Anda di halaman 1dari 26

FORMAT RESUME PEMBEKALAN KKN REGULER PERIODE I TAHUN 2023

NIM : ANDINY CANDRIKA DEWI


NAMA : 193030502060
NO KELOMPOK : 122

STRUKTUR RESUME:
1. ISI RESUME HARI KE – 1 TANGGAL 12 JUNI
2. FOTO BUKTI KEHADIRAN PADA SESI TERSEBUT

PADA TANGGAL 12 JUNI TERDAPAT 7 SESI :

SESI 1 :
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN KKN REGULER PERIODE I TAHUN 2023
PEMBICARA : DR. MIAR., SE., M.SI (KETUA PANITIA KKN)

Landasan hukum
• Merdeka Belajar – Kampus Merdeka merupakan salah satu kebijakan dari Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Nadiem Makariem. Salah satu program dari kebijakan Merdeka Belajar –
Kampus Merdeka adalah Hak Belajar Tiga Semester di Luar Program Studi. Program tersebut
merupakan amanah dari berbagai regulasi/landasan hukum pendidikan tinggi dalam rangka
peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan pendidikan tinggi. Landasan hokum pelaksanaan
MB-KM
• Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

LATAR BELAKANG
• Dalam rangka menyiapkan mahasiswa menghadapi perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan
kemajuan teknologi yang pesat, kompetensi mahasiswa harus disiapkan di era globalisasi. Link
and match tidak saja dengan dunia industri dan dunia kerja tetapi juga dengan masa depan yang
berubah dengan cepat.
• Perguruan Tinggi dituntut untuk dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang
inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara optimal dan selalu relevan.
• Kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka diharapkan dapat menjadi jawaban atas tuntutan
tersebut. Kampus Merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom
dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa. Untuk mewujudkan generasi yang berkarakter dan unggul.

PENGERTIAN KKN TEMATIK REGULER


• KKN Tematik Reguler adalah kegiatan KKN yang dilakukan oleh LPPM Universitas Palangka
Raya dalam upaya mendorong mahasiwa untuk dapat lulus tepat waktu, sesuai dengan program
LPPM yang tertuang dalam Buku Panduan Akademik Universitas Palangka Raya Tahun
2022/2023. Persyaratan dan pelaksanaan KKN Tematik Reguler implementasi MB-KM yaitu 2
(dua) bulan.
• Kemudian biaya pelaksanaannya dibebankan kepada DIPA Universitas Palangka Raya Tahun
2023., tetapi sepenuhnya ditanggung oleh mahasiswa peserta KKN.

KKN Tematik Reguler dilakukan atas berbagai pertimbangan dan landasan pemikiran yang logis,
antara lain:
• Mahasiwa adalah calon kader dan pemimpin bangsa, sehingga perlu diberi kesempatan untuk
mengorganisir kelompok sebagai suatu media pembelajaran untuk memupuk rasa tanggung
jawab.
• Proses pengorganisasian dalam KKN juga untuk memupuk terbentuknya network mahasiswa
antar fakultas
• Secara psikologis, mahasiswa adalah orang yang sudah dianggap dewasa. Oleh sebab itu, perlu
diberikan kesempatan untuk mengorganisir suatu kegiatan sebagai media pembelajaran agar
dapat menjadi manusia yang bertanggung jawab atas segala keputusan yang dibuat sendiri dan
kelompoknya
• Proses pencarian permasalahan KKN akan mengantar mahasiswa menjadi SDM masa depan
yang peduli terhadap permasalahan masyarakat
• Menunjukkan pada mahasiswa bahwa persoalan pembangunan bukan hanya tanggungjawab
Pemerintah, tetapi juga tanggung jawab seluruh komponen masyarakat.
SESI 2 :
ARAHAN DAN TUJUAN KKN REGULER IMPLEMENTASI MBKM PERIODE I TAHUN 2023
PEMBICARA : DR. SUSTIYAH ., M.S (KETUA PUSAT STUDI MBKM LP3MP UPR)
Arahan dan Tujuan :
Dalam rangka menyiapkan mahasiswa menghadapi perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan
kemajuan teknologi yang pesat, kompetensi mahasiswa harus disiapkan di era globalisasi. Link
and match tidak saja dengan dunia industri dan dunia kerja tetapi juga dengan masa depan yang
berubah dengan cepat.
• Perguruan Tinggi dituntut untuk dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang
inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan,
dan keterampilan secara optimal dan selalu relevan.
• Kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM) diharapkan dapat menjadi jawaban
atas tuntutan tersebut. Kampus Merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi
yang otonom dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Untuk mewujudkan generasi yang berkarakter dan unggul.
Kehadiran mahasiswa selama dua bulan dapat mendampingi perencanaan program di desa
dalam mendukung Sustainable Development Gools(SDG) Desa, mulai dari kajian
potensi, masalah dan tantangan pembangunan, penyusunan prioritas pembangunan,perancangan
program, desain sarana prasarana,pemberdayaan masyarakat, pengembangan Usaha Mikro
Kecil, pengelolaan Badan Usaha Milik Desa(BUMDes), supervisi pembangunan, hingga
monitoring dan evaluasi.
• Memberikan pengalaman dalam bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat untuk
mempersiapkan mahasiswa sebagai generasi andal.
• Memberikan kesempatan untuk mengembangkan bidang ilmu dan minat mahasiswa dengan
luaran akhir dalam bentuk karya tertulis, audio-visual,maupun bentuk karya laporan akhir.
SESI 3 : SOSIALISASI UNDANG-UNDANG PERMENDIKBUD NO 30 TAHUN 2021 TENTANG
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL DI LINGKUNGAN
PERGURUAN TINGGI & BULLYING
PEMBICARA : DR. KIKI KRISTANTO., S.H., M.H (KETUA SATGAS PPKS UPR)

Ada berbagai macam Kebijakan di tingkat nasional sebagai dasar hukum


1. UU nomor 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual
2. KUHP pasal 285-291tentang perkosaan = 2 alat bukti/keterangan dari saksi agar dapat
dipidana kan.
Kebijakan di lingkungan pendidikan
Di perguruan tinggi keagamaan Islam di bawah Kemenag:
1. Keputusan Dirjen Pendidikan Islam nomor 5494 tahun 2019 tentang Pedoman
Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual pada Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam.

Di perguruan tinggi di bawah Kemendikbudristek:


1. Permendikbudristek nomor 30 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi.
2. Peraturan Sekjen Kemendikbudristek nomor 17 tahun 2022 tentang Pedoman
Pelaksanaan Permendikbudristek nomor 30/2021 tentang Pencegahan dan
Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi

Apa itu Kekerasan seksual?


Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan,
dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan
relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis
dan/atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang
kesempatan melaksanakan pendidikan tinggi dengan aman dan optimal.
(Permendikbudristek 30/2021, pasal 1)
Relasi kuasa
Ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender yang selanjutnya disebut ketimpangan relasi
adalah kondisi terlapor menyalahgunakan sumber daya pengetahuan, ekonomi dan/atau
penerimaan masyarakat, atau wewenang dan status sosialnya untuk mengendalikan
korban dan/atau saksi. (Peraturan Sekjen Kemendikbudristek 17/2022)
Relasi kuasa dan ketimpangan gender
- Ketimpangan gender dan budaya patriarki menempatkan laki-laki "lebih tinggi"
dan memiliki kuasa lebih besar dari perempuan.
- Kombinasi relasi kuasa dan ketimpangan gender menjelaskan fenomena:
- Mayoritas korban kekerasan seksual adalah perempuan.
- Kekerasan seksual melibatkan pelaku dan korban yang tidak saling mengenal.
Contoh: pelecehan seksual yang menimpa perempuan di jalan, di angkutan
umum dan ruang publik lain.

Untuk tindak pidana kekerasan terhadap perempuan dan anak di Polda Kalimantan
Tengah pada tahun 2022 terdapat 124 perkara kekerasan pada anak dan 77 perkara
kekerasan terhadap perempuan.
Kekerasan seksual di perguruan tinggi yang ada Diindonesia
Ada sekitar 174 kasus kekerasan seksual di 79 kampus di 29 provinsi. 96% korban
adalah mahasiswi /perempuan. untuk Pelaku: dosen, mahasiswa, staff, warga, tokoh
agama, dokter yang bertugas di klinik kampus. Diantara kejadian tersebut ada sekitar
20% tidak melapor & 50 % tidak menceritakan kepada siapapun karena malu, takut,
bingung. Tempat kejadian di kampus misal saat bimbingan skripsi dan luar kampus misal
tempat KKN/magang/kerja praktik/ acara kemahasiswaan. (Vice Indonesia, Tirto &
Jakarta Post 2019)
Bentuk kekerasan seksual
Kekerasan Seksual mencakup tindakan yang dilakukan secara verbal, non-fisik, fisik,
dan/atau melalui teknologi informasi dan komunikasi (Permendikbudristek 30/2021,
pasal 5[1]) Total terdapat 21 bentuk kekerasan seksual berdasarkan Permendikbudristek
30/2021, pasal 5[2]
Contoh bentuk kekerasan seksual yang terjadi di perguruan tinggi
Menyampaikan ucapan yang memuat rayuan, lelucon, dan/atau siulan yang bernuansa
seksual kepada korban
Menatap korban dengan nuansa seksual dan/atau tidak nyaman (Definisi berdasarkan
Permendikbudristek 30/2021, pasal 5[2])
Dampak kekerasan seksual
Kekerasan seksual menyebabkan korban mengalami depresi, trauma, putus sekolah,
kehilangan pekerjaan, meninggal dunia (contoh kasus: korban kekerasan seksual yang
bunuh diri, korban cat calling yang meninggal dunia). Dengan demikian kekerasan
seksual adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, bukan sekedar masalah kesusilaan/etika,
pelanggaran sopan santun atau sebatas menganggap pelaku "khilaf" dan cukup
dimaafkan. Untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan, maka hukum negara harus
melindungi warga negara, di lingkungan kampus aturan kampus harus melindungi
sivitas akademika.
UU nomor 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual
Substansi dalam Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual bertujuan untuk:
a. mencegah segala bentuk kekerasan seksual;
b. menangani, melindungi, dan memulihkan korban;
c. melaksanakan penegakan hukum dan merehabilitasi pelaku;
d. mewujudkan lingkungan tanpa kekerasan seksual; dan
e.menjamin ketidakberulangan kekerasan seksual. (UU 12/2022 tentang TPKS, pasal 3)
Sanksi Bagi Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi yang tidak melakukan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual
dikenai sanksi administratif berupa:
a. penghentian bantuan keuangan atau bantuan sarana dan prasarana untuk Perguruan
Tinggi; dan/atau
b. penurunan tingkat akreditasi untuk Perguruan Tinggi. (Permendikbudristek
30/2021, pasal 19)

SESI 4 : SOSIALISASI BAHAYA NARKOBA


PEMBICARA : BNN

1. Fakta Narkoba

Fakta dan kasus narkoba ada sekitar 275 juta orang di seluruh dunia menggunakan narkotika
(prevelensi 5,5% tahun 2020)
Prevelensi penyalahgunaan narkoba di provinsi Kalimantan tengah
0,70% (10.108 orang) : pernah pakai
0,40% (6.317 orang) : pakai 1 tahun terakhir
Fakta Narkoba di Indonesia
a. Angka kematian
30-40 orang meninggal akibat narkoba setiap harinya
b. Gender
72% laki-laki
28% wanita
c. Jenis popular
Jenis narkoba yang paling banyak adalah shabu, ganja, ekstasi, dan heroin
d. Jenis baru
91 NPS masuk Indonesia dengan harga yang murah dan bentuk yang sulit terlacak.

Kasus
Temuan bunker narkoba di kampus Makassar yang mengejutkan
Bunker merupakan brankas untuk penyimpanan barang bukti dan transaksi. Prngakuan terakhir
sebenarnya suddah masuk 3 kilo karena beredar cukup lama.

2. Tentang Narkoba
Dasar hukum tentang narkoba
1. Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang narkotika
2. Peraturan Menkes No. 23 tahun 2020 tentang psikotropika
3. Instruksi presiden Nomor 2 Tahun 2020 tentang rancana aksi nasional pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan precursor narkotika
(P4GN) tahun 2020-2024

Narkoba adalah salah satu permasalahan yang serius di seluruh dunia. Narkoba merujuk
pada zat-zat yang memiliki efek psikoaktif dan dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan
psikologis pada penggunanya. Beberapa contoh narkoba yang umum adalah ganja, kokain,
heroin, amfetamin, ekstasi, dan methamphetamine. Kejahatan narkotika merupakan kejahatan
extraordinary yang menjadi concern seluruh negara di dunia, karena narkotika dapat merusak
generasi bangsa dari suatu negara.

3. pencegahan narkoba
1. rean.id
rumah edukasi anti narkoba
2. kampus bersinar
Bersama elemen PT untuk membentuk kampus bersih narkoba
3. SMC
Sosial media center
4. CNS podcast
Narasumber yang kompeten dengan durasi 30 menit dengan bentuk dialog dua arah
dalam kanal youtube
5. Desa bersinar
Bersama elemen masyarakat membentuk desa bersih narkoba
6. Relawan
Ribuan relawan anti narkoba yang tersebar diseluruh Indonesia sebagai perpanjangan
tangan BNN
Tips mencegah penyalahgunaan narkoba
1. Edukasi
2. Gaya hidup
3. Sharing/diskusi
4. Value

4. program rehabilitas
1. datang sukarela ke IPWL
2. dijangkau oleh petugas
3. terjaring dalam operasi pemberantasan narkotika/Razia
4. dalam proses hukum
5. narapidana penyalahgunaan di lapas/rutan

SESI 5 : BPKP
PEMBICARA : Dr. HERRY., M.H

 Tujuan UU Desa
Tujuan desa adalah menjadi desa kuat, maju, mandiri, demokratis, dan sejahtera.
Untuk mewujudkan itu ada 4 komponen yang dibuat untuk mewujudkan tujuan desa
tersebut, yaitu :
a. Pemerintahan : efektif, professional, transparan, dan akuntabel.
b. Pemberdayaan : kesadaran, kapsitas, dan prakarsa lokal.
c. Pembangunan : penigkatan kualitas hidup manusia, penanggulangan kemiskinan
dan kesenjangan.
d. Kemasyarakatan : kerukunan, kegontoroyongan, solidaritas, swadaya,
kerbersamaan.
 Kewenangan desa
a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul, seperti tanah kas desa
pranata dan hukum adat
b. Kewenangan lokal berskala desa
c. Kewenangan yang ditugaskan Pemerintah, melalui RJMN, RPJMD
d. Kewenangan lainnya yang ditugaskan pemerintah, pemerintah Prov, dan
pemerintah Kab/Kota sesuai peraturan perundangan

 Desa dan kedudukannya


Desa adalah desa dan desa adat atau dosebut nama lain adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 Perbandingan desa dan Pemda

Berikut adalah perbandingan antara Pemda dan desa:

Lingkup:

Pemda: Pemda merupakan pemerintahan tingkat daerah yang meliputi provinsi,


kabupaten, dan kota.
Desa:. Desa bertanggung jawab atas urusan pemerintahan di tingkat desa, termasuk
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Kewenangan:
Pemda: Pemda memiliki kewenangan yang lebih luas dan kompleks. Mereka memiliki
wewenang dalam penyelenggaraan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, keamanan, dan
lain-lain. Pemda juga memiliki otonomi khusus dalam mengelola keuangan dan sumber
daya di wilayahnya.
Desa: Desa memiliki kewenangan yang lebih terbatas. Mereka bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pemerintahan di tingkat desa, seperti pembuatan kebijakan desa,
pengelolaan keuangan desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Struktur Pemerintahan:
Pemda: Pemda memiliki struktur pemerintahan yang lebih kompleks. Di tingkat provinsi
terdapat gubernur sebagai kepala pemerintahan, sedangkan di tingkat kabupaten/kota
terdapat bupati/wali kota. Pemda juga memiliki DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah) yang berperan dalam membuat kebijakan dan mengawasi jalannya pemerintahan
daerah.
Desa: Desa memiliki struktur pemerintahan yang lebih sederhana. Kepala desa adalah
pemimpin pemerintahan desa yang dibantu oleh perangkat desa seperti sekretaris desa
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Desa juga memiliki Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa (LPMD) yang berperan dalam pemberdayaan masyarakat desa.
Anggaran:
Pemda: Pemda memiliki anggaran yang lebih besar dan kompleks. Mereka menerima
dana dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang digunakan untuk
membiayai berbagai kegiatan pemerintahan daerah.
Desa: Desa memiliki anggaran yang lebih terbatas. Mereka menerima dana dari ADD
(Alokasi Dana Desa) yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dana tersebut digunakan
untuk pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat, dan kegiatan pemerintahan desa.

 Defenisi keuangan desa


Keuangan desa adalah semua hak dan jewajiban desa yang dapat dinilai dengan
uang sertasegala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa. ( psl 71 UU No. 6/2014)

Hak desa => UU 6/2014 pasal 67 ayat 1


Kewajiban desa => UU 6/2014 pasal 67 ayat 2

a. Pengelolaan keuangan desa, keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,


pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.
b. Pengelolaan keuangn daerah, , keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan desa.
 Siklus Keuangan Desa
Siklus keuangan desa mencakup serangkaian langkah dan proses yang terkait
dengan pengelolaan keuangan dalam pemerintahan desa. Berikut adalah tahapan-tahapan
umum dalam siklus keuangan desa:
Perencanaan Keuangan Desa :
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) : Pemerintah desa
merumuskan rencana kegiatan, program, dan anggaran untuk periode tertentu
berdasarkan kebutuhan dan prioritas desa.
Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDes) :
RAPBDes adalah dokumen yang memuat estimasi pendapatan dan rencana
pengeluaran desa untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan.

Pengumpulan Pendapatan Desa:


Alokasi Dana Desa (ADD): Pemerintah pusat memberikan dana ADD kepada
desa sebagai sumber pendapatan utama.
Pendapatan Asli Desa (PADes): Desa dapat mengumpulkan pendapatan dari
sumber-sumber seperti pajak, retribusi, dan hasil usaha desa lainnya.

Pengeluaran Keuangan Desa:


Belanja Rutin: Dana digunakan untuk membiayai kegiatan rutin pemerintahan
desa, seperti gaji pegawai, operasional kantor, dan pemeliharaan infrastruktur
desa.
Belanja Pembangunan: Dana digunakan untuk membiayai pembangunan
infrastruktur, pelayanan publik, dan program-program pembangunan lainnya
yang telah direncanakan.

Pelaporan dan Akuntabilitas Keuangan Desa:


Penyusunan Laporan Keuangan Desa: Pemerintah desa menyusun laporan
keuangan yang mencakup informasi tentang pendapatan, pengeluaran, aset, dan
kewajiban keuangan desa.
Audit Keuangan Desa: Laporan keuangan desa diperiksa oleh auditor independen
untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan dan ketentuan yang berlaku.
Penyampaian Laporan Keuangan Desa: Laporan keuangan desa disampaikan
kepada masyarakat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), instansi terkait,
dan pihak-pihak terkait lainnya.

Evaluasi dan Monitoring:


Evaluasi Keuangan Desa: Dilakukan evaluasi terhadap kinerja keuangan desa
untuk menilai efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan serta pencapaian
tujuan dan target yang telah ditetapkan.
Monitoring Keuangan Desa: Pemantauan terus-menerus terhadap pelaksanaan
keuangan desa untuk memastikan transparansi, akuntabilitas, dan penggunaan
dana yang sesuai dengan rencana.
Siklus keuangan desa ini merupakan proses berkesinambungan yang berulang
setiap tahunnya, di mana setiap tahapan saling terkait dan saling mendukung
dalam pengelolaan keuangan desa.

 Perencanaan keuangan desa


Perencanaan keuangan desa adalah tahapan awal dalam siklus keuangan desa di
mana pemerintah desa merumuskan rencana kegiatan, program, dan anggaran untuk
periode tertentu. Tujuan dari perencanaan keuangan desa adalah untuk mengalokasikan
sumber daya keuangan yang tersedia secara efisien dan efektif guna mencapai tujuan
pembangunan dan pelayanan publik yang diinginkan oleh masyarakat desa. Berikut
adalah beberapa langkah dalam perencanaan keuangan desa:
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes):
Identifikasi Kebutuhan Desa: Melalui partisipasi aktif masyarakat, pemerintah desa
mengidentifikasi kebutuhan prioritas desa dalam berbagai sektor seperti infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, dan lainnya.
Penetapan Sasaran dan Target: Berdasarkan kebutuhan yang diidentifikasi, pemerintah
desa menetapkan sasaran dan target yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan
waktu terbatas (SMART) untuk setiap sektor.
Penyusunan Program dan Kegiatan: Pemerintah desa merumuskan program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan target yang telah ditetapkan.

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDes):


Estimasi Pendapatan Desa: Pemerintah desa melakukan estimasi pendapatan yang dapat
diperoleh, seperti Alokasi Dana Desa (ADD), Pendapatan Asli Desa (PADes), dan
sumber pendapatan lainnya seperti pajak dan retribusi desa.
Penetapan Prioritas Pengeluaran: Berdasarkan kebutuhan dan prioritas desa, pemerintah
desa menetapkan prioritas pengeluaran dalam bentuk belanja rutin dan belanja
pembangunan.
Penyusunan RAPBDes: Pemerintah desa menyusun dokumen RAPBDes yang memuat
estimasi pendapatan dan rencana pengeluaran desa untuk periode tertentu sesuai dengan
program dan kegiatan yang telah dirumuskan.

Evaluasi dan Pemantauan:


Evaluasi Kebutuhan dan Realisasi Anggaran: Pemerintah desa melakukan evaluasi
terhadap kebutuhan desa dan realisasi anggaran yang telah dilaksanakan untuk menilai
efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran desa.
Pemantauan Pelaksanaan Program dan Kegiatan: Pemerintah desa melakukan
pemantauan secara berkala terhadap pelaksanaan program dan kegiatan untuk
memastikan bahwa anggaran digunakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Perencanaan keuangan desa yang baik membutuhkan partisipasi aktif dan


keterlibatan masyarakat desa dalam mengidentifikasi kebutuhan dan merumuskan
program serta kegiatan yang sesuai dengan kepentingan dan aspirasi mereka. Selain itu,
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa juga penting untuk
memastikan penggunaan anggaran yang tepat dan manfaat yang optimal bagi masyarakat
desa.

 Jadwal penyusunan APBD


a. Pe nyusunan RAPB desa awal oktober ( awal oktober)
b. Penyepakatan bersama dengan BPD akhir oktober ( akhir oktober)
c. Penyampaian kepada Bupati/ wali kotam melalui camat ( maksimum 3 hari kerja)
d. Proses evaluasi ( maksimum 20 hari kerja)
e. Proses penyempurnaan maksimum 7 hari kerja (maksimum 7 hari kerja)
f. Penetapan APBD Desa maksimum 31 desember ( maksimum 31 desember)
 Struktur Pemdes dan PKD
a. Kepala desa, pemegang kekuasaan pengelolaan keuangn, mewakili pemdes
dalamkepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan mempunyai wewenang
menetapkan kebijakan pelaksanaan APBDes.
b. Sekretaris desa, bertugas membeantu kepala desa dalam bidang administrasi
pemerintahan, melaksanakan ketatausahaan, melaksanakan urusan umum,
melaksanakan urusan keuangan, dan melaksanakan urusan keangan.
c. Kaur dan kasi, berkedudukan sebagai unsur pelaksana kegiatan. Kaur terdiri dari
kaur tata usaha dan umum serta kaur perencanaan. Kasi terdiri dari kasi
pemerintahan, kasi kesejahteraan, dan kasi pelayanan.
d. Kaur keuangan, mempunyai tugas menyusun RAK Dsa, melakukan penata
usahaan meliputi menerima menyimpan menyetorkan/membayar dan
mempertanggungbjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran dalam
rangka pelaksana APB Desa.
e. Pelaksana kewilayahan, bertugas membantu kepala desa dalam pelaksanaan
tugas wilayahnya.
f. Badan Permusyawaratan Desa, membahasan fungsi pemerintahan seperti
membahas dan menyepakati ranpendes bersama kepala desa, menampung dan
menyampaikan aspirasi masyarakat, dan melakukan pengawasan kinerja pemdes.
g. Lembaga Masyarakat Desa, melakukan pemberdayaan masyarakat, ikut serta
merencanakan dan melaksanakan pembangunan serta meningkatkan pelayanan
masyarakat desa.
h. BUM Desa, badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh desa melalui penyertaan scara langsung yang bersala dari kekayan desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya untuk lesejahteraan masyarakat.
 Penyaluran Dana Desa
Tahap I 40% (paling cepat januari, paling lambat 23 juni)(nilai salur =
40%x(alokasi DD-kebutuhan BLT Desa 1 tahun))
Tahap II 40% (paling cepat maret, paling lambat 24 agustus)( nilai salur =
40%x(alokasi DD-kebutuhan BLT Desa 1 tahun))
Tahap III 20% ( paling cepat juni, mengikuti ketentuan langkah-langkah akhir
TA)( nilai salur = 20%x(alokasi DD-kebutuhan BLT Desa 1 tahun))
 Sinergi dan kolaborasi pengawasan desa
a. Instrumen pengawasan kolaboratif =>MoU/ kesepakatan bersama; sistem
informasi terpadu pengawasan desa; sosialisasi, BIMKON, diskusi, dengar
pendapat; saluran pengaduan masyarakat; pedoman umum pengawasan desa;
forum kolaborasi pengawasan berkala; peta risiko dan pembagian tugas dan/atau
objek pengawasan; kesepakatan rencana kerja pengawasan.
b. Aktivitas pengawasan kolaboratif=> pelaksanaan pengawasan mandiri sesuai
kesepakatan dalam forum kolaborasi; pemanfaatan sistem informasi dan /data
bersama dalam pengawasan; joint pengawasan; pengaduan masyarakat dan
tindak lanjut pengaduan masyarakat.
c. Hasil pengawasan => laporan komprehensif pengawasan desa; rekomendasi
komprehensif dan strategis pengawasan desa; efektifitas dan efesiensi sumber
daya pengawasan; peningkatan kapabilitas apip dan pemahaman masyarakat.
d. Rekomendasi strategis peningkatan kemajuan dan kemandirian serta
kesejahteraan masyarakat desa.

SESI 6 : UMKM & BUMDES


PEMBICARA : BANK KALTENG

“ MENGGALI POTENSI PENGEMBANGAN UMKM & BUMDES DI WILAYAH


PELAKSANAAN KKN “

POTENSI PENGEMBANGAN UMKM & BUMDES

Yang dimana peserta kkn yang berfokus pada potensi pengembangan umkm dan bumdes
ini bisa bisa melibatkan bank kalteng dalam upaya pengembangan umkm dan bumdes,semakin
maju suatu daerah maka akan tumbuh berkembang umkm suatu desa akan semakin tinggi potensi
didirikannya bumdes yang dimana dumdes sebagai badan usaha milik desa yang diharapkan
betul-betul produktif dan bisa menghasilkan laba yang akhirnya menjadi pendapatan asli milik
desa dalam meningkatkan pembangunan.

Apabila di suatu desa menjadi lokasi kkn terdapat bumdes yang baru ingin berdiri
diharapkan kepada mahasiswa bisa membantu dan juga terlibat dalam pendirian bumdes tersebut
Dan bumdes di suatu desa tidak aktif mahasiswa dapat berdiskusi apa saja masalah mengapa
bumdes tidak aktif dan juga apabila bumdes aktif diharpkan di cermati dan di pelajari.

 umkm yang ada di desa biasanya :


- Perdagangan/toko/warung kecil

 Jasa-jasa umum :
- bengkel/tukang

 Pedagang perantara :
- hasil hutan
- perikanan
- pertanian
- peternakan
- perkebunan
- jasa angkutan
- wisata
- dll

SESI 7 : PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN


PEMBICARA : DR. IR. ASWIN USUP., M.SC

Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC)


1. Menjaga hutan
2. Melindungi Lingkungan
3. Mengembangkan penerapan energi baru dan terbarukan
4. Meningkatkan transportasi yang berkelanjutan
5. Pertanian yang rendah emisi dan meningkatkan ketahanan pangan
6. Industri yang ramah lingkungan
7. Bangunan yang ramah lingkungan
8. Pengelolaan sampah dan limbah

Penyebab kebakaran hutan yaitu kekeringan. Pemicu kebakaran hutan yaitu aktivitas manusia
untuk melakukan pengeringan lahan gambut dengan membuat kanal. Karena mengimitasi
pertanian lahan kering. Kemudian eksploitasi sumber daya yang berlebihan, penebangan kayu yg
berlebihan tanpa memikirkan risikonya. Kebakaran yang terjadi di Kalimantan tengah bermula
dari kebakaran di permukaan atau dari pinggir jalan kemudian meluas. Tindakan yang perlu
dilakukan adalah mengantisipasi kebakaran permukaan agar tidak terjadi kebakaran gambut.
Karakteristik kebakaran gambut hanya membakar di atas tanah tidak sampai akar. Dampaknya
terjadi penumpukan bahan bakar pada daerah yang tidak terbakar yang bisa menjadi potensi pada
tahun-tahun yang akan datang.

Upaya pencegahannya salah satu solusi dan inovasi yaitu pembuatan sprinkel dari sumur bor
untuk blocking area, Inovasi lain yaitu sistem pembasahan gambut dengan sumur bor, Inovasi
dari sepeda motor dijadikan mesin pompa, Inovasi sumur bor yang terkoneksi dengan solar cell,
inovasi sekat kanal, Selain itu dengan penimbunan kanal atau back pilling, Pembangunan sekat
bakar hijau, Sekat bakar kuning, Pembangunan pertanian tanpa bakar, Pembakaran lahan
terkendali.

Sumur bor mempunyai kriteria yaitu bisa dipompa secara terus menerus selama 6 jam, lontaran
air minimal 10 meter dengan selang 1,5 inci, air terlihat jernih dan tidak berwarna atau keruh,
debit air atau selang pelontar minimal 1,5 liter per detik.

Cara monitoring kebakaran hutan dan lahan.


1. Monitoring dengan drone.
2. Monitoring dengan balon udara.
3. Monitoring dengan menara pemantau.

Pelatihan dan peningkatan keterampilan MPA yaitu dengan melakukan sosialisasi langsung ke
masyarakat.
STRUKTUR RESUME:
1.ISI RESUME HARI KE – 2 TANGGAL 13 JUNI
2.FOTO BUKTI KEHADIRAN PADA SESI TERSEBUT

PADA TANGGAL 13 JUNI TERDAPAT 6 SESI :

SESI 1 : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GUNUNG MAS


PEMBICARA :

Profil Gunung Mas yang dijelaskan oleh Wakil Bupati Gunung Mas yaitu Ibu Efrensia L.P. Umbing,
M.Si adalah sebagai berikut :

1.Gunung Mas adalah sebuah wilayah kabupatenyang terletak di Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia.
Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kapuas provinsi Kalimantan Tengah
berdasarkan UU Nomor 5 tahun 2002. Ibu kotanya adalah Kuala Kurun, salah satu kelurahan di
kecamatan Kurun. Pada tahun 2020, kabupaten Gunung Mas memiliki jumlah penduduk sebanyak
135.400 jiwa, dan kepadatan 13 jiwa/km².

2.Mata pencaharian penduduk Gunung Mas adalah sebagai berikut :


a.Yang pertama ada di sektor pertanian, kehutanan, dan Perikanan
b.Yang kedua yaitu di sektor pertambangan dan pergalian emas
Bila dilihat status pekerjaan utama , pekerja di Gunung Mas masih didominasi oleh pekerja yang berstatus
sebagai buruh/karyawan/pegawai

3.Adapun Visi dan Misi Kabupaten Gunung Mas adalah sebagai berikut :
- Visi :
Terwujudnya Kabupaten Gunung Mas yang bermartabat, maju, berdaya saing, sejahtera, dan mandiri.
- Misi :
a.Meningkatkan dan mempercepat pembangunan infrastruktur wilayah secara adil dan proporsional;
b.Meningkatkan kualitas pembangunan Sumberdaya Manusia (SDM);
c.Meningkatkan daya saing ekonomi wilayah;
d.Mempercepat Reformasi Birokrasi;
e.Penegakan dan Jaminan Kepastian Hukum (Law Enforcement);
f.Mengembangkan nilai – nilai budaya dan Kearifan Lokal;
g.Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development);
h.Memelihara dan Meningkatkan Keharmonisan Antar Masyarakat dalam Rangka NKRI.

SESI 2 : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PULANG PISAU


PEMBICARA :

Dalam pembekalan KKN tahap pertama oleh Universitas Pulang Raya (UPR), narasumber membahas
“Pedoman Kebijakan Pembangunan Wilayah Administratif Pulang Pisau”. Dosen tersebut memaparkan
secara komprehensif aspek-aspek yang terkait dengan pembangunan Kabupaten Pulang Pisau. Berikut
rangkuman pemaparan narasumber:

1. Visi Pembangunan Kabupaten Pulang Pisau:


Pembicara pertama menjelaskan visi pembangunan Kabupaten Pulang Pisau. Visi tersebut
menggambarkan keinginan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, berdaya saing dan
berkelanjutan. Visi tersebut menjadi pedoman utama dalam merumuskan kebijakan pembangunan
kabupaten.

2. Pembangunan sektoral:
Pembicara memaparkan bidang-bidang prioritas di Kabupaten Pulang Pisau. Topik yang dibahas antara
lain pertanian, industri, pariwisata, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Setiap sektor berperan
penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Memberdayakan masyarakat:
Pembicara menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan. Strategi yang
ditonjolkan adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program
pembangunan. Melalui partisipasi yang benar diharapkan masyarakat merasakan manfaat pembangunan
secara langsung dan berkelanjutan.

4. Pemantauan dan evaluasi:


Pembicara berbicara tentang pentingnya monitoring dan evaluasi dalam proses pembangunan. Kabupaten
Pulang Pisau telah melakukan monitoring dan evaluasi terpadu untuk memastikan program pembangunan
berjalan efektif dan efisien. Informasi yang diperoleh dari pemantauan dan evaluasi ini akan menjadi
dasar untuk perbaikan kebijakan dan pengambilan keputusan di masa mendatang.

5. Sinergi pemangku kepentingan:


Pembicara menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah kota, masyarakat dan sektor swasta dalam
menerapkan keberlanjutan. Kerjasama yang baik antar peserta mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan dan mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah.

6. Langkah-langkah melawan kemiskinan:


Pembicara membahas langkah-langkah mitigasi di Kabupaten Pulang Pisau. Selain program
pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, juga ditekankan pentingnya penguatan akses pendidikan,
kesehatan dan infrastruktur dasar bagi kelompok masyarakat kurang mampu.

7. Rangkuman berisi beberapa hal pokok yang disampaikan narasumber pada pembekalan KKN Musim 1
UPR tentang “Pedoman Pembangunan Kabupaten Pulang Pisau”. Dalam pemaparan ini ditekankan
pentingnya sinergi dan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan.

SESI 3 : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KATINGAN


PEMBICARA : BAPAK ASITEN 1 KABUPATEN KATINGAN

Kabupaten Katingan

Kabupaten Katingan terletak di tengah pulau Kalimantan dan di tengah Kepulauan Nusantara. Memiliki
Jumlah penduduk sebesar 163.989 jiwa dengan Luas Wilayah 20.393,86 km2 atau 2.039.286 Ha. Pada
tahun 2017, Katingan memiliki 13 kecamatan, 7 kelurahan, dan 154 desa.

Panjang total jalan dari Kasongan ke Mendawai berdasarkan data FS adalah 154,160 Km. sudah
fungsional sepanjang 83,460 Km (Kasongan - Kereng Pakahi) dan belum fungsional sepanjang 70,70 Km
(Kereng Pakahi - Seberang Mendawai).

Kondisi infrastruktur jalan Interlokal antar kecamatan Mendawai dan Katingan Kuala masih jauh dari
harapan. Panjang ruas jalan koridor utama sepanjang 27,700 Km dengan kondisi mantap 45.079 %%

1. Jalan Katingan I, Panjang total 13,200 Km, sudah tertangani 6,809 Km, belum ditangani sepanjang
6,391 Km
2. Jalan Katingan II, Panjang total 10,500 Km, sudah tertangani 7,610 Km, belum ditangani sepanjang
2,890 Km
3. Jalan Katingan III, Panjang jalan 4,000 Km, sudah tertangani 2,553 Km dan belum ditangani sepanjang
1,447 Km

Pemerintah Kabupaten Katingan sangat memerlukan bantuan pendanaan


1. Penanganan Long Segmen Jalan Katingan I sebesar R.32.730.000.000
2. Penanganan Long Segmen Jalan Katingan I sebesar R.12.821.000.000
3. Peningkatan Jalan Katingan III sebesar R.4.526.000.000

ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KABUPATEN KATINGAN TAHUN 2024-2026 :


1.Peningkatan tata kelola pemerintahan yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel
2.Penanggulangan kemiskinan
3.Peningkatan kualitas dan aksesibilitas pendidikan.
4.Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas.
5.Penguatan potensi perekonomian daerah.
6.Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan infrastruktur
7.Pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan dan ketahanan bencana
8.Pelestarian kondusifitas daerah dalam pengamalan nilai kebangsaan, nilai agama dan budaya

TEMA PEMBANGUNAN KABUPATEN KATINGAN

2024 : Mendorong pembangunan infrastruktur pelayanan publik dalam mendukung pertumbuhan


ekonomi berkelanjutan
2025 : Meningkatkan pembangunan melalui pemerataan dan peningkatan kualitas kesejahteraan
masyarakat untuk kemajuan ekonomi daerah
2026 : Memantapkan struktur ekonomi dengan sumber daya manusia yang berdaya saing menuju
Kabupaten Katingan yang Maju, Mandiri, Adil dan Sejahtera

PRODUK UNGGULAN KABUPATEN KATINGAN :

Berdasarkan hasil pengumpulan data primer melalul observasi, wawancara, dan penyebaran kuisioner.
Produk Unggulan Daerah Kabupaten Katingan adalah sebagai berikut:
1. Beras dengan nilai 67;
2. Rotan dengan nilai 64;
3. Produk Olahan Ikan dengan nilal 61; dan
4. Durian dengan nilai 61

Ditetapkan dengan SK. Bupati Katingan Nomor 070/53 Tahun 2023 Tentang Penetapan Produk Unggulan
Daerah
SESI 4 : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAPUAS
PEMBICARA :
SESI 4 : Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Kapuas

Informasi Singkat Kabupaten Kapuas:

1. Luas Wilayah = 17.07 ,393 Km^ 2


2. Jumlah Penduduk = 423.2Jiwa
3. Jumlah Kepala Keluarga = 126.277 KK
4. Terdiri dari:
•17 Kecamatan
•17 Kelurahan
• 214 Desa

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN :


1. PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DENGAN MENINGKATKAN INTERVENSI SPESIFIK
DAN INTERVENSI SENSITIF UNTUK PENCEGAHAN DAN PENURUNAN STUNTING,
2. OPTIMALISASI KAWASAN FOOD ESTATE MELALUI PENGEMBANGAN KOMODITAS
UNGGULAN DAERAH;
3. MENDORONG KAWASAN INDUSTRI BATANJUNG MENJADI PUSAT PERTUMBUHAN
EKONOMI BARU;
4. MENINGKATKAN PELAYANAN INFRASTRUKTUR DASAR TERMASUK PENINGKATAN
KONEKTIVITAS WILAYAH YANG AMAN, TERTIB DAN LANCAR.

TUJUAN PEMBANGUNAN DAERAH :


1. Terwujudnya ketahanan pangan daerah dan tercapainya target penurunan stunting;
2. Tercapainya pemulihan ekonomi daerah pasca pandemi Covid-19, pengentasan kemiskinan, dan
terealisasinya Kawasan Industri
3. Terwujudnya pelayanan infrastruktur dasar, peningkatan kualitas lingkungan hidup, dan pengurangan
risiko bencana;
4. Terwujudnya penguatan tata ruang dan tata kelola pemerintahan;
5. Terwujudnya peningkatan kualitas dan kapasitas Sumber Daya Manusia, serta pembangunan yang
inklusif.

PERMASALAHAN POKOK PEMBANGUNAN :


Pembangunan belum sepenuhnya mewujudkan kemandirian dan kesahjahteraan masyarakat
hingga ke pelosok.
• SDM : Masih terbatasnya sumber daya manusia yang berkualitas
• EKONOMI : Belum optimalnya pengembangan ekonomi daerah yang mandiri berbasis potensi
unggulan daerah
•LINGKUNGAN HIDUP : Menurunnya kualitas lingkungan hidup
•PEMERINTAHAN : Belum optimalnya tata kelola pemerintah yang baik
•INFRASTRUKTUR : Masih kurangnya ketersediaan dan pemerataan infastruktur dasar pembangunan.
•KETENTRAMAN : Belum optimalnya penanganan potensi gangguan ketentraman dan kenyamanan
masyarakat.
Administrasi Wilayah Kabupaten Kapuas
Secara geografis, Kabupaten Kapuas terletak pada 00 8' 48"-30 27' 00" LS dan 1130 2^ prime 36^ prime
prime - 1140 * 44' * 0' BT yang secara umum terbagi dalam 2 (dua) bagian, yakni: daerah sebelah utara
(meliputi 6 kecamatan) merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dengan ketinggian antara 100-500
mdpl, dan daerah sebelah selatan (meliputi 11 kecamatan) merupakan daerah pesisir, dataran rendah dan
rawa-rawa dengan ketinggian 0-50 mdpl. Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Kapuas sebagai
berikut:
•Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten
Barito Utara;
•Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan
Selatan;
•Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau; dan
•Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Barito Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah dan
Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.

POTENSI KAWASAN PERTANIAN


•Pertanian
•Perkebunan
•Peternakan

POTENSI KAWASAN PERTAMBANGAN


Kawasan pertambangan hanya dapat dikembangkan secara terbatas. Pelaku kegiatan pertambangan
diwajibkan untuk membangun fasilitas keamanan dan pengamanan serta barier hijau (non permanen) dan
akses khusus. Kawasan pertambangan di Kabupaten Kapuas terdiri dari:
•Batu bara
•Emas
•Batu gamping
•Pasir kuarsa
•Pasir zircon
•Kaolin
•Pasir sungai

POTENSI KAWASAN INDUSTRI

1. Kawasan peruntukan industri/industrial estate, yang mencakup industri besar dan menengah yang
berada di Kawasan Industri Batanjung.
2. Kawasan peruntukan klaster industri di luar kawasan industri, yang mencakup industri menengah dan
industri kecil yang tersebar di seluruh daerah Kabupaten Kapuas.
3. Industri mikro, kecil dan menengah tidak wajib berlokasi dalam kawasan industri.
SESI 5 : STUNTING & UPAYA PENCEGAHANNYA
PEMBICARA : DR. DR. NAWAN., M.KED. TROP
Oleh: Dr. dr. Nawan, M.Ked. Trop

1.Apa itu stunting ?


•Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki Panjang atau tinggi badan yang kurang jika
dibandingkan umur dan tinggi badan pendek dengan anak seumurannya. Kondisi ini diukur dengan
Panjang atau tinggi badan yang lebih minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO. Stunting sebenarnya adalah proses pengerdilan, stunting biasa terjadi sejak di dalam kandungan
hingga anak mencapai usia 2 tahun.
•Tanda stunting, Berbadan lebih pendek dari anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tapi
tampak lebih muda/lebih kecil untuk anak seusianya, berat badan rendah untuk anak seusianya. Otak anak
normal memiliki serabut otak yang banyak dan bercabang banyak, sedangkan anak stunting memiliki
serabut otak lebih sedikit dan bercabang sedikit.

2.Penyebab stunting
Kurangnya asupan gizi dalam waktu lama. Umumnya karena asupan makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi.

3.Periode emas 1000 hari pertama kehidupan, sejak anak dalam kandungan sampai anak berusia dua
tahun. Pada periode emas pertumbuhan otak sangat pesat yang mendukung pertumbuhan anak dengan
sempurna. Kekurangan gizi pada periode emas tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya.
Kecerdasan anak terbentuk di 1000 hari pertama kehidupan. Panjang badan anak umur 0-24 bulan yang
normal adalah 48,00 cm.

4.Dampak langsung stunting adalah kematian.


5.Dampak jangka Panjang stunting
•Perkembangan otak terhambat sehingga IQ lebih rendah
•Pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan yaitu, BBLR<2500gr. TB<48CM
•Penyakit tidak menular
6.Dampak jangka Panjang
•Penurunan kognitif dan prestasi belajar
•Kekebalan kapasitas kerja
•Mudah terserang penyakit diabetes, kanker, penyakit jantung, stroke, dll

7.Indikator SSGI 2022


a.Indikator gizi spesifik
•Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care)
•Imunisasi rutin dan dasar lengkap pemantauan pertumbuhan balita
•Tablet tambah darah ibu hamil dan remaja putri
•Akses pencarian pengobatan balita sakit
•Pemberian obat cacing
•Pemberian makanan tambahan balita dan ibu hamil.
b.Indikator gizi sensitif
•Akses sanitasi layak
•Jaminan Kesehatan
•Pendidikan anak usia dini (PAUD)
•KB
•Bantuan social (PKH, BPNT, BLT, dll)
•Rumah sehat
•Ketahanan pangan keluarga
•Keragaman pangan balita

8.Upaya pencegahan stunting, penjabaran untuk program KKN stunting mahasiswa sesuai dengan
intervensi sensitif.
a.Penyediaan air minum dan sanitasi
•Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
•Berhenti buang air besar sembarangan
•Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga
•Pengelolaan sampah rumah tangga
•Pengelolaan limbah cair rumah tangga
b.Akses pangan bergizi
•Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) → basis ketahanan pangan → pemberdayaan kelompok wanita
tani memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan tanam untuk semua jenis tanaman yang bernilai gizi
konsumsi keluarga.
•Inovasi hidroponik juga dapat diterapkan jika kekurangan lahan pekarangan.
•Diharapkan dengan adanya KRPL akan terpenuhi Makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien
(TKPM) dan kaitannya dengan pangan lokal/tradisional.
c.Edukasi, konseling dan perubahan perilaku
•Penyebaran informasi melalui media, konseling perubahan perilaku antar pribadi.
•Penyuluhan untuk mencegah pernikahan dini, dan kesehatan reproduksi.
•Penyuluhan keluarga berencana secara umum.
•Penyuluhan perilaku hidup bersih sehat termasuk tidak merokok dan tidak mengonsumsi narkoba dan
pelayanan kesehatan (membantu mengukur tinggi badan dan berat badan bayi dan anak).
•Penyuluhan gemar bercocok tanam dan Penyuluhan gemar makan ikan.
•Budidaya ikan lele.
•Program pengembangan anak usia dini (PAUD) 3 aspek: Pengembangan agama dan moral,
pengembangan psikomotorik, dan pengembangan Bahasa.

SESI 6 : PROGRAM PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN


PEMBICARA : DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI
A. SASARAN KINERJA BIDANG
1. Bidang Ketersediaan Pangan
Analisis, SKPG, FSVA dan NBM
2. Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan
Pemantauan harga pangan, stabilitas harga pangan dan cadangan pangan pemerintah (CPP)
3. Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan
Analisis PPH, pengawasan keamanan pangan PSAT dan penganekaragaman pangan (B2SA)
B. UPAYA PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pemantauan perkembangan harga pangan pokok di Kabupaten/Kota
2. Menggelar pasar mrah melali pasar penyeimbang
3. Dukungan pemerintah memberikan bantuan subsidi bahan pangan pokok penting
4. Cadangan pangan pemerintah provinsi (CPP)
C. PEMBERDAYAAN LPM
1. Penguatan Kelembagaan
a)Pengataan struktur organisasi
b)Peningkatan kualitas SDM
c)Diversifikasi usaha
2. Pengambangan jejaring kemitraan
a) Business matching
b) Kerjasama CSR
c) Studi banding ke LPM yang berhasil
d) Kegiatan promosi produk (Pameran)
3. Cadangan pangan pemerintah provinsi Kalimantan Tengah 121,41 ton dan digunakan apabila terjadi
rawan pangan atau bencana
D. UPAYA PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Memberikan bantuan makanan B2SA ke lokasi stunting
2. Penganekaragaman pangan melalui B2SA dalam rangka pencapaian skor PPH
3. Melalui pengawasan keamanan pangan baik di tingkat post market atau freemarket
4. Registrasi otoritas kompeten keamanan pangan daerah (OKKPD)
5. Penganekaragaman komsusi pangan diatur dalam UU 18/2012 psl 60 (1 dan 2), UU 18/2012 PSL 62
dsb.
E. PENGUKURAN KONSUMSI PANGAN
1. Makro (Wilayah) ;
Pola pangan harapan (PPH), perhitungan skor pph konsep komposisi ideal 9 kelompok yaitu ; zat
pembangun (lauk pauk) (100/3%), zat tenaga (pangan pokok) (100/3%) dan zat pengatur (sayur dan buah)
(100/3%).
2. Mikro (Individu) :
Beragam, bergizi seimbang dan aman yaitu ; Lauk pauk (1/6), Buah (1/6), Sayur (1/6) dan Pangan
pokok (1/3)
F. POLA PANGAN HARAPAN : INDIKATOR PENGANEKARAMAN PANGAN
Tujuan;
1. Mengkaji faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan
2. Menyusun rekomendasi untuk penetapan kebijakan pangan
3. Mengidentifikasi alternatif program dan penetapan target peningkatan kualitas konsumsi pangan
masyarakat.
Kegunaan PPH;
1. Menilai situasi konsumsi ketersediaan pangan
2. Evaluasi dan perencanaan pangan
G. UPAYA PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Membuat analisis neraca bahan pangan
2. Menganasis peta FSVA
3. Menganalisis sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)
STRUKTUR RESUME:
1.ISI RESUME HARI KE – 3 TANGGAL 14 JUNI
2.FOTO BUKTI KEHADIRAN PADA SESI TERSEBUT

PADA TANGGAL 14 JUNI TERDAPAT 2 SESI :

SESI 1 : SDGS DESA DAN IMPLEMENTASINYA

PEMBICARA : KEMENDES RI ( NOVITA RIANY., S.PI., M.SI)

PEMBANGUNAN DESA BERBASIS PENDAPATAN SDGs DESA


Latar belakang kehadiran Kebijakan SDGs Desa

Arahan Presiden joko widodo pada 22 oktober 2019:


1. Dana desa harus dirasakan seluruh warga desa, terutama golongan terbawah
2. Dampak pembangunan desa harus lebih dirasakan,melalui pembangunan desa lebih berfokus
Catatan: Balehot transparansi desa/ Papan Informasi tentang pembangunan desa
Melokalkan SDGs Global ke SDGs Desa
Upaya percepatan tujuan oembangunan Berkelanjutan
• Implementasi SDGs Global di indonesia dituangkan dalam Perpres 59/2017 tentang
pelaksanaan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
• Merujukkan Perpres 59/2017, maka disusun SDGs Desa
• SDGs Desa Adalah Pembangunan total atas desa
• Seluruh aspek pembangunan harus dirasakan manfaatnya oleh warga desa tanpa ada yang
terlewat (no one left behind).
Pembangunan Desa menggarah pada 18 tujuan pembangunan Berkelanjutan.
1. Desa Tanpa Kemiskinan
2. Desa Tanpa Kelaparan
3. Desa Sehat dan Sejahtera
4. Pendidikan Desa Berkualitas
5. Keterlibatan Perempuan Desa
6. Desa Layak Air Bersih Sanintasi
7. Desa Berenergi Bersih dan Kerbarukan
8. Pertumbuhan ekonomi Desa Merata
9. Infrastruktur dan Inovasi Desa sesuai Kebutuhan
10. Desa Tanpa Kesenjangan
11. Kawasan Permukiman Desa Aman dan Nyaman
12. Konsumsi dan Produksi Desa Sadar Lingkungan
13. Desa Tanggap Perubahan Iklim
14. Desa Peduli Lingkungan Laut
15. Desa Peduli Darat
16. Desa Damai Berkeadilan
17. Kemitraan Untuk Pembangunan Desa
18. Kelembangan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif

SESI 2 : PENUTUPAN KEGIATAN PEMBEKALAN KKN


PEMBICARA : KETUA LPPM UPR

Anda mungkin juga menyukai