Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Single-Blinded, Cluster Randomized

Controlled Trial.

3.2. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data Penelitian

4.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar di Saveh, Iran dipilih secara acak untuk

penelitian dan persetujuan resmi dan etika yang sesuai diperoleh dari otoritas yang

bersangkutan.

3.3. Identifikasi Variabel

a. Variabel Independen : Program promosi kesehatan gigi dan mulut

b. Variabel Dependen : Karies pada siswa

c. Variabel Antara : Siswa sekolah dasar

3.4. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

3.4.1 Definisi Operasional: Program promosi kesehatan gigi dan mulut adalah

3.4.2 Definisi Operasional: Karies gigi adalah terdapatnya lesi atau lubang pada permukaan

gigi incisivus, caninus, premolar, dan molar yang ditandai dengan terkaitnya probe

pada saat dilakukan pemeriksaan.

Kode 1,2 dikatakan Decay

Kode 3 dikatakan Filling


Kode 4 dikatakan Missing

Tabel 4.1 kode status gigi decidui dan gigi permanen

Kode

Gigi Gigi

Susu Permanen
Kondisi/Status

Mahkota gigi Mahkota Akar gigi

gigi

A 0 0 Permukaan gigi sehat/keras


B 1 1 Gigi karies

C 2 2 Gigi dengan tumpatan, ada karies

D 3 3 Gigi dengan tumpatan baik, tidak ada karies

E 4 - Gigi yang hilang karena karies

- 5 - Gigi yang hilang karena sebab lain

F 6 - Gigi dengan tumpatan slien


G 7 7 Jembatan, mahkota gigi atau viner/implan

- 8 8 Gigi yang tidak erupsi

Dan lain-lain : gigi yang memakai


- 9 9 pesawat

cekat; ortodonti atau gigi yang


mengalami

hipoplasia enamel yang berat.

Kriteria Objektif: Karies gigi diukur menggunakan metode survey WHO yang

kemudian hasil pengukurannya diinterpretasikan kedalam indeks (DMF-T) dengan

interpretasi sebagai berikut :

38
Interpretasi:

1. 0,0 – 1,1 = Karies sangat rendah

2. 1,2 – 2,6 = Karies rendah

3. 2,7 – 4,4 = Karies sedang

4. 4,5 – 6,5 = Karies tinggi

5. > 6,6= Karies sangat tinggi

4.4.1.1 Kriteria Objektif

Sampel usia dalam penelitian dibedakan menjadi dua kelompok.

Kategori usia:

12-18 tahun : Usia perkembangan Sinus Maksilaris

>18 tahun : Usia Sinus Maksilaris telah mencapai perkembangan maksimum

4.4.2 Jarak Vertikal Antara Dinding Inferior Sinus Maksilaris Dengan Gigi

Molar Rahang Atas

Jarak vertikal antara dinding inferior sinus maksilaris dengan gigi molar

rahang atas adalah sebuah garis rata-rata tegak lurus ukuran vertikal yang

ditarik dari foramen apikal akar gigi palatal ke arah dinding inferior sinus

maksilaris pada radiografi panoramik.

4.4.2.1 Kriteria Objektif

24
Jarak vertikal antara dinding inferior sinus maksilaris dengan gigi molar

rahang atas diidentifikasikan menggunakan foto rontgen panoramik. Pada

interpretasi, jarak vertikal antara dinding inferior sinus maksilaris dengan gigi

3.5. Subjek

Dalam penelitian ini diambil dipilih secara acak 470 siswa sekolah dasar di

kelas empat, lima dan enam. Kelompok dipilih dari berbagai daerah kota (utara,

selatan, timur barat dan tengah) kemudian dari empat sekolah di[ilih secara acak

dari setiap cluster (20%). Dalam setiap cluster, dua sekolah dianggap sebagai

kelompok intervensi (N=234) dan dua sekolah dianggap sebagai control

(n=236).

3.6. Alat dan bahan

a. Alat Diagnostik

b. Baki instrument

c. Kuisioner

d. Lighting/Penerangan

e. Alat Tulis

f. Gelas Kumur

3.7. Prosedur Penelitian

4.8.1 Tahap Persiapan

25
1. Pemilihan kriteria sampel, subjek dalam penelitian ini siswa sekolah dasar

kelas emapt, lima, enam. Total samepl 470 siswa.

2. Meminta persetujuan dengan memasukan surat resmi yang

menggambarkan penelitian termasuk tujuan dan proses penelitian

dijelaskan.

3. Proses penelitian dijelaskan kepada siswa, keluarga siswa, keguarga

mereka, dan otoritas sekolah. Kuisioner diselesaikan secara rahasia, tanpa

nama dan ID peserta.

4. Melakukan pembagian kuisioner kepada sampel.

5. Pengisian kuisioner

3.8. Pengolahan Data

Sebelumnya seluruh data dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan

data kuisioner dengan menggunakan SPSS versi 13

3.9. Analisa Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan Uji Independent T-Test,

Chi-square, dan langkah-langkah diulang ANOVA digunakan. Uji Kolmogorov-

Smirnov juga digunakan untuk uji normalitas data. Untuk membandingkan

efektifitas intervensi Pendidikan antara kedua kelompik, Independent T-Test

digunakan.

3.10. Penyajian Data

Setelah dilakukan Pengolahan data kuisioner dengan menggunakan SPSS

ver. 13, setelah itu data tersebut disajian dalam bentuk tabel.

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Sampel termasuk 470 siswa sekolah dasar di Kota Saveh (kelas empat,

lima dan enam) dengan usia rata-rata 12 tahun, yang sampel atas dasar pelaporan

standar dalam uji klinis,24 menggunakan daftar keluarga dan kemusian secara acak

dibagi menjadi intervensi (n=234) dan kelompok kontrol (n=236) (Gambar 1).

35,58% (n=168), 24,23 (n=161) dan 30% (n=141) masing-masing siswa kelas

lima, enam dan empat. 74,26% siswa dari 1 sampai 5 giginya karies dan 25,74%

siswa tidak memiliki gigi karies. 77,6% dari mereka mengunjungi dokter gigi

untuk pemeriksaan berkala atau tahunan. 58,45% dari dari ibu yang berpendidikan

dasar dan 41,55% memiliki pendidikan tinggi. 79,91% dari ayah yang

berpendidikan dasar dan 20,09% memiliki pendidikan tinggi. 42,81% dari ibu dan

91,04% dari ayah dari siswa yang bekerja. 50,83% adalah siswa perempuan dan

49,17% adalah siswa laki-laki.(Tabel 1)

27
Hasil analisis statistik (analisis varians dengan tindakan berulang)

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan

control dalam tahap pre-test(P> 0,05). Namun, perbedaan yang signifikan secara

statistic diamati antara intervensi dan kelompok kontrol, langsung dan satu bulan

setelah intervensi. Dengan kata lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa

intervensi Pendidikan memiliki efek positif pada mendorong sikap dan mengarah

ke perilaku (P<0,5) (tabel 2).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol di lapangan dari segi usia, jenis

kelamin dan tingkat Pendidikan, pekerjaan dan lain-lain(P>0,05).

28
Gambar 1. Diagram alur keluarga peserta

29
Tabel 1. Intervensi informasi demografi dan sampel kelompok kontrol

30
Tabel 2. Perbandingan intervensi dan kelompok control dalam hal komponen

structural TPB

4.2. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program

kesehatan mulut pada kerusakan awal gigi pada siswa, menggunakan TPB.

Analisis varians dengan pengukuran ulang menyiratkanefektivitas pendidikan

nerdasarkan TPB dalam mempromosikan skor dalam kesdaran, sikap, norma

subjek, control perilaku, niat dan perilaku di kalangan mahasiswa kelompok

intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol langsung dan satu bulan

setelah intervensi. Dalam hal ini, hasil Peyman et al., penelitian menunjukkan

bahwa nilai rata-rata dari TPB kontruksi dalam pendidikan kesehatan mulut siswa

pada kelompok setelah intervensi pendidikan meningkat secara

signifikan(P0,05).

31
Goodarzi et al., mempelajari pengaruh pendidikan pada peningkatan

tingkat kesehatan gigi dan mulut pada siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada perbaikan yang signifikan dalam kinerja kesehatan siswa langsung dan satu

bulan setelah pendidikan sekolah dibandingkan dengan yang sebelumnya. Dapat

disimpulkan bahwa pendidikan berbasis TPB memiliki efek positif pada

peningkatan tingkat pengetahuan, sikap dan praktek (P<0,05). Penelitian oleh

Seon et al., juga menunjukkan efek positif dari pendidikan berbasis TPB pada

kesehatan gigi dan mulut pasien beralkohol. Dalam penelitian ini, analisis

kovarian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan teori

menyebabkan peningkatan kemampuan dari individu dari 60,3% menjadi 96,6%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Seon et al., fakta bahwa pendidikan dan

pentingnya merupakan sebagai bagian dari intervensi yang terkait dengan

perubahan perilaku . memungkinkan orang untuk memiliki pengetahuan yang

diperlukan untuk mengubah gaya hidup mereka serta dapat membuat mereka siap

untuk menerima perubahan yang direkomendasikan. Mengekspresikan manfaat

dari perilaku yang menguntungkan atau bahaya perilaku yang tidak sesuai melalui

model pendidikan yang berbeda dengan memberikan dasar untuk mengubah sikap

dan niat dalam merubah perilaku. Dalam hal ini, hasil Peyman et al., penelitian

tentang penggunaan model percaya kesehatan dalam pendidikan kesehatan mulut

dikalangan siswa sekolah dasar harus disebutkan juga. Hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa perilaku siswa dalam kelompok intervensi meningkat secara

signifikan dibandingkan dengan yang ada pada kelompok kontrol (P0,05)

(P<0,05). Hasil ini juga konsisten dengan hasil penelitian oleh Jeyhooni et al.,

32
studi mereka menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan berdasarkan pada model

kepercayaan kesehatan yang efektif pada perilaku kesehatan mulut pada ibu hamil

di Fasa. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan,

persepsi keparahan, manfaat yang dirasakan, efikasi diri, tanda-tanda tindakan dan

fungsi ditingkatkan empat bulan setelah intervensi pada kelompok intervensi.

Kesamaan penelitian mereka untuk penelitian ini adalah dalam

menggunakan model pendidikan pada kesehatan mulut. Banyak penelitian telah

dilakukan pada efek dari penggunaan model pendidikan studi ini yang

menunjukkan bahwa penggunaan model kesehatan yang berbeda telah efektif

dalam meningktakan kinerja siswa. Dalam sebuah studi oleh Haque et al.,

pengaruh pendidikan kesehatan mulut di sekolah adalah untuk mencegah

kerusakan gigi dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik dikalangan

remaja di Bangladesh. Hasil penelitian mereka menunjukkan pendidikan yang

secara signifikan mempengaruhi peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik

siswa (P<0,001) dan prevalensi karies gigi menurun secara signifikan(42,6%)

setelah intervensi.

Temuan ini juga sejalan dengan hasil penelitian ini. Penelitian telah

menunjukkan bahwa sebagian besar pogram pendidikan yang efektif adalah

pendekatan berbasis teoritis didasarkan pada pola perubahan perilaku. Pola-pola

ini berguna untuk perancangan program, karena mereka menawarkan aspek-aspek

tertentu untuk intervensi pendidikan siswa dari kedua kelompok dan probabilitas

dalam memberi isi antara intervensi dan kelompok kontrol. Oleh karena itu,

disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dimana bahwa melakukan

33
studi dengan menggunakan model pendidikan kesehatan lainnya, terutanma model

asli adalah penting.

BAB V

PENUTUP

Hasil penelitian ini menyoroti pengaruh promosi kesehatan mulut pada siswa

melalui program pendidikan berdasarkan TPB. Oleh karena itu, tampak bahwa TPB bisa

menjadi kerangka kerja teoritis yang tepat untuk merancang dan mengimplementasikan

intervensi kesehatan mulut. Intervensi berdasarkan model pendidikan terbukti lebih

efektif dalam mencapai tujuan mereka terkait dengan pendidikan dan perubahan perilaku

di masyarakat. Perawat sebagai anggota penting dari tim perawatan dapat menggunakan

hasil penelitian ini dalam program kesehatan sekolah.

34

Anda mungkin juga menyukai