa
6. Menemukan dan memilih penyelesaian
 Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

B. Do
1. Suatu proyek uji coba
 Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.
 Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)
2. Melaksanakan Pilot Project
Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2 minggu)

C. Check
1. Evaluasi hasil proyek
 Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
 Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan teknik
pengumpulan data harus sama)
 Target yang ingin dicapai 80%
 Teknik yang digunakan: observasi dan survei
 Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner
2. Membuat kesimpulan proyek
 Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
 Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain
 Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas

D. Action
1. Standarisasi perubahan
 Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
 Revisi proses yang sudah diperbaiki
 Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
 Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan.
 Lakukan pelatihan bila perlu
 Mengembangkan rencana yang jelas
 Dokumentasikan proyek

2. Memonitor perubahan
 Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
 Alat yang digunakan : …….

PENYEBAB KEMATIAN BAYI ADALAH :

I. ASPYXIA
a. Definisi Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur.
Asfiksia neonatorum adalah di mana bayi tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis.

b. Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah utero plasenter sehungga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang.

1. Faktor ibu :
 Air Preeklamsi dan Eklampsia.
 Perdarahan abnormal ( plasenta previa atau solusio placenta )
 Partus lama atau partus macet
 Demam selama persalinan.
 Infeksi berat ( malaria , sifilis , TBC, HIV)
 Kehamilan lewat waktu ( setelah 42 minggu )

2. Faktor tali pusat :


 Lilitan tali pusat.
 Tali pusat pendek.
 Simpul tali pusat .
 Prolap tali pusat

3. Faktor
bayi :
 Bayi prematur ( sebelum 37 minggu )
 Persalinan dewngantindakan .( sungsang , bayi kembar , distosia bahu ,
ektraksi vakum , ektraksi forsep )
 Kelainan bawaan ( kongenital )
 Ketuban bercampur meconium

c. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Ada tiga hal yang perlu
mendapat perhatian, yaitu:
1. Denyut jantung janin.
Frekuensi normal ialah antara 120 – 160 denyutan permenitnya. Selama his,
frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 kali permenitnya, dan
lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. Di beberapa
klinik, elektrokardiografi janin digunakan untuk terus-menerus mengawasi
keadaan denyut jantung dalam persalinan.
2. Mekonium dalam air ketuban.
Mekonium dalam presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus
menimbulkan kewaspadaan. Pengeluaran mekonium pada letak kepala
menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga
peristaltic usus meningkat dan sfingter ani terbuka, sehingga terjadi
pengeluaran mekonium. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila
hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaaan PH darah janin.
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambilcontoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila pH itu
turun sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh
beberapa penulis.

4. Klasifikasi Asfiksia Neonatus


Klasifikasi asfiksia dibagi menjadi :
II. Bayi normal : Skore APGAR 10.
III. Asfiksia Ringan : Skore APGAR 7-9. Bayi dianggap sehat, dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
IV. Asfiksia Sedang : Skore APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi tentang lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
V. Asfiksia Berat : Skore APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung
yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama
asfiksia berat.
VI. Cara Menilai Tingkatan Apgar Score
Tanda 0 1 2
Detak Tida ada <100 x/mnt >100 x/mnt
jantung
Pernapasan Tidak ada Tidak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lunglai Ekstremitas lemah Gerakan aktif
Reflek Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan Merah seluruh tubuh
Ekstremitas Biru
6. Persiapan Resusitasi BBL
Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia:
1. AIRWAY (LANGKAH AWAL)
a. Jaga bayi tetap hangat.
b. Atur posisi bayi.
c. Isap lendir.
Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
1) Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di
hidung.
2) Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat
memasukkan).
3) Bila menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memasukkan ujung
pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih
dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat

menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas


bayi.
d. Keringkan dan Rangsang taktil.
e. Reposisi.
1) Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang
baru (disiapkan).
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan
dada agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
3) Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).
4) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
f.Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak
bernapas.

2. BREATHING (VTP)
Bila FJ < 100x/menit /APNUE yaitu VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan
sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positip yang memadai
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
a) Pasang sungkup, perhatikan lekatan.
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.
b) Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi. Tiupan
awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi
bisa mulai bernapas dan sekaligus menguji apakah jalan napas
terbuka atau bebas.
Lihat apakah dada bayi mengembang, Bila tidak mengembang
1) Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.
2) Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran. Bila
dada mengembang yaitu lakukan tahap berikutnya
1) Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan
tekanan 20 cm air dalam 30 detik.
2) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan
teratur?
Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan dinding
dada dan auskultasi bunyi napas.
Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit, kemerahan yaitu
PERAWATAN LANJUT

3. CIRCULATION
Apabila setelah dilakukan VTP, FJ < 60x/menit àVTP dan kompresi
dada Kompresi Dada
a. Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada
dengan kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum
atau dengan menahan punggung bayi dengan satu tangan dan
menggunakan ujung dari jari telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk
menekan sternum.
b. Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol kedalaman
penekanan lebih baik.
c. Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman ± 1,5 cm dan dengan
frekuensi 90x/menit.
d. Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan 1x ventilasi sehingga didapatkan
30x ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding dada dengan
ventilasi yang dianjurkan adalah 3 : 1.
e. Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak
berespon, kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak
adekuat, karena itu adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara
konstan.

VII. BBLR
1. Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

2. Penyebab BBLR
a. Faktor lbu

 Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya


perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

 Umur ibu

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah
pada usia antara 26 - 35 tahun.

 Keadaan sosial ekonomi


Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik (khususnya anemia) dan pelaksanaan antenatal yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah.temyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah

 Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

b. Faktor janin
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.

c. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
3. Karakteristik BBLR
a. BB < 2500 gram, PB < 45 cm , LK < 33 cm , LD < 30 cm
b. Gerakan kurang aktif,oto masih hipotonis
c. Umur kehamilan < 37 minggu
d. Kepala lebih besar dari badan, rambut tipis dan halus
e. Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan satura besar
f. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
g. Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil
h. Pernafasan belum teratur, dan sering mengalami serangan apneu
i. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak
j. Kepala tidak mampu tegak
k. Frekuansi nadi 100-140 kali permenit

4. Masalah-masalah yang terjadi pada BBLR


Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:

 Suhu Tubuh

a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna


b. Luas badan bayi relatifbesar sehingga penguapannya bertambah
c. Otot bayi masih lemah
d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas badan
e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan BBLR perlu
diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat
diperhatikan sekitar 30 0C sampai 370C
 Pernafasan
a. Pusat pengatur pernafasan belum sempuma
b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak
sempurna
c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah
d. Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah
infeksi paru-paru, gagal pernafasan.

 Alat pencernaan makanan

a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan kurang baik


b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga
pengosongan lambung berkurang.
c. Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan
aspirasi pneumonia.

 Hepar yang belum matang (immatur)


Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah
terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai keroikterus.

 Ginjal masih belum matang

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih


belum sempurna sehingga mudah terjadi edema.

 Perdarahan dalam otak

a. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah peca


b. Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi
perdarahan dalam otak.
c.Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat
menyebabkan
d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan terjadi
perdarahan dan nekrosis.

5. Pencegahan Terjadinya BBLR


a. Makan 2x lebih banyak atau 1x lebih sering daripada sebelum hamil.
b. Memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4x selama kehamilannya.
c. Mengurangi kerja berat yang melelahkan dan istirahat yang cukup
d. Mengatur jarak kehamilan minimal 3 tahun.

6. Yang perlu diperhatikan dalam merawat BBLR


a. Jagalah bayi agar tubuhnya tetap hangat sampai bayi menjadi lebih kuat
dan berat badan menjadi normal.
b. Rawat tali pusat dengan bersih dan teratur, pakailah kain kasa (perban)
yang dibubuhi alkohol 70% dang anti setiap hari.
c. Berikan ASI atau PASI setelah lahir setiap hari dan usahakan sesering
mungkin dalam porsi kecil sesuai kemampuan bayi.
d. Jauhkan bayi dari orang sakit, sebaiknya ibu memakai kain penutup pada
hidung dan mulut pada waktu menyusui bayi.

VIII. PREMATURITAS

1. Pengertian bayi prematur


Prematuritas adalah neonatus /bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu.
2. Penyebab bayi prematur

 Faktor usia ibu < 16 tahun - > 35 tahun


 Infeksi terjadi dalam tubuh ibu hamil
 Jika wanita yang hamil mengkonsumsi alcohol, obat-obatan dan
merokok
 Jika ada masalah dengan sistem reproduksi ibu
 Tidak menerima perawatan yang tepat selama kehamilan dan tidak
mengikuti perintah dokter pada kebutuhan gizi

3. Tanda dan gejala persalinan prematur

 Berat badan < 2000gr, panjang badan < 45 cm, lingkar kepala < 33 cm.
lingkar dada < 30 cm
 Masa kehamilan < 37 minggu
 Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak terutama pada dahi,
pelipis, telinga dan lengan
 Reflex tonus otot masih lemah, reflex menghisap dna menelan serta
reflex batuk belum sempurna
 Pernapasan tidak teratur bisa terjadi apneu
 Pernapasan sekitar 45-50x/menit dan nadi100-140x/menit
4. Pencegahan kelahiran prematur

 Rajin memeriksakan kehamilan


 Ketahui faktor risiko seperti merokok, hipertensi, pernah memiliki komplikasi
kehamilan sebelumnya
 Mengonsumsi makanan bergizi selama kehamilan
 Hindari cemas
 Menghindari persalinan dengan operasi section Caesar
 Membantu ibu hamil berhenti merokok

5. Perawatan bayi premature


Perawatan bayi premature sebaiknya dirawat di incubator. Bayi dizinkan
dibawa pulang setelah BB mencapai titik tertentu, biasanya antara 2040 –
2270 gram. Dengan memperhatikan gambaran klinik, maka perawatan
bayi premature yaitu :

 Pengaturan suhu badan


 Makanan bayi premature
Menghindari infeksi

IX. SEPSIS/INFEKSI
1. Pengertian

Sepsis neonatorum adalah suatu bentuk penyakit yang digambarkan


dengan adanya infeksi bakteri secara sistemik pada bulan pertama
kehidupan yang ditandai hasil kultur darah yang positif. Definisi lainnya
adalah sindroma klinis yang ditandai gejala sitemik dan disertai
bakteriemia yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.
2. Etiologi
1. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri
mampu menyebabkan sepsis.
2. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling
sering dari sepsis : Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka
kesakitan sekitar 50 – 70 %. Diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma.
Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus,
candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella,
sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
3. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan
tindakan.
4. Kelahiran kurang, BBLR, cacat bawaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal


dari tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun).
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KDP)
e. Prosedut selama persalinan
2. Faktor neonatatal
a. Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan
lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan
kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi
imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali
lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor diluar ibu dan neonatal
a. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
c. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillus danE.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh e.
Colli
4. Faktor predisposisi
Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu
maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap
kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor tersebut adalah :
a. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan
b. Perawatan antenatal yang tidak memadai
c. Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus
d. Pertolongan persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan
tindakan.
e. Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.
f. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.
g. Tidak menerapakan rawat gabung
h. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak
i. Ketuban pecah dini

3. Diagnosis

a. Dari gejala-gejala klinis / manifestasi klinis


Sepsis neonatorum adalah infeksi yang masuk ke dalam tubuh secara
langsung, yang dapat menimbulkan gejala klinis yang berat. Penyebab sepsis
neonatorum adalah bakteri gram positif dan gram negatif, virus infeksi, dapat
masuk secara hematogen, atau infeksi asenden. Waktu masuknya infeksi
dapat berlangsung sebagai berikut.
1. Sebelum in partu. Potensi infeksi neonatus dalam keadaan :
a. Ketuban pecah dini akibat infeksi asenden.
b. Akibat melakukan amniotomi.
c. Infeksi ibu sebelum persalinan.
d. Prematuritas akan lebih rentan terhadap infeksi
e. Pertolongan persalinan yang tidak bersih situasinya.
2. Pada saat in partu sebagai akibat bayi dengan berat badanlahir
rendah/prematuritas atau akibat alat resusitasi yang tidak steril.
3. Terdapat sumber infeksi (infeksi lokal).
4. Stomatitis,perlukaam badan.
5. Sumber infeksi kulit (furunkel).

Berdasarkan kejadiannya, infeksi sepsis neonatorum berlangsung dalam dua


awitan berikut :
1. Awitan dini :
a. Gejala klinisnya tampak secara dini yaitu sekitar/sejak semula (rata- rata 48
jam pertama).
b. Infeksi berkaitan dengan sumber pada ibunya saat proses persalinan.
c. Kumannya: stafilokokus (E. Coli, H. Infuenzae, Klebsiella, Monilia).
2. Awitan lanjut :
a. Gejala klinisnya tampak setelah7 hari, saat penderita telah pulang.
b. Sumber infeksinya: faktor lingkungan yang kotor dan infeksius, infeksi
nosokomial di rumah sakit.
c. Penyebab infeksinya : S. Aureus, stafilokokus grup beta, E. Coli
monositogen.
d. Komplikasi berat : komplikasi susunan saraf pusat.

Diagnosis sepsis nenoatorum sulit ditetapkan karena gejalanya tidak khas. Setiap perubahan
keadaan fisik atau gambaran darah neonatus dianggap terjadi infeksi sepsis neonatorum.
Diagnosis ditegakkan jika terdapat lebih dari satu kumpulan gejala berikut ini :

1. Gejala umum infeksi : tampak sakit, tidak man ruinum, suhu naik atau turun,
sklerena/skerederna.

2. Gejala gastrointestinal : terdapat diare, muntah, hepatomegali,


splenomegali, atau perut kembung.

3. Gejala paru : sianosis, apnea, atau takipnea.

4. Gejala kardiovaskular : terdapat takikardia, edema atau dehidrasi.

5. Gejala neurologic : letargi (tampak seperti mayat), peka rangsang atau


kejang.

6. Gejala hematologis-laboratorium : ikterus, pendarahan bawah kulit,


leukopenia, dan leukosit kurang dari 5.000/mm3.

7. Pemeriksaan tambahan untuk memperkuat sepsis neonatorum adalah : KED


meningkat, trombositopenia, granulasi toksis vakuolisasi sel atau granulasi
toksis, vakuolisasi nukleus polimorf.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk sepsis neonatorum ada tiga tahap yaitu sebagai beikut

1. Perawatan umum :

a. Tindakan aseptik dengan cuci kama.

b. Pertahankan suhu tubuh sekitar 36,5-37ºC.


c. Jalan napas harus bersih, artinya jangan sampai ada gangguan napas.

d. Cairan diberikan dengan infus.

e. Lakukan perawatan bayi dan tali pusat dengan baik.

2. Medikamentosa :

a. Beri antibiotik kombinasi.

b. Evaluasi hasilnya 3-5 hari, bila tidak berhasil, ganti antibiotik.

c. Uji sensitivitas kuman sehingga antibiotik diberikan dengan tepat.

d. Antibiotik diberikan perpanjangan selama 7 hari setelah perbaikan secara klinis.

3. Simtomatik : pengobatan simtomatik diberikan dan sesuai dengan gejala klinisnya


(obat penurun panas, obat anti kejang). Transfusi darah sehingga Hb 11g%.

Pemantauan terhadap perawatan pasien adalah sebagai berikut :

1. Perhatikan keadaan umum, tanda-tanda vitalnya,

2. Perhatikan keseimbangan nutrisi dan cairan.

3. Evaluasi gambaran darahnya.

4. Persiapan alat darurat

5. Pencegahan
a. Dari Ibu.
Grup B Streptococcus merupakan penyebab terberat sebagai patogen
terbanyak pada akhir tahun 1960an dan biasanya sebagai penyebab dari
early-onset sepsis. Sepuluh sampai 30 wanita hamil dengan kolonisasi
Grup B Streptococcus dalam vagina atau daerah rektum.Dua pendekatan
utama : prenatal skrining (semua wanita hamil di skrining untuk deteksi
infeksi Grup B Streptococcus pada 35-37 minggu kehamilan dan
dilakukan pengobatan untuk kulturnya yang positif) dan identifikasi dari
wanita beresiko tinggi serta mengobati sebelum terjadinya persalinan.
b. Dari Neonatus
Pemberian antibiotik profilaksis untuk bayi-bayi asimtomatis yang diduga
beresiko tinggi terjadi sepsis oleh Grup B Streptococcus masih
kontroversial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian
penisilin pada semua bayi atau bayi <2.000>

6. Pengobatan
Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian
cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Menurut Yu Victor Y.H dan Hans
E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh,
tidak toksik, dapat menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam
otak yang memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat diberi secara
parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau
ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain sesuai
hasil tes resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum : Ampisislin 200 mg/kgBB/hari,
dibagi 3 atau 4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2
pemberian; Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 atau 4 kali
pemberian; Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali
pemberian;Eritromisin500 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis.(surasmi,2003)
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin (hb, leuko, trombosit, CT, BT, LED, SGOT,
SGPT)
2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
3. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi
dapat
4. Mendeteksi organisme.
5. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan
peningkatan
6. Neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
7. Laju rendah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan
meningkat menandakan adanya perubahan
8. Inflam

TINJAUAN KASUS

KASUS

Di Desa Haurpanggung terdapat 159 orang ibu hamil. Di desa tersebut terdapat 1
bidan desa dan 1 bidan pendamping, ada 21 posyandu, dengan kader yang aktif
sekitar 75%, dan ada 2 kelas ibu hamil. Di Desa Haurpanggung ada banyak faktor
resiko tinggi pada ibu hamil yang dapat menjadi penyebab dan dapat berpengaruh
terhadap kematian ibu di desa ini. Presentasenya adalah ibu hamil usia <20 tahun
4 0rang ( 3,51% ), usia >35 tahun 2 orang ( 1,75 ), KEK 10 orang (8,77% ), HB <11
gr% 17 orang ( 14,91% ),hipertensi 3 orang ( 2,63% ), dan jarak kelahiran <2 tahun 2
orang (1,75%).
Persalinan yang di tolong oleh paraji 10 orang ( 10,9% ) dan ada 1 kasus kematian
pada ibu nifas, data ini diambil kumulatif dari bulan Januari - Apri 2017.
Llangkah – langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah
sebagai berikut melalui Pembuatan Siklus PDCA :

Pembuatan Siklus PDCA


1. Perencanaan/ Planing
Unsur-unsur rencana kerja
a. Judul Rencana
Menurunkan angka Kematian ibu
b. Rumusan Pernyataan dan uraian masalah
Adanya AKI di Desa PASIRUKEM pada bulan JUNI 2023 .
AKI : Jumlah Kematian Ibu pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas.

Kematian Ibu bisa disebabkan :


1. Perdarahan
2. Pre Eklampsia dan Eklampsia pada kehamilan
3. Infeksi
4. 3 Terlambat, 4 Terlalu
5. Pertolongan Persalinan Tenaga Kesehatan non-medis ( dukun )
6. Kematian Ibu akibat sarana transportasi
7. Akibat penyakit yang d iderita ibu

c. Rumusan tujuan
Menurunkan angka kematian ibu di Desa Haurpanggung

d. Uraian kegiatan
1. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat (termasuk kades)
2. Melakukan pendekatan kepada kader dan paraji
3. Melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat
4. Melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai tanda bahaya dalam
kehamilan, persiapan persalinan , dll )
5. Melaksanakan kelas ibu hamil
6. Menyarankan/mengajak ibu untuk menabung sebagai persiapan untuk biaya
persalinan ( tabulin)

e. Metode dan kriteria penilaian


1. Melakukan kunjungan rutin Antenatal Care
2. Deteksi dini bahaya kehamilan
3. Melakukan penyuluhan tentang kehamilan
4. Membagikan leaflet seputar kehamilan

f. Waktu

NO KEGIATAN APRIL MEI


1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengumpulan Data X

2 Melaporkan hasil data X

3 Konsultasi X

Penyuluhan dan melakukan


4
kunjungan rumah X

5 Menyusun rencana kerja baru X

Memantau pelayanan yang telah


6
diberikan x

7 Menilai hasil yang dicapai x

a. Pelaksana

No Pelaksana Uraian tugas dan tanggung


jawab

1. Anggi, Khalida, Wanti, susanti Pengumpulan data, konsultasi

2. Elis Humaeroh Penyuluhan

3. Bidan / Dokter Memberikan pelayanan kebidanan


dan pengobatan
a. Biaya

Biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan :

Pengeluaran Biaya

Pengetikan/ notulen Rp

Fotocopi Rp.

Peralatan penyuluhan RP.

Konsumsi Rp.

Transportasi Rp.

Jumlah Rp

1. Menetapkan Prioritas Masalah


Dalam kasus di atas yang menjadi priorias masalah adalah kematian bayi
sebanyak 4 kasus, kematian bayi menjadi indikator kesehatan,
2. Menetapkan Prioritas Penyebab Masalah
Penyebab kematian bayi adalah :

1. Ibu bayi menderita penyakit darah tinggi dan diagnose akhir dokter RSU
dr.Slamet ibu menderita juga penyaikt Jantung
2. Bayi lahir Imaturus dengan berat janin 800 gr
3. Bayi lahir Prematur dan BBLR
3. Menetapkan Prioritas Pemecahan Masalah
a. Konseling pada setiap ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas
b. Menjalin kemitraan dan pembinaan dengan Paraji ( pembinaan dilaksanakan 1
tahun 1x )
c. Bekerjasama dengan Kader dan masyarakat setempat
d. Mengembangkan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita
B. DO/ PELAKSANAAN
4. Melaksanakan prioritas pemecahan masalah dengan POA dan Gantt Chart
a. Membuat POA → Format rencana pelaksanaan kegiatan
No Uraian Sasaran/ Langkah kegiatan Su Penanggu Batas
. Masalah target mbe ng Jawab waktu
r
day
a
1. Ada 4 kasus Menurunkan - Menyediakan alat bantu untuk ters  Dokter
kematian kematian bayi melakukan konselng edia
 Kades
bayi di wilayah (poster,lembar balik,leaflet dll.)
- Melakukan pendekatan dengan  Bidan
kerja
tokoh masyarakat (termasuk kordinator
Puskesmas
 Bidan
kades).
Haurpanggung
- Melakukan pendekatan kepada desa
kader dan paraji,
- Melakukan pendekatan kepada
masyrakat setempat,
- Melakukan konseling kepada ibu
hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas
mengenai tanda bahaya dalam
Kehamilan, persiapan persalinan ,
dll ).
- Melaksanakan kelas ibu hamil dan
kelas ibu balita
- Bermitra dengan paraji (memberi
penjelasan tentang apa saja yang
bisa dilakukan paraji),
- Menyarankan/mengajak ibu untuk
menabung sebagai persiapan
untuk biaya persalinan ( tabulin)
- Mengajak masyarakat untuk
menyisihkan uangnya tiap minggu
secara sukarela untuk digunakan
jika ada bumil yang kurang
mampu membutuhkan biaya
persalinan (dabulin) atau dengan
menggunakan sumber daya yang
ada di desa tersebut.
- Bekerjasama dengan masyarakat
untuk pengadaan transfortasi
untuk mencapai tempat
kesehatan, misalnya dengan
menggunakan kendaraan milik
masyarakat setempat.

a. Membuat Gantt Chart

No Kegiatan Bulan / I II III IV


Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menyediakan alat bantu untuk
melakukan konselng (leaflet, lembar
balik, dll.)
2. Melakukan pendekatan dengan
tokoh masyarakat (termasuk kades)
3. Melakukan pendekatan kepada X X X X X X X X
kader dan paraji
4. Melakukan pendekatan kepada X X X X X X X X X X X X X X X X
masyrakat setempat
5. Melakukan konseling kepada ibu X X X X X X X X X X X X X X X X
hamil mengenai tanda bahaya
dalam kehamilan, persiapan
persalinan , dll )
6. Melaksanakan kelas ibu hamil dan X X X X X X X X
kelas ibu balita
7. Bermitra dengan paraji (memberi
penjelasan tentang apa saja yang
bisa dilakukan paraji)
8. Menyarankan/mengajak ibu untuk X X X X X X X X
menabung sebagai persiapan untuk
biaya persalinan ( tabulin)
9. Bekerjasama dengan masyarakat
untuk pengadaan transfortasi untuk
mencapai tempat kesehatan,
misalnya dengan menggunakan
kendaraan milik masyarakat
setempat.

a. CHECK/ PEMANTAUAN

Setelah melakukan rencana kerja, selanjutnya melakukan check / penilaian


apakah tindakan yang kita lakukan sudah sesuai dengan rencana/ belum,
apakah ibu hamil sudah memahami konseling yang kita berikan/belum
memahami, dan apakah ada perubahan pola hidup yang lebih positif/tidak di
desa tersebut.

b. ACTION/PERBAIKAN

Selanjutnya merumuskan tindakan perbaikan apabila terdapat


penyimpangan dari pemantaun yang telah dilakukan.

Mengetahui, Garut, April 2017

Kepala UPT Puskesmas

Haurpanggung Penelola Program KIA


.
.

Anda mungkin juga menyukai