Makalah Asbaab An-Nuzul
Makalah Asbaab An-Nuzul
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an
Disusun oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang maha kuasa yang mana berkat rahmat dan
hidayahNya pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari
jalan yang gelap menuju jalan terang benderang yaitu agama Islam. Makalah yang berjudul
“Ilmu Asbab an-Nuzul” ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen kepada kami
sebagai salah satu bahan penilaian pembelajaran di bangku kuliah semester satu ini.
Kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ibu Rohimah, M.Fil.I selaku
dosen pembimbing bidang studi Qur’an yang telah memberikan arahan dalam proses
pembuatan makalah yang sederhana ini. Serta semua pihak yang telah memotivasi kami
untuk menyelesaikan makalah yang insyaallah bermanfaat untuk pembacanya.
Kami sebagai pemakalah menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, kami menerima semua kritik dan saran yang membangun dari teman-teman
untuk dijadikan pembelajaran dalam pembuatan makalah selanjutnya.
~ ii ~
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
I. Latar Belakang...........................................................................................................................1
II. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
III. Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. Pengertian Asbaab an-Nuzul..................................................................................................2
B. Latar belakang Asbaab an-Nuzul...........................................................................................3
C. Tokoh permpuan dibalik turunya Al-Qur’an..........................................................................7
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11
~ iii ~
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pada masa Nabi terkadang ada suatu pertanyaan yang dilontarkan kepada
beliau, dengan maksud meminta ketegasan hukum atau memohon penjelasan secara
terperinci tentang problema agama, sehingga turunlah beberapa ayat dari ayat-ayat al-
Qur’an, hal yang seperti itulah yang dimaksud dengan asbabun nuzul atau sebab-
sebab turunnya al-Qur’an.
Pemaknaan ayat al-Qur’an seringkali tidak diambil dari makna tekstual. .Oleh
karena itu perlu diketahui hal-hal yang berhubungan dengan turunnya ayat tersebut.
Sedemikian pentingnya hingga Ali ibn al-Madiny guru dari Imam al-Bukhari ra
menyusun ilmu asbabun nuzul secara khusus. Kemudian ilmu asbabun nuzul
berkembang sehingga memudahkan para mufassirin dalam menerjemahkan ayat-ayat
al-Qur’an serta memahami isi kandungannya.
Dalam makalah singkat ini akan sedikit dibahas tentang hal-hal yang berkaitan
dengan asbab an-nuzul, mulai dari pengertian, macam-macam asbabunnuzul, fungsi
pentingnya dari asbabunnuzul itu sendiri serta kaidah yang terkandung dalam
penetapan hukum yang terkait dalam asbabunnuzul. Namun, kesempurnaan makalah
ini kami sadari masih sangatlah jauh, sehingga mungkin bagi kita untuk terus belajar
dan mendalaminya di kesempatan yang mendatang.
III. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Asbaab An-Nuzul ?
b. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi Asbaab An-Nuzul ?
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, Asbaab an-nuzul adalah sebuah kalimat yang berasal dari bahasa
arab dan tersusun dari dua kata, yakni asbaab yang bermakna sebab-sebab, atau latar
belakang dan kata nuzul yang bermakna turun. Makna secara globalnya adalah Latar
belakang turunnya suatau ayat.
Secara terminologi, M. Hasbi Ash-Shiddiqy mengartikan asbaab an-nuzul sebagai
kejadian yang karenanya diturunkan Al Qur’an untuk menerangkan peristiwa dan suatu
hukum di hari timbul kejadian-kejadiannya itu dan suasana yang di dalamnya Al Qur’an
diturunkan.
Ibnu Tamiyyah berkata, “ Pengetahuan tentang sebab turunnya ayat dapat membatu
memahami kandungan ayat tersebut “. Karena dengan mengetahui kandungan ayat,
seseorang dapat mengetahui akibat yang merupakan buah dari sebab tersebut. Beberapa orang
dari kalangan salaf tidak jarang mengalami kesulitan dalam memahani ayat-ayat suci Al-
Qur’an. Namun ketika mereka mengetahui sebab turunnya ayat tersebut, hilanglah kesulitan
yang menhalangi pemahaman mereka.
Apabila dikaji dengan cermat lagi, turunnya suatu ayat dapat mengacu pada dua hal :
1) Jika terjadi suatu peristiwa, maka akan turun suatu ayat Al-Qur’an itu
mengenai peristiwa tersebut. Hal itu seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas “
ketika turun ayat, dan peringatkan kerabat-kerabat terdekatmu “ 1. Nabi turun dan naik
ke bukit Shafa, lalu berseru “Wahai kaumku!”, maka mereka berkumpul ke tempat
Nabi. Beliau berkata lagi, “Bagaimana pendapatmu bila aku beritahukan kepadamu
bahwa dibalik gunung ini ada sepasukan berkuda hensak menyerang kalian.
Percayakah kalian apa yang kukatakan ?”. Mereka menjawab, “kami belum pernah
melihat engkau berdusta”. Nabi melanjutkan lagi, “aku memperingatkan kalian semua
tentang siksa yang pedih”. Ketika itu Abu Lahab berkata2, “celakalah engkau, apakah
1
As-syu’aro ; 214
2
Namanya Abdul Uzza bin Abdul Mutholib bin Hasyim
~2~
engkau mengumpulkan kami hanya untuk ini?”. Lalu ia berdiri, maka turunlah ayat ini
“celakalah kedua tangan Abu Lahab”3.
2) Bila Rasulullah SAW ditanya tentang suatu hal, maka turunlah ayat
Al-Qur’an menerangkan hukumnya. Hal itu seperti yang terjadi pada Khaulah binti
Tsa’labah, ia dikenakan hukim zihar4 oleh suaminya, Aus bin Shamith. Lalu ia datang
kepada Rasulullah dan mengadukan hal tersebut. Aisyah berkata “Maha Suci Allah
yang pendengaran-Nya meliputi segalanya, aku mendengar ucapan Khaulah binti
Tsa’labah itu, sekalipun tidak seluruhnya. Ia mengadukan kepada Rasulullah. Ia
berkata
Untuk mengetahui latar belakang dari Asbaab an-Nuzul, kita harus mengetahui
beberapa aspek terlebih dahulu, aspek-aspek tersebut yakni :
i) Pandangan ulama tentang posisi Asbaab an-Nuzul
Para ulama’ tidak sepakat mengenai kedudukan Asbaab an-Nuzul. Mayoritas
ulama’ tidak memberikan keistimewaan khusus kepada ayat-ayat yang mempunyai
Asbaab an-Nuzul, karena yang terpenting bagi mereka ialah apa yang tertera di dalam
redaksi ayat. Jumhur ulama’ kemudian menetapkan suatu kaidah;
العبرة بعموم اللفظ ال بخصوص السبب
“Yang dijadikan pegangan ialah keumuman lafal, bukan kekhususan sebab”.
Bagi kelompok ulama’ ini kedudukan Asbaab an-Nuzul tidak terlalu penting.
Sebaliknya minoritas ulama’ menekankan pentingnya riwayat Asbaab an-Nuzul dengan
memberikan contoh tentang Q.S. al-Baqarah: 115;
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi
Maha Mengetahui “
Jika hanya berpegang kepada redaksi ayat, maka hukum yang dipahami dari
ayat tersebut ialah tidak wajib menghadap kiblat pada waktu shalat, baik dalam keadaan
3
HR. Al-bukkhori, Muslim dan
4
Zihar adalah, apabila si suami berkata kepada istrinya “punggungmu bagiku seperti punggung
ibuku”. Bentuk pernyataan zihar selain contoh tersebut masih diperselisihka
~3~
musafir atau tidak. Pemahaman seperti ini jelas keliru karena bertentangan dengan dalil
lain dan ijma’ para ulama’. Akan tetapi dengan memperhatikan Asbaab an-Nuzul ayat
tersebut, maka dapat dipahami bahwa ayat itu bukan ditujukan kepada orang-orang
yang berada pada kondisi normal, tetapi kepada orang-orang yang karena sebab tertentu
tidak dapat menentukan arah kiblat.
Asbaab an-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah saw.
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan
periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql as-Shalih) dari orang-orang yang
melihat dan mendengar langsung turunnya ayat Al Qur’an, serta tidak mungkin dapat
diketahui dengan jalur ra’yi atau pikiran manusia5.
Berdasarkan keterangan di atas, maka Asbaab an-Nuzul yang diriwayatkan
dari seorang sahabat dapat diterima sekalipun tidak dikuatkan dan didukung riwayat
lain. Adapun Asbaab an-Nuzul dengan Hadith mursal (Hadith yang gugur dari
sanadnya seorang sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada seorang
tabi’in), riwayat seperti ini tidak diterima kecuali sanadnya sahih dan dikuatkan oleh
Hadith mursal lainnya.
”…Sebab turun ayat ini adalah ini…“ سبب نزول هذه االية هذ ا
5
Lihat juga Muhammad Ali As Shobuni dalam bukunya At-Tibyan Fi ‘Ulum Al Qur’an, (Jakarta: Dar al-Kutub
al-Islamiyah, 2003), 25
~4~
Ungkapan riwaya “sarih “ yang memang sudah jelas menunjukkan Asbab
An-Nuzul dengan indikasi menggunakan lafaz (pendahuluan)
Contoh: QS.al-Maidah,ayat: 2
ََٰٓل َََٰٓل ََٰٓع ََٰٓي
أَُّيَها ٱلَِّذ يَن َء اَم ُنو۟ا ََل ُتِح ُّلو۟ا َش ِئَر ٱلََِّّل َو ََل ٱلَّش ْهَر ٱْلَحَر اَم َو ََل ٱْلَهْد َى َو ََل ٱْلَق ئَِد َو َء آَِّٰم يَن
ٱْلَبْيَت ٱْلَحَر اَم َيْبَتُغ وَن َفْض اًل ِّم ن َّرِّبِه ْم َو ِر ْض َو انۚا َو إَِذ ا َح لَْلُتْم َفٱْص َطاُدو۟ا ۚ َو ََل َيْج ِرَم َّنُك ْم
َش َنـ َاُن َقْو ٍم أَن َص ُّدوُك ْم َع ِن ٱْلَم ْس ِج ِد ٱْلَحَر اِم َأن َتْعَتُدو۟ا ۘ َو َتَع اَو ُنو۟ا َعلَى ٱْلِبِّر َو ٱلَّتْقَو ىۖ َو ََل
َََّّل َََّّل ِْْل
َتَع اَو ُنو۟ا َعلَى ٱ ْثِم َو ٱْلُع ْد َو ِن ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱل ۖ إَِّن ٱل َش ِد يُد ٱْلِع َقا ِب
Asbab An-Nuzul dari ayat berikut, Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis
dari Ikrimah yang telah bercerita, “bahwa Hatmab bin Hindun Al-Bakri dating ke
Madinah beserta kafilahnya yang membawa bahan makanan. Kemudian ia
menjualnya, lalu ia masuk ke Madinah menemui Nabi SAW; setelah itu ia
membaiatnya dan masuk islam. Tatkala ia pamit untuk keluar pulang, Nbi
memandangnya dari belakang kemudian beliau bersabda kepada orang-orang yang
beraa disekitarnya “Sesungguhnya ia telah menghadap kepadaku dengan muka
yang bertampang durhaka, dan ia berpamit dariku dengan langkah yang khianat”.
Tatkala Al-Bakri sampai di Yamamah, ia kembali murtad dari agama islam.
Kemudian pada malam dzulkaidah ia keluar Bersama kafilahnya dengan
tujuan ke Makkah. Tatkala para sahabat Nabi SAW mendengar beritanya, maka
segolongan sahabat Nabi dari kalangan kaum Muhajirin dan kaum Ansar bersiap-
siap keluar Madinah untuk mencegat yang berada dalm kafilahnya itu. Kemudian
Allah SWT menurunkannya ayat 2, Q.S. AlMaidah;
ََٰٓع ََٰٓي
أَُّيَها ٱلَِّذ يَن َء اَم ُنو۟ا ََل ُتِح ُّلو۟ا َش ِئَر ٱلََِّّل
~5~
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar shiar-shiar
Allah…”
Kemudian para sahabat mengurungkan niatnya (demi menghormati bulan Haji
itu).
Hadis serupa ini telah dikemukakan pula oleh Asadiy.” Ibnu Abu Hatim
mengetengahkan dari Zaid bin Aslam yang mengatakan, bahwa Rasulullah SAW
bersama para sahabat tatkal aitu beliau berada di Hudaybiah, yaitu sewaktu orang-
orang musyrik mencegah mereka untuk memasuki Bait Al-Haram. Peristiwa ini
sangat berat dirasakan oleh mereka, kemudian ada orang-orang musyrik dari
penduduk sebelah timur jazirah Aran lewat untuk tujuan melakukan umrah. Para
sahabat Nabi SAW berkata; “Marilah kita halangi mereka sebagaimana temn-
teman mereka) mereka pun menghalangi sahaba-sahabat kita”.
~6~
Asbab An-Nuzul dari ayat berikut dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan
oleh Abu Dawud dan Hakim, dari ibn ‘Abbas dikemukakan, bahwa penghuni
kampung di sekitar Yatrib ( Madinah ) tiinggal berdampingan dengan kaum Yahudi
ahli kitab.
6
M. Quraish Shihab, Sejarah, 79-80.
~7~
tempatnya, semua ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan mantapnya dan
terlukisnya dalam ingatan7.
Di antara para wanita yang namanya diabadikan dalam Alquran adalah istri
para nabi. Kisah kehidupan mereka merupakan cerita nyata seperti tercantum pada
Surat Yusuf ayat 111.
َلَقْد َك اَن ِفي َقَصِص ِه ْم ِع ْبَر ٌة ُأِلوِلي اَأْلْلَباِبۗ َم ا َك اَن َحِد يًثا ُيْفَتَر ٰى َو َٰل ِكْن َتْص ِد يَق اَّلِذ ي َبْيَن َيَد ْيِه َو َتْفِص يَل ُك ِّل َش ْي ٍء
َو ُهًدى َو َر ْح َم ًة ِلَقْو ٍم ُيْؤ ِم ُنوَن
Berikut adalah beberapa contoh nama perempuan yang diabadikan di dalam Al-
Qur’an :8
1. Hawa R.A
Dalam Alquran, Hawa (RA) tidak disebut dengan nama lengkapnya, tetapi
sebagai pasangan Nabi Adam AS. Hawa menjadi wanita pertama yang diciptakan
Allah SWT, bersama dengan suaminya, Nabi Adam AS.
Setelah diperdaya oleh setan, mereka makan buah pohon Khuldi, meskipun
Allah SWT melarangnya. Mereka kemudian, dibawa keluar dari Surga Firdaus dan
dikirim ke Bumi, sebagai hukuman atas dosa mereka. Mereka terus menerus
memohon ampun kepada Allah SWT sebagaimana dinyatakan dalam Alquran:
7
Ahmad Syazali dan Ahmad Rofi’i, ‘Ulum Al-Qur’an, 132.
8
“5 wanita yang namanya diabadikan dalam Al-qur’an”
(https://muslim.okezone.com/read/2019/05/19/614/2057456/5-wanita-yang-namanya-diabadikan-dalam-
alquran?page=1, diakses pada 17 Oktober 2020, 2020)
~8~
“Ya tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi.” (Surat Al-A’raf Ayat 23).
2. Maryam R.A
Dia adalah Ratu dari Sheeba dan diberi nama ‘Bilqis’ oleh orang-orang
Yahudi.Dia digambarkan dalam Alquran sebagai penguasa yang kuat dan bijak. Dia
diundang oleh Nabi Sulaiman AS untuk menerima ajaran Islam. Terlepas dari
kenginan penasihatnya, dia melihat kebenaran dan kemurnian dalam kata-kata Nabi
Sulaiman AS. Dia menjadi yakin akan kebenaran dari Agama Islam.
“Dia berkata: Ubahlah baginya singgasananya, maka kita akan melihat apakah dia
mengenal ataukan dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal (nya).” (Surat An-
Naml Ayat 41)
“Dan ketika Balqis datang. Ditanyakanlah kepadanya: Serupa inikah singgasanamu?
Dia menjawab: Seakan-akan singgasana ini singgasanaku. Kami telah diberi
pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”
(Surat An-Naml Ayat 42)
~9~
5. Istri Nabi Luth AS dan Istri Nabi Nuh AS
Dalam Alquran, Allah SWT tidak hanya menunjukkan wanita yang beriman,
tetapi yang menderita nasib buruk. Yang menarik untuk dicatat di sini adalah bahwa
kedua wanita ini adalah istri para Nabi.
Istri-istri Nabi Luth AS dan Nabi Nuh AS menolak untuk percaya pada keyakinan
Agama Islam, meskipun diberkati dengan suami Nabi, kedua wanita ini gagal melihat
kebenaran dan memilih untuk mengkhianati suaminya, pada gilirannya mengkhianati
Allah SWT. Itu disebutkan dalam Al-Quran:
“Allah membuat Istri Nuh dan Istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang
kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di
antara hamba-hamba kami: lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-
masing). Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa)
Allah, dan dikatakan (kepada keduanya), masuklah ke dalam Jahannam bersama
orang-orang yang masuk (Jahannam).” (Surat At-Tahrim Ayat 10).
~ 10 ~
BAB III
KESIMPULAN
1. Secara etimologi, Asbab An-Nuzul adalah sebuah kalimat yang berasal dari Bahasa arab dan tersusun
dari dua kata, yakni Asbab yang bermakna sebab-sebab, atau latar belakang dan kata nuzul yang
bermakna turun. Makna secara globalnya adalah Latar belakang turunnya suatu ayat
2. .Secara termonologi, M. Hasbi Ash-Shiddiq mengartikan Asbab An-Nuzul sebagai kejadian yang
turunkan Al-Qur’an untuk menerangkan peristiwa dan suatu hukum di hari timbul
kejadiankejadiannya itu dan suasana yang dalam Al-Qur’an diturunkan sedangkan menurut Ibnu
Tamiyyah berkata, “ pengetahuan tentang sebab turunnya ayat dapat membantu memahami
kandungan ayat tersebut ”.
~ 11 ~
DAFTAR PUSTAKA
Jalal ad-Din as-Suyuti, Al-Itqan Fi ‘Ulum al-Qur’an, Juz 1. Beirut: Maktabah ath-
Tharaqafiyah, 1997.
Manna Khalil Al-Qattan. Mabahith Fi ‘Ulum al-Qur’an, Alih Bahasa oleh Mudzakir AS,
Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bogor: Litera Antar Nusa. Halim Jaya, 2007.
Muhammad Ali as-Sabuni dalam bukunya At-Tibyan Fi ‘Ulum al-Qur’an, Jakarta: Dar al-
Kutub al-Islamiyah, 2003.
Shihab, M Quraish. Et all. Sejarah dan ‘Ulum Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
Subhi as-Salih, Mabahith Fi ‘Ulumil al-Qur’an, Beirut: Dar al-‘Ilm Li al-Malayin, 1997.
~ 12 ~