Anda di halaman 1dari 36

SKOR:

JURNAL TENTANG SENI TARI BERDASARKAN


KOREOGRAFINYA

Disusun Oleh :

Ranti Artika Lestari


NIM : 2233141026
Kelas : A

Dosen Pengampuh : Dr. Nurwani, S.S.T., M.Pd.


Drs. Inggit Prastiawan, M. Sn.
Mata Kuliah : Pengantar Pengetahuan Tari

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN TARI


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Pengetahuan Seni
Tari ini yang berjudul: SENI TARI BERDASARKAN KOREOGRAFINYA.
Dengan meriview jurnal ini bertujuan sebagai salah satu persyaratan tugas dari mata
kuliah sejarah seni tari dan seni pertunjukan dan Selesainya laporan ini tidak lepas dari
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. mungkin, laporan ini tidak luput dari
kekurangannya. Oleh sebab itu, saran yang berguna untuk penyempurnaan isi makalah ini,
akan disambut penulis dengan senang hati.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih dan memohon maaf bila ada salah kata
atau penulisan dalam laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 7 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................................... 1
B. Tujuan penelitian..................................................................................................... 1
C. Metode penelitian ................................................................................................... 1
D. Hasil dan pembahasan............................................................................................. 2

BAB II

REVIEW JURNAL............................................................................................................. 3

BAB III PENUTUP

A. Saran........................................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia dalam mengungkapkan keindahan.
Seni adalah kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia (Dharsono Sony Kartika, 2007: 7).
Dapat diartikan pula bahwa seni adalah ungkapan atau perwujudan nilai-nilai (Ida Ayu Dyah
Maharani, 2012: 5). Seni lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh kecenderungan
seniman kepada yang indah, apapun jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri
manusia, atau fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hambanya (M. Quraish Shihab,
2000: 385). Dorongan tersebut bertransformasi dengan gagasan manusia yang melibatkan
kemampuan terampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati, dan pikiran untuk
menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan indah, selaras, bernilai seni, dan lainnya
(Sumanto, 2006: 5).

B. Tujuan penelitian

Dari jurnal ini menurut saya tujuannya melakukan penelitian tersebut sudah tepat,
dikarenakan dengan bersifat kepustakaan dengan objek seni tari tradisional dan juga
Penelitian berjudul, eksistensi konsep seni tari tradisionaal terhadap pebentukan karakter
siswa sekolah dasar, merupakan cara mengembangkan dan pembelajararan kebudayaan
daerah dalam membentuk karakter siswa secara utuh. Dimana Seni tari merupakan hasil
ekspresi jiwa yang diungkapkan melalui gerak anggota tubuh manusia yang sudah diolah
secara khusus. Pengolahan gerak tari dilakukan berdasarkan perasaan dan nilai-nilai
keindahan dimana dalam gerak tari berbeda dengan gerak keseharian lainya. Serta,
Kepribadian siswa dalam pembentukan seni tari tradisional di sekolah dalam membentuk
proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, komunikatif, dan estetis.

C. Metode penelitian
Jurnal ini menggunakan metode yang di kembangkan oleh Goldman (1980, p. 39)
yang ditempuh melalui pemahaman realitas. Penelitian yang dilakukan ini bersifat
kepustakaan dengan objek penelitian karakter siswa sekolah dasar dengan konsep eksistensi
seni tari tradisional. penelitian ini termasuk tipologi penelitian budaya yang dikembangkan
oleh Atho (1992, p.37) yaitu model penelitian yang memiliki konsen terhadap pemikiran-
pemikiran, nilai-nilai, dan ide-ide budaya sebagai produk berpikir manusia.

1
D. Hasil dan Pembahasan

Melalui seni, manusia dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat refleksi perasaan
terhadap stimulus yang diterimanya. Kenikmatan seni berbentuk kenikmatan batin (perasaan).
Kenikmatan ini muncul ketika manusia menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika
dari pencipta seni, sehingga nilai seni seringkali disebut juga sebagai nilai spiritual (Rasjoyo,
1994: 1).

2
BAB II

REVIEW JURNAL

1. Identitas Jurnal 1

Judul Analisis Koreografi Tari Liuk Si Liri

Jurnal JURNAL SENI TARI

Penerbit Conservation Universitiy, Universitas Negeri Semarang

Download http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

Volume Dan
Vol. 10 (2) Halaman 120-131
Halaman

Tahun Terbit 2021

Penulis Ivena Nathania

Reviewer Ranti Artika Lestari

Tanggal Di
7 Oktober 2023
Review

ISSN 2503-2585

2. Isi Jurnal 1

Isi Jurnal Bentuk dan isi tari adalah wujud tari. Bentuk merupakan hasil tata
hubungan struktur yang saling melengkapi (M Jazuli, 2016, p. 45).
Bentuk penyajian karya Tari Liuk Si Liri dapat dilihat dari tata
hubungan karya tari dari awal hingga akhir. Ide awal didasari oleh
garis lengkung tanaman pakis yang menjadi tanaman khas dari Suku
Dayak Kayaan Mendalam, ditambah dengan norma yang berlaku di
masyarakat Dayak Kayaan bahwa para wanita yang beranjak dewasa
diwajibkannya untuk ditato bagian tubuhnya dengan menggunakan

3
motif yang menyerupai tumbuhan pakis. Gerakan “liuk” digunakan
sebagai dasar pengembangan koreografi yang diaplikasikan dalam
tubuh penari (Chandra, 2020).
Aspek koreografi di bagi menjadi dua yaitu aspek pokok dan aspek
pendukung, aspek pokok meliputi tenaga, ruang dan waktu dan aspek
pendukung tari meliputi iringan, tata rias dan busana, serta tempat
pementasan tari (Rizanti, 2016). Gerak yang hadir dalam karya ini
menggunakan gerak repitisi yang dikombinasikan dengan penekanan
tenaga, ruang dan waktu. Gerak dilakukan secara sederhana, namun
terlihat menarik dan tidak berat. Motif tato yang dikenakan disebut
motif Tedak pako’. Koreografer melihat dengan konsep keindahan
pada pembuatan tato dimana tato mulai dibentuk dari sebuah titik
yang ditarik garis, bisa saja dengan garis melengkung, lurus, zigzag,
miring dan melingkar hingga dapat berujung pada kerucut. Garis-garis
inilah yang ditransformasi oleh koreografer menjadi sebuah gerakan
dalam tari (Chandra, 2020). Dalam motif tedak pako’ sendiri terdapat
bentuk garis melengkung, jelas, teratur dan tegas.
Pada babak awal, koreografer ingin menggambarkan bentuk
lengkungan dari motif Tedak pako’ yang menyerupai tanaman pakis.
Gerak yang muncul dalam babak pertama ini lebih bersifat meliuk
yang memunculkan nuansa eksotik perempuan suku Dayak Kayaan
Mendalam. Gerak meliuk dilakukan pada bagian tangan, kaki, dan
badan. Pada babak kedua, koreografer menggambarkan tentang
kebersamaan yang terlihat dalam motif Tedak pako’. Babak kedua
berbeda dengan babak pertama terlihat dari penggunaan properti tali
yang dikepang berwarna hitam, jingga dan kuning. Tali yang
dikepang tersebut menggambarkan tanaman pakis yang tumbuh
merapat satu sama lain dan akar yang menjalar kepermukaan tanah.
Selain itu juga menyimbolkan kekuatan para perempuan Suku Dayak
Kayaan Mendalam.
Babak kedua ini koreografer seperti menggambarkan jiwa perempuan
Dayak Kayaan Mendalam. Koreografer menambahkan properti lain
berupa kain putih lebar sebagai kanvas yang berukuran 12m x 1.3m
dengan menggabungkan seni lukis, tari dan teknik shadowing. Penari
berada di balik kain untuk menggambar simbol ‘S’ melalui tari dan
gambar. Oleh sebab itu Tari Liuk Si Liri ini dapat dikatakan sebagai
karya kolaborasi antara seni tari, musik, dan lukis.
Analisis bentuk gerak berdasarkan hasil dan proses gerak ditinjau dari
prinsip bentuk gerak yaitu kesatuan, variasi, repetisi dan ulangan,
transisi atau perpindahan, rangkaian dan klimaks (Syafriana et al.,
2016). Gerak merupakan bagian terpenting dalam sebuah karya tari.
Gerak dalam tari mampu mengungkapkan isi hati koreografer yang
mana tidak bisa diungkapkan melalui sebuah kata. Gerak memiliki
karakter yang berbeda pada setiap tariannya, karakter yang dimaksud

4
ialah keras dan lembut sebuah gerak yang dilakukan. Karakter inilah
yang dapat mengungkapkan karya yang ditampilkan. Dalam Tari Liuk
Si Liri ini bentuk geraknya memiliki karakter yang lembut. Dimana
karakter lembut ini mengungkapkan atau menyimbolkan latar
belakang karya ini diciptakanya yakni wanita Suku Dayak Kayaan
Mendalam yang menggunakan tato menunjukan sisi setiap wanita
memiliki kekuatannya tersendiri dan kebersamaan yang berasal dari
tumbuhan pakis yang merapat, menjalar dan tumbuh bersama.
Tari Liuk Si Liri merupakan tari kelompok kecil dengan jumlah
penari 5 orang. Kelima orang ini menyimbolkan jumlah jari tangan
maupun kaki. Jika dilihat dari jenis kelamin dan postur tubuh, penari
dalam tari Liuk Si Liri berjenis kelamin perempuan dan memiliki
tubuh ramping. Tentunya jenis kelamin dan postur tubuh yang dipilih
oleh koreografer memiliki alasannya tersendiri. Berdasarkan pada
latar belakang Suku Dayak Kayaan Mendalam yang mewajibkan para
wanita untuk ditato, maka dalam karya ini para penari semuanya
perempuan. Penata tari memilih postur tubuh yang ramping untuk
mendukung karya tari khususnya saat membuat lekukan huruf ‘S’.
Kesimpulan Tari Liuk Si Liri tercipta dari latar belakang koreografer yang
mempunyai darah Kalimantan dan tertarik untuk mengangkat
kebudayaan perempuan Suku Dayak Kayaan Mendalam menjadi
Tugas Akhir koreografer. Tari Liuk Si Liri termasuk tipe tari
simbolik. Berfokus kepada tato yang digunakan oleh perempuan Suku
Dayak Kayaan Mendalam berupa motif Tedak pako’ menyerupai
tumbuhan pakis yang jika dilihat secara dalam memiliki arti yang luar
biasa. Koreografer mengungkapkan arti motif Tedak pako’ ini dalam
tiga babak yaitu pada babak pertama menceritakan tentang kecantikan
paras para wanita Suku Dayak Kayaan Mendalam yang terpancar dari
diri mereka. Kostum terinspirasi dari pakaian khas wanita Suku
Dayak Kayaan Mendalam yang cantik dan mendukung tema yang
dibawakan. Babak kedua menceritakan persatuan dan kesatuan wanita
Suku Dayak Kayaan Mendalam yang sangat erat ditambah dengan
properti yang muncul berupa tali kepangan dengan berbagai macam
warna khas Kalimantan yang menggambarkan bagaimana erat dan
saling terikatnya para wanita Suku Dayak Kayaan Mendalam. Babak
ketiga berbeda dengan babak kedua dan pertama yang menjadi
klimaks dari tarian ini. Menceritakan tentang motif Tedak pako’ yang
menjadi lentera bagi para leluhur saat meninggal ke tempat yang lebih
baik lagi. Pada babak ketiga ini hadir properti kain yang terbentang
lebar berukuran 12m x 2,5m yang menjadi kanvas para penari untuk
menggambar motif Tedak pako’. Musik dalam tari Liuk Si Liri ini
memiliki beberapa instrumen yang menambah suasana dramatiknya
yaitu Ketabung, Kanong satu, Kanong dua, Gong, Tetawak, Kacapi

5
Rabab, dan piano.

3. Identitas Jurnal 2

Judul Analisis Koreografi Tari Tarhib Al-Banjary

Jurnal JURNAL SENI TARI

Penerbit Conservation Universitiy, Universitas Negeri Semarang

Download http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

Volume Dan
Vol. 11 (2) Halaman 124-130
Halaman

Tahun Terbit 2022

Penulis Salsabilla, Putri Dyah Indrayani , Edlin Yanuar Nugraheni

Reviewer Ranti Artika Lestari

Tanggal Di
7 Oktober 2023
Review

ISSN 2503-2585

4. Isi Jurnal 2

Isi Jurnal Tari Tarhib Al-Banjary merupakan tari kreasi garapan baru yang
berasal dari Kalimantan Selatan. Tari ini merukan sebuah tari
penyambutan yang ditampilkan untuk penyambutan tamu terhormat
yang datang ke kota merambi mekkah. Tari Tarhib Al-Banjary ini
terinspirasi dari gerak dasar sinoman hadrah yang kemudian
dikreasikan dengan gerak japin melayu lainnya untuk menambahkan
kesan tari baru.
Tari Tarhib Al-Banjary termasuk kedalam tari kelompok yang dimana
pada awal penciptaan tari ini sendiri ditarikan oleh 5 penari
perempuan dan 5 penari laki-laki.

6
Dalam sebuah penciptaan karya tari atau proses koreografi meliputi
beberapa hal dasar diantaranya sebagai berikut :
1. Proses Penemuan Ide
Ide merupakan hal dasar yang menjadi landasan utama sehingga harus
ditentukan sebelum membuat sebuah karya. Menurut Plato, ide juga
tidak terlepas dari tidak terlepas dari objek yang bersifat inderawi.
Penemuan ide garapan tari Tarhib Al-Banjary ini dimulai dari
kegiatan mengumpulkan anggota sanggar dari divisi tari dan musik.
Lalu berbagai pendapat disampaikan oleh anggota sanggar. Menurut
Hafiz Ansyari “bagaimana kalau kita mengangkat garapan baru yang
mengandung unsur syair islam” ucapnya. Kemudian disampaikan oleh
Suka Riga Chintya “Ingin mengnagkat sebuah karya yang terinspirasi
oleh tari Sinoman Hadrah” ucapnya. Kemudian Bapak Rhony Arifin
membuat sebuah keputusan bahwa akan mengangkat sebuah tarian
yang memiliki gerak dasar sinoman hadrah dan japin melayu.
2. Eksplorasi
Setelah tahap penemuan ide, selanjutnya adalah proses ekspolasi.
Dalam proses ini, eskplorasi diartikan sebagai proses mencari serta
menemukan gerakan, dalam proses ini, koreografer diuji
kreativitasnya dalam mengembangkan sebuah gerak dasar menjadi
gerak yang bernilai estetis. Tahap eksplorasi juga dikatakan sebagai
proses mencari perbendaharan gerak tari.
3. Improvisasi
Improvisasi merupakan sebuah tahapan dalam proses penciptaan
karya tari secara spontan atau tidak direncanakan (Hadi, 2011: 76-77).
Dalam proses improvisasi ini dapat membantu koreografer
meningkatkan kreativitasnya dalam mencari gerakan trai untuk
menambah perbendaharaan gerak.
Dalam proses penggarapan Tari Tarhib Al-banjary ini Bapak Rhony
Arifin, S.Pd melibatkan para penari dan juga pemusik yang bertujuan
untuk mencari keserasian iringan musik dan gerak tari. Pada tahap ini,
koreografer memakai iringan tradisional ditambah dengan iringan
musik modern untuk meningkatkan kreativitas dalam mencari
improvisasi gerak tari. Setelah melalui tahap yang panjang, akhirnya
terciptalah gerakan tari yang unik, padat dan berenergi.
4. Komposisi
Dalam proses penggarapan sebuah karya tari setelah melalui berbagai
tahapan diatas, komposisi merupakan tahap terakhir yang harus dilalui
oleh seorang koreografer dalam menentukan motif gerak serta
komposisi lantai penari yang akan diguankan dalam penciptaan
sebuah karya tari.
Pada tahapan ini seorang koreografer harus jeli dalam memilih serta
memilah gerakan yang cocok dengan tarian dan adegan tari. Biasanya
pada tahap ini terdapat pengulangan gerakan, namun dapat

7
disesuaikan dengan kebutuhan penggarapan.
Pada Tari Tarhib Al-Banjary pada komposisi awal merupakan ucapan
selamat datang atau sambutan suka cita masyarakat setempat dalam
menyambut tamu kehormatan. Kemudian pada bagain tengan mulai
memasuki ke dalam tahap gerakan kreasi menuju kontemporer yang
dipadukan dengan gerakan tradisional japin melayu. Dan yang
terakhir pada bagian meuju ending menggunakan tari sinoman hadrah
yang diirngi dengan syair bernaunsa islami.
Bentuk Analisis Tari Tarhib Al-Banjary
1. Judul
Pemberian nama atau judul garapan merupakan hal yang harus
dilakukan untuk memberikan kesan pertama terhadap suatu karya.
Dalam garapan ini terdapat dua kata yaitu “tarhib” yang berarti
penyambutan dan “Al-Banjary” yang berarti tanah banjar. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa tari ini merupakan tarian yang
dikhususkan untuk penyambutan tamu yang datang ke tanah banjar.
2. Pola
Tari Pola tarian yang digunakan dalam tari tarhib al-banjary ini adalah
pola tari kreasi baru. Dalam menciptaannya tari ini berdasarkan pada
nilai tradisi yang ada di Kabupaten Banjar yaitu Sinoman Hadrah.
Tari tarhib al-banjary juga terdapat unsur gerak japin arab dan japin
melayu yang kemudian terus dikembangkan oleh koreografer.
3. Tata Rias
Tata rias atau sering disebut dengan make up merupakan bentuk
langkah mempercantik serta memperindah wajah. Namun tata rias
dalam bidang seni pertunjukkan digunakan untuk menggambarkan
karakter yang dibawakan dalam pementasan. Penggunaan tata rias
dalam seni pertunjukkan dapat menambah nilai jual suatu karya.
Tata rias juga dapat menambahkan rasa kepercayaan diri seorang
aktor, aktris serta penari. Dalam Tari Tarhib Al-Banjary ini
menggunakan riasan jenis kolektif atau rias cantik. Penggunaan rias
kolektif dipilih agar tidak menghilangkan kesan kegembiraan serta
keceriaan saat penyambut tamu kehormatan. Untuk penari perempuan
rias kolektif untuk menggambarkan perempuan cantik dan anggun,
sedangkan penari laki-laki menggambarkan lelaki yang gagah
perkasa.
4. Tata Busana
Tata busana atau sering disebut dengan kata kostum merupakan unsur
ekstrinsik dalam sebuah penampilan karya tari. Tata busana menjadi
unsur pendukung yang dapat membuat sebuah penampilan menjadi
lebih hidup ditambah dengan keunikan setiap kostum tari yang ada
disetiap daerah.
Pada garapan Tari Tarhib Al-Banjary ini menggunakan kostum japin
melayu yang dipadu padankan dengan ksotum sinoman hadrah

8
dengan corak warna yang mencolok seperti merah, emas dan biru
elektrik untuk penari perempuan. Sedangkan untuk penari laki-laki
menggunakan warna biru elektrik dan baju lengan pendek silver
bahan satin. Penambahan aksesoris pelengkap dibagian badan seperti
kida-kida, obi, rok sasirangan, tapih air guci pendek juga menambah
kesan indah dalam perpaduan tata busana dalam tari Trahib Al-
Banjary.
5. Musik Iringan
Pada Tari Tahib Al-Banjary ini menggunakna perpaduan musik
tradisional dan modern yang pada awalnya dilakukan tahap eksplorasi
pencarian nada musik tanpa menghilangkan akar dari musik sinoman
hadrah. Mengikuti dengan ragam gerak ari yang padat dan cepat,
membuat iringan musik harus menyesuaikan tempo gerakan tari.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan mengenai analisis
koreografi Tari Tarhib Al-Banjary di Sanggar Kamilau Intan
Kabupaten Banjar dapat diambil kesimpulan bahwa tari ini
merupakan trai kreasi garapan terbaru sanggar kamilau intan yang
berakar dari tari penyambutan sinoman hadrah di tanah banjar. Tari
Tarhib Al-Banjary merupakan tari kelompok yang dibawkan oleh
penari perempuan dan laki-laki. Tarhib berarti penyambutan,
sedangkan al-banjary berarti tanah banjar.
Dalam proses penciptaan Tari Tarhib Al-Banjary meliputi proses dari
penemuan ide, ekspolasi, improvisasi sampai ke tahap komposisi
penyajian tari. Tari Tarhib Al-Banjary muncul dari haisl diskusi
antara Bapak Rhony Arifin, S.Pd dengan anggota sanggar kamilau
intan dari divisi tari dan divisi musik. Setelah mendapatkan keputusan
ide penggarapan dilanjutkan dengan tahap ekspolasi gerak dan gerak
improvisasi.

5. Identitas Jurnal 3

Judul Proses Koreografi Tari Selancak Egret

Jurnal Jurnal Pendidikan Seni & Seni Budaya

Penerbit Sitakara, Universitas Negeri Semarang

Download https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/sitakara

Volume Vol. 7 No 1

Tahun Terbit 2023

9
Penulis Dewi Purwaningsari

Reviewer Ranti Artika Lestari

Tanggal Di
7 Oktober 2023
Review

ISSN 2502-6240

6. Isi Jurnal 3

Isi Jurnal 1. Koreografi Tari Selancak Egret


Seni tari merupakan bagian dari kebudayaan yang hidup dan
berkembang di masyarakat dengan melalui media ekspresinya adalah
gerak (Hadi, 2003). Koreografi merupakan seni menata karya dalam
minat bidang seni tari, koreografi dipahami sebagai seni menata karya
dengan menggunakan konsep dan ketentuan yang telah beragam dan
dipatenkan. Koreografi dengan judul Selancak Egret merupakan jenis
karya tari kreasi baru yang berpijak pada tradisi, tari kreasi
merupakan jenis karya tari yang digarap dengan mengikuti
perkembangan zaman yang ada dan juga dengan melihat konteks
tertentu yang saat ini sedang disoroti. Karya tari Selancak Egret
merupakan karya tari kreasi baru yang berasal dari dua kata yaitu dari
kata “Selancak” dan kata “Egret”. Kata “Selancak” berasal dari
bahasa sansekrta yang memiliki arti burung, sedangkan kata ”Egret”
memiliki berasal dari kata “Egretta Garzetta” yang merupakan nama
ilmiah dari burung kuntul kecil. Jadi Selancak Egret dapat diartikan
sebagai burung kuntul kecil, yang mana burung kuntul kecil ini hidup
di persawahan dan ketika air pasang akan datang untuk mencari
makan ikan kecil, anak katak, serangga air, belalang, dan krustasea
(Project, 2021 ).
Burung kuntul kecil sendiri memiliki kebiasaan dan ciri khas yaitu
memiliki warna bulu putih bersih dengan sedikit corak warna kuning,
burung kuntul kecil ini dalam mencari makan sering bergerombol
dengan kawanan burung kuntul lainnya. Ukuran tubuhnya pun relatif
lebih kecil dan hanya berkisaran kurang lebih 60 Cm, leher relatif
sedikit lebih pendek dengan kepala berbentuk bulat dan kelihatan

10
lebih tebal, paruh lebih pendek sekitar 8-10 Cm. Burung kuntul kecil
juga memiliki kebiasaan yaitu dengan cara mengangkat kaki satu saat
sedang bersantai atau bertujuan untuk mengatur suhu panas di dalam
tubuhnya.
Koreografi ini mengangkat tema lahan basah dengan fokusnya adalah
persawahan, koreografi karya tari ini dibuat dengan maksud agar
hewan yang ada di persawahan lambat laun tidak punah. Koreografi
ini nantinya dengan mengadopsi dari gerak-gerik burung kuntul kecil
yang habitatnya banyak dijumpai pada daerah persawahan. Hewan di
area persawahan ini tidak semuanya merusak atau menyebabkan
tanaman padi menjadi rusak, akan tetapi ada hewan-hewan lain yang
juga justru dapat membantu manusia dalam membasmi hama seperti
contohnya burung kuntul kecil ini. Burung kuntul kecil seperti yang
telah disampaikan di atas, merupakan jenis burung yang memakan
jenis hewan kecil seperti hama sawah ataupun yang lainnya. Namun
pada masa sekarang ini keberadaan burung kuntul tersebut sudah
sangat jarang ditemui, hal dikarenakan habitat tempat tinggalnya
sudah rusak oleh ulah manusia maupun karena perubahan faktor alam
lainnya.
Konsep koreografi Selancak Egret dibagi ke dalam 4 adegan, yaitu
adegan 1) memperkenalkan burung kunttul kecil dengan visual proses
penetasan, adegan 2) mencari makan, yaitu dengan memvisualkan
gerak burung kuntul kecil dengan ciri khasnya yaitu bergerombol
denagn burung kuntul kecil yang lainnya dan mengangkat kaki satu
ketika bersantai, adegan 3) terjerat, yaitu adegan dimana salah satu
kaki burung kuntul tersebut terperangkap dijeratan yang dibuat
manusia, dan adegan 4) kembali ke sarang yaitu dimana menjelang
sore hari burung kuntul akan kembali ke sarangnya.
2. Proses Koreografi Tari Selancak Egret
Dalam setiap proses pembentukan koreografi penemuan ide
merupakan bagian dari proses koreografi itu sendiri, apapun yang
menjadi sumber inspirasi tari begitu diserap oleh penata tari maka
akan menjadi karya tari yang dipahami oleh individu pribadi. Proses
yang dilaluinya pun sangat banyak bervariasi baik dari tuangan ide
pengalaman pribadi, melihat lingkungan sekitar yang tergeraknya hati
untuk membuat karya dengan tersebut. Dalam prosesnya koreografi
merupakan suatu proses menyeleksi dan membentuk gerak ke dalam
sebuah tarian, pengalaman seorang koreografer atau penata tari yang
memberikan kesempatan pengembangan kreativitas agar dapat
memahami setiap tahapan (Hadi, 2012).
Setelah penemuan ide gagasan cerita penata tari juga menggunakan
beberapa rangsangan yang digunakan untuk untuk proses
penggarapan ini, yaitu menggunakan rangsangan visual dan
rangsangan gagasan atau ide. Rangsangan visual yang timbul karena

11
melihat suatu gambar, objek, pola, wujud, dan dalam rangsangan ini
semisal penata tari menggamati perilaku atau gerak gerik burung
kuntul kecil baik ketika melihat langsung di area persawahan maupun
di youtube. Sedangkan rangsangan gagasan atau ide merupakan
rangsangan awal yang menimbulkan gagasan atau permulaan langkah
sebelum menuju rangsangan yang lainnya, pada rangsangan ini
dibentuk menyampaikan gagasan atau menggelar cerita. Rangsangan
gagasan ini didapatkan yaitu dengan cara ketika penata tari dan penari
saling bercerita secara runtun tentang bagaimana kehidupan burung
kuntul kecil dari proses menetas sampai dengan dewasa.
3. Tahap Eksplorasi
Tahapan paling awal dalam proses pembentukan suatu karya tari
adalah proses eksplorasi. Eksplorasi adalah temasuk memikirkan,
mengimajinasi, merenungkan, merasakan dan merespon objek-objek
atau fenomena alam yang terjadi (Hadi, 2012). Proses eksplorasi
dapat berguna bagi pengalaman pertama, yang dilakukan secara
bertahap agar dapat memodifikasi bentuk gerak dasar sehingga
seseorang ikut terlibat di dalam aktifitas dan di dorong untuk
membuat respon dari dirinya sendiri. Begitupula dengan karya tari
Selancak Egret ini, melalui proses awal dengan eksplorasi namun
disebelumnya telah melalaui tahap penentuan ide gagasan, eksplorasi
yang dilakukan pada karya tari ini yaitu dengan cara penari dan juga
penata tari menentukan teknik dasar 4 hitungan. Kemudian setelah
menemukan teknik dasar tersebut penari dan penata tari mulai
menggembangkan untuk nantinya dapat digunakan sebagai bentuk
gerak tari.
4. Tahap Improvisasi
Improvisasi merupakan tahapan kedua dalam proses penciptaan karya
tari, Improvisasi ini sering disebut sebagai tahap mencoba-coba atau
secara spontanitas (Hadi, 2012). Tahap improvisasi sebagai proses
koreografi, merupakan satu tahap dari pengalaman tari yang lainnya
(eksplorasi dan komposisi atau pembentukan) untuk memperkuat
kreativitas seorang penari dan juga penata tari. Improvisasi diartikan
sebagai penemuan gerak secara kebetulan atau movement by chance,
improvisasi ini memberikan kesempetan yang besar bagi imajinasi,
seleksi, dan mencipta dari pada tahapan sebelumnya yaitu eksplorasi.
Tahap improvisasi terdapat kebebasan yang lebih sehingga
keterlibatan diri dapat ditingkatkan untuk penyediaan dorongan
motivasi, menyebabkan diri penari maupun penata tarinya untuk
merespon tindakan yang lebih dalam lagi.
5. Tahap Pembentukan (Forming)
Pembentukan atau yang biasa disebut dengan komposisi merupakan
proses pencari pengalaman yang diarahkan oleh penata tari dalam
menciptakan karya (Hadi, 2012). Proses yang diartikan sebagai

12
tahapan dimana seorang penata tari ataupun penari telah melewati
proses eksplorasi dan improvisasi, dalam tahap ini gerakan yang telah
dibuat merupakan gerakan pasti yang nantinya akan digunakan karena
sudah melalui proses pencarian gerak yang cukp panjang. Pada proses
ini biasanya penari akan mulai memantapkan gerak dengan yakin dan
pasti tanpa keragu-raguan, penari sudah mulai merasakan atau
menghayati gerak tari yang telah dipelajari. Tahapan ini penari tentu
sudah sampai pada bagian dimana menari menggunakan rasa, pola
lantai, paham dengan musik iringan, kekompakan, dan lain
sebagainya.
Kesimpulan Karya tari yang dilihat memiliki keindahan tersendiri maupun
memiliki penampilan yang yang sukses saat di pentaskan, memiliki
proses latihan yang panjang. Proses koreografi merupakan proses
yang dilalui seorang koreografer atau penata tari, sebagai langkah
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Proses koreografi yang
dilalui meliputi 3 bagian penting, yaitu diantaranya proses eksplorasi,
improvisasi, dan juga proses pembentukan. Pada proses eksplorasi
yaitu proses dimana penari dan juga penata tari melakukan eksplorasi
atau tahap mencoba dengan mencari bentuk gerak sederhana. Tahap
selanjutnya yaitu proses improvisasi, yaitu tahapan dimana seorang
penata tari dan penari melakukan tahap pengembangan bentuk gerak
pada gerak sederhana yang telah dilakukan ditahap sebelumnya.
Sedangkan tahapan yang ketiga yaitu pada tahapan pembentukan atau
forming, yaitu tahapan dimana seorang penata tari bersama dengan
penarinya menyusun bentuk gerak yang telah ditemukan pada tahap
eksplorasi dan juga improvisasi. Ketiga tahapan tersebut apabila
dilakukan dapat memakan jangkan waktu yang cukup lama agar
hasilnya yang didapatkan nantinya maksimal, dan sesuai dengan
ekspetasi atau bayangan.

7. Identitas Jurnal 4

EFEKTIVITAS DAN MOTIVASI PEMBELAJARAN KOREOGRAFI


Judul
BAGI MAHASISWA PG PAUD

Jurnal Jurnal Pendidikan Seni & Seni Budaya

Penerbit Imaji, Universitas Negeri Semarang

Download https://journal.uny.ac.id/index.php/imaji/article/download/22743/pdf

Volume dan
Vol.16 (2) Hal. 128 - 137
Halaman

13
Tahun Terbit 2018

Penulis Hartono, Wantoro

Reviewer Ranti Artika Lestari

Tanggal Di
7 Oktober 2023
Review

ISSN -

8. Isi Jurnal 4

Isi Jurnal Pentingnya mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
memahami dan mampu mengkreasikan atau menciptakan tari yang
dapat menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan anak tidak
terlepas dari kurangnya materi tari yang sesuai dengan tahapan
perkembangan anak. Mata kuliah koreografi memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk lebih mengeksplorasi kemampuan dalam
bidang tari, khususnya tari untuk anak usia dini. Seperti halnya hasil
penelitian dari Katz-Zichrony, (2015) juga menjelaskan bahwa sebuah
program tari anak usia dini adalah cara untuk membuka pintu untuk
kompetensi sosial, belajar tradisi dan budaya integrasi selain
mencapai keterampilan motorik. Beberapa dekade terakhir telah
menunjukkan bahwa pendidikan tari dan penggunaan gerakan
simbolis pada anak usia dini, sangat meningkatkan pembelajaran anak
muda. Sementara sejumlah besar perhatian telah dikhususkan untuk
memahami bagaimana berbagai metode pembelajaran dapat berjalan
dengan baik untuk pembelajaran pada anak-anak.
Pembahasan penelitian ini meliputi dua bagian, 1) Menganalisis
efektivitas pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi pada mata kuliah koreografi, 2)
Menganalisis respon mahasiswa tentang pem pembelajaran interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi pada mata
kuliah koreografi.
Pada hakikatnya hasil dari koreografer adadalah tari. Tari sebagai
sebuah karya merupaka hasil ekspresi yang dapat dipahami sebagai

14
cara manusia untuk berkomunikasi dengan lingkungannya melalui
bahasa gerak. Menurut Wahyudianto (2008: 10) bahwa tidak setiap
gerak dapat disejajarkan dengan tari karena tuntunan tertentu yang
menggeneralsikan gerak dalam budaya tari. Lebih lannjut
Wahyudianto menerangkan yang dimaksud tari adalah sebagai “bicara
gerak” dalam upaya melukiskan suatu kisah atau cerita baik berupa
gagasan, pengetahuan atupun pengalaman. Bahwa tari merupakan
gerak yang ditimbulkan oleh pengaruh bunyi-bunyian yang dimainkan
berbentuk lagu yang membangkitkan kegairahan dan kegembiraan
atau suatu khayalan. Terkait dengan hasil pembelajaran mahasiswa
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan yang
menginspirasi. Hal ini yang sebagaiman yang dilaukan oleh dosen
dalam memberikan contoh berkaitan dengan alam sekitar sebagai
sumber inspirasi. Hasil penelitian dari Martiningsih, (2013) bahwa
pembelajaran seni tari yang interaktif dan inspiratif dapat diterapkan
dan sangat efisien dalam membantu mengasah kemampuan dan
membantu mahasiswa dalam melakukan proses belajar mengajar
adalah pembelajaran yang diapresiasikan melalui gagasan-gagasan,
ide, kreatif mahasiswa. Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas
merupakan aktivitas yang dapat menginspirasi bagi peserta belajar.
Dosen diharapkan mengembangkan kapasistas belajar, kompetensi
dasar dan potensi yang dimiliki oleh mahasiswa secara utuh.
Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada mahasiswa (student
centered learning), sehingga mahasiswa ikut berpartisipasi dalam
proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar
mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
proses pembelajaran itu sendiri.
Tari sebagai materi pembelajaran, keterampilan gerak, irama, dan
ekspresi menjadi tujuan utama. Mengingat ke tiga unsur tersebut
merupakan hal yang utama dalam tari. Keterampilan gerak, bertujuan
agar anak dapat mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri
lewat gerak. materi tari sebagai media untuk mengungkapkan ide,
gagasan, pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan kejadian-kejadian
semua itu lewat gerak. Semua itu diperlukan keterampilan dan
keluwesan dalam gerak. Berkaitan dengan pengetahuan atau
kemampuan dasar anak yang meliputi: persepsi, pengetahuan,
pemahaman, dan apresiasi dapat berkembang melalui kegiatan yang
memadukan unsur logika, etika dan estetika. Selain hal tersebut juga
memberikan kesempatan pada anak untuk tumbuh dan
berkembangnya untuk memiliki kesadaran terhadap keragaman
budaya baik lokal maupun secara global sebagai pembentukan sikap
menghargai, toleran, dan hidup rukun dalam masyarakat dan budaya
yang beraneka ragam.
Kesimpulan Pembelajaran koreografi dengan pendekatan pembelajaran i2m3

15
efektif digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada mata kuliah
koregrafi. Hal ini dapat dilihat dari indikator yaitu pembelajaran i2m3
dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dan mendapatkan
respon yang positif dari mahasiswa. Hasil nilai gain ternormalisasi
menunjukkan bahwa mahasiswa pada kelas eksperimen, sebanyak 17
mahasiswa (47%) mengalamai peningkatan tinggi, dan 19 mahasiswa
(53%) mengalami peningkatan sedang, hal ini menunjukkan proses
pembelajaran dengan menggunakan panduan pembelajaran i2m3
memperoleh respon positif dari mahasiswa.

9. Identitas Jurnal 5

ANALISIS KOREOGRAFI TARI KREASI JAMEUN DI SANGGAR


Judul
RAMPOE BANDA ACEH
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari
Jurnal
dan Musik

Penerbit Universitas Syiah Kuala

https://media.neliti.com/media/publications/187786-ID-analisis-
Download
koreografi-tari-kreasi-jameun-d.pdf
Volume dan
Vol.2 (1) Hal. 1 - 12
Halaman

Tahun Terbit 2017

Penulis Agung Prastya , Taat Kurnita , Aida Fitri

Reviewer Ranti Artika Lestari

Tanggal Di 7 Oktober 2023


Review

ISSN -

10. Isi Jurnal 5

Isi Jurnal Sanggar Rampoe merupakan sebuah wadah seni yang menampung

16
bakat masyarakat lokal dalam mengembangkan bakat seni dan budaya
daerah khususnya Aceh. Salah satu contoh sanggar yang ada di Banda
Aceh adalah sanggar Rampoe. Sanggar Rampoe berdiri pada 24 Maret
2006 yang dipelopori oleh Zulkifli, Yusri Sulaiman, Ferdiansyah dan
Munzir. Sanggar Rampoe bertempat di Jl. Kebon Raja No. 7
Lamgugop, Banda Aceh. Adapun pengembangan seni lebih kepada
seni tari baik tradisional maupun tari kreasi.
Sanggar Rampoe merupakan salah satu sanggar yang tergolong
banyak memperkenalkan tari kreasi baru, salah satuya yaitu tari kreasi
jamuen. Bedasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
koreografer (10 Oktober 2015) tari Jameun (Yusri Sulaiman), tari
Jameun berasal dari bahasa aceh yang artinya dahulu atau zaman.
Dengan demikian tari Jameun ini dapat diartikan sebagai gambaran
kegiatan atau aktifitas masyarakat aceh pada umumnya, Tari yang
mendeskripsikan bagaimana masyarakat Aceh di masa dahulu dengan
segala keterbatasan yang ada mencoba untuk mengekspresikan diri
lewat seni dengan menceritakan kegiatan-kegiatan masyarakat Aceh
pada zaman dahulu. Tari yang diciptakan oleh Yusri Sulaiman pada
tahun 2008 ini ditarikan 8 orang penari, jumlah penari tersebut bisa
disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan atau keadaan pentas
yang memiliki ruang besar atau kecil. Gerak-gerak yang ada di dalam
tari ini adalah gerak-gerak yang ada di pola gerak tradisional Aceh
yang kemudian dikembangan dan dikreasikan.
1. Eksplorasi dan Improvisasi
Setelah menentukan tema selanjutnya langkah yang harus dilakukan
oleh koreografer adalah mengekplorasikan dan mengimprovisasikan
gerak. Pada tari Jameun ini koreografer mencari gerak sendiri dengan
terjun langsung kekampung halaman beliau serta mengamati
bagaimana kegiatan masyarakat Aceh pada zaman dahulu pada
umumnya dan langsung dipraktikan oleh penari generasi pertama di
sanggar Rampoe. Eksplorasi yang dilakukan koreografer dimana
koreografer membayangkan dengan imajinasi dan melakukan
interpretasi terhadap apa yang telah diilihat dan diamati pada saat
beliau terjun langsung kekampung halamannya. Tidak hanya sampai
disitu improvisasi yang dilakukan pada tarian ini juga sanggat
menarik dimana gerak tarian ini kembali di bayangkan oleh
koreografer apa yang telah di amati pada saat terjun langsung
dikampung halaman seperti yang terdapat di tarian ini adanya gerak
memeras kain dan menyapu halaman, itu juga termasuk salah satu
bentuk improvisasi yang di lakukan pada tarian ini namun improviasi
yang di lakukan sudah mengalami stilirsasi dan distorsi.
2. Evaluasi dan Komposisi
Kemudian proses pencarian gerak tersebut disusun menjadi suatu tari
yang disebut dengan komposisi tari. Tetapi dalam penjelajahan gerak

17
dan komposisi tari tidak semuanya dapat diterima oleh penari tersebut
sehingga memerlukan adanya penyeleksian gerak yang disebut
dengan evaluasi gerak. Penyeleksian gerak tersebut juga dilihat pada
akhir dari proses penjelajahan gerak artinya apabila ada gerak-gerak
yang tidak sesuai maka gerakan tersebut dihilangkan. Sehingga proses
akhir dari eksplorasi gerak tersebut sampai pada proses tampil
berkali-kali artinya pada saat selesai tampil tarian tersebut ditinjau
ulang oleh koreografer sehingga terciptalah hasil dari proses ekplorasi
gerak dan improvisasi gerak pada tari Jameun ini. Setelah evaluasi
gerak yang dilakukan pada tarian ini maka sampailah kepada bentuk
komposisi tari yang telah menjadi satu bentuk tarian yang telah
mengalami proses penciptaan suatu karya tari. Gerak tari kreasi
Jameun merupakan bentuk-bentuk gerakan yang ada di pola gerak tari
tradisional Aceh. Gerak tari kreasi Jameun tidak monoton dan penuh
dengan semangat dengan gerakan yang kuat dan sentakan atau aksen-
aksen yang diberikan didalam tarian ini semakin membuat tari kreasi
jamuen ini menjadi terlihat menarik. Dimana gerakannya dimulai dari
awal gerak persiapan kemudian pada pertengahan memainkan
property sampai dengan gerakan pulang. Tempo yang terdapat dalam
tarian ini bertempo sedang atau moderato, dari awal gerak tari sampai
selesai gerak tari. Pelaksanaan tari kreasi Jameun dapat dilakukan di
ruang tertutup seperti di dalam sebuah gedung dan di ruangan terbuka.
Tata busana digunakan dalam pertunjukan tari Jameun ini adalah baju
tradisional Aceh dengan celana panjang berwarna hitam, baju lengan
panjang berwarna hitam polos mencerminkan busana yang dikenakan
pada tempo dulu dan kain songket bermotif kotak-kotak dan garis-
garis seperti kain sarung yang biasa digunakan para gadis saat hendak
keluar rumah untuk menutupi auratnya. Busana penari terdiri dari 2
jenis yaitu 4 penari menggunakan kain panjang dan songket berwarna
hijau, sedangkan 4 penari lainnya menggunakan kain panjang dan
songket berwarna merah.
Pada tari ini juga terdapat syair yang dinyanyikan oleh pemusik.
Properti yang digunakan dalam tari ini yaitu kain panjang, lentera dan
guci atau kendi masing-masing penari menggunakan ketiga property
tersebut. Gerakan dalam tari ini dikembangkan berdasarkan gerak tari
tradisional Aceh.
Musik pengiring tari Jameun ini diciptakan oleh Zulkifli (ketua
sanggar) dan kawan kawan. di dalam proses penggarapan koreografer
berkonsultasi langsung kepada penggarap musik tari Jameun,
sehingga terciptalah musik yang diinginkan pada tari Jameun tersebut.
Bedasarkan hasil observasi (10 Oktober 2015) di sanggar Rampoe
bahwa didalam tari Jameun penggarap musik tari Jameun
menggunakan alat musik rapai, jimbe, dan geundrang.
Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas

18
sebelumnya mengenai analisi koreografi tari Jameun di sanggar
Rampoe kota Banda Aceh, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tari Jameun ini diciptakan oleh Yusri Sulaiman pada tahun
2008 dengan jumlah penari 8 orang dan jumlah penari dapat
disesuaikan dengan ruang besar atau kecilnya pentas. Tari
yang mendeskripsikan bagaimana masyarakat Aceh di masa
dahulu dengan segala keterbatasan yang ada mencoba untuk
mengekspresikan diri lewat seni dengan menceritakan
kegiatan-kegiatan masyarakat Aceh pada zaman dahulu.
2. Salah satu keunikan yang dimiliki tari Jameun adalah pemusik
pada tari ini tidak hanya sebagai pengiring tari tetapi pemusik
dalam tari ini ikut membantu jalan ceritanya tari Jameun
tersebut. Dimana pemusik di dalam tarian ini juga
menggambarkan sekelompok pemuda yang beraktifitas
dengan memainkan alat musik rapai. Tari ini menggunakan
iringan musik seperti rapai, geundrang, dan jimbe. Properti
yang digunakan dalam tari ini adalah kain panjang, kendi dan
lentera.
3. Didalam proses garapan tari Jameun yang diciptakan oleh
Yusri Sulaiman melalui beberapa tahapan yaitu:
1) Eksplorasi, proses penjelajahan gerak atau pencarian gerak
yang sesuai dengan tema tari. Proses eksplorasi yang
dilakukan koreografer rmelalui rangsang gerak dan mengamati
kegiatan masyarakat Aceh.
2) Komposisi dilakukan oleh koreografer agar urutan gerak
yang telah dibuat tersusun rapi .
4. Tata busana digunakan dalam pertunjukan tari Jameun ini
adalah baju tradisional Aceh dengan celana panjang berwarna
hitam, baju lengan panjang berwarna hitam polos dan kain
songket bermotif kotak-kotak dan garis-garis seperti kain
sarung. Dalam tari Jameun ini aksesoris yang digunakan oleh
penari wanita juga tidak banyak hanya menggunakan jaring
kuning dan cleo patra dan bunga melati serta kain panjang
untuk menutupi kepala penari dan bross dan anting.
5. Tata rias juga menjadi unsur pendukung dalam penampilan
tari Jameun, yaitu menggunakan tata rias cantik yang
mempertebal gambaran tertentu seperti alis, bagian hidung,
kelopak mata dan bibir. Tari Jameun juga menggunakan unsur
pendukung yaitu properti untuk menambah isi cerita di dalam
suatu tari. Properti yang digunakan dalam tari Jameun ini
berupa, kain panjang, lentera atau panyoet, kendi. Selain tata
busana iringan musik yang digunakan dalam tari Jameun ini
menggunakan alat musik berupa Rapa’i, Geunderang dan

19
Jimbe.

11. Identitas Jurnal 6

KAJIAN KOREOGRAFI TARI CANGKLAK DI SANGGAR


Judul
RAMPOE KOTA BANDA ACEH
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari
Jurnal
dan Musik

Penerbit Universitas Syiah Kuala

https://media.neliti.com/media/publications/203087/kajian-koreografi-
Download
tari-cangklak-di-sanggar-rampoe-kota-banda-aceh
Volume dan
Vol. 2 (2) Hal. 98-107
Halaman

Tahun Terbit 2017

Penulis Aida Humaira, Taat Kurnita , Aida Fitri

Reviewer Ranti Artika Lestari

Tanggal Di 7 Oktober 2023


Review

ISSN -

12. Isi Jurnal 6

Isi Jurnal Penelitian ini mengangkat masalah bagaimana Koreografi Tari


Cangklak di Sanggar Rampoe Kota Banda Aceh. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan Koreografi Tari Cangklak di Sanggar
Rampoe Kota Banda Aceh. Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini
adalah koreografer sanggar Rampoe, ketua sanggar Rampoe, penari
dan pemusik sanggar Rampoe. Objek dalam penelitian ini adalah tari
Cangklak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan

20
dengan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa koreografi tari Cangklak termasuk ke
dalam tari kreasi yang berpola tradisi. Indikator dari koreografi tari
Cangklak ini adalah menentukan tema, eksplorasi dan improvisasi
gerak, komposisi dan evaluasi gerak, menentukan musik pengiring
tari dan merancang tata busana dan tata rias tari. Tema tari Cangklak
ini diambil dari bahasa Aceh yang artinya centil. Eksplorasi atau
penjelajahan gerak dilakukan dengan melihat kebiasaan sehari-hari
wanita Aceh yang dikaitkan dengan beberapa properti yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh seorang wanita, seperti
payung, kipas, gelang kaki dan sapu tangan serta improvisasi gerak
dilakukan secara spontan dan gerak yang belum biasa dilakukan oleh
wanita dalam penggunaan properti tersebut. Setelah eksplorasi dan
improvisasi gerak dilakukan, maka gerak yang telah didapatkan akan
dievaluasi jika ada gerak yang dirasa tidak nyaman akan diganti atau
dibuang jika dirasa gerakan tersebut tidak cocok. Tata busana yang
dikenakan telah disesuaikan dengan tema tarian oleh koreografer tari
yaitu memakai pakaian Aceh serta dilengkapi dengan berbagai
accesoris yang menunjang tari agar sesuai dengan tema. Tata rias
yang digunakan adala tata rias cantik sesuai dengan tema
penggambaran pesona wanita Aceh.
A. Koreografi Tari Cangklak
Hasil Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pencipta
tari pada tanggal 4 Desember hingga 8 Januari, penelitian diketahui
bahwa tari Cangklak adalah tari yang menggambarkan tentang pesona
wanita Aceh dan mengangkat sifat dasar kewanitaan tersebut yang
juga menggambarkan sikap centil tentunya. Proses penciptaan karya
tari Cangklak koreografer harus melewati langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Penggalian Ide
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan koreografer
penggalian ide tari Cangklak dilakukan karena dorongan koreografer
yang ingin menciptakan tari kreasi baru dengan mengangkat cerita
tentang sisi lain wanita Aceh yang dulu terkenal akan sifat
kepahlawanannya, ternyata memiliki sifat lain yang menarik untuk
dijadikan sebuah tarian. Saat itu koreografer ingin menciptakan tarian
yang berbeda dengan tari-tari sebelumnya yang sering mengangkat
tema kepahlawanan ataupun cerita rakyat. Tari ini diciptakan oleh
koreografer sanggar Rampoe karena terinspirasi dari salah satu
muridnya. Ia melihat muridnya memiliki sifat yang sedikit centil
dalam artian centil yang tidak genit. Setelah itu koreografer banyak
bertanya kepada rekan-rekannya apa arti kata centil yang konotasinya
suka mencari-cari perhatian dengan orang yang ada disekitarnya
dalam bahasa Aceh, akhirnya diketahuilah bahwa dalam bahasa Aceh

21
sering disebut dengan kata Cangklak. Koreografer juga tidak ingin tari
kreasi ini sama dengan tari kreasi sebelum-sebelumnya yang artinya
tari kreasi yang pada saat itu selalu mengambil atau sering
mengadopsi gerak-gerak yang sudah ada, seperti mengadopsi gerak
Seudati, Saman dan lainnya. Tetapi koreografer mencoba menyatukan
berbagai gerak lain, seperti gerak Melayu dan Guel. Karena Melayu
dan Guel juga berada di Aceh, maka koreografer ingin
menggabungkan gerakan-gerakan tersebut dalam tari Cangklak ini.
Walaupun gerakan-gerakannya sudah dikreasikan.
2. Menentukan Tema
Tari Cangklak pertama kali tercipta pada tahun 2006. Selain
keinginan koreografer menciptakan tari ini karena ingin mengangkat
sisi lain dari karakter wanita Aceh, tarian ini juga terinspirasi oleh
anak didik atau penari generasi pertama sanggar Rampoe. Saat itu
koreografer ingin menciptakan warna baru dalam tari kreasi yang ada
di Aceh, karena koreografer melihat tari kreasi yang ada pada saat itu
selalu identik dengan tari yang tegas yang selalu mengangkat cerita
tentang peperangan. Gerakan tari yang dilakukanpun diadopsi dari
gerakan dasar tari Aceh seperti tari Seudati, dimana gerak tari Seudati
selalu dilakukan dengan sikap yang tegas. Lalu pada saat koreografer
latihan rutin tari Seudati yang dilakukan di sanggar Rampoe,
koreografer melihat salah satu anak didik sanggar tersebut melakukan
gerak Seudati tersebut dengan gerakan yang lemah lembut dan sedikit
centil. Padahal tari Seudati itu harus dilakukan dengan gerakan yang
tegas. Melalui rangsangan visual yang dilihat oleh koreografer maka
muncullah rangsangan gagasan atau ide untuk menciptakan tari kreasi
baru yang berbeda dengan garapan atau tari-tari sebelumnya. Untuk
memenuhi ruang kreativitas, koreografer berusaha untuk
menghadirkan karya tari yang bernuansa sedikit berbeda dari karya-
karya sebelumnya, serta tidak keluar dari koridor kepatutan akan
nilai-nilai budaya yang dijunjung oleh masyarakat Aceh yaitu norma
dan etika.
3. Eksplorasi dan Improvisasi
Dari hasil wawancara antara peneliti dengan pencipta tari, pada saat
mengeksplorasi koreografer melakukan penjelajahan gerak yang
menggambarkan kebiasaan sehari-hari wanita yang biasa mengarah
kepada sifat centil dari seorang wanita. Gerak yang dilakukan oleh
wanita pada kesehariannya di ubah sedemikian rupa menjadi gerak
dalam tari oleh koreografer. Pada saat menjelajah gerak tentu saja
koreografer tidak langsung dapat menemukan gerak yang tepat untuk
dapat menciptakan tarian tersebut.
Namun koreografer melakukan penjelajahan gerak secara berulang
sehingga didapat gerakan yang sesuai menurut koreogarafer dengan
tema. Lalu pada saat proses penjelajahan gerak, koreografer

22
melakukan gerak baru yang belum biasa dilakukan pada tari-tari
sebelumnya. Pada saat mengeksplorasi dan mengimprovisasi gerak,
pencipta tari menggunakan beberapa properti yang digunakan dalam
tari Cangklak ini yang berhubungan dengan kebiasaan wanita pada
kesehariannya. Adapun porperti yang digunakan untuk
menggambarkan jalan cerita agar sesuai dengan tema tari. Berikut ini
adalah beberapa properti yang digunakan oleh pencipta tari pada saat
menciptakan tari Cangklak:
a. Payung, hanya dimainkan di awal tarian pada gerak masuk.
Properti ini digunakan sebagai simbol alat pelindung wanita
baik dari cahaya matahari ataupun dari hujan. Properti ini
didapat dari hasil rangsangan visual. Koreografer melihat
wanita sering menggunakan properti ini untuk melindungi diri
dari terik matahari dan hujan, maka koreografer ingin
menghadirkan properti payung ini dalam tarian Cangklak.
b. Kipas, digunakan pada saat pertengahan tarian. Properti ini
merupakan bentuk penggambaran wanita yang sering
membawa kipas saat berpergian yang berfungsi untuk sedikit
menyejukkan saat mereka merasa kepanasan. Properti ini juga
didapat dari hasil rangsangan visual. Dimana koreografer juga
melihat seringnya wanita membawa-bawa alat ini, maka dari
itu munculah ide untuk menggunakan properti ini pada tarian
Cangklak.
c. Gelang kaki, digunakan untuk menimbulkan daya tari dan
variasi musik ketika penari berjalan ataupun menggerakkan
kakinya. Properti ini juga didapat dari hasil rangsangan visual.
Koreografer melihat wanita yang pada saat itu sering
menggunakan gelang kaki menimbulkan suara-suara yang
menarik bila didengar oleh orang. Maka dari itu koreografer
ingin menghadirkan efek dari suara gelang kaki tersebut pada
tari Cangklak ini.
d. Sapu Tangan, merupakan penggambaran yang sering
digunakan oleh wanita untuk mengusap keringat di wajahnya.
Properti ini didapat dari hasil rangsangan visual dan
rangsangan peraba. Koreografer juga melihat seringnya wanita
menggunakan sapu tangan untuk keperluan mereka. Lalu
koreografer mencoba memakai properti ini pada tari Cangklak.
Sapu tangan ini disembunyikan di pinggang bagian belakang
penari. Saat penari hendak mengambil sapu tangan ini,
disitulah rangsangan peraba digunakan, karena penari harus
meraba terlebih dahulu agar sapu tangan tersebut dapat
diambil pada bagian belakang tubuh mereka.
B. Komposisi dan Evaluasi
Berdasarkan wawancara setelah gerak selesai dilakukan maka

23
koreografer akan mentransfer gerak tersebut kepada penari. Saat
proses mentransfer gerak oleh koreografer kepada penar, jika penari
menemukan ketidaknyamanan dalam bergerak maka koreografer akan
mengevaluasi gerak dan melakukan penyeleksian gerak, serta jika
dirasa gerak tersebut harus diganti maka gerak akan diganti dengan
gerak yang baru oleh koreografer. Tetapi jika dirasa gerak tidak perlu
diganti maka gerak yang dirasa tidak nyaman akan dibuang. Gerakan
yang telah diberikan oleh koreografer akan diulang-ulang oleh penari
dan jika terdapat ketidaknyamanan akan di diskusikan dan di evaluasi
kembali oleh koreografer hingga berkali-kali sampai penari benar-
benar merasa nyaman dengan gerakan tersebut. Setelah penari merasa
nyaman dengan gerakan tersebut maka gerakan-gerakan itu akan
disusun atau dikomposisikan menjadi suatu bentuk tari. Pada proses
pengkomposisian gerakpun tidak serta merta langsung didapat gerak
yang akan dipakai di awal, di tengah dan di akhir tarian. Namun,
gerakan yang tercipta di awal kini digunakan pada pertengahan tarian.
Lalu koreografer mencoba menyambungkan atau menambahkan gerak
yang akan digunakan di awal tarian hingga akhir tarian. Sehingga
terjadi kesinambungan antara satu gerakan dengan gerakan yang
lainnya dan kesinambungan jalan cerita tari tersebut. Barulah
gerakan-gerakan tersebut dikomposisikan menjadi suatu tari kreasi
baru yang dapat disajikan di atas pentas. Tari yang telah rampung
tersebut diikut sertakan dalam lomba tari kreasi pada ajang Pekan
Kebudayaan Aceh (PKA) tahun 2006. Saat itu tari ini mendapat juara
I dan langsung dipatenkan hak ciptanya di sanggar Rampoe kota
Banda Aceh.
C. Musik Pengiring Tari
Berdasarkan wawancara setelah komposisi tari selesai dan gerakan
sudah selesai maka langkah selanjutnya yang dilakukan koreografer
adalah menciptakan musik pengiring untuk tari Cangklak ini. Musik
pengiring tari Cangklak ini diciptakan oleh Zulfkifli dan teman-teman
selama kurang lebih 1 bulan lamanya. Musik pengiring tari ini
diciptakan setelah tarian selesai atau rampung dari bagian awal hingga
akhir. Dalam proses penggarapan koreografer berkonsultasi langsung
kepada penggarap musik tari Cangklak, sehingga terciptalah musik
yang diinginkan pada tari Cangklak tersebut. Dalam tari Cangklak
penggarapan musik tari Cangklak menggunakan alat musik Rapai,
Geundrang dan Serune Kalee. Selain itu didalam tari Cangklak juga
menggunakan syair sebagai musik pengiring, syair dalam tari
Cangklak ini menceritakan tentang gadis remaja yang ceria. Syair ini
digunakan untuk memperkuat judul dari tari Cangklak itu sendiri,
yang mengambarkan wanita remaja yang centil. Makna dari syair
adalah nasehat dari orang tua yang mengingatkan anak gadisnya
untuk menyudahi masa bermainnya, karena orang tua merasa cukup

24
sudah waktunya untuk bermain saat mereka remaja. Setelah mereka
beranjak dewasa sudah saatnya mereka memikirkan hal-hal yang
terkait dengan masa depan mereka.
D. Tata Busana dan Tata Rias
Tata busana yang digunakan dalam pertunjukan tari Cangklak ini
adalah baju biru muda yang diberi lapisan kain tipis yang menyerupai
tile berwarna putih bening serta bergliter dengan celana panjang
berwarna hitam. Dan yang khas dari busana tari Cangklak ini yaitu
pemakaian selempang dari bahu kiri diikat seperti menyerupai bunga
dan kainnya dimiringkan didepan dada dari bahu hingga pinggang.
Bagian belakang punggung penari juga memakai selempang yang tadi
dan dibuat seperti sayap dibelakang penari. Dan songket yang
digunakan juga dijahit seperti rok dan pada bagian depan tengah
diberi aksen lipit dari kain tile.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas
sebelumnya mengenai kajian koreografi tari Cangklak di Sanggar
Rampoe kota Banda Aceh, maka dapat disimpulkan:
1. Tari Cangklak diciptakan oleh Yusri Sulaiman, S.Km, M.Kes
pada tahun 2006 dengan jumlah penari 6 orang dan jumlah
penari dapat disesuaikan dengan ruang besar atau kecilnya
panggung. Tari Cangklak merupakan pengembangan dari
gerak-gerak dasar Aceh dan juga Melayu. Tarian ini
mendeskripsikan tentang karakter atau sisi lain dari wanita
Aceh yang dulunya dikenal dengan wanita yang tegas dan
kosisten namun wanita manapun pasti tetap memiliki sifat
dasar kewanitaannya seperti centil. Tarian ini memiliki
gerakan yang energik yang dibawakan oleh penarinya dan juga
memiliki aksen-aksen tertentu didalam tariannya.
2. Indikator dari koreografi tari Cangklak ini adalah penggalian
ide, menentukan tema, eksplorasi dan improvisasi gerak,
komposisi dan evaluasi gerak, menentukan musik pengiring
tari dan merancang tata busana dan tata rias tari. Tema tari
Cangklak ini diambil dari bahasa Aceh yang artinya centil.
Tema ini diambil untuk menggambarkan pesona wanita Aceh
yang dikenal dengan sifat tegas, tegar dan konsisten. Walau
demikian setiap wanita pasti memiliki sifat dasar kewanitaan
yaitu centil.
3. Eksplorasi atau penjelajahan gerak dilakukan dengan melihat
kebiasaan sehari-hari wanita Aceh yang dikaitkan dengan
beberapa properti yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari oleh seorang wanita, seperti payung, kipas, gelang
kaki dan sapu tangan. Improvisasi gerak dilakukan secara
spontan dan gerak yang belum biasa dilakukan oleh wanita

25
dalam penggunaan properti tersebut.
4. Komposisi gerak yaitu menyusun dari bagaimana gerak awal
pada tarian, gerak pertengahan hingga gerak akhir tarian.
Evaluasi gerak yaitu tahap penyeleksian gerak terhadap gerak
tari yang tidak sesuai dengan tema dan cerita tari, gerak yang
tidak sesuai akan dibuang atau diganti dengan gerak yang
dianggap sesuai. Musik pengiring tari menggunakan beberapa
alat musik seperti Rapa’i, Geundrang, dan Serune Kalee, serta
penambahan syair pada bagain tertentu tari. Tata busana yang
dikenakan telah disesuaikan dengan tema tarian oleh
koreografer tari yaitu memakai pakaian Aceh serta dilengkapi
dengan berbagai accesoris yang menunjang tari agar sesuai
dengan tema. Tata rias yang digunakan adalah tata rias cantik
sesuai dengan tema penggambaran pesona wanita Aceh.

13. Identitas Jurnal 7

ANALISIS KOREOGRAFI TARI KETIMANG BURONG SUKU


Judul
SAWANG

Jurnal Jurnal Seni Tari

Penerbit JOGED , Media Komunikasi Seni Tari

Download https://journal.isi.ac.id/index.php/joged/article/view/2807

Volume dan
Vol. 19 (1) Hal. 59-72
Halaman

Tahun Terbit 2019

Penulis Martha Sarassati Afnal

Reviewer Ranti Artika Lestari

Tanggal Di 7 Oktober 2023


Review

ISSN 1858-3989

26
14. Isi Jurnal 7

Isi Jurnal Tari Ketimang Burong adalah sebuah pertunjukan tari yang lahir dari
masyarakat suku Sawang Belitung. Tari ini adalah tari kelompok yang
ditarikan oleh 6 orang penari laki-laki dan 6 orang penari perempuan
secara berpasangan. Dilihat dari gerak, pola lantai, dan syair yang
dilantunkan oleh para penyanyi memberikan gambaran mengenai
kehidupan keseharian masyarakat suku Sawang yang dahulunya
adalah suku yang menghabiskan hidupnya di lautan lepas.
Pemahaman analisis koreografi terdiri dari prinsip-prinsip kebentukan
yang meliputi: keutuhan, variasi, repetisi, transisi, rangkaian,
perbandingan dan klimaks.Dengan pendekatan Koreografi yang
meliputi aspek bentuk, teknik, dan isi, serta menganalisis gerak tari
dari aspek tenaga, ruang, dan waktu. Ketiga konsep tersebut
merupakan satu kesatuan dalam bentuk tari yang tidak dipisahkan dan
merupakan satu kesatuan bentuk tari yang utuh.
Tari Ketimang Burong suku Sawang merupakan suatu tari hiburan
dengan bentuk koreografi tari kelompok. Koreografi dalam tari ini
memiliki motif gerak yang sangat sederhana, setiap motif geraknya
dilakukan berulang-ulang. Dari kesederhanan yang terdapat dalam tari
Ketimang Burong menyimpan berbagai makna disetiap hal yang
terkait dengan tari tersebut, diantaranya tema, gerak, kostum, pola
lantai, dan syair yang menjadi aspek penting dalam tari Ketimang
Burong.
Beberapa aspek dalam sebuah pertunjukan meliputi tema, gerak,
penari, iringan, tata rias busana, pola lantai, dan tempat pementasan.
Adapun penjabarannya sebagai berikut:
A. Tema
Tema utama dalam tari Ketimang Burong adalah kegembiraan dan
pertemuan antara muda-mudi suku Sawang. Secara struktur, tari ini
terdiri dari 4 bagian berdasarkan adegan yang memiliki tema yang
berbeda. Pada bagian introduksi ide atau gagasan yang tampak adalah
pertemuan. Mereka bertemu antara satu dengan yang lainnya. Pada
bagian ini terlihat pada motif gerak yang dilakukan oleh penari yang
masih menggunakan motif lenggang bedayong.
Untuk adegan I gagasan yang terlihat adalah perkenalan. Terlihat pada
pola lantai penari yang membentuk lingkaran dan menggunakan
motif-motif yang menunjukkan kebersamaan seperti tos besatu. Selain
itu pola berpasang-pasangan juga menunjukkan ketertarikan dengan
lawan jenis. Dalam adegan II tema yang terdapat adalah permainan.
Terlihat pada bagian penari melakukan motif gerak nundok
sembunyek penari laki-laki dan perempuan seperti sedang melakukan
permainan yang biasa dilakukan oleh anak-anak yaitu permainan “si
kancil anak nakal”. Untuk adegan III tema yang ditampilkan adalah

27
kedekatan. Hal ini tampak terlihat pada pola lantai penari laki-laki dan
perempuan yang melingkar dan saling menyatu serta kegembiraan
penari tampak terlihat pada motif gerak betepok-tepok. Terakhir
adalah penutup, dalam adegan ini ide atau gagasan yang tampak
adalah perpisahan.
B. Penari
Dalam tari Ketimang Burong yang merupakan salah satu ketegori tari
kelompok ditarikan oleh 12 penari. Penari Ketimang Burong terdiri
dari 6 penari laki-laki dan 6 penari perempuan. Terdapat pola lantai
dan pola gerak yang saling terhubung dan saling mendukung antar
penari sehingga membentuk pola berbaris, melingkar, dan selang
seling.
Tipe tari Ketimang Burong adalah non literal atau tidak bercerita.
Alasan ini berdasarkan pada jenis tari Ketimang Burong yang
memang merupakan tarian yang bersifat kerakyakatan. Selain jenis
kelamin yang memang terdiri dari laki-laki dan perempuan, pemilihan
usia dan postur tubuh tidak begitu penting dalam penyajian tari
Ketimang Burong. Seluruh penari memiliki peran yang sama dalam
setiap gerak yang dilakukan, karena tari Ketimang Burong merupakan
jenis tari pergaulan yang bisa ditarikan oleh siapa saja tanpa melihat
dari aspek usia maupun postur tubuh penari.
C. Koreografi Tari Ketimang Burong
Koreografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
choreia dan grapho. Choreia berarti tari massal atau kelompok dan
kata grapho yang berarti catatan, sehingga apabila digabungkan
berarti proses pencatatan dari sebuah tarian massal. Pemahaman
tentang pengertian koreografi kemudian berkembang sehingga
seterusnya koreografi dipahami sebagai bentuk garapan tari.4
Pemahaman analisis koreografi terdiri dari prinsip-prinsip kebentukan
yang meliputi: keutuhan, variasi, repetisi, transisi, rangkaian,
perbandingan dan klimaks.
1. Aspek Bentuk
Keutuhan tari Ketimang Burong dapat tercipta dengan adanya
keterkaitan antar aspek-aspek kebentukannya yang dapat dilihat
secara struktural yang terdiri dari beberapa motif gerak antara lain:
hormat, jalan begaye, maju bepimpin, nukar-nukar, nundok
sembunyek, tos besatu, betepok-tepok, dan terdapat dua motif transisi
yaitu lenggang bedayong dan mutar bepimpin. Keutuhan tari
Ketimang Burong terlihat dari keutuhan aspek gerak, ruang, dan
waktu dari dimulainya tarian sampai akhir pertunjukan.
2. Aspek Teknik
Teknik dipahami sebagai istilah teknik bentuk, teknik medium, dan
teknik instrumen. Teknik bentuk dapat dipahami bagaimana
membentuk atau mewujudkan sebuah bentuk tari. Teknik medium

28
berupa sebuah gerak dan teknik instrumen yaitu berupa tubuh penari
itu sendiri sebagai alat ekspresi. Teknik bentuk dan medium dalam
tari Ketimang Burong dapat dilihat dari awal hingga akhir
pertunjukan yang mana setiap motif geraknya selalu dilakukan dengan
gerak yang rampak dan berulang-ulang. Teknik instrumen terbentuk
dari teknik langkah kaki dan ayunan tangan penari. Teknik kaki
terbentuk dari bagaimana cara penari menggerakkan kaki secara terus
menerus mengikuti alunan musik. Gerak kaki ini adalah melangkah,
mengayun, dan juga sebagai penopang tubuh itu sendiri. Hal ini bisa
dilihat pada motif-motif lenggang bedayong, lenggang begaye, maju
bepimpin, mutar bepimpin, nukar-nukar, tos besatu, nundok
sembunyek, dan betepok-tepok. Pada dasarnya tidak terdapat teknik-
teknik tertentu dalam melakukan setiap motif gerak. Sebagai kesenian
rakyat pada umumnya, para penari hanya belajar pada saat-saat
tertentu saja tanpa ada pemahaman mengenai teknik yang benar.
3. Aspek Isi
Konteks isi artinya melihat bentuk atau sosok tarian yang tampak
secara empirik struktur luar maupun struktur dalamnya.6 Hal ini dapat
dipahami bahwa aspek isi adalah inti pokok atau inti permasalahan
dalam sebuah tari. Aspek isi sebagai tema cerita dalam sebuah
koreografi dikenal dengan istilah literal dan non-literal. Tari
Ketimang Burong merupakan salah satu jenis tarian non-literal karena
tidak memiliki cerita, walaupun di balik kisah tarian ini ada sejarah
yang melatarbelakanginya. Dalam tari Ketimang Burong terdapat
makna tersirat dalam setiap motif maupun pola gerak yang dilakukan
oleh penari.
D. Iringan Tari
Ketimang Burong Syair dalam tari Ketimang Burong tidak dapat
dipisahkan dengan tarinya. Bahkan dapat dikatakan syair memiliki
kedudukan yang sama dengan tari, karena dari syairnya dapat
diketahui cerita apa yang ingin dikisahkan di dalam tari ini. Syair juga
menjadi ciri khas masyarakat suku Sawang karena sebagian besar
kesenian yang ada pada masyarakat suku Sawang terdapat syair-syair
yang bermakna tentang kehidupan suku Sawang. Syair yang
dilantunkan pada tarian ini juga dimaksudkan untuk memperkuat
suasana.
E. Tata Rias dan Busana
Busana yang digunakan penari dalam tari Ketimang Burong
menggunakan baju kurung yang merupakan pakaian adat masyarakat
Melayu khususnya Melayu Belitung. Selain itu juga mengunakan
celana panjang, selendang, dan kain tingkis (setengah betis). Untuk
penari laki-laki menggunakan baju panjang dan celana panjang serta
menggunakan kain yang diikatkan di bagian pinggang. Bagian kepala
mengenakan ikan kepala berupa tanjak. Tata rias terkesan alami dan

29
natural, bahkan hampir tidak menggunakan riasan sama sekali. Para
penari perempuan hanya menggunakan bedak tabur yang diusapkan
ke muka, sedangkan untuk penari laki-laki hampir tidak menggunakan
rias apapun.
F. Pola Lantai Tari Ketimang Burong
Dalam tari Ketimang Burong terdapat dua pola lantai yang dominan
yaitu lingkaran dan berbaris 2 lajur ke depan. Pada pola lantai berbaris
2 lajur ke arah depan ini melambangkan perahu orang Sawang yang
sedang berlayar. Selain itu terdapat juga pola lantai horizontal, para
penari laki-laki dan perempuan berbaris sejajar. Maksud yang akan
disampaikan dalam pola gerak ini adalah adanya kesetaraan dan tidak
adanya perbedaan dalam meraih tujuan hidup sebagai seorang pelaut
yang bisa berbaur dengan siapa saja termasuk orang Melayu.
G. Tempat Pementasan
Tari Ketimang Burong yang merupakan salah satu bentuk pertunjukan
yang membutuhkan tempat pementasan sebagai wadah untuk
menuangkan sebuah karya tari. Tempat pementasan tersebut tidak
memiliki patokan tertentu, melainkan dapat dipentaskan di mana saja
seperti halaman rumah warga, panggung permanen ataupun panggung
non permanen. Teknik pementasan dalam tari ini dikemas secara
sederhana tanpa ada dekorasi panggung, terutama pada saat
pementasan di halaman rumah warga atau di tanah lapang.
Kesimpulan Tari Ketimang Burong pada awalnya adalah salah satu bentuk
kesenian yang menurut penulis adalah kesenian yang tidak memiliki
daya tarik dan sisi menarik. Kebudayaan masyarakat suku Sawang
yang menjadikan salah satu aset berharga untuk masyarakat Belitung
dan masyarakat suku Sawang pada khususnya telah menjadikan tari
Ketimang Burong salah satu bagian yang sangat penting dalam
penanda atau simbol identitas primordial orang Sawang yang
menerangkan bahwa mereka keturunan para pelaut. Tari Ketimang
Burong yang pada awalnya hanya sebuah lirik syair yang kemudian
dibawakan dengan gerak tarian. Sejalan dengan perkembangan, saat
ini tari Ketimang Burong tidak hanya digunakan sebagai tari adat
yang fungsinya terbatas,namun juga digunakan sebagai sarana hiburan
dan tontonan bagi masyarakat.
Tari Ketimang Burong suku Sawang merupakan bentuk koreografi
Kelompok berpasangan yang ditarikan oleh 12 penari yang terdiri dari
6 penari laki-laki dan 6 penari peremuan. Ciri khas dari tarian ini
terdapat pada gerak kaki dan ayunan tangan. Struktur penyajian dalam
tari Ketimang Burong sebagian besar masih berpatok pada Melayu
Belitung yang dapat dilihat dari gerak dan busana.

30
BAB III
PENUTUP

A. Saran
Koreografi dalam dunia pendidikan tidak terpisah dengan proses kreatif dan
berfokus pada pemberian pengalaman untuk bekal kemampuan dalam menyusun dan
menata segala unsur tari hingga menjadi karya yang bernilai pendidikan, budaya,
estetis dan artistik. Terdapat 3 koreografi yang tercipta berdasarkan kearifan lokal,
bentuk kearifan lokal yang ditemukan adalah lingkungan alam yaitu sungai, bambu

31
(Kalimantan Selatan) dan tradisi Batatenga (Kalimantan Tengah). Perwujudan
kearifan lokal tampak jelas dari unsur tema, gerak, iringan musik, tata kostum,
artistik, properti tari dan tempat pentas. Proses kreatif yang dilalui sebagai
pembelajaran menggunakan 4C (Critical Thinking, Communication, Creative
Thinking, Collaboration), dengan metode belajar demonstrasi, diskusi dan praktik.
Sedangkan, tahap penciptaan tari menggunakan Alma m Hawkins (eksplorasi,
improvisasi, forming). Kreativitas menyiratkan pemikiran imajinatif: penginderaan,
perasaan, pencitraan, dan pencarian kebenaran. Perjalanan ini penting sebagai proses
batin “melihat, mendalami, dan mewujudkan”. Proses ini kemudian menjadi kerangka
kerja seorang koreografer, atau dapat kita sebut sebagai proses koreografi. Fase yang
dilalui antara lain; merasakan, menghayati, mengkhayalkan, mengejewantahkan, dan
memberikan bentuk. Kecondongan dalam kelas menggunakan tipe proses kreatif
rasional yang memfokuskan pada penanaman nilai pendidikan dan budaya lokal pada
peserta didik secara sistematis. Koreografi berbasis kearifan lokal perlu terus
dilanjutkan dan dikembangkan dengan dasar kreatifitas yang mapan agar mendukung
eksistensi Kearifan lokal Kalimantan sebagai jati diri bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, C. A. (2020). Tugas Akhir Karya Tari Liuk Si Liri. Universitas Universal
Batam.

Antara, M., & Yogantari, M. V. (2018). Keragaman Budaya Indonesia Sumber


Inspirasi Inovasi Industri Kreatif. SENADA (Seminar Nasional Manajemen, Desain
Dan Aplikasi Bisnis Teknologi), 1, 292–301.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

32
Desfiarni. (1998). Peran Rangsangan Awal Dalam Proses Koreografi . Jurusan
Sendratasik, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Padang .
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/sitakara
Bonnie Bird. (1981). “Tari sebagai Seni di Lingkungan Akademi” dalam Dance An
Art In Academe. Penterjemah Ben Suharto (Yogyakarta: Akademi Seni Tari
Indonesia Yogyakarta, 1981).
https://journal.uny.ac.id/index.php/imaji/article/download/22743/pdf
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.
https://media.neliti.com/media/publications/187786-ID-analisis-koreografi-tari-kreasi-
jameun-d.pdf
Endo. 2006. Tari Tontonan Kesenian Nusantara. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni
Nusantara.
https://media.neliti.com/media/publications/203087/kajian-koreografi-tari-cangklak-
di-sanggar-rampoe-kota-banda-aceh
Hadi, Y. Sumandiyo. 1996. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta:
Manthili.
https://journal.isi.ac.id/index.php/joged/article/view/2807

33

Anda mungkin juga menyukai