Anda di halaman 1dari 14

Komunitas 3 (1) (2011) : 51-

59

JURNAL KOMUNITAS
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas

FUNGSI SUNGAI BAGI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KUIN


KOTA BANJARMASIN

Rochgiyanti 

Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Unlam, Banjarmasin, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Banjarmasin merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang dikenal seba-
Diterima Desember 2010 gai kota seribu sungai. Kota ini bernama Banjarmasin karena kondisi
Disetujui Januari 2011 geogra�is- nya yang dikelilingi oleh sungai besar dan kecil. Salah satu sungai
Dipublikasikan Maret 2011 tersebut ada- lah sungai yang melewati wilayah Desa Kuin Kuin Utara, Selatan
Kuin dan Kuin Cerucuk. Tujuan artikel ini adalah untuk membahas �ungsi sungai
bagi masyarakat yang tinggal di tepi Sungai Kuin Banjarmasin Kalimantan
Keywords: Selatan. Penulisan ini menggunakan metode deskripti� kualitati�. Data
�unctions o� river; dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan
economic interaction; bahwa sungai tidak hanya ber�ungsi sebagai jalur transportasi, tetapi juga
socialization; ber�ungsi untuk kegiatan ekonomi, interaksi, dan sosialisasi.
transportation.
Abstrac
t
Banjarmasin is the capital of South Kalimantan Province, which is also known as the
city of a thousand rivers. The city is named Banjarmasin due to its geographical
conditions which is surrounded by large and small rivers. One of the rivers is the Kuin
river that passes through the village of Kuin, North and South Kuin and Kuin
Cerucuk. The purpose of this article is to discuss the functions of the river for the
people living on the banks of the River Kuin Banjarmasin South Kalimatan. The
writing used descriptive qualitative method. Data were collected through interviews
and observation. The results show that the river does not only ser- ve as transportation
routes, but also serves as economic activity, interaction, and socialization.

© 2011 Universitas Negeri


Semarang
Alamat korespondensi: ISSN 2086-5465

Kampus FKIP Unlam Banjarmasin,


Indonesia
E-mail: rochgiyanti@yahoo.com
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :

PENDAHULUAN penduduk di pahuluan Kalimantan, rumah-


rumah berdiri di atas tiang, semuanya
Kalimantan Selatan merupakan salah meng- hadap ke sungai, dan masing-masing
satu provinsi di Indonesia yang memiliki rumah mempunyai batang-batang kayu
ba- nyak sungai sebagai salah satu sumber (titian). Ia menyebut kampung-kampung
daya alamnya. Sungai terbesar dan yang berada di sepanjang tepian sungai
terpanjang di Kalimantan Selatan adalah sebagai sebuah “stasiun”, yang
Sungai Barito, yang mata airnya berasal menghubungkan satu kam- pung dengan
dari pedalaman Kalimantan Tengah dan kampung lainnya, dan setiap orang yang
bermuara ke Laut Jawa. Sungai Barito melewatinya bisa menyingga- hinya.
mempunyai banyak anak sungai, dan Begitu menariknya kehidupan ma-
wilayah di sepanjang aliran sungai ini syarakat di tepian sungai sehingga
sejak jaman dulu telah menjadi tempat penulis merasa perlu untuk melihat �ungsi
konsentrasi pemukiman penduduk. Oleh sungai, khususnya bagi masyarakat yang
karena itu, sejak dulu lokasi kota-kota tinggal di tepian Sungai Kuin di Kota
banyak yang berada di sekitar muara Banjarmasin. Pertanyaan yang ingin
sungai atau tepi pantai. dicari jawabannya adalah: Apakah sungai
Daerah tepian sungai merupakan wila- masih mempunyai
yah yang sangat subur karena endapan lum- �ungsi bagi masyarakat di Kuin,
pur akibat pengaruh pasang surut air meskipun pembangunan jalan darat telah
sungai. Oleh karena kesuburan tanahnya memuncul- kan transportasi darat yang
maka wila- yah tepian sungai menjadi lebih modern, apakah sungai hanya
tempat konsentra- si penduduk. Disamping semata-mata sebagai jalur transportasi,
Sungai Barito dan anak-anak sungainya, apakah masih terdapat
juga banyak ditemu- kan sungai buatan �ungsi-�ungsi
atau kanal yang disebut anjir, handil, lainnya?
saka. Begitu pentingnya sungai bagi
masyarakat Kalimantan Selatan sehing- ga Dalam setiap kehidupannya manusia
berkembang suatu budaya sungai, yang harus mampu menyesuaikan diri dengan
berpengaruh pada hampir setiap lingkungan alam maupun sosial dan buda-
kehidupan masyarakatnya. ya. Proses penyesuaian diri manusia dilaku-
Sesuai dengan kondisi geogra�isnya
maka rumah-rumah penduduk dibangun di kan melalui pembelajaran kultural
atas tiang-tiang di tepi sungai, atau di (cultural
atas sungai. Rumah-rumah penduduk learning), sehingga memungkinkan
diban- gun dari kayu hutan yang banyak
terdapat di wilayah Kalimantan Selatan. manusia
Semula rumah-rumah dibangun di untuk membentuk dan mengembangkan ke-
tepian sungai, menghadap ke arah sungai hidupan dalam lingkungan ekologi tertentu.
sehingga sungai menjadi halaman depan. Dengan berbagai kemampuan akal
Berbeda dengan sungai-sungai di pekotaan
besar, di mana ter- dapat banyak kegiatan atau budinya, manusia telah
domestik masyarakat yang berkaitan mengembang-
dengan sungai, seperti man- di, cuci, kakus. kan berbagai macam sistem tindakan
Hal ini menggambarkan ba- gaimana sungai demi
bukan sebagai hal yang vital dalam
kehidupan.Sungai dianggap sebagai keperluan hidupnya. Hal tersebut berarti
halaman belakang, karena itu muncul bahwa hampir seluruh tindakan manusia
perila- ku yang berkaitan dengan �ungsi adalah “kebudayaan”, karena hanya amat
sungai yang dianggap sebagi backyard
seperti kebiasaan membuang kotoran dan sedikit tindakan manusia dalam rangka
sampah lebih (Su- ganda, dkk, 2009). ke-
Menurut deskripsi Kertodipoero hidupan masyarakat yang tidak perlu dibia-
(1963:10) tentang sungai dan sakan dengan belajar.
pemukiman Manusia akan selalu berhubungan da-
lam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya,
dengan berhubungan itu manusia menyam-
paikan maksud dan tujuan, sedangkan
untuk
mencapai keinginan itu harus
diwujudkan
melalui tindakan yang bersi�at timbal balik.
Kehidupan masyarakat dan kebudayaannya
5
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
bersi�at dinamis, sebab para warganya
selalu
mengadakan hubungan satu dengan lainnya
baik dalam bentuk orang per orangan mau-
pun dalam kelompok sosial. Sebelum
hu-

5
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
bungan-hubungan tersebut mempunyai ben- jalur transportasi. Sebelum dibukanya jalur
tuk yang konkrit, terlebih dulu akan jalan darat, sungai merupakan satu-satunya
dialami suatu proses ke arah bentuk konkrit jalur lalu lintas. Secara ekonomi, kondisi �i-
yang se- suai dengan nilai-nilai sosial dan sik lingkungan yang banyak terdapat
budaya da- lam masyarakat. Dengan kata sungai telah mendorong terjadinya aktivitas
lain proses so- sial diartikan sebagai pereko- nomian melalui sungai. Subiyakto
pengaruh timbal balik diantara berbagai (2005:6) telah membuat deskripsi historis
segi kehidupan bersama. Proses sosial mengenai
dibedakan menjadi 2 bentuk �ungsi integrati� pelayaran sungai terhadap
Proses asosiati�: mengarah kepada perekonomian Kalimantan Selatan pada
penggabungan dalam rangka mewujudkan masa dahulu.
nilai-nilai kebajikan. Proses disosiati�: men- Menurutnya pelayaran sungai sebagai
garahkan pada terciptanya nilai-nilai negati� suatu cara perhubungan dan pengangkutan
seperti pertentangan, perpecahan, permusu- yang sangat diandalkan penduduknya. Hu-
han, kebencian dll (Soekanto, 2002). bungan antar tempat atau kontak antar pen-
Bentuk umum dari proses sosial duduk hanya dapat berlangsung melalui cara
adalah interaksi sosial, karena interaksi melayari jalur-jalur air (waterways),
sosial meru- pakan syarat utama terjadinya seperti sungai, terusan, danau, perairan
aktivitas-akti- vitas sosial (Soekanto, pantai, dan selat. Kelima bentuk jalur air
2002:61). Interaksi so- sial merupakan ini merupakan unsur perairan sebagai
hubungan-hubungan sosial yang dinamis bagian seutuhnya dari kondisi geogra�i �isik
yang menyangkut hubungan antara orang Kalimantan Selatan.
perorangan, antara kelompok- kelompok Sesuai dengan lingkungan alamnya
manusia, maupun antara orang maka masyarakat memilih berbagai mata
perorangan dengan kelompok manusia. Sua- pencaharian sesuai dengan keadaan alam
tu interaksi sosial tidak akan mungkin sekitarnya. Dengan kondisi lingkungan pe-
terjadi apabila tidak memenuhi dua rairan maka hampir seluruh aktivitas kehi-
syarat, yaitu: adanya kontak sosial dan dupan masyarakat dijalankan di air, mulai
adanya komunika- si Soekanto (2002:64). dari pengangkutan komoditas, pemasaran,
Suatu kontak tidaklah semata-mata hingga mobilitas penduduk sehari-hari (Nu-
ter- gantung dari tindakan, tetapi juga ralang, 2004:91). Lancarnya transportasi te-
tanggapan terhadap tindakan tersebut. lah mempercepat proses pendistribusian ba-
Suatu kontak sosial dapat bersi�at positi� rang ke tempat yang dituju. Secara
atau negati�, bisa mengarah pada suatu ekonomi, ketersediaan jaringan
kerja sama atau perten- tangan. Selain itu perhubungan telah memperlancar usaha
suatu kontak dapat bersi�at primer atau pendistribusian barang sehingga dapat
sekunder, yaitu suatu hubungan langsung meningkatkan produksi dan konsumsi bagi
atau memerlukan suatu perantara. masyarakat.
Komunikasi juga penting dalam Upaya memperlancar transportasi,
interaksi sosial, karena seseorang perlu distribusi barang, dan kontak antar anggo-
memberikan ta�siran pada perilaku orang ta masyarakat tidak semata-mata dilakukan
lain, perasaan- perasaan apa yang ingin melalui jalur sungai besar, tetapi juga dila-
disampaikan oleh orang tersebut. Namun kukan lewat sungai yang lebih kecil
dalam komunikasi tersebut kemungkinan dengan anak-anak sungai dan kanal-
akan terjadi berbagai macam pena�siran kanalnya. Pa- ling tidak masyarakat
terhadap tingkah laku orang lain. Banjar mengenal 3 (tiga) macam kanal,
Menurut Soekanto (2002:70), bentuk- yaitu anjir, handil, dan saka (Subiyakto,
bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja 2005:61). Anjir/Antasan merupakan
sama (cooperation), persaingan (com- semacam saluran primer yang
petition), dan pertentangan atau menghubungkan antara dua sungai, ber-
pertikaian (con�lict). �ungsi untuk kepentingan umum, dengan
Dalam konteks kehidupan titik berat sebagai saluran irigasi dan jalur
masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh transportasi. Handil/Tatah, semacam salu-
budaya sun- gai, maka sungai bisa ran yang bermuara ke sungai atau ke
memainkan beragam anjir, dibuat untuk menyalurkan air ke
�ungsi. Pertama, sungai ber�ungsi lahan per-
sebagai

5
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
tanian daerah daratan. Ukuran handil Merton membedakan �ungsi mani�est dan
lebih kecil dibandingkan anjir, dan
merupakan milik kelompok/bubuhan �ungsi latent. Fungsi-�ungsi mani�est ada-
tertentu. Saka me- rupakan saluran tersier lah konsekuensi-konsekuensi obyekti� yang
untuk menyalurkan air, yang biasanya menyumbang pada penyesuaian terhadap
diambilkan dari handil. Ukuran saka lebih sistem itu yang dimaksudkan dan diketahui
kecil daripada handil, dan merupakan milik
keluarga atau pribadi. oleh partisipan dalam sistem itu. Sedangkan
Schophuys (Humaidy, 2005:88) meny- �ungsi-�ungsi laten adalah yang tidak dimak-
atakan bahwa kanal-kanal (anjir, handil, sudkan dan tidak diketahui.
saka) tersebut betul-betul karya asli
masyarakat Banjar yang disebutnya sebagai
sistem iriga- si orang Banjar, hasil METODE PENELITIAN
pembelajaran sangat cerdas nenek moyang
masyarakat Banjar ter- hadap lingkungannya Penelitian ini dilakukan dengan meng-
yang sudah berabad- abad lamanya. Ia gunakan metode deskripti� kualitati�. Sum-
menilai sistem irigasi itu sangat khas dalam ber data dipilih secara purposive dan
rangka menjawab tantan- gan dari sebuah snowball sampling. Data yang diperoleh
kota yang memiliki banyak sungai yang bersumber dari data primer dan data
pasang surut. Kanal memiliki multi �ungsi sekunder. Teknik pengumpulan data
sebagai sarana pertanian, jalur pelayaran, dilakukan dengan wa- wancara dan
pengangkutan barang, dan kebu- tuhan observasi.
masyarakat akan air, mandi, cuci.
Lingkungan perairan tersebut juga
menjadi media untuk sosialisasi diantara HASIL DAN PEMBAHASAN
para warganya. Menurut Koentjaraningrat
(1990:229) proses sosialisasi bersangkutan Daerah Kuin pada mulanya merupa-
dengan proses belajar kebudayaan kan daerah titik awal perkembangan Kota
dalam hubungan dengan sistem sosialnya. Banjarmasin. Namun dalam perkembangan-
Dalam proses tersebut seorang individu nya, daerah Kuin hanyalah sebuah perkam-
dari masa anak-anak hingga masa tua pungan yang terletak di pinggiran kota. Kuin
belajar pola- pola tindakan dalam interaksi hanya dikenal sebagai bagian masa lalu den-
dengan segala macam individu gan peninggalan kuna, berupa situs makam
sekelilingnya yang mendu- duki beraneka Sultan Suriansyah sebagai pendiri Kesulta-
macam peranan sosial yang mungkin ada nan Banjar dan masjid kuna Sultan
dalam kehidupan sehari-hari. Selain Surian- syah. Selanjutnya Kuin dikenal
sosialisasi, sebenarnya masih terdapat karena lokasi Pasar Terapung yang terletak
konsep –konsep penting lain yang berkau- di muara Kuin Cerucuk.
tan dengan proses belajar kebudayaan oleh Sebagaimana umumnya wilayah Kota
warga masyarakat yang bersangkutan, yaitu Banjarmasin yang banyak dialiri sungai, de-
internalisasi dan enkulturasi. mikian pula dengan daerah Kuin. Daerah
Fungsi-�ungsi dari sistem yang meling- ini dialiri oleh sebuah sungai, yaitu
kupi sungai Kuin patut kiranya Sungai Pangeran atau Antasan Kuin, atau
memaparkan terlebih dahulu pemikiran ada yang menyebut Sungai Kuin yang
Merton mengenai analisis �ungsional. bermuara ke Sungai Barito. Untuk
Sekalipun Merton men- ganggap bahwa keperluan penulisan ini, selanjutnya
pendekatan �ungional bu- kanlah suatu disebut sebagai Sungai Kuin, yang melintasi
teori yang komprehensi� dan terpadu, wilayah Kelurahan Kuin Uta- ra, Kuin
namun ini dapat dipakai sebagai stategi Selatan, dan Kuin Cerucuk. Sungai Kuin
untuk analisa (Johnson, 1986). Da- lam sendiri juga mempunyai anak-anak ca- bang
mengembangkan gagasannya ini, Mar- ton sungai, namun sekarang banyak yang
menekankan tindakan-tindakan yang be- hampir mati atau bahkan sudah mati. Oleh
rulangkali atau yang baku yang karena kondisi geogra�is berupa sungai,
berhubungan dengan bertahannya suatu maka masyarakat Kuin juga akrab dengan
sistem sosial di- mana tindakan itu berakar kehidupan sungai.
(Johnson, 1986). Perumahan penduduk dibangun di se-
panjang jalur sungai, baik yang berada di
te-

5
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
pian maupun di atas sungai. Rumah- dataran rendah Barito dan digunakan
rumah yang dibangun di tepian sungai
menghadap ke sungai, namun yang untuk
dibangun di atas sun- gai justru semua jenis perahu/badan kapal.
membelakangi sungai. Pembangu- nan Menurutnya terdapat 2 (dua) tipe
rumah-rumah di atas sungai telah me- das-
nyebabkan alur sungai semakin
menyempit. Akibat perkembangan jaman ar jukung, yaitu jukung sudur yang
dan pertamba- han penduduk, orang mulai diolah
membangun ru- mah jauh dari tepi sungai. dari pohon yang dibelah dua, dan
Namun masyara- kat tetap menentukan jukung
arah berpatokan pada posisi sungai. Arah
yang makin menjauh dari sungai yang diolah dari satu batang pohon
disebutnya arah ke darat, sedangkan arah yang
yang mendekati ke sungai disebutnya arah utuh. Jukung dan klotok tersebut
ke laut. Sebagai contoh, apabila seseo- rang
mau pergi menjauh dari sungai, ia dise- but mengang-
sedang bajalan ke darat, dan sebaliknya. kut barang-barang dagangan dari hasil bumi,
Pertambahan penduduk, pembangu- berupa sayur-sayuran, buah-buahan, ikan,
nan perumahan di wilayah darat, dan dll. Barang dagangan tersebut dibawa ke
pem- pasar terapung, dibawa ke pasar-pasar kecil
bangunan jalan darat di kedua tepian yang ada di pinggir-pinggir sungai, atau
sungai dija-
(Jl. Kuin Utara dan Jl. Kuin Selatan) me- jakan ke rumah-rumah di sepanjang
mang telah mengurangi aktivitas transporta- sungai.
si sungai. Namun demikian ternyata
sungai
tetap tidak ditinggalkan sama sekali oleh
ma-
syarakat yang tinggal di tepian Sungai
Kuin.
Secara umum �ungsi sungai bagi
masyarakat
di tepian Sungai Kuin, antara lain
adalah:
Sejak dulu sungai memegang
peranan
penting sebagai jalur transportasi di wilayah
ini, sebab sungai-sungai yang melewati wila-
yah Kuin bermuara di Sungai Barito
sebagai
sungai terbesar di Kalimantan Selatan.
Mes-
kipun �rekuensi transportasi sungai mulai
berkurang, namun masih ada sebagian
warga
yang menggunakan jalur sungai. Setiap
pagi
bisa diamati transportasi tradisional
sungai,
seperti jukung dan klotok (taksi klotok)
yang
hilir mudik di sungai. Jukung adalah
istilah
yang digunakan oleh seluruh masyarakat

5
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
Pada sore hari bisa dilihat pemandangan me-
nakjubkan, saat para penjaja pulang beririn-
gan dengan menggunakan jukung. Mereka
memakai topi lebar dari purun, dan
jukung- jukung yang tidak bermesin
ditarik oleh se- buah jukung bermesin.
Selain itu pada setiap pagi bisa dilihat
klotok-klotok dipakai untuk mengangkut
para siswa yang akan menuju ke
sekolahan masing-masing. Dalam konteks
ini penggu- naan klotok-klotok sama halnya
transportasi sekolah seperti angkat/ bus
sekolah. Menu- rut keterangan seorang
siswa, ongkos naik klotok lebih murah
dibandingkan dengan naik ojek.
Sebenarnya telah ada taksi kota (angkot),
namun ada taksi yang tidak mele- wati
sekolah. Sebagai contoh, taksi hanya
sampai di pangkalan taksi pasar apung,
dan untuk menuju ke sekolah ia harus naik
ojek atau jalan kaki namun jaraknya cukup
jauh. Oleh karena itu siswa tersebut lebih
suka naik klotok, turun di batang dekat
sekolah, dan ongkosnya lebih murah.
Pada saat pu- lang sekolah ia akan
menggunakan jasa klo- tok lagi. Fungsi
klotok sebagai transportasi yang e�ekti� dan
e�isien itulah yang membuat klotok sebagai
alat transportasi tradisonal di era modern
ini belum tergantikan.
Pada pagi hari juga bisa dilihat
anak- anak TK yang diantar ibunya
menyeberang dari satu sisi sungai ke sisi
sungai yang lain. Mereka menyeberang
menggunakan jasa jukung. Ongkos sekali
menyeberang hanya lima ratus rupiah.
Sebagai contoh anak- anak dari Kuin
Selatan yang bersekolah di TK Sultan
Suriansyah di Kuin Utara. Untuk
mempersingkat jarak, mereka menyeberang
menggunakan jasa jukung. Demikian juga
pada saat pulang, mereka juga
menggunakan jasa jukung.
Ketiadaan jembatan yang menghu-
bungkan daerah satu dengan lainnya mem-
buat masyarakat tidak bisa berakti�itas seca-
ra leluasa. Anggaran yang besar yang
harus dikeluarkan pemerintah untuk
membuat jembatan untuk
menghubungkan daerah pemukiman satu
dengan lainnya juga ten- tu semakin sulit
direalisasikan. Karena itu jukung-jukung
penghubung daerah pemuki- man satu
dengan lainnya merupakan sebu- ah solusi.
Contoh-contoh di atas merupakan

5
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
contoh �ungsi sungai sebagai jalur transpor- rubuti oleh para calon pembeli. Si
tasi yang masih bisa disaksikan di Tepian
Sungai Kuin. penjual
Sudah dijelaskan bahwa sungai ber- tetap berada di dalam jukung atau kelotok-
�ungsi sebagai jalur transportasi, untuk me- nya, sedangkan para pembeli berada di atas
mudahkan mobilitas barang dan batang atau titian. Di tempat itulah terjadi
manusia. traksaksi perdagangan. Para pembeli
Distribusi barang dari satu tempat ke yang
tempat kebanyakan ibu-ibu membeli barang-barang
lainnya berkaitan dengan aktivitas pereko- untuk keperluan sehari-hari, seperti
nomian penduduk. Pada pagi hari sayur,
jukung ikan, dan buah-buahan. Pada saat musim
dan klotok hilir mudik di Sungai Kuin buah akan dilihat suatu pemandangan in-
un- dah, saat jukung atau klotok melaju di
tuk mengangkut barang dagangan, baik be- atas
rupa hasil bumi, hasil perikanan, sungai membawa rambutan atau jeruk den-
makanan, gan warna merah, hijau, kuning. Jika
maupun barang-barang kelontong. Para me-
pedagang menjajakan barang dagangannya reka membeli makanan/kue-kue maka
di sepanjang sungai. Mereka berhenti para
di pembeli akan mengambil makanan tersebut
batang-batang rumah penduduk atau di
ba-
tang-batang umum.
Alasan para pedagang memakai ju-
kung dan klotok di Sungai Kuin dari
pada
menggunakan alat transportasi modern ada-
lah karena kedua alat transportasi
tradisio-
nal itu menyediakan kemudahan bagi para
pedagang. Pertama, barang dagangan baik
berupa hasil bumi, hasil perikanan, maka-
nan, maupun barang-barang kelontong da-
pat diperjual belikan secara mudah
karena
pedagang dapat bertransaksi dengan pembeli
di batang-batang. Kedua, antara klotok
dan
batang merupakan satu sistem terpadu
yang
memberikan banyak �ungsi. Ketiga,
tran-
sportasi ini masih belum tergantikan
dengan
transportasi darat yang lebih e�ekti� dan e�i-
sien.
Suasana yang ramai ditemui pada
saat
penjual menghentikan dan menambatkan
klotok atau jukungnya di batang umum.
Ti-
dak berapa lama penjual tersebut telah dike-
5
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
dengan menggunakan alat yang bertangkai
panjang.
Menurut penuturan seorang in�orman,
ia lebih suka berbelanja sayur dan ikan ke
batang, sebab tidak perlu mengeluarkan bia-
ya , waktu, dan tenaga untuk pergi ke
pasar. Selain itu harga barang-barang
tersebut lebih murah, sebab biasanya
penjual mengambil barang-barang
dagangannya langsung dari petani,
bahkan bisa berasal langsung dari tangan
pertama (produsen). Oleh karena itu
barang-barang dagangan, seperti ikan,
sayur, dan buah masih dalam kondisi
segar. Ikan yang mereka beli bisa
langsung diber- sihkan (disiangi) di batang,
sehingga ketika dibawa pulang sudah
dalam kondisi bersih. Ketika berada di
batang itu, ia juga sambil membawa
cucian. Artinya sambil mengerja- kan
pekerjaan mencuci, ia bisa sambil berbe-
lanja untuk keperluan konsumsi sehari-
hari. Rumah in�orman itu berada di darat,
di se- buah gang.
Selain dari pedagang keliling, aktivitas
ekonomi juga dijalani oleh para warga
yang mempunyai rumah di atas sungai.
Rumah yang dibangun di atas sungai,
banyak yang menghadap dua arah yaitu
arah sungai dan arah darat. Mereka
mempunyai dua beran- da, yaitu beranda
depan yang menghadap ja- lan darat dan
beranda belakang yang meng- hadap
sungai. Namun banyak juga rumah yang
dibangun menghadap ke jalan darat,
sedangkan bagian belakang dijadikan seba-
gai dapur dan jamban keluarga. Bagi
rumah yang mempunyai dua beranda,
banyak yang meman�aatkan beranda
belakang sebagai kios. Mereka membuka
warung yang men- jual makanan,
barang-barang kelontong, maupun bensin
dan minyak tanah. Bahkan ada warung
makan yang sengaja dibangun menghadap
sungai, dengan kata lain sungai dijadikan
pemandangan terbuka oleh wa- rung
makan tersebut.
Warung-warung ini melayani para
pembeli yang naik jukung atau klotok. Bah-
kan klotok atau perahu bermesin lainnya
banyak yang singgah ke warung-warung
tersebut untuk mengisi bensin. Saat klotok
mengisi bensin, para penumpang bisa naik
ke warung untuk minum teh, makan kue,
atau makan nasi. Dengan demikian
sungai

5
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
sebagai jalur transportasi juga memberikan untuk ngrumpi, sambil menunggu datang-
e�ek positi� bagi para warga yang tinggal di
atas sungai, yaitu e�ek ekonomis dan nya jukung penjual sayur dan ikan.
juga sosial. E�ek sosial berupa interaksi Ketika
diantara para warga dan interaksi diantara matahari semakin tinggi maka aktivitas
para pen- jual dan pembeli. di
Sungai-sungai di wilayah ini sejak
lama telah memegang peranan penting tepian sungai berangsur sepi.
dalam kontak untuk berbagai kepentingan. Pada sore hari aktivitas di tepian
Bukti dari adanya kontak ini adalah sungai
ditemukannya situs kuna di tepian
Sungai Kuin. Sampai saat ini sungai dimulai lagi, yaitu saat warga mandi di
masih memainkan peranan penting dalam sun-
interaksi antar warga masya- rakat, gai. Pada sore hari banyak ditemui anak-
meskipun telah berkembang permuki- man anak
penduduk yang dibangun jauh dari te- pian
sungai. Sebagai contoh, in�ormasi yang yang mandi sambil bermain-main di
diberikan oleh seorang in�oman, sungai.
meskipun rumah in�orman di darat sudah Anak-anak tersebut umumnya mahir bere-
dilengkapi dengan kamar mandi dengan nang dan menyelam. Sambil mandi,
�asilitas air dari PDAM, namun in�orman
tersebut lebih suka mandi ke batang/sungai. mereka
Alasan masyarakat lebih senang man-
di di sungai karena adanya rasa lebih puas,
bisa sambil bakunyung (berenang), dan
bisa
ketemu dengan tetangga lainnya.
Artinya
sambil mandi di sungai, maka ia bisa
berinte-
raksi dengan para tetangga yang sama-
sama
sedang mandi di sungai. Banyak hal
yang
mereka bicarakan, mulai dari hal-hal
yang
ringan sampai ke hal-hal yang
serius.
Aktivitas warga, yang tinggal di
atas
sungai, di pinggir sungai, atau yang
agak
jauh dari sungai, telah dimulai sejak
subuh.
Ada diantara mereka yang hanya mandi
dan
mencuci, atau memulai aktivitas
ekonomi.
Pada pagi hari banyak dijumpai warga masy-
arakat, baik laki-laki, perempuan, tua,
muda,
maupun anak-anak yang mandi dan mencu-
ci di sungai. Ada saja yang dipandirakan
(di-
bicarakan) pada aktivitas tersebut. Memang
pada waktu pagi itulah banyak
kesempatan

6
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
bersenda gurau, keceriaan khas anak-
anak. Kadang-kadang terlihat anak-anak
yang ber- main jukung, atau balapan
berenang menye- berangi sungai. Selain itu
juga dapat ditemui para pemancing yang
berdiri di atas jemba- tan Pangeran, atau
duduk-duduk di tepi sun- gai. Sambil
memancing, mereka mengobrol tentang
berbagai hal. Selepas maghrib sering
ditemui para remaja yang kumpul-kumpul
di jembatan Pangeran. Pada saat malam
libur, jumlah remaja yang kumpul-kumpul
bertam- bah banyak.
Dari berbagai aktivitas warga di tepi-
an sungai, ada seorang in�orman perempu-
an yang mengaku bertemu jodoh di
batang sungai. Mereka berdua sering
bertemu di ba- tang, akhirnya terjadi kontak
dan komunika- si diantara mereka. Pada
akhirnya keduanya menikah. Selain
sebagai media interaksi, te- pian sungai juga
ber�ungsi untuk media sosi- alisasi yaitu
suatu proses belajar kebudayaan oleh
anggota masyarakat.
Dari sekian banyak aspek
kehidupan berorientasi sungai, terdapat
satu aspek budaya nonmateriil
masyarakat Kuin, ten- tang totemisme
yaitu kepercayaan bahwa wilayahnya
dijaga oleh seekor buaya putih. Buaya ini
diyakini bersemayam di Sungai
Pangeran/Sungai Kuin, dan diyakini seba-
gai buaya keramat. Oleh karena dianggap
keramat, maka pada waktu-waktu tertentu
dilaksanakan ritual yang disebut
malabuh. Upacara malabuh, yakni memberi
sesaji ke- pada buaya, biasanya dilaksanakan
di depan Masjid Sultan Suriansyah.
Mereka percaya bahwa buaya itu akan
muncul apabila me- nuntut diberi sesaji,
atau sebagai isyarat akan datangnya
peristiwa besar, atau berkaitan dengan
keadaan di lingkungan daerah Kuin
(Subiyakto, 2005:24). Mitos tentang buaya
ini masih tetap hidup di kalangan masyara-
kat Kuin, sebab mitos ini lahir dari
proses berpikir dan bertindak
masyarakatnya terha- dap lingkungan dan
kondisi sosial.
Keseluruhan �ungsi-�ungsi sungai
Kuin kiranya dapat dikaji dari teori �ungsi
yang di- kemukakan oleh Merton.
Masyarakat di se- panjang sungai Kuin
meman�aatkan sungai dalam banyak hal,
karena itu sungai seperti memiliki banyak
�ungsi bagai masyarakat. Tata kelola
yang dikembangkan melalui

6
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
gagasan-gagasan yang lahir berdasarkan har- �ungsi lain seperti �ungsi ekonomi dan
monisasi hubungan yang ingin diciptakan
masyarakat dengan masyarakat maupun ma- �ungsi
syarakat dengan alam telah melahirkan interaksi dan
sebu- ah sistem budaya sungai Kuin. sosialisasi.
Sistem ini berkaitan dengan bagaima- Hal inilah yang dikatakan sebagai sis-
na masyarakat membentuk pola yang
saling berhubungan dari aspek sosial, tem, maka ketika alat transportasi tradisio-
budaya, eko- nomi, mobilitas dan nal seperti jukung dan klotok-klotok tidak
seterusnya. Seperti hal- nya penempatan
batang atau titin adalah ba- gian yang tidak
bisa terpisahkan dari sistem itu karena ia
akan berhubungan dengan ba- nyak hal
seperti aktivitas pada aspek sosial,
ekonomi maupun lainnya. Sekalipun
jalan darat telah ada, namun �ungsi jalan
belum melahirkan konsekuensi-
konsekuensi beru- pa sistem.
Penempatan ruang depan yang meng-
hadap sungai bagi masyarakat yang
tinggal di sepanjang sungai
mencerminkan bahwa sungai merupakan
bagian penting dalam ke- hidupan
masyarakat sungai terkait dengan banyak
aktivitas dari adanya ruang itu. Ru- ang ini
menyediakan tempat untuk melaku- kan
transaksi ekonomi, bisa juga digunakan
untuk tempat mereka memulai aktivitas
keluar rumah seperti berangkat ke
sekolah. Sungai melahirkan �ungsi-�ungsi
yang dicip- takan masyarakat dari
konsekuensi-konse- kuensi untuk sistem
sosial yang dibangun.
Merton dalam analisanya mengenai
�ungsi mengatakan bahwa tindakan-tinda-
kan yang berulangkali atau yang baku
ber-
hubungan dengan bertahannya suatu
sistem
sosial dimana tindakan itu berakar
(Johnson,
1986). Inilah kondisi yang terjadi pada
ma-
syarakat tepi sungai Kuin. Jalan darat
yang
telah disediakan belum mampu
melahirkan
tindakan-tindakan yang dilakukan
berulang
kali sehingga membentuk satu hubungan
dengan aspek lainnya yang pada
akhirnya
mewujud dalam sebuah sistem. Namun
hal
ini berbeda dengan bagaimana peranan sun-
gai yang telah banyak membentuk
hubungan
seperti sungai ber�ungsi sebagai jalur tran-
sportasi, maka dia berhubungan dengan

6
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
beroperai maka akan mengganggu yang lain-
nya. Begitu pula ketika sungai dalam
kondisi yang membahayakan misalnya
karena debit air yang banyak serta arus
deras pasca hujan tentu ini akan
berpengaruh terhadap aspek lainnya pula.
Analisa Merton selanjutnya adalah
membedakan �ungsi mani�est dan
�ungsi latent. Fungsi-�ungsi mani�est ada-
lah konsekuensi-konsekuensi obyekti� yang
menyumbang pada penyesuaian
terhadap sistem itu yang dimaksudkan dan
diketahui oleh partisipan dalam sistem itu.
Sedangkan
�ungsi-�ungsi laten adalah yang tidak dimak-
sudkan dan tidak diketahui.
Fungsi yang diemban oleh sungai
Kuin seperti �ungsi transportasi, �ungsi
sarana eko- nomi dan �ungsi interaksi
serta sosialisasi merupan bentuk dari
�ungsi mani�est sungai Kui itu sendiri.
Secara jelas konsekuensi- konsekuensi
obyekti� dari sungai itu secara sadar
diketahui oleh karena itu maka �ungsi
sungai Kuin tadi adalah bagian dari �ungsi
mani�est. Sedangkan �ungsi laten dari
sungai Kuin dengan segala aktivitas di atas
sebagai ruang publik pembelajaran kultural
(cultural learning), sehingga
memungkinkan manu- sia untuk
membentuk dan mengembangkan
kehidupan sosial dalam lingkungan
ekologi tertentu.

SIMPULAN

Sungai bagi masyarakat di Tepian


Sun- gai Kuin masih memegang peranan
yang cu- kup penting dalam berbagai segi
kehidupan. Sungai tidak hanya semata-
mata ber�ungsi sebagai jalur transportasi,
tetapi sungai juga berperan dalam
aktivitas perekonomian. Selain itu masih
banyak warga masyarakat yang
meman�aatkan sungai untuk keperluan
mandi dan cuci. Sambil melakukan aktivi-
tas tersebut, warga masyarakat bisa melaku-
kan interaksi untuk berbagai tujuan.
Selain sebagai media interaksi, tepian
sungai juga dijadikan sebagai sarana
sosialisasi untuk belajar kebudayaan
masyarakatnya. Sungai masih menempati
kedudukan yang cukup penting dalam
kehidupan masyarakat, yang memiliki
�ungsi yang beragam, mulai dari
�ungsi transportasi hingga �ungsi sosial dan
ekonomi masyarakat. Fungsi sungai Kuin
se-

6
Rochgiyanti / Komunitas 3 (1) (2011) :
perti itu menegaskan �ungsi mani�est, limantan Selatan”, dalam Gunadi Kasnowi-
tetapi yang tidak kalah penting �ungsi hardjo, 2004. Sungai Dan Kehidupan
sungai Kuin menjadi ruang publik Masyarakat Di Kalimantan. Banjarbaru :
Ikatan Ahli Arke- ologi Indonesia Komda
pembelajaran kultural (cultural learning) Kalimantan.
masyarakat budaya sungai dengan segala Nurdiana, T. 2010. Sunat Perempuan Pada
ide aktivitas maupun arte�ak yang Masyara- kat Kota Banjarmasin. Jurnal
dihasilkan darinya. Inilah �ungsi laten Komunitas, 2 (2):
sungai Kuin dalam proses sosial manusia di 50-58
atasnya. Soerjono Soekanto, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar.
Ja-
karta : Raja Gra�indo
DAFTAR PUSTAKA Persada.
Subiyakto, Bambang, 2005, “Arti Penting Perairan
Humaidy, 2005, “Revitalisasi Sungai Di Kota Bagi Transportasi Masyarakat Banjar”, dalam
Seribu Sungai”, dalam Kandil, Edisi 9, Tahun Kandil, Edisi 9, Tahun III, Mei-Juli
III, Mei- Juli 2005 2005.
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik Subiyakto, Bambang, 2005, “Fungsi Integrati�
dan Pelayaran Sungai Terhadap Perekonomian
Modern. Jakarta: Gramedia Ka-
Kertodipoero, Sarwoto, 1963. Kaharingan : Religi limantan Selatan Pada Masa Dahulu”,
Dan dalam
Penghidupan Di Pahuluan Kalimantan. Kandil, Edisi 9, Tahun III, Mei-Juli
Penerbit 2005
Sumur Bandung. Subiyakto, Bambang, 2005, “Totemisme, Mitos
Nuralang, Andi, 2004, “Sungai Sebagai Jalur Utama Bagaduhan Buhaya Pada Masyarakat Banjar”,
Aktivitas Perekonomian Masyarakat Di Ka- dalam Kandil, Edisi 9, Tahun III, Mei-Juli
2005
Suganda, Emirhadi. Dkk. 2009. Pengelolaan Lingkun-
gan dan Kondisi Masyarakat Pada
Wilayah
Hilir Sungai. Jurnal Makara Sosial
Humaniora,
13 (32): 143 -153

Anda mungkin juga menyukai