Anda di halaman 1dari 14

KLIPING

PELAJARAN PAI

Disusun Oleh :

NAMA : SITI NURSAMSIAH

KELAS : IX B

SMPN 1 JATILUHUR
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur saya panjatan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani

kepadapenyusun , sehingga penyusun kliping terlaksana dengan baik.

Tugas kliping ini adalah salah satu tugas untuk memenuhi nilai pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Adapun maksud dan tujuan Kliping itu sendiri adalah untuk menambahkan wawasan tentang tentang Seni,

Penyusun ini tidak akan terlaksana tanpa bimbingan , bantuan dan petunjuk dari pihak bersangkutan

secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu perkenakan penyusun untuk menghaturkan, mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua Pihak yang telah ikut serta untuk menyelesaikan Kliping ini.

DAFTAR ISI

2
Cover……………………………………………………………………………..1

Kata Pengantar……………………………………………………….…….……2

Daftar Isi.....................................................................................................3

Pengertian Jenazah ...................................................................................4

Penyelenggaraan Jenazah.........................................................................4

Memandikan Jenazah.................................................................................4

Mengkafani Jenazah................................................................................. 9

Mengsholatkan Jenazah.......................................................................... 10

Menguburkan Jenazah............................................................................ 12

1. PENGERTIAN JENAZAH

3
Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dan menjadi turunan dari isim

mashdar yang diambil dari fi’il madhi janaza-yajnizu-janazatan wa jinazatan. Bila huruf jim dibaca fathah

(janazatan,kata ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Namun bila huruf jimnya dibaca kasrah, maka kata

ini berarti orang yang mengantuk.

Lebih jauh, jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., mengartikan jenazah sebagai orang

yang telah meninggal yang diletakkan dalm usungan dan hendak dibawa ke kubur untuk dimakamkan.

2. PENYELENGGARAAN JENAZAH

Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam, yaitu :

1. Memandikan jenazah

2. Mengkafani jenazah

3. Mensalatkan jenazah

4. Menguburkan jenazah

3. MEMANDIKAN JENAZAH

Memandikan jenazah bertujuan untuk membersihkan jenazah dan memuliakannya sebelum kemudian

disalati dan dikuburkan. Untuk tata cara memandikan jenazah, para ulama menyebutkan terdapat dua cara yang

bisa dilakukan dalam memandikan jenazah, pertama adalah cara minimal dan kedua secara sempurna.

1. Syarat Orang Yang Dapat Memandikan Jenazah

- Beragama Islam, baligh, berakal atau sehat mental.

- Berniat memandikan jenazah.

- Mengetahui hukum memandikan jenazah

- Amanah dan mampu menutupi aib jenazah.

2. Syarat Jenazah yang Dimandikan

- Beragama Islam

- Ada sebagian tubuhnya meski sedikit yang bisa dimandikan

- Jenazah tidak mati syahid

- Bukan bayi yang meninggal karena keguguran

- Jika bayi lahir sudah meninggal, tidak wajib dimandikan

3. Ketentuan Memandikan Jenazah

4
 Orang yang paling utama memandikan dan mengkafani jenazah laki-laki adalah orang yang diberi

wasiat, kemudian bapaknya, kakeknya, keluarga kandungnya, keluarga terdekatnya yang laki-laki, dan

istrinya.

 Orang yang paling utama memandikan dan mengkafani jenazah perempuan adalah ibunya, neneknya,

keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

 Yang memandikan jenazah anak laki-laki boleh perempuan, sebaliknya untuk jenazah anak perempuan

boleh laki-laki yang memandikanya.

 Jika seorang perempuan meninggal, sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia

tidak mempunyai suami. Atau sebaliknya, seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup

hanya perempuan saja dan tidak mempunyai istri, jenazah tersebut tidak dimandikan tetapi cukup

ditayamumkan oleh seorang dari mereka dengan memakai sarung tangan.

Hukum ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam dalam hadis Abu Daud dan Baihaqi yang

berbunyi, "Jika seorang meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di

tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya, maka kedua jenazah itu ditayamumkan, lalu

dikuburkan karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air." (H.R Abu Daud dan Baihaqi)

4. Hukum memandikan jenazah.

Dalam Islam, memandikan jenazah hukumnya adalah fardhu kifayah yang mana jika sudah ada

seseorang yang memandikan jenazah, maka kewajiban bagi yang lain telah gugur atau tidak diwajibkan

memandikan jenazah. Sebaliknya, apabila belum ada satu orang pun yang memandikannya, maka semua orang

yang ada di kampung tersebut berkewajiban memandikannya.

5. Untuk jenazah laki-laki.

 Laki-laki yang masih memiliki hubungan keluarga, seperti kakak, adik, orang tua, anak laki-laki atau

kakek

 Istri

 Laki-laki lain yang tidak ada hubungan kekerabatan

 Perempuan yang masih mahram

6. Untuk jenazah perempuan.

 Suami. Seorang suami adalah yang paling berhak memandikan istrinya karena suami diperbolehkan

melihat seluruh anggota tubuh istrinya tanpa terkecuali

5
 Perempuan yang masih ada hubungan kekerabatan, seperti kakak, adik, orang tua, anak perempuan

atau nenek

 Perempuan yang tidak memiliki hubungan keluarga

 Laki-laki yang masih mahram

7. Niat memandikan jenazah.

Niat memandikan jenazah laki-laki:"Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzal mayyiti lillahi ta'aalaa."

Artinya: "Saya niat memandikan untuk memenunhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini karena Allah Ta'ala."

8. Niat memandikan jenazah perempuan.

"Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzihil mayyitati lillaahi ta'aalaa.

"Artinya: "Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini karena Allah Ta'ala."

9. Tata cara memandikan jenazah menurut Islam

Sebelum memandikan jenazah, ada baiknya kita mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan agar proses

memandikan jenazah lancar. Perlu digaris bawahi, tempat untuk memandikan jenazah adalah di tempat yang

tertutup.

Berikut adalah cara memandikan jenazah yang baik dan benar menurut Islam. Tata cara berikut sebaiknya dikerjakan

dengan tertib.

 Meletakkan jenazah dengan kepala agak tinggi di tempat yang disedikan

 Memakai sarung tangan sebelum memandikan

 Ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basah agar auratnya tidak terlihat

 Bersihkan gigi, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiak, celah jari dan tangan serta rambutnya

 Angkat kepala jenazah sampai setengah duduk kemudian tekan perutnya agar kotoran keluar semua

 Siram seluruh tubuh jenazah diikuti dengan membaca niat memandikan jenazah sampai kotoran yang keluar dari

perut tidak ada yang menempel pada tubuh

 Bersihkan qubul (kemaluan depan) dan dubur (kemaluan belakang) jenazah dari kotoran, dan pastikan tidak ada

yang menempel

 Siram atau basuh jenazah, mulai dari anggota tubuh sebelah kanan, mulai dari kepala, leher, dada, perut, paha

hingga kaki paling ujung. Kemudian balik ke bagian kiri, siram lagi dengan air bersih dari kepala hingga ujung

kaki.

6
 Basuh jenazah dengan menuangkan air bersih ke tubuh jenazah, bagian tubuh juga digosok perlahan dan lembut

dengan menggunakan handuk yang halus

 Siram dengan kabur barus

 Jenazah diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum sholat. Di sini tidak perlu memasukkan air ke dalam

hidung dan mulut jenazah, tetapi cukup membasahi jari yang dibungkus dengan kain dan kemudian bersihkan

bibir jenazah dengan menggosok gigi dan kedua lubang hidung jenazah hingga bersih

 Menyela jenggot dan mencuci rambut jenazah memakai air daun bidara, atau shampoo jika tidak ada daun bidara

 Basuh sekujur tubuh jenazah

 Keringkan tubuh jenazah dengan menggunakan handuk kering

4. MENGKAFANI JENAZAH

Dalam Islam jika ada orang yang mengalami peristiwa kematian atau meninggal, satu dari empat kewajiban orang

yang masih hidup terhadap seorang yang telah meninggal adalah mengafani. Hukum mengkafani jenazah atau mayat

adalah fardlu kifayah.

Mengkafani mayat berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang biasanya berwarna putih,

setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum dishalatkan serta dikubur. Dalam Islam ada cara mengkafani jenazah yang

benar.

1) Dalil mengkafani jenazah

Mengkafani jenazah hukumnya sebagaimana memandikannya, yaitu fardhu kifayah. Berdasarkan hadits dari

Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu tentang orang yang meninggal karena jatuh dari untanya, di dalam hadits

tersebut Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain” (HR. Bukhari no. 1849,

Muslim no. 1206)

Kadar wajib dari mengkafani jenazah adalah sekedar menutup seluruh tubuhnya dengan bagus. Adapun yang

selainnya hukumnya sunnah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah memperbagus kafannya” (HR.

Muslim no. 943).

Kecuali orang yang meninggal dalam keadaan ihram, maka tidak ditutup kepalanya. Karena Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

7
“Jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan membangkitkannya di hari Kiamat

dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206).

2) Kriteria kain kafan

 Kain kafan untuk mengkafani jenazah lebih utama diambilkan dari harta orang yang meninggal. Dan

semua biaya pengurusan jenazah lebih didahulukan untuk diambil dari harta jenazah saat masih hidup

daripada untuk membayar hutangnya. Ini adalah pendapat jumhur ulama.

 Memakai kain kafan berwarna putih hukumnya sunnah, tidak wajib.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:“Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah

mayit dengan kain warna putih. Karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian” (HR. Abu Daud no. 3878,

Tirmidzi no. 994, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.1236).

 Disunnahkan menggunakan tiga helai kain putih.

Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha ia berkata:“Rasulullah ahallallahu’alaihi Wasallam dikafankan dengan 3

helai kain putih sahuliyah dari Kursuf, tanpa gamis dan tanpa imamah” (HR. Muslim no. 941).

 Kain kafan untuk mayat perempuan

Jumhur ulama berpendapat disunnahkan wanita menggunakan 5 helai kain kafan. Namun hadits

tentang hal ini lemah. Maka dalam hal ini perkaranya longgar, boleh hanya dengan 3 helai, namun 5

helai juga lebih utama. Disunnahkan menambahkan sarung, jilbab dan gamis bagi mayit wanita.

 Jenis kain kafan dan wewangian

Tidak ada ketentuan jenis bahan tertentu untuk kain kafan. Yang jelas kain tersebut harus bisa menutupi

mayit dengan bagus dan tidak tipis sehingga menampakkan kulitnya. Disunnahkan memberi wewangian

pada kain kafan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Apabila kalian memberi wewangian

kepada mayit, maka berikanlah tiga kali” (HR Ahmad no. 14580, dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul

Janaiz no. 84)”.

3) Cara membuat kain kafan

 Guntinglah kain kafan menjadi beberapa bagian:

 Kain kafan sebanyak 3 helai sepanjang badan mayit ditambah 50 cm.

 Tali untuk pengikat sebanyak 8 helai: 7 helai untuk tali kain kafan dan satu helai untuk cawat. Lebar tali

5-7 cm.

8
 Kain untuk cawat. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 50 cm lalu dilipat menjadi tiga bagian

yang sama. Salah satu ujungnya dilipat kira-kira 10 cm lalu digunting ujung kanan dan kirinya untuk

lubang tali cawat.

 Lalu masukkanlah tali cawat pada lubang-lubang itu. Dalam cawat ini berilah kapas yang sudah ditaburi

kapur barus atau cendana sepanjang cawat.

 Kain sorban atau kerudung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 90/115 cm lalu melipatnya

antara sudut yang satu dengan yang lain sehingga menjadi segi tiga. Sorban ini berguna untuk

mengikat dagu mayit agar tidak terbuka.

 Sarung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 125 cm atau lebih sesuai dengan ukuran mayit.

 Baju. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 150 cm atau lebih sesuai dengan ukuran mayit.

Kain itu dilipat menjadi dua bagian yang sama. Lebar kain itu juga dilipat menjadi dua bagian sehingga

membentuk empat persegi panjang.

Lalu guntinglah sudut bagian tengah menjadi segi tiga. Bukalah bukalah kain itu sehingga bagian

tengah kain akan kelihatan lubang berbentuk belah ketupat. Salah satu sisi dari lubang itu digunting lurus sampai

pada bagian tepi, sehingga akan berbentuk sehelai baju.

4) Cara mengkafani jenazah

 Bentangkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Tidak ada jumlah tali yang ditentukan syariat, perkaranya

longgar.

 Bentangkan kain kafan lapis pertama di atas tali-tali tersebut.

 Beri bukhur pada kain lapis pertama, atau jika tidak ada bukhur maka dengan minyak wangi atau semisalnya.

 Bentangkan kain kafan lapis kedua di atas lapis pertama.

 Beri bukhur atau minyak wangi pada kain lapis kedua.

 Bentangkan kain kafan lapis ketiga di atas lapis kedua.

 Beri bukhur atau minyak wangi pada kain lapis ketiga.

 Letakkan mayit di tengah kain.

 Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.

 Tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.

 Tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.

9
 Ikat dengan tali yang ada yang sudah disediakan.

5) MENGSHOLATKAN JENAZAH

Rukun salat jenazah antara jenazah laki-laki dan perempuan pun berbeda, termasuk dilakukan secara berjamaah

maupun sendirian. Berikut penjelasan rukun-rukunnya:

 Niat Niat ini dilafalkan dalam hati dan harus bersamaan dengan pelaksanaan takbiratul ihram, seperti halnya

yang berlaku dalam melaksanakan niat pada shalat fardhu. Adapun lafal niat melakukan shalat jenazah

secara sendirian dan jenazah berkelamin laki-laki adalah sebagai berikut: Ushalli ‘alâ hâdzal mayyiti fardlan

lillâhi ta’âlâ. Artinya: “Aku niat shalat atas jenazah (laki-laki) ini fardhu karena Allah ta’âlâ.” Ketika shalat

sendirian dan jenazah berkelamin perempuan, lafal niat yang diucapkan sebagai berikut: Ushalli ‘alâ hâdzihil

mayyitati fardlan lillâhi ta’âlâ. Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu karena Allah

ta’âlâ.” Ketika shalat jenazah berjamaah dan menjadi makmum, maka melafalkan niat berikut ini, baik

jenazah laki-laki ataupun perempuan: Ushalli ‘alâ man shalla ‘alaihil imâmu ma’mûman fardlan lillâhi ta’âlâ.

Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah ta’âlâ.”

 Berdiri Salat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab salat jenazah tergolong salat fardhu,

sedangkan setiap salat fardhu wajib dilaksanakan dengan cara berdiri. Tapi jika seseorang memang tidak

mampu berdiri karena sedang sakit maka bisa dilakukan dengan cara dudu seperti halnya ketentuan yang

terdapat dalam shalat lima waktu.

 Takbir empat kali Jumlah takbir dalam salat jenazah harus empat kali, ini termasuk takbiratul ihram. Jika tidak

cukup empat kali maka shalat dianggap tidak sah. Seperti pada shalat fardu lima kali, disunnahkan

mengangkat kedua tangan sejajar dengan dua pundak saat berseru takbir. Dalam melakukan takbir akan

diselingi dengan beberapa bacaan doa. Setelah takbir pertama kita dianjurkan untuk membaca Surat Al-

Fatihah, tkabir kedua membaca shalawat, takbir ketiga dan keempat membaca doa .

 Membaca Surat al-Fatihah Membaca Surat al-Fatihah dilakukan setelah takbir pertama (takbiratul ihram).

Sebaiknya membaca Surat al-Fatihah dengan cara suara dilirihkan. Setelah itu membaca ta’awwudz menurut

qaul ashah (pendapat terkuat). Dalam salat jenazah tidak disunahkan membaca Do'a Iftitah karena dianggap

terlalu panjang (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 1, hal. 342).

 Membaca Shalawat Bacaan shalawat ini dibaca setelah takbir kedua. Bacaan shalawat yang minimal bisa

mencukupi sahnya shalat jenazah adalah sebagai berikut: Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad.

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.” Sedangkan bacaan shalawat yang paling

10
sempurna adalah bacaan Shalawat Ibrahimiyah, yakni shalawat yang dibaca ketika tasyahud akhir dalam

shalat fardhu lima waktu, yaitu: Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad,

kamâ shallaita ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhim, wa bârik ‘alâ sayyidinâ Muhammad, wa

‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ sayyidina Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhîm fil ‘âlamîna

innaka hamîdun majîd. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada

keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga

Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad,

sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim.

Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”

 Mendoakan Jenazah Mendoakan jenazah ini dilakukan setelah takbir ketiga. Minimal bacaan doa yang bisa

dibaca untuk jenazah laki-laki adalah: Allâhumaghfir lahu. Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki).” Jika

ingin lebih sempurna maka bacaannya adalah: Allâhummaghfir lahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim

nuzulahu wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihi minal khathâyâ kamâ

naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhu dâran khairan min dârihi wa ahlan khairan min ahlihi

wa zaujan khairan min zaujihi wa adkhilhu al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya,

luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan,

sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari

rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya.

Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka. Sedangkan

minimal bacaan doa ketika jenazah perempuan adalah membaca doa berikut: Allâhumaghfir lahâ. Artinya,

“Ya Allah, ampunilah dia (perempuan).” Jika ingin membaca doa yang lebih sempurna, maka bacaannya

adalah Allâhummaghfir lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ wa wassi’ madkhalahâ

waghsilhâ bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihâ minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh

minad danasi, wa abdilhâ dâran khairan min dârihâ wa ahlan khairan min ahlihâ wa zaujan khairan min

zaujihâ wa adkhilhâ al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr. Artinya: “Ya Allah,

ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah

kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan,

 sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari

rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya.
11
Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka. Ketika

selesai membaca doa di atas, orang yang melaksanakan shalat jenazah melanjutkan shalatnya dengan

melakukan takbir yang keempat. Setelah itu takbir keempat. Dalam situasi ini disunnahkan untuk membaca

doa berikut ini. - Untuk jenazah laki-laki: Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ

wa lahu Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami

sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.” - Untuk jenazah perempuan: Allâhumma lâ tahrimnâ

ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya

dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.

 Membaca Salam Membaca salam ini dilakukan setelah membaca doa yang dilafalkan setelah takbir

keempat. Bacaan salam pada shalat jenazah ini persis seperti bacaan salam yang dibaca pada shalat fardhu

lima waktu. Selain itu, menghadapkan wajah ke arah kanan pada saat bacaan salam pertama dan

menghadapkan wajah ke kiri pada saat salam kedua merupakan sunnah yang berlaku dalam pelaksanaan

salat jenazah.

6) MENGUBURKAN JENAZAH

Kelahiran dan kematian datang silih berganti dalam kehidupan. Kelahiran memberikan suka cita dan kematian

menyisakan duka. Kematian tetap meninggalkan kesedihan meski kita telah mengetahui roda kehidupan

sebelumnya. Kematian adalah suatu hal yang pasti dan mutlak dalam Islam. Takdir mutlak yang tidak bisa ditolak

oleh manusia. Hal ini telah tercantum dalam Alquran bahwa kematian adalah suatu ketentuan. Yang mana jika ia

datang, tak bisa kita awalkan atau akhirkan. Ketika kematian datang menemui manusia, maka ia tak bisa

melakukan apa-apa. Menjadi tanggung jawab muslim lainnya yang masih hidup untuk merawatnya sebagaimana

mestinya.

Dalam Islam terdapat empat kewajiban seorang muslim terhadap jenazah. Kewajiban pertama adalah

memandikan jenazah, yang kedua mengkafani, lalu menyalati kemudian menguburkannya. Hal ini dimaksudkan

untuk memuliakan seseorang yang telah meninggal. Hal itu sesuai dengan ajaran Islam yang memuliakan

manusia dari hidup sampai matinya. Maka dari itu, kita tidak boleh sembarangan dalam mengerjakan empat

tanggung jawab tersebut, termasuk dalam menguburkan jenazah.

Tata cara mengubur jenazah laki-laki dan perempuan yang benar sesuai sunnah

1. Mempersiapkan Lubang Kubur

12
Sebelum sampai pada cara mengubur jenazah menurut Islam, maka yang harus dilakukan adalah

mempersiapkan lubang kubur untuk si mayit.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam tata cara mengubur jenazah saat mempersiapkan lubang kubur ini.

 Lubang kubur harus dalam

Dalam mempersiapkan lubang kubur, maka harus dalam setinggi orang berdiri dengan tangan

melambai ke atas. Sementara lebarnya seukuran satu dzira (hasta) lebih satu jengkal atau kira-kira 50

cm.

Lubang kubur digali pada tanah yang kuat dan dalam agar saat membusuk bau jasadnya tidak tercium

dan aman dari gangguan hewan pemakan bangkai. Selain itu, untuk menghindari longsor akibat aliran

air yang mengalir saat hujan.

 Bentuk lubang kubur

Bila tanahnya keras, disunahkan membuat liang lahat di dalam lubang kubur. Yang dimaksud liang lahat

di sini adalah lubang yang dibuat di dinding kubur sebelah kiblat seukuran yang cukup untuk menaruh

jenazah.

Jenazah diletakkan di liang lahat tersebut kemudian ditutup dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah.

Namun di Indonesia, orang-orang umumnya memakai papan kayu sebagai pengganti batu pipih agar

tanahnya tidak runtuh mengenai jenazah.

Namun jika tanahnya gembur, disunahkan membuat semacam lubang lagi di dasar kubur seukuran

yang dapat menampung jenazah. Jenazah diletakkan di lubang tersebut kemudian di bagian atasnya

ditutup dengan batu pipih atau papan kayu lalu diurug dengan tanah.

 Dikubur di pemakaman Muslim

Idealnya jenazah seorang Muslim dikubur di pemakaman yang memang khusus Muslim. Namun apabila

tidak terdapat pemakaman muslim dan harus dilakukan penguburan segera, maka bisa dikubur di

pemakaman umum asalkan tata cara mengubur jenazahnya tetap menurut Islam atau sesuai sunnah.

 Waktu menguburkan jenazah

Soal waktu menguburkan jenazah juga perlu diperhatikan karena bisa berdampak pada proses

pemakaman dan ketersediaan panitia penguburan. Beberapa waktu yang sebaiknya dihindari saat akan

menguburkan jenazah:

 -Ketika matahari terbit hingga naik

 -Ketika matahari berada di tengah-tengah


13
 -Ketika matahari hampir terbenam atau benar-benar terbenam.

14

Anda mungkin juga menyukai