Tugas Pai 99
Tugas Pai 99
PELAJARAN PAI
Disusun Oleh :
KELAS : IX B
SMPN 1 JATILUHUR
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur saya panjatan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
Tugas kliping ini adalah salah satu tugas untuk memenuhi nilai pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Adapun maksud dan tujuan Kliping itu sendiri adalah untuk menambahkan wawasan tentang tentang Seni,
Penyusun ini tidak akan terlaksana tanpa bimbingan , bantuan dan petunjuk dari pihak bersangkutan
secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu perkenakan penyusun untuk menghaturkan, mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua Pihak yang telah ikut serta untuk menyelesaikan Kliping ini.
DAFTAR ISI
2
Cover……………………………………………………………………………..1
Kata Pengantar……………………………………………………….…….……2
Daftar Isi.....................................................................................................3
Penyelenggaraan Jenazah.........................................................................4
Memandikan Jenazah.................................................................................4
Mengkafani Jenazah................................................................................. 9
Mengsholatkan Jenazah.......................................................................... 10
Menguburkan Jenazah............................................................................ 12
1. PENGERTIAN JENAZAH
3
Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dan menjadi turunan dari isim
mashdar yang diambil dari fi’il madhi janaza-yajnizu-janazatan wa jinazatan. Bila huruf jim dibaca fathah
(janazatan,kata ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Namun bila huruf jimnya dibaca kasrah, maka kata
Lebih jauh, jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., mengartikan jenazah sebagai orang
yang telah meninggal yang diletakkan dalm usungan dan hendak dibawa ke kubur untuk dimakamkan.
2. PENYELENGGARAAN JENAZAH
Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam, yaitu :
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah
3. MEMANDIKAN JENAZAH
Memandikan jenazah bertujuan untuk membersihkan jenazah dan memuliakannya sebelum kemudian
disalati dan dikuburkan. Untuk tata cara memandikan jenazah, para ulama menyebutkan terdapat dua cara yang
bisa dilakukan dalam memandikan jenazah, pertama adalah cara minimal dan kedua secara sempurna.
- Beragama Islam
4
Orang yang paling utama memandikan dan mengkafani jenazah laki-laki adalah orang yang diberi
wasiat, kemudian bapaknya, kakeknya, keluarga kandungnya, keluarga terdekatnya yang laki-laki, dan
istrinya.
Orang yang paling utama memandikan dan mengkafani jenazah perempuan adalah ibunya, neneknya,
Yang memandikan jenazah anak laki-laki boleh perempuan, sebaliknya untuk jenazah anak perempuan
Jika seorang perempuan meninggal, sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia
tidak mempunyai suami. Atau sebaliknya, seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup
hanya perempuan saja dan tidak mempunyai istri, jenazah tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
Hukum ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam dalam hadis Abu Daud dan Baihaqi yang
berbunyi, "Jika seorang meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di
tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya, maka kedua jenazah itu ditayamumkan, lalu
dikuburkan karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air." (H.R Abu Daud dan Baihaqi)
Dalam Islam, memandikan jenazah hukumnya adalah fardhu kifayah yang mana jika sudah ada
seseorang yang memandikan jenazah, maka kewajiban bagi yang lain telah gugur atau tidak diwajibkan
memandikan jenazah. Sebaliknya, apabila belum ada satu orang pun yang memandikannya, maka semua orang
Laki-laki yang masih memiliki hubungan keluarga, seperti kakak, adik, orang tua, anak laki-laki atau
kakek
Istri
Suami. Seorang suami adalah yang paling berhak memandikan istrinya karena suami diperbolehkan
5
Perempuan yang masih ada hubungan kekerabatan, seperti kakak, adik, orang tua, anak perempuan
atau nenek
Niat memandikan jenazah laki-laki:"Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzal mayyiti lillahi ta'aalaa."
Artinya: "Saya niat memandikan untuk memenunhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini karena Allah Ta'ala."
"Artinya: "Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini karena Allah Ta'ala."
Sebelum memandikan jenazah, ada baiknya kita mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan agar proses
memandikan jenazah lancar. Perlu digaris bawahi, tempat untuk memandikan jenazah adalah di tempat yang
tertutup.
Berikut adalah cara memandikan jenazah yang baik dan benar menurut Islam. Tata cara berikut sebaiknya dikerjakan
dengan tertib.
Ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basah agar auratnya tidak terlihat
Bersihkan gigi, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiak, celah jari dan tangan serta rambutnya
Angkat kepala jenazah sampai setengah duduk kemudian tekan perutnya agar kotoran keluar semua
Siram seluruh tubuh jenazah diikuti dengan membaca niat memandikan jenazah sampai kotoran yang keluar dari
Bersihkan qubul (kemaluan depan) dan dubur (kemaluan belakang) jenazah dari kotoran, dan pastikan tidak ada
yang menempel
Siram atau basuh jenazah, mulai dari anggota tubuh sebelah kanan, mulai dari kepala, leher, dada, perut, paha
hingga kaki paling ujung. Kemudian balik ke bagian kiri, siram lagi dengan air bersih dari kepala hingga ujung
kaki.
6
Basuh jenazah dengan menuangkan air bersih ke tubuh jenazah, bagian tubuh juga digosok perlahan dan lembut
Jenazah diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum sholat. Di sini tidak perlu memasukkan air ke dalam
hidung dan mulut jenazah, tetapi cukup membasahi jari yang dibungkus dengan kain dan kemudian bersihkan
bibir jenazah dengan menggosok gigi dan kedua lubang hidung jenazah hingga bersih
Menyela jenggot dan mencuci rambut jenazah memakai air daun bidara, atau shampoo jika tidak ada daun bidara
4. MENGKAFANI JENAZAH
Dalam Islam jika ada orang yang mengalami peristiwa kematian atau meninggal, satu dari empat kewajiban orang
yang masih hidup terhadap seorang yang telah meninggal adalah mengafani. Hukum mengkafani jenazah atau mayat
Mengkafani mayat berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang biasanya berwarna putih,
setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum dishalatkan serta dikubur. Dalam Islam ada cara mengkafani jenazah yang
benar.
Mengkafani jenazah hukumnya sebagaimana memandikannya, yaitu fardhu kifayah. Berdasarkan hadits dari
Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu tentang orang yang meninggal karena jatuh dari untanya, di dalam hadits
“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain” (HR. Bukhari no. 1849,
Kadar wajib dari mengkafani jenazah adalah sekedar menutup seluruh tubuhnya dengan bagus. Adapun yang
“Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah memperbagus kafannya” (HR.
Kecuali orang yang meninggal dalam keadaan ihram, maka tidak ditutup kepalanya. Karena Rasulullah
7
“Jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan membangkitkannya di hari Kiamat
dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206).
Kain kafan untuk mengkafani jenazah lebih utama diambilkan dari harta orang yang meninggal. Dan
semua biaya pengurusan jenazah lebih didahulukan untuk diambil dari harta jenazah saat masih hidup
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:“Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah
mayit dengan kain warna putih. Karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian” (HR. Abu Daud no. 3878,
helai kain putih sahuliyah dari Kursuf, tanpa gamis dan tanpa imamah” (HR. Muslim no. 941).
Jumhur ulama berpendapat disunnahkan wanita menggunakan 5 helai kain kafan. Namun hadits
tentang hal ini lemah. Maka dalam hal ini perkaranya longgar, boleh hanya dengan 3 helai, namun 5
helai juga lebih utama. Disunnahkan menambahkan sarung, jilbab dan gamis bagi mayit wanita.
Tidak ada ketentuan jenis bahan tertentu untuk kain kafan. Yang jelas kain tersebut harus bisa menutupi
mayit dengan bagus dan tidak tipis sehingga menampakkan kulitnya. Disunnahkan memberi wewangian
pada kain kafan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Apabila kalian memberi wewangian
kepada mayit, maka berikanlah tiga kali” (HR Ahmad no. 14580, dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul
Tali untuk pengikat sebanyak 8 helai: 7 helai untuk tali kain kafan dan satu helai untuk cawat. Lebar tali
5-7 cm.
8
Kain untuk cawat. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 50 cm lalu dilipat menjadi tiga bagian
yang sama. Salah satu ujungnya dilipat kira-kira 10 cm lalu digunting ujung kanan dan kirinya untuk
Lalu masukkanlah tali cawat pada lubang-lubang itu. Dalam cawat ini berilah kapas yang sudah ditaburi
Kain sorban atau kerudung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 90/115 cm lalu melipatnya
antara sudut yang satu dengan yang lain sehingga menjadi segi tiga. Sorban ini berguna untuk
Sarung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 125 cm atau lebih sesuai dengan ukuran mayit.
Baju. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 150 cm atau lebih sesuai dengan ukuran mayit.
Kain itu dilipat menjadi dua bagian yang sama. Lebar kain itu juga dilipat menjadi dua bagian sehingga
Lalu guntinglah sudut bagian tengah menjadi segi tiga. Bukalah bukalah kain itu sehingga bagian
tengah kain akan kelihatan lubang berbentuk belah ketupat. Salah satu sisi dari lubang itu digunting lurus sampai
Bentangkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Tidak ada jumlah tali yang ditentukan syariat, perkaranya
longgar.
Beri bukhur pada kain lapis pertama, atau jika tidak ada bukhur maka dengan minyak wangi atau semisalnya.
Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.
Tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.
Tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri.
9
Ikat dengan tali yang ada yang sudah disediakan.
5) MENGSHOLATKAN JENAZAH
Rukun salat jenazah antara jenazah laki-laki dan perempuan pun berbeda, termasuk dilakukan secara berjamaah
Niat Niat ini dilafalkan dalam hati dan harus bersamaan dengan pelaksanaan takbiratul ihram, seperti halnya
yang berlaku dalam melaksanakan niat pada shalat fardhu. Adapun lafal niat melakukan shalat jenazah
secara sendirian dan jenazah berkelamin laki-laki adalah sebagai berikut: Ushalli ‘alâ hâdzal mayyiti fardlan
lillâhi ta’âlâ. Artinya: “Aku niat shalat atas jenazah (laki-laki) ini fardhu karena Allah ta’âlâ.” Ketika shalat
sendirian dan jenazah berkelamin perempuan, lafal niat yang diucapkan sebagai berikut: Ushalli ‘alâ hâdzihil
mayyitati fardlan lillâhi ta’âlâ. Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu karena Allah
ta’âlâ.” Ketika shalat jenazah berjamaah dan menjadi makmum, maka melafalkan niat berikut ini, baik
jenazah laki-laki ataupun perempuan: Ushalli ‘alâ man shalla ‘alaihil imâmu ma’mûman fardlan lillâhi ta’âlâ.
Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah ta’âlâ.”
Berdiri Salat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab salat jenazah tergolong salat fardhu,
sedangkan setiap salat fardhu wajib dilaksanakan dengan cara berdiri. Tapi jika seseorang memang tidak
mampu berdiri karena sedang sakit maka bisa dilakukan dengan cara dudu seperti halnya ketentuan yang
Takbir empat kali Jumlah takbir dalam salat jenazah harus empat kali, ini termasuk takbiratul ihram. Jika tidak
cukup empat kali maka shalat dianggap tidak sah. Seperti pada shalat fardu lima kali, disunnahkan
mengangkat kedua tangan sejajar dengan dua pundak saat berseru takbir. Dalam melakukan takbir akan
diselingi dengan beberapa bacaan doa. Setelah takbir pertama kita dianjurkan untuk membaca Surat Al-
Fatihah, tkabir kedua membaca shalawat, takbir ketiga dan keempat membaca doa .
Membaca Surat al-Fatihah Membaca Surat al-Fatihah dilakukan setelah takbir pertama (takbiratul ihram).
Sebaiknya membaca Surat al-Fatihah dengan cara suara dilirihkan. Setelah itu membaca ta’awwudz menurut
qaul ashah (pendapat terkuat). Dalam salat jenazah tidak disunahkan membaca Do'a Iftitah karena dianggap
terlalu panjang (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 1, hal. 342).
Membaca Shalawat Bacaan shalawat ini dibaca setelah takbir kedua. Bacaan shalawat yang minimal bisa
mencukupi sahnya shalat jenazah adalah sebagai berikut: Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.” Sedangkan bacaan shalawat yang paling
10
sempurna adalah bacaan Shalawat Ibrahimiyah, yakni shalawat yang dibaca ketika tasyahud akhir dalam
shalat fardhu lima waktu, yaitu: Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad,
kamâ shallaita ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhim, wa bârik ‘alâ sayyidinâ Muhammad, wa
‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ sayyidina Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhîm fil ‘âlamîna
innaka hamîdun majîd. Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada
keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga
Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad,
sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim.
Mendoakan Jenazah Mendoakan jenazah ini dilakukan setelah takbir ketiga. Minimal bacaan doa yang bisa
dibaca untuk jenazah laki-laki adalah: Allâhumaghfir lahu. Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki).” Jika
ingin lebih sempurna maka bacaannya adalah: Allâhummaghfir lahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim
nuzulahu wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihi minal khathâyâ kamâ
naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhu dâran khairan min dârihi wa ahlan khairan min ahlihi
wa zaujan khairan min zaujihi wa adkhilhu al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya,
luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan,
sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari
rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya.
Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka. Sedangkan
minimal bacaan doa ketika jenazah perempuan adalah membaca doa berikut: Allâhumaghfir lahâ. Artinya,
“Ya Allah, ampunilah dia (perempuan).” Jika ingin membaca doa yang lebih sempurna, maka bacaannya
adalah Allâhummaghfir lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ wa wassi’ madkhalahâ
waghsilhâ bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihâ minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh
minad danasi, wa abdilhâ dâran khairan min dârihâ wa ahlan khairan min ahlihâ wa zaujan khairan min
zaujihâ wa adkhilhâ al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr. Artinya: “Ya Allah,
ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah
kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan,
sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari
rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya.
11
Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka. Ketika
selesai membaca doa di atas, orang yang melaksanakan shalat jenazah melanjutkan shalatnya dengan
melakukan takbir yang keempat. Setelah itu takbir keempat. Dalam situasi ini disunnahkan untuk membaca
doa berikut ini. - Untuk jenazah laki-laki: Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ
wa lahu Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami
sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.” - Untuk jenazah perempuan: Allâhumma lâ tahrimnâ
ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya
dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.
Membaca Salam Membaca salam ini dilakukan setelah membaca doa yang dilafalkan setelah takbir
keempat. Bacaan salam pada shalat jenazah ini persis seperti bacaan salam yang dibaca pada shalat fardhu
lima waktu. Selain itu, menghadapkan wajah ke arah kanan pada saat bacaan salam pertama dan
menghadapkan wajah ke kiri pada saat salam kedua merupakan sunnah yang berlaku dalam pelaksanaan
salat jenazah.
6) MENGUBURKAN JENAZAH
Kelahiran dan kematian datang silih berganti dalam kehidupan. Kelahiran memberikan suka cita dan kematian
menyisakan duka. Kematian tetap meninggalkan kesedihan meski kita telah mengetahui roda kehidupan
sebelumnya. Kematian adalah suatu hal yang pasti dan mutlak dalam Islam. Takdir mutlak yang tidak bisa ditolak
oleh manusia. Hal ini telah tercantum dalam Alquran bahwa kematian adalah suatu ketentuan. Yang mana jika ia
datang, tak bisa kita awalkan atau akhirkan. Ketika kematian datang menemui manusia, maka ia tak bisa
melakukan apa-apa. Menjadi tanggung jawab muslim lainnya yang masih hidup untuk merawatnya sebagaimana
mestinya.
Dalam Islam terdapat empat kewajiban seorang muslim terhadap jenazah. Kewajiban pertama adalah
memandikan jenazah, yang kedua mengkafani, lalu menyalati kemudian menguburkannya. Hal ini dimaksudkan
untuk memuliakan seseorang yang telah meninggal. Hal itu sesuai dengan ajaran Islam yang memuliakan
manusia dari hidup sampai matinya. Maka dari itu, kita tidak boleh sembarangan dalam mengerjakan empat
Tata cara mengubur jenazah laki-laki dan perempuan yang benar sesuai sunnah
12
Sebelum sampai pada cara mengubur jenazah menurut Islam, maka yang harus dilakukan adalah
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam tata cara mengubur jenazah saat mempersiapkan lubang kubur ini.
Dalam mempersiapkan lubang kubur, maka harus dalam setinggi orang berdiri dengan tangan
melambai ke atas. Sementara lebarnya seukuran satu dzira (hasta) lebih satu jengkal atau kira-kira 50
cm.
Lubang kubur digali pada tanah yang kuat dan dalam agar saat membusuk bau jasadnya tidak tercium
dan aman dari gangguan hewan pemakan bangkai. Selain itu, untuk menghindari longsor akibat aliran
Bila tanahnya keras, disunahkan membuat liang lahat di dalam lubang kubur. Yang dimaksud liang lahat
di sini adalah lubang yang dibuat di dinding kubur sebelah kiblat seukuran yang cukup untuk menaruh
jenazah.
Jenazah diletakkan di liang lahat tersebut kemudian ditutup dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah.
Namun di Indonesia, orang-orang umumnya memakai papan kayu sebagai pengganti batu pipih agar
Namun jika tanahnya gembur, disunahkan membuat semacam lubang lagi di dasar kubur seukuran
yang dapat menampung jenazah. Jenazah diletakkan di lubang tersebut kemudian di bagian atasnya
ditutup dengan batu pipih atau papan kayu lalu diurug dengan tanah.
Idealnya jenazah seorang Muslim dikubur di pemakaman yang memang khusus Muslim. Namun apabila
tidak terdapat pemakaman muslim dan harus dilakukan penguburan segera, maka bisa dikubur di
pemakaman umum asalkan tata cara mengubur jenazahnya tetap menurut Islam atau sesuai sunnah.
Soal waktu menguburkan jenazah juga perlu diperhatikan karena bisa berdampak pada proses
pemakaman dan ketersediaan panitia penguburan. Beberapa waktu yang sebaiknya dihindari saat akan
menguburkan jenazah:
14