Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TERHADAP SISTEM


PENDIDIKAN NASIONAL

Dosen Pengampu : Khairunnisa S.Pd, M.Pd

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

Kelompok 13

1. Anggreani Efivani Kaban (7233142007)


2. Tia Wahyuni (7231142003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telahmemberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tanpa
pertolongan-Nya, kami mungkin tidak dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
PANDANGAN FILSAFAT TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL” tepat pada
waktunya.

Dalam penulisan makalah ini, kami mengalami banyak kesulitan dan menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diinginkan oleh pembaca.Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat mengetahui
kekurangan dari makalah ini sehingga makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Akhir kata kami ucapkan, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan . Terimakasih

Medan, Oktober 2023

Kelompok 13
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 4
1.1.Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 6
2.1 Makna Filsafat Pendidikan Pancasila ................................................................................... 6
2.2 Peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan di Indonesia ................................................ 8
2.3 Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional........... 10
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 15
3.2 Saran .................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa
tersebut, tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus
berdasarkan filsafat yang dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan
suatu cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut
pada gilirannya pembangunan pendidikan nasional adalah arti lain dari upaya untuk
pembangunan sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional.
Namun yang menjadi masalah apa yang daiamanatkan dalam Pembukaan UUD
1945 belum dapat dilakukan sepenuhnya dengan konsekuen. Para penyelenggara negara
hendaknya harus memperhatikan bahwa prioritas utama dalam pembangunan bangsa
adalah pendidikan. Masyarakat juga harus memahami pendidikan adalah hal yang teramat
penting karena mencerdaskan bangsa telah menjadi tujuan bangsa semenjak Indonesia
lahir.
Pendidikan sebagai suatu lembaga harusnya berfungsi menanamkan dan
mewariskan sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar
filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu
masyarakat.Untuk menjamin supaya pendidikan dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan
landasan-landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman
pelaksanaanya.Maka perlu dalam makalah ini untuk membahas pandangan filsafat
Pancasila tentang pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Pendidikan Pancasila?
2. Apa peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana Pandangan Filsafat Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah tersebut:
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
2. Memahami pengertian Filsafat Pendidikan Pancasila
3. Mengetahui peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan di Indonesia
4. Mengetahui bagaimana pandangan Filsafat Pancasila terhadap sistem Pendidikan
Nasional
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Filsafat Pendidikan Pancasila


Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Manusia pada
hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibanding dengan makhluk
lain citpaannya di muka bumi ini. Manusia sebagai makhluk sosial terikat oleh suatu sistem
sosial dengan segala komponennya seperti pranata sosial, tatanan hidup kemasyarakatan.

Bagi bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi dasar negara dan pandangan hidup
segenap bangsa Indonesia. Nilai yang terkandung dalam Pancasila sepatutnya menjadi acuan
dasar dalam kehidupan manusia Indonesia. Dengan demikian, pembangunan pendidikan
nasional sebagai usaha sadar dan sistimatis untuk membina manusia Indonesia.

Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan
menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai
oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara
Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

Pendidikan nasional harus mampu membawa segenap bangsa Indonesia untuk menjadi
manusia Pancasila seperti telah dirumuskan dalam GBHN (1993) yaitu “Pendidikan nasional
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat
jasmani dan rohani, menimbulkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah
bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi ke masa depan.

Filsafat Pancasila adalah sebuah konsep pemikiran filosofis yang berfokus pada nilai-
nilai dasar yang menjadi landasan dan panduan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Tap MPR No. II/MPR/1978 memberi petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan
kelima sila Pancasila, bagi bidang pendidikan, hal ini sangat penting karena akan terdapat
kepastian nilai yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Petunjuk pengamalan
tersebut dapat pula disebut sebagai 36 butir nilai-nilai pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanaan Yang Maha Esa.

➢ Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
➢ Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
➢ Saling menghormati kebebesan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan.
➢ Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

➢ Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, persamaan kewajiban antar sesame


manusia.
➢ Saling mencintai sesame manusia.Mengembangkan sikap tenggang rasa.
➢ Tidak semena-mena terhadap orang lain.Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
➢ Gemar melakukan kegiatan manusia.
➢ Berani membela kebenaran dan keadilan
➢ Bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia,
karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan
bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

➢ Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara


diatas kepentingan pribadi atau golongan.
➢ Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
➢ Cinta tanah air dan bangsa.
➢ Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
➢ Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

➢ Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


➢ Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
➢ Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
Bersama.
➢ Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
➢ Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab meneriama dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
➢ Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
➢ Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat, serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


➢ mengembangkan perbutan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaandan bergotong royong.
➢ Bersikap riil.
➢ Menjaga keseimbangan anrtara hak dan kewajiban.
➢ Menghormati hak-hak orang lain.
➢ Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
➢ Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain.
➢ Tidak bersikap boros.
➢ Tidak bergaya hidup mewah.
➢ Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
➢ Suka bekerja keras.
➢ Menghargai hasil karya orang lain.
➢ Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

2.2 Peran Filsafat Pancasila terhadap Pendidikan di Indonesia


Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses,dimana pendidikan merupakan usaha
sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing,memimpin,dan
mengarahkan peserta didik dengan berbagai masalah atau masalah dan pertannyaan yang
mungkin timbul dalam pelaksanaannya. Sedangkan filsafat pendidikan sesuai dengan katanya,
merupakan landasan filososfi yang menjiwai keseluruhan kebijaksanaanya pelaksanaan
pendidikan.

Serupa yang tercantum Dalam Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional 20 Tahun
2003/1dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk terwujud suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan rohani keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,
kecerdasaan , akhlakmulia , sereta keterampilan yang/1diperlukan dirinya , Masyarakat ,
bangsa dan negara. Pendidikan menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk aktif
mengembangkan dirinya sendiri yang aktif adalah peserta didik . Sedangkan pendidik berperan
sebagai fasilitator, penyelenggara, motivator, memfalisitasi pelajaran, mengarahkan atau
memimpin dan mengemudi peserta didik dalam aktifitas belajarnya agar berlangsung efektif
dan efisien. Pendidik harus memiliki kemampuan atau kompetensi untuk berkomunikasi.
Filsafat Pancasila memiliki peran penting dalam pendidikan di Indonesia. Berikut adalah
beberapa peran dan fungsi filsafat Pancasila dalam pendidikan:

• Sebagai pandangan hidup bangsa: Pancasila merupakan dasar pandangan hidup rakyat
Indonesia yang di dalamnya memuat lima dasar yang merupakan jati diri bangsa
Indonesia. Filsafat Pancasila menjadi gambaran kehidupan bangsa yang menjiwai
dalam kehidupan sehari-hari.
• Sebagai landasan ideologi negara: Filsafat Pancasila menjadi landasan ideologi negara
Indonesia. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip Pancasila dijadikan pedoman dalam
pembentukan hukum, kebijakan, dan institusi negara.
• Sebagai pedoman etika dan moral: Pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila
membantu membentuk generasi muda yang memiliki kesadaran etika dan moral yang
tinggi.
• Sebagai sarana mencetak dan mentransmisikan nilai-nilai falsafah: Pendidikan
merupakan sarana atau mekanisme untuk mencetak dan mentransmisikan nilai-nilai
falsafah Pancasila. Pendidikan sebagai suatu organisasi yang mempunyai fungsi
mencerminkan dan mentransmisikan suatu sistem norma perilaku berdasarkan
landasan filosofis yang didukung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu
masyarakat.
• Sebagai panduan dalam pendidikan multikultural: Pancasila memiliki sinergi yang kuat
dengan pendidikan multikultural karena sama-sama memaknai keberagaman.
Pendidikan multikultural di Indonesia menanamkan keyakinan bahwa keragaman
budaya yang ada di Indonesia adalah anugerah yang patut mendapat penghargaan
dalam rasa kebersamaan, kebersamaan, dan simpati.

2.3 Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional


Tata cara bernegara di Indonesia di atur dalam UUD 1945 yang selama ini belum
pernah mengalami amandemen, kecuali setelah bergulir reformasi tahun 1998. Kendatipun
amandemen telah rampung bulan agusrus tahun 2002, namun pembukaan UUD 1945 masih
tetap, dan di alenia ke empat disebutkan ; “...untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial,....”

Tidak berubahnya pembuakaan UUD 1945 tersebut mengindikasikan bahwa bangsa


indonesia tetap memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan upaya sebagai langkah
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 hasil


amandemen 2002 yaitu :

➢ setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
➢ pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.yang diatur dengan undang-undang.
➢ Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen
dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya pendidikan adalah suatu proses sosial
budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan demikian pendidikan secara
nyata merupakan proses sosialisasi antar warga melalui interaksi insani menuju masyarakat
yang berbudaya. Nana Sudjana (1989) menyebutkan tiga gejala yang diwujudkan dalam
kebudayaan umat manusia yaitu berupa:

✓ Ide dan gagasan seperti: konsep, nilai, norma, peraturan sebagi hasil ciptaan dan
karya manusia.
✓ Kegiatan seperti tindakan yang berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
✓ Hasil karya cipta manusia
Pendidikan merupakan suatu proses budaya, maka senantiasa dalam upaya membina
dan mengembangkan cipta, rasa dan karsa ke dalam tiga wujud di atas. Wujud pertama, yaitu
ide dan gagasan sifatnya cenderung abstrak. Adanya dalam pikiran manusia dan warga
masyarakat di tempat kebudayaan itu berada. Gagasan itu menjadi motivasi, pendorong, serta
memberi jiwa dan makna bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat sehingga pola pikir
tersebut menjadi suatu sistem yang dianut. Wujud yang kedua adalah kegiatan yang berpola
dari manusia, yaitu aktivitas manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam sistem sosial, aktivitas manusia cenderung bersifat konkret, bisa dilihat dan bisa
di observasi secara langsung. Sedangkan wujud yang ketiga adalah seluruh hasil fisik atau non
fisik serta perbuatan atau karya manusia dalam masyarakat. Sudah barang tentu wujud fisik
dan non fisik ini hasil dari karya manusia sesuai dengan kebudayaan pertama dan kedua.
Artinya, wujud ketiga merupakan hasil buah pikir dan keterampilan manusia sesuai dengan
gagasan atau ide dan aktivitas manusia dalam struktur sistem sosialnya

Dengan demikian program pendidikan yang dirancang untuk membina kompetensi


peserta didik, tak bisa lepas dari aspek sosial budaya masyarakatnya. Di sini berarti asas
sosiologis akan memberikan pijakan yang mendasar untuk memberikan apa yang cocok
dipelajari para peserta didik, bagaimana mempelajari bahan tersebut sehingga produktivitas
pendidikan (out put) sesuai dengan harapan dan tuntutan kebutuhan masyarakat, baik diamati
dan perkembangan sosial budayanya maupun di amati dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Perkembangan sosial budaya akan memberi warna dan corak kepada perencanaan dan
implementasi kurikulum pendidikan. Namun demikian, asas sosiologis tak berarti program
pendidikan hanya berorientasi kepada tuntutan kebutuhan dan perkembangan masyarakat tanpa
menghiraukan kebutuhan peserta didik sebagai pribadi yang mandiri. Oleh sebab itu, harus
dijaga keseimbangan kurikulum (curiculum balance) antara kepentingan peserta didik sebagai
individu yang unik dan mandiri dengan kepentingan peserta didik sebagai anggota masyarakat.
Asas lain yang mempengaruhi pendidikan adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam beberapa dasa
warsa terakhir ini maju dengan pesat. Sebagai buah dari kegiatan penelitian dalam bidang ilmu
murni (pure science) dan ilmu terapan (applied science) yang berkembang pesat.
Perkembangan ini jelas memberi pengaruh dan dampak yang sangat kuat pada pendidikan.
Sedangkan isi kurikulum itu sendiri merupakan kumpulan pengalaman manusia yang disusun
secara sistematis dan sistemik sebagai hasil atau buah karya kebudayaan umat manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu karakteristik perkembangan
sosial budaya, akan memberi corak dan warna bagi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan pendidikan.

Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup sehingga mampu menyiapkan peserta


didik untuk dapat hidup wajar sesuai dengan sosial budaya manusia. Dalam konteks inilah,
kurikulum sebagai isi program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan
tersebut, bukan hanya dari penyiapan isi programnya saja tetapi juga pendekatan dan strategi
pelaksanaannya.

Dalam pemahaman yang hampir sama, Daoed Joesoef dalam Raka Joni (1983: 40)
menyebutkan bahwa Sumber ratusan ribu nilai yang ada dalam masyarakat untuk
dikembangkan melalu proses pendidikan ada tiga hal yaitu:

❖ Pikiran atau logika


❖ Perasaan atau estetika
❖ Kemauan (etika)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung akan menjadi isi /
materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas pada pendidikan untuk
membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan seni juga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu karakteristik


perkembangan sosial budaya masyarakat akan memberi corak dan warna terhadap perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan pendidikan. Sebab Pendidikan adalah sebagai sutu investasi
bagi pengembangan sumber daya manusia sebagai individu dan anggota masyarakat.
Selain itu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pendidikan adalah Bangsa
Indonesiaa yang terdiri dari berbagai etnis dan budaya yang berbeda merupakan modal atau
aset nasional bagi bangsa untuk memajukan bangsa, tetapi jika diabaikan dapat menjadi
potensial sebagai sumber disentegrasi. Karena itu sisdiknas harus mampu mengembangkan
kearifan untuk belajar hidup bersama dalam perbedaan. Tanpa kearifan yang tulus lembaga
pendidikan tidak akan mampu berfungsi sebagai lembaga pemersatu, bahkan bisa melahirkan
benih-benih konflik yang sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa.

Hafid Abbas (2002) menyebutkan sisdiknas belum dapat berfungsi untuk


mempersatukan manusia Indonesia. Agar dapat berfungsi, maka :

1. Pendidikan harus dikelola dengan prinsip keadilan.


2. Pengelolaan pendidikan harus terbuka dalam rangka mengakomodir/1partisipasi
masyarakat banyak.
3. Pengelolaan pendidikan harus bersifat inklusif dan hindari jauh-jauh eklusif
berlebihan.
4. Pengelolaan pendidikan di semua tingkatan harus secara professional.
5. pengelolaan pendidikan dengan melibatkan semua stakeholder dalam rangka
pengayaan dan demokratisasi.
6. Pendidikan.pendidikan nasional hendaknya benar-benar mendorong tercapainya
pemerataan pendidikan

Pendidikan di Indonesia bersifat multi-kulttural. Sistem pendidikan nasional Indonesia


yang berlatar belakang plural harus dapat memahamkan bahwa manusia itu beraneka ragam,
hendaknya saling memahami, menghargai, menerima dan kerjasama dengan peraturan yang
adil dan proporsional, mengembangkan kerjasama demi kejayaan bangsa.

Filsafat Pancasila memiliki pandangan yang mendalam tentang pendidikan berdasarkan


filsafat. Berikut adalah pandangan Filsafat Pancasila terhadap sistem pendidikan nasional
Indonesia:

• Ketuhanan Yang Maha Esa: Sistem pendidikan nasional Indonesia harus didasarkan
pada nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan
butir pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Kemanusiaan yang adil dan beradab: Sistem pendidikan nasional Indonesia harus
mengutamakan hak asasi manusia dan mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil
dan beradab.
• Persatuan Indonesia: Sistem pendidikan nasional Indonesia harus mempersatukan
masyarakat Indonesia yang beragam suku, agama, budaya, dan bahasa. Prinsip
Bhinneka Tunggal Ika mencerminkan semangat toleransi dan keragaman, yang
membantu menjaga keharmonisan dan persatuan dalam masyarakat
• Keadilan sosial: Sistem pendidikan nasional Indonesia harus mengajarkan nilai-nilai
keadilan sosial dan mengupayakan kesetaraan dalam pendidikan.
• Pendidikan karakter: Pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila membantu
membentuk generasi muda yang memiliki kesadaran etika dan moral yang tinggi serta
membentuk karakter bangsa yang berkarakter
• Pendidikan multikultural: Sistem pendidikan nasional Indonesia harus mencerminkan
identitas Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pancasila memiliki
sinergi yang kuat dengan pendidikan multikultural karena sama-sama memaknai
keberagaman.

Dalam pandangan Filsafat Pancasila, sistem pendidikan nasional Indonesia harus


didasarkan pada nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam
kehidupan sehari-hari. Sistem pendidikan nasional Indonesia harus memperhatikan nilai-nilai
agama, hak asasi manusia, persatuan Indonesia, keadilan sosial, pendidikan karakter, dan
pendidikan multikultural. Oleh karena itu, sistem pendidikan nasional Indonesia harus
mencerminkan identitas Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan
guna diabadikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.

Pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan
teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat
bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna
memperlanar mencapai cita-cita nasional Indonesia.

Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan
menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai
oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara
Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

3.2 Saran
Menurut pendapat kami pandangan pancasila terhadap sistem/1pendidikan nasional
haruslah tetap dijaga , karena pancasila merupakan dasar yang teguh dalam
menjalankan/1pendidikan di Indonesia. Dengan melestarikan pendidikan di Indonesia maka
pola pikir masyarakat Indonesia semakin maju serta cara kerja Indonesia juga akan
semakin berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

Tim pengajar.2010. Filsafat Pendidikan. Medan:Universitas Negeri Medan

Purba, Edward 2023 FilsafatPendidikan Medan :Unimed Press

Purba, Edward, Yusnadi.2017. FilsafatPendidikan Medan:Unimed Press

Anda mungkin juga menyukai