Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

Dosen Pengampu : Ns. Khairun Nisa, S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Anggreini Watuseke 220111040003 Indah Onibala 220111040005
Maria Bolangitan 220111040010 Muharram Bawon 220111040011
Marcia Pangalila 220111040021 Azmi Khoiriyah 220111040018
Nanda Lambanaung 220111040023 Auryn Wagiran 220111040017
Nadya Djamal 220111040022 Sitinurhalisa 220111040026
Wahyuti Mokoagow 220111040028 Tesalonika Tamon 220111040043
Felly Papendang 220111040046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
2023
Kasus :

Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dirawat diruang perawatan dengan

diagnosa DIARE. Hasil pengkajian: Anak tampak lemah, bibir kering, turgor kulit

menurun, nafsu makan menurun disertai mual muntah, Tekanan darah 110/80

mmHg, Nadi: 125 x/menit, Suhu 36, 5̊ C, Berat badan: 17 kg Tinggi badan: 118 cm .

Ibu klien mengatakan anak tidak suka makan rumah sakit sehingga selama

perawatan hanya ½ makanan di piring yang dihabiskan.

A. Konsep Medis : Diare

1. Pengertian

World Health Organization (WHO) mendefinisikan bahwa diare adalah

suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek

atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari

biasanya, tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare adalah perubahan

konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air didalam tinja

melebihi normal (10 ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih

dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung selama kurang dari 14 hari (Tanto

dan Liwang, 2014).

Perlu diketahui jika seseorang menderita diare kurang dari 14 hari,

maka disebut mengalami diare akut, dan jika lebih maka dapat dipastikan

penderita mengalami diare kronis. Berikut adalah 3 derajat dehidrasi yang

perlu untuk diketahui yakni diare tanpa dehidrasi, diare ringan atau sedang,

dan diare dehidrasi berat.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), tanda dan gejala diare

pada anak adalah sebagai berikut:

1
a. Diare akut

1) Diare dehidrasi berat: letargi/tidak sadar, mata cekung, tidak

bisa minum/malas minum, cubitan kulit perut kembali sangat

lambat.

2) Diare dehidrasi ringan/sedang: gelisah, rewel, mudah marah,

mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat, selalu ingin

minum/ada rasa haus.

3) Diare tanpa dehidrasi: keadaan umum baik dan sadar, mata

b. Diare persisten atau kronis dengan dehidrasi/tanpa dehidrasi.

c. Diare disentri: ada darah dalam tinja.

3. Klasifikasi

Menurut Dwienda 2014 Klasifikasi Diare dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Diare akut: Keluarnya tinja cair tanpa darah selama 7-14 hari.

b. Diare persisten atau diare kronis: Keluarnya tinja selama 14 hari atau

lebih dan dapat disertai darah atau tidak diare persisten atau diare

kronis dalam waktu lama dapat menyebabkan dehidrasi.

c. Diare disentri: Keluar tinja sedikit-sedikit dan sering mengeluh sakit

perut saat BAB. Diare disentri dapat mengakibatkan anoreksia,

kehilangan berat badan yang cepat, dan kerusakan mukosa usus

karena bakteri (Dwienda 2014).

4. Etiologi

Etiologi diare pada anak didominasi oleh patogen enterik seperti virus,

bakteri, dan parasit. Menurut World Gastroenterology Organization global

guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab :

a. Bakteri

2
Penyebab terjadinya diare adalah bakteri salah satunya bakteri

Escherichia coli atau E. Coli. Sampai saat ini ditemukan 5 grup E. coli

yang menyebabkan diare salah satunya yakni Enterotoxigenic E. coli

(ETEC). Bakteri ETEC melekat pada epitel usus dengan bantuan

struktur protein pada permukaannya yang dikenal sebagai faktor

kolonisasi. Setelah melekat dan melakukan kolonisasi, ETEC

menghasilkan enterotoksin heat-labile (LT) dan/atau heat-stable (ST).

Toksin ini mengganggu membran kanal ion dengan meningkatkan

CAMP intrasel, menyebabkan hilangnya ion dan sejumlah cairan, dan

menyebabkan karakteristik diare yang cair. ETEC tidak merusak dan

menginvasi mukosa usus namun ETEC menjadi penyebab utama

traveler's diarrhea.

b. Virus

Penyebab terjadinya diare disebabkan oleh virus dari grup rotavirus.

Berdasarkan spesifisitas antigen dan protein kapsid VP6, ditemukan

tujuh grup berbeda rotavirus (A-G) dan hanya grup A, B, dan C yang

menyebabkan diare pada anak dengan rotavirus grup A yang menjadi

penyebab utama diare berat pada anak. Rotavirus menghasilkan

enterotoksin yang akan merusak epitel dari usus halus, sehingga vili-

vili menjadi rusak. Hal ini menyebabkan pengurangan aktivitas dari

laktase dan disakaridase lainnya yang menyebabkan absorbsi

karbohidrat terganggu. Transmisi terjadi secara fekal-oral atau

kemungkinan bisa dari airborne droplet. Rotavirus menyebabkan diare

cair dengan muntah yang disertai rasa tidak nyaman pada perut,

demam, dan dehidrasi.

3
c. Parasit

Ada beberapa parasit yang bisa menyebabkan diare, salah satunya

Giardia lamblia, yang merupakan penyebab tersering infeksi saluran

cerna yang disebabkan oleh parasit. Penyebaran terjadi melalui

makanan dan air yang terkontaminasi secara fekal-oral. Mekanisme

terjadinya diare pada infeksi G. lamblia masih belum jelas. Pada

gambaran mikroskopik tampak pemendekan dari epitel dan vili usus.

Giardia menyebabkan diare akut atau persisten, terkadang terjadi

malabsorbsi sehingga feses tampak berminyak, nyeri perut, dan

kembung. Diagnosis giardiasis ditegakkan karena menemukan

trofozoit dalam pemeriksaan tinja encer dan bentuk kista dalam tinja

padat.

d. Non infeksi

Malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,

imunodefisiensi, kesulitan makan, dan lainnya.

5. Patofisiologi

a. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare, adalah :

1) Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang

tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik

meninggi dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan

akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare.

2) Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)

pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan

4
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare

karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3) Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan/air

sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun

akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya

timbul pula diare.

b. Berdasarkan cairan yang hilang tingkat dehidrasi terbagi menjadi:

1) Dehidrasi ringan yaitu kehilangan cairan 2-5% dari berat badan

dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak ,

klien belum jatuh pada keadaan syok. 2) Dehidrasi sedang yaitu

kehilangan cairan 5-8% dari berat badan dengan gambaran

klinik kulit jelek, suara serak, pre syok nadi cepat dan dalam.

2) Dehidrasi berat, yaitu kehilangan cairan 8-10%dari berat badan

dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang

ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,

otot-otot kaku sampai sianosis.

6. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan diare adalah

a. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan, dan jumlah

pemberiannya

1) Cairan per oral. Pada pasien dengan dchi msi ringan dan sedang

cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCL dan

NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak di

atas umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. Formula lengkap sering

5
disebut oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula

tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCL dan

sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan

sementara di rumah sebelum dibawa berobat ke rumah

sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.

2) Cairan parental. Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang

diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau

pasien yang MEP. Tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan

setempat. Pada umumnya cairan ringer laktat (RL) selalu tersedia di

fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa

banyak yang diberikan tergantung dari berat /ringannya dehidrasi, yang

diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan

berat badannya.

3) Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe

marasmik. Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan

berat badan 3-10 kg, umur 1bln-2 tahun, jumlah cairan 200

ml/kg/24jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada pasien

MEP. Jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20 jam atau

7 ml/kg BB/jam atau 14 tetes/kg/BB/monit (1 ml 15 menit) atau 2 ½

tetes/kg BB/menit (1 ml=20 tetes). Selain pemberian cairan pada

pasien-pasien yang telah disebutkan masih ada ketentuan pemberian

cairan pada pasien lainya misalnya pasien bronkopneumonia dengan

diare atau pasien dengan kelainan jantung bawaan, yang memerlukan

cairan yang berlebihan pula

6
b. Dietetik (cara pemberian makanan).

Untuk anak di bawah I tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat

badan kurang dari 7 kg jenis makanan :

1) Susu (ASI dan atan susu formula yang mengandung laktosa rendah

dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenis

lainya)

2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila

anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.

3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang

berantai sedang atau tidak jenuh.

c. Obat-obatan.

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui

tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung

elektrolit dan glukosa atu karbohidrat lain (gala,air tajin, tepung beras dan

sebagainya). (Ngastiyah, 2014)

d. Terapi farmakologi

1) Antibiotik

Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap

penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan

memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada

penderita dire, untibiotic boleh diberikan bila:

a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau

biakan

7
b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan

darah pada tinja

c) Secara Linis terlap tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi

maternal

d) Di daerah endemic kolera.

e) Neonatus yang dichaga infeksi nosokomial

2) Obat antipiretik

Menurut Surantmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat

(asetosal, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna

untuk menurunkan panas akibat dehidrasi atau panas karena infeksi, juga

mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja. 3) Pemberian Zinc

selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,

mengurangi frekuensi buang air besar (BAB). mengurangi volume tinja, serta

menurunkan kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya (Lintas diare,

2011)

7. Komplikasi

a. Dehidrasi: Gejala seperti turgor kulit menurun, bibir kering, dan nadi

yang cepat (125 x/menit) menunjukkan bahwa anak ini mungkin

mengalami dehidrasi akibat kehilangan cairan yang berlebihan melalui

diare dan muntah.

b. Gangguan Elektrolit: Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan

gangguan keseimbangan elektrolit dalam tubuh, seperti kekurangan

kalium (hipokalemia) atau natrium (hiponatremia). Ini dapat

mempengaruhi fungsi jantung dan otot.

8
c. Penurunan Berat Badan: Jika anak terus muntah dan tidak makan

dengan baik, ini dapat menyebabkan penurunan berat badan yang

signifikan.

d. Penurunan Gizi: Nafsu makan yang menurun dan hanya

menghabiskan setengah porsi makanan dapat menyebabkan

penurunan asupan gizi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas : Anak laki-laki usia 5 tahun.

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang : Diare

c. Hasil Pengkajian :

1) Ibu klien mengatakan anak tidak suka makan rumah sakit

sehingga selama perawatan hanya ½ makanan di piring yang

dihabiskan.

2) Anak tampak lemah, bibir kering, turgor kulit menurun, nafsu

makan menurun disertai mual muntah,

3) Hasil pengukuran tanda-tanda vital :

● Tekanan darah 110/80 mmHg

● Nadi: 125 x/menit

● Suhu 36, 5̊ C

● Berat badan 17 kg

● Tinggi badan 118 cm

9
Analisa Data

Symptoms Etiologi Problem

Ds : Kekurangan intake Hipovolemia

● Ibu klien mengatakan anak tidak cairan (D.0023)

suka makan rumah sakit sehingga

selama perawatan hanya ½

makanan di piring yang dihabiskan

Do :

● klien tampak lemah, bibir kering,

dan turgor kulit menurun

Ds : Faktor psikologis Defisit nutrisi

● Ibu klien mengatakan anak tidak (keengganan untuk (D.0019)

suka makan rumah sakit sehingga makan)

selama perawatan hanya ½

makanan di piring yang dihabiskan.

Do :

● klien mengalami nafsu makan yang

menurun disertai mual muntah.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan proses

kehidupan yang aktual, potensial yang merupakan dasar untuk memilih

10
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung

jawab perawat.

Diagnosa keperawatan yang akan muncul pada pasien anak dengan

diare menurut SDKI Tahun 2017 :

a. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan

dibuktikan dengan turgor kulit menurun. (D.0023)

b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (Misalnya,

keengganan untuk makan) dibuktikan dengan nafsu makan

menurun dan mual muntah. (D.0019)

3. Intervensi Keperawatan

N0. Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia

berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, (103116)

dengan maka diharapkan status cairan Mengidentifikasi dan

kekurangan membaik dengan kriteria hasil : mengelola penuainan

intake cairan Status Cairan (L.03028) volume cairan iniravaskuler.

dibuktikan ● Turgor kulit meningkat Observasi :

dengan turgor (5) ● Periksa tanda dan

kulit menurun ● Perasaan lemah gejala hipovolemia

menurun (5) (mis. turgor kulit

● Membran mukosa menurun, membran

membaik (5) mukosa kering,lemah)

● Intake cairan membaik ● monitor intake dan

(5) output cairan

11
Terapeutik :

● Hitung kebutuhan

cairan

● Berikan asupan

cairan oral (mis.oralit)

Edukasi :

● Anjurkan

memperbanyak

asupan cairan oral.

Kolaborasi :

● Kolaborasi pemberian

cairan IV hipotonis

(mis. glukosa 2,5%,

NaCl 0,4%)

2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi

berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, (I.03119)

dengan faktor maka diharapkan kebutuhan Mengidentifikasi dan

psikologis nutrisi terpenuhi dengan kriteria mengelola asupan nutrisi

(Misalnya,keeng hasil : yang seimbang.

ganan untuk Status Nutrisi (L.03030) Observasi :

makan) ● Porsi makanan yang ● Identifikasi status

dibuktikan dihabiskan meningkat (5) nutrisi

dengan nafsu ● Nafsu makan membaik ● Identifikasi makanan

makan menurun (5) yang disukai

12
dan mual ● Identifikasi kebutuhan

muntah kalori dan jenis nutrisi

● Monitor asupan

makanan

● Monitor berat badan

Terapeutik :

● Sajikan makanan

secara menarik

● Berikan makanan

tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

● Berikan makanan

tinggi kalori dan tinggi

protein

● Berikan suplemen

makanan

Kolaborasi :

● Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan jenis

nutrien yang

dibutuhkan

13
DAFTAR PUSTAKA

Indraswati, Denok. (2021). Penyakit Berbasis Lingkungan Bersumber Dari Makanan


Dan Minuman (Diare, Cacingan Dan Keracunan. In diktat kuliah pengembangan
bahan pengajaran mata kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan.

Jap, A. L. S., & Widodo, A. D. (2021). Diare Akut yang Disebabkan oleh Infeksi.
Jurnal Kedokteran Meditek, 27(3), 282–288.

Supriasi, Ayu. (2019). Kejadian Diare Pada Balita. Journal of Holistic and Traditional
Medicine, 3(4), 327–330.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI

14

Anda mungkin juga menyukai