Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AGUS HERMAWAN. S.

Pd
NIM : 2250131032

1. Dewasa ini jika dilihat dari format pengaturan politik lokal, Batasan antara Politik Federalism
dengan Politik Desentralisasi semakin kabur, terlebih setelah keluarnya Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (yang hari ini menjadi Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah). Buat analisis terhadap pernyataan
tersebut
Jawaban:
Kalo boleh saya analisi pernyataan diatas disandingan dengan keadaan sekarang tahun 2023,
mungkin pernyataan itu cocok dengan istilah “kepalanya dibebaskan ekornya dipegang”,
maksudnya, dalam Udang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang berubah menjadi Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 isinya adalah tentang otonomi daerah bahwa daerah diberi
keleluasaan untuk memanfaatkan kearifan, potensi, inovasi, daya saing dan kreativitas daerah
untuk mencapai tujuan nasional di tingkat lokal yang pada gilirannya akan mendukung
pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan. Itu isi atau yang tertulis dalam undag-undang
yang dimaksud, tetapi seperti apa yang saya tadi katakan diatas “kepalanya dibebaskan
ekornya dipegang”. Pemerintah pusat memberikan keleluasaan pada pemerintah daerah untuk
mengelola daerahnya akan tetapi pemerintah pusatpun menekan setiap daerahnya harus
melaksanakan keingginan-keingginan pemerintah pusat dengan program dan aturan aturan
yang pemerintah pusat berikan kepada pemerintah daerah, bahkan setiap pagu anggaran yang
diberikan kepada pemerintah daerah pemerintah pusat sudah menyiapkan dengan program
yang harus pemerintah daerah laksanakan, tentunya dengan peraturan yang telah mereka
berikan sehingga pemerintah tidak bisa menolak program yang diberikan dan sifatnya wajib,
dalam hal ini sehingga pemerintah daerah kesulitan untuk mengelola sendiri keuangan yang
mereka dapat untuk mengelola daerahnya. Artinya bahwa pemerintah pusat sudah tidak
mengindahkan isi yang terkadung dalam undag-undang itu sendiri. Jadi tidak ada yang
Namanya otonomi daerah klo sudah begini, pemerintah daerah tidak menyebutkan bahwa
program pemerintah pusat itu jelek, akan tetapi yang tahu akan kondisi dan keadaan suatu
daerah iya daerah itu sendiri, cocok atau tidak program itu diterapkan, sedangan selama ini
banyak atau ada beberapa kegiatan program pemerintah pusat yang diberikan kepada daerah
hasilnya tidak cocok bahkan cenderung sia-sia, kenapa karena itu tadi setiap daerah mempunya
topologi daerah berbeda, mobilitas penduduk yang berbeda, etnis dan budaya yang berbeda.
2. Buat suatu analisis oleh saudara, bagaimana masa depan politik lokal di masa mendatang !
Apakah wacana federalisme akan tetap hidup ataukah desentralisasi dengan otonomi
daerahnya adalah pilihan akhir dalam pengaturan politik lokal di Indonesia !
Jawaban;
Dari pernyataan diatas Sejatinya akan Kembali lagi kepada siapa partai politik yang sedang
berkuasa pada saat itu, karena yang nantinya menurut saya desentralisasi yang dibalut dengan
federalisme. Maksunya nantinya masa depan politik lokal di masa mendatang akan menjadi
kepentingan politik yang sejatinya harusnya politik lokal yang terdapat di daerah-daerah dapat
meningkat kesejahteraannya, lebih dapat bersikap dewasa di dalam kehidupan berbangsa yang
heterogen, serta dapat menikmati akses pelayanan publik secara lebih dekat dibandingkan
sebelumnya. Namun pada kenyataanya banyak ditemukan kasus di beberapa daerah perihal
keefektifan politik lokal yang dilakukan, beberapa daerah hasil politik lokal justru menemui
stagnansi bahkan kemunduran dalam bidang kesejahteraan ekonomi maupun keamanan
masyarakatnya. Dapat dikatakan bahwa sebenarnya politik lokal dapat memicu terciptanya
kemajuan di wilayah - wilayahnya, politik lokal yang terdapat di daerah - daerah pun dapat
tumbuh secara baik dan rasa kebangsaan tumbuh secara perlahan - lahan. Tetapi fakta yang
terjadi sampai saat ini berbanding terbalik dengan semua pandangan teoritis tersebut. Apa yang
terjadi saat ini di Indonesia adalah maraknya politik lokal yang hanya didasarkan pada
kepentingan sekelompok penguasa ataupun pengusaha tanpa memperhatikan kebutuhan
masyarakat di wilayah itu sendiri. Politik lokal di Indonesia sampai saat ini bahkan menjadi
sebuah “pisau bermata dua” yang di satu sisi diyakini dapat memperkaya dan memperkuat
keragaman bangsa Indonesia, tetapi di sisi lain menjadi penghancur bagi terciptanya rasa
kebangsaan itu sendiri. Pengelolaan desentralisasi - yang menjadi alat untuk “memainkan”
politik di tingkat local - di Indonesia masih jauh dari sempurna. Mulai dari persyaratan politik
lokal yang terlalu mudah untuk dipenuhi sampai pada aspek - aspek praktis seperti yang sudah
disebutkan diatas menjadi penyebab mengapa sampai dengan saat ini Indonesia belum
menemukan arti kebangsaannya sendiri dan mengapa sampai saat ini fenomena - fenomena
politik di tingkat lokal masih dapat dikatakan jalan ditempat secara umum.

Anda mungkin juga menyukai