Anda di halaman 1dari 26

Daftar Isi

Hal
Bab 1 Pendahuluan.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2
Bab II Pembahasan.................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Triangulasi................................................................................... 3
2.2 Tujuan Penggunaan Triangulasi Dalam Penelitian........................................ 5
2.3 Bentuk-Bentuk Triangulasi............................................................................ 7
2.4 Penerapan Triangulasi Dalam Penelitian Deskriptif...................................... 10
2.5 Langkah-Langkah Dalam Melakukan Triangulasi........................................ 12
2.6 Kelebihan Dan Kelemahan Triangulasi......................................................... 13
Bab III Metode Penelitian....................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu pertanyaan penting dan sering muncul dari para peneliti dan mahasiswa
yang sedang melakukan penelitian adalah masalah triangulasi. Hal tersebut didasarkan
karena banyak yang masih belum memahami makna dan tujuan tiangulasi dalam
penelitian. Karena kurangnya pemahaman itu, sering kali muncul persoalan tidak saja
antara mahasiswa dan dosen dalam proses pembimbingan, tetapi juga antar dosen pada saat
menguji skripsi, tesis, dan disertasi. Hal ini tidak akan terjadi jika masing-masing memiliki
pemahaman yang cukup mengenai triangulasi.

Istilah triangulasi dalam kegiatan penelitian secara umum banyak dipahami oleh
sebagian kalangan hanya dapat di jumpai dalam penelitian kualitatif sebagai salah satu
teknik validasi sebuah penelitian. Akan tetapi, pemahamannya tidak sesederhana yang
dipahami oleh sebagian kalangan tersebut. Triangulasi akan sangat tepat penggunaannya
dalam sebuah penelitian apabila kita paham konsep dari triangulasi itu sendiri, dan batasan-
batasannya jika akan di implementasikan dalam sebuah penelitian.

Selain itu, istilah triangulasi juga tidak hanya dipahami sebagai salah satu teknik
analisis data dan teknik validasi data kualitatif, akan tetapi triangulasi dapat juga dipahami
sebagai suatu teknik penelitian perpaduan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan


peneliti pada saat melakukan penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data. Ide
dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga
diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret
fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh

1
tingkat kebenaran yang handal. Untuk meningkatkan pemahaman mengenai triangulasi,
maka dibuatlah makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian triangulasi ?


2. Apa tujuan penggunaan triangulasi dalam penelitian?
3. Apa saja bentuk-bentuk triangulasi?
4. Bagaimana penerapan triangulasi dalam penelitian deskriptif?
5. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan triangulasi?
6. Apa saja kelebihan dan kelemahan triangulasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian triangulasi.
2. Untuk mengetahui tujuan penggunaan triangulasi dalam penelitian.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk triangulasi.
4. Untuk mengetahui penerapan triangulasi dalam penelitian deskriptif.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam melakukan triangulasi.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan triangulasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Triangulasi

Triangulasi merupakan sebuah konsep yang diperkenalkan oleh N.K. Denzin,


terinspirasi dari navigasi dan strategi militer. Dalam esensinya, ini mencakup
penggabungan beberapa pendekatan dalam mempelajari satu peristiwa atau fenomena
tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan keandalan serta kevalidan data dengan
membandingkan informasi dari berbagai sumber atau metode yang berbeda. Penggunaan
metode ini telah berkembang pesat sejak sekitar tahun 1950-an dan 1960-an, khususnya
dalam penelitian kualitatif, sebagai langkah untuk meningkatkan validitas pengukuran dan
meyakinkan kehandalan temuan dengan menyandingkannya dengan berbagai pendekatan
yang beragam.

Konsep triangulasi bersumber dari gagasan tentang multiple operationism, yaitu


keyakinan bahwa keabsahan temuan dan keyakinan terhadapnya akan semakin diperkuat
dengan menggunakan lebih dari satu pendekatan dalam pengumpulan data. Meskipun
menjadi salah satu pendekatan yang umum, penggabungan metode penelitian ini bukan
tanpa kontroversi. Ada kekhawatiran tentang waktu serta perluasan kebutuhan untuk
menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam satu investigasi. Di kalangan
penelitian kualitatif, terdapat perdebatan mengenai terminologi serta pendekatan yang mirip
dengan model paradigma positivistik (kuantitatif) seperti pengukuran dan validitas.
Triangulasi telah memicu diskusi panjang di antara para pakar penelitian kualitatif sendiri.
Metode ini memang memiliki keunggulan karena menggunakan berbagai cara untuk
mengukur aspek yang berbeda, namun juga dapat menghasilkan data yang beragam.
Meskipun terdapat perdebatan intens, seiring berjalannya waktu, metode triangulasi telah
semakin banyak digunakan dalam penelitian kualitatif karena mampu mengurangi bias serta
meningkatkan kredibilitas hasil penelitian.

3
Konsep triangulasi didasarkan pada ide bahwa setiap bias yang mungkin muncul
dari sumber data, peneliti, atau metode tertentu dapat diatasi dengan menggunakan sumber
data, peneliti, atau metode yang lain. Triangulasi yang diperkenalkan oleh Denzin,
menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian sebagai suatu kesatuan.

Metode penelitian menggunakan teknik triangulasi dengan asumsi pada dua


tingkatan. Pertama, secara konseptual, penggunaan triangulasi ini berkaitan dengan
keinginan untuk memadukan kedua metode, yaitu metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Hal ini dikarenakan masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan
serta sudut pandang yang berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Pendekatan berbeda
ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap
permasalahan. Kedua, pada level pengumpulan dan analisis data, teknik triangulasi
digunakan untuk memastikan validitas hasil analisis data.

Dalam penelitian dengan metode triangulasi, peneliti bisa lebih memfokuskan pada
metode kualitatif, kuantitatif, atau bahkan menggunakan kedua metode tersebut secara
seimbang. Jika peneliti memilih untuk menekankan pada metode kualitatif, misalnya,
metode kuantitatif bisa digunakan sebagai alat bantu dalam memperlancar proses
penelitian, begitu juga sebaliknya. Namun, ketika peneliti memberikan perhatian yang
setara pada kedua metode (kualitatif dan kuantitatif), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dilakukan:

1. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang
berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode
kuantitatif digunakan untuk menguji hiptesis.
2. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitaif,
sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode
kuantitatif.
3. Metode penelitian tidak dapat di gabungkan karena paradigmanya berbeda. Tetapi
dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan
data (bukan metodenya), sepertinya penggunaan triangulasi dalam kualitatif. Dalam

4
penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama menggunakan
kuesioner, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya, untuk
memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dapat
dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah
memberikan angket tersebut, atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang
diteliti.
4. Memahami masing-masing metode dan pentingnya metode tersebut dalam suatu
penelitian yang akan dilakukan;
5. Memahami permasalahan dan tujuan penelitian yang akan dilakukan sehingga
penggunaan metode kualitatif dan metode kuantitatif ini disesuaikan dengan masalah
dan tujuan dari penelitian yang ingin dicapai;
6. Kedua metode yang digunakan juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
prioritas kepentingan, dimana kedua metode dapat digunakan dalam desain secara
bersama-sama namun pada laporan penelitian hanya diperhitungkan salah satunya
saja;
7. Kedua metode juga digunakan berdasarkan pertimbangan keterampilan peneliti, yang
terlibat dalam satu kegiatan penelitian secara simultan apabila ada hubungan dengan
masalah dan tujuan penelitian.

2.2 Tujuan Penggunaan Triangulasi Dalam Penelitian

Tujuan penggunaan triangulasi dalam penelitian adalah:

1. Penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif dalam triangulasi adalah untuk


mempelajari fenomena yang sama dan untuk tujuan meningkatkan kredibilitas
penelitian. Hal ini menyebabkan beberapa penulis penulis merujuk paradigma
penelitian penelitian kualitatif dan kuantitatif termasuk yang dikombinasikan dalam
studi/fnomena yang sama sehingga menunjukkan adanya hubungan paradigmatik.
2. Mengkonfirmasi apakah instrume yang digunakan untuk mengukur suatu konsep
telah tepat.

5
3. Untuk keperluan kelengkapan. Peneliti menggunakan Triangulasi untuk
meningkatkan kedalaman dan pemahamannya tentang fenomena yang sedang
diselidiki dengan menggabungkan beberapa metode dan teori, dan teori, karena
fenomen yang diselidiki memiliki sedikit dasar teori. Selain itu penggunaan
Triangulasi untuk kelengkapan, memperbesar dan memperdalam pemahaman tentang
pertanyaan penelitian.
4. Untuk meningkatkan akurasi penelitian, dalam hal ini triangulasi merupakan salah
satu validitas.
5. Untuk tujuan meningkatkan kredibilitas penelitian.
6. Metode triangulasi telah digunakan untuk tujuan mencapai validitas konvergen dan
menguji tingkat validitas eksternal.
7. Selain itu, metode triangulasi melibatkan pemeriksaan silang untuk konsistensi
internal.

Sebelum melakukan penelitian menggunakan metode triangulasi, seorang peneliti


perlu mempertimbangkan apakah kombinasi metode ini akan menghasilkan keunggulan
dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja. Selain itu, faktor-faktor seperti
waktu, energi, dan dana yang diperlukan dalam penelitian juga menjadi pertimbangan
penting untuk menentukan apakah hasilnya akan sebanding dengan usaha yang
dikeluarkan. Hal ini disebabkan oleh kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh setiap
metode pengumpulan data secara individual. Dengan menggunakan dua pendekatan metode
ini, diharapkan bahwa akurasi data dan validitas hasil penelitian dapat terjamin lebih baik.

Konsep triangulasi berasal dari pernyataan Denzin yang diutarakan oleh Patton.
Denzin menyatakan bahwa tidak ada satu metode pun yang secara keseluruhan mampu
mencakup dan memecahkan setiap masalah, karena setiap metode menyoroti aspek yang
berbeda dari realitas empiris. Oleh karena itu, penggunaan dua metode atau lebih dalam
pengamatan disarankan untuk memahami suatu fenomena. Inilah yang disebut sebagai
triangulasi, sebuah aturan prinsipil bahwa penggunaan berbagai metode seharusnya menjadi
standar dalam setiap penyelidikan.

6
Teknik triangulasi lebih menekankan pada efektivitas proses dan hasil yang
diinginkan. Proses triangulasi ini dilakukan secara berkelanjutan selama proses
pengumpulan data dan analisisnya. Hal ini bertujuan untuk mencapai suatu titik di mana
peneliti yakin bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan lagi antara informasi yang
diperoleh, serta tidak ada lagi hal yang perlu dipertanyakan kepada para informan.

2.3 Bentuk-Bentuk Triangulasi

Triangulasi dalam penelitian bertujuan untuk menguji keandalan data dengan cara
memeriksa dan memverifikasi informasi dari berbagai sumber secara bervariasi dan dalam
rentang waktu yang berbeda. Metode ini juga dimanfaatkan untuk menguji konsistensi
dalam penggunaan berbagai teknik, seperti pengamatan lapangan dan wawancara, atau
dalam penggunaan metode yang sama dengan sejumlah informan dalam periode tertentu.

Ada beberapa bentuk triangulasi yang bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber berarti memeriksa data dari sejumlah sumber atau informan
yang berbeda. Pendekatan ini dapat meningkatkan keandalan data dengan mengevaluasi
informasi dari berbagai sumber atau informan selama proses penelitian. Sebagai contoh,
dalam penelitian mengenai peraturan sekolah, triangulasi sumber bisa dilakukan dengan
mewawancarai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, serta
konselor.
Setelah mengumpulkan data dari berbagai sumber, langkah berikutnya adalah
menggambarkan, mengkategorikan, dan membandingkan informasi yang diperoleh,
serta menemukan kesamaan dan perbedaan di antara ketiganya. Tujuannya adalah untuk
menarik kesimpulan dari analisis data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber.
Melalui teknik triangulasi sumber, peneliti berupaya membandingkan informasi
yang diperoleh dari setiap sumber untuk menemukan kebenaran yang mendasari
informasi tersebut. Dengan kata lain, triangulasi sumber adalah upaya untuk
memverifikasi data dengan membandingkan informasi dari satu sumber dengan yang

7
lain. Berdasarkan konsep ini, triangulasi sumber dapat diilustrasikan seperti pada
gambar di bawah ini.

2. Triangulasi metode
Berbeda dengan triangulasi sumber, triangulasi metode digunakan untuk menguji
sebuah data yang dilakukan dengan cara mencari tahu dan mencari kebenaran data
terhadap sumber yang sama melalui teknik yang berbeda. Maksudnya periset
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
dari sumber yang sama. Dalam hal ini, periset dapat menyilangkan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi yang kemudian digabungkan menjadi satu untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan. Triangulasi metode, berarti mengunakan
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang
sama. Periset menggunakan observasi pastisipasif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

8
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu menyoroti pengaruh waktu terhadap keandalan data. Misalnya,
waktu saat mengumpulkan data, seperti di pagi hari ketika informan masih segar, bisa
mempengaruhi validitas data yang diperoleh. Untuk menguji kehandalan data, peneliti
bisa melakukan pengecekan dengan mewawancarai, melakukan observasi, atau
menggunakan teknik lain dalam situasi atau waktu yang berbeda. Jika terdapat
perbedaan hasil pengujian, pengumpulan data dilakukan kembali secara berulang
hingga kepastian atas data yang diperoleh tercapai.

4. Triangulasi antar peneliti.


Dengan menggunakan teknik triangulasi, peneliti melibatkan banyak pengamat atau
peneliti untuk mengumpulkan, memproses atau menganalisis data secara terpisah.
Misal, untuk data perilaku, peneliti melibatkan banyak pengamat untuk mengkodekan
perilaku peserta yang diamati. Peneliti memberi mereka (responden yang diamati) sesi
pelatihan dan manual untuk diikuti dengan cermat sehingga mereka mengkodekan
perilaku dengan cara yang sama persis. Sementara pengamat meninjau rekaman video
peserta bermain permainan tim secara berpasangan dan menganalisis serta mencatat
perilaku kooperatif apa pun. peneliti memeriksa apakah lembar kode mereka sejajar
satu sama lain untuk memastikan kendala antar penilai yang tinggi. Triangulasi peneliti
membantu peneliti mengurangi risiko bias pengamat dan bias pelaku eksperimen
lainnya. Pola nya dapat digambarkan sebagai berikut:

9
5. Triangulasi teori
Sama seperti triangulasi sebelumnya, triangulasi teori adalah upaya mengawinkan
berbagai macam teori yang digunakakan dalam menemukan titik temu dan kevalidan
dari data yang akan dicari. Gambarannya sebagai berikut:

2.4 Triangulasi dalam Penelitian Deskriptif

Dalam penelitian deskriptif, terdapat berbagai teknik pengumpulan data baik


kualitatif maupun kuantitatif seperti wawancara semi-terstruktur, audit grafik, kuesioner pra
dan pasca-tes, wawancara kelompok terfokus, dan pencatatan lapangan dari pengamatan
pribadi dan percakapan. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif dan
beragam terhadap suatu permasalahan, desain metodologi Triangulasi bisa diterapkan. Hal
ini sangat relevan dalam penelitian deskriptif yang mana data dan analisis dari Penelitian
Aksi menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Berikut akan diuraikan penelitian
deskriptif dan penerapan Triangulasi:

10
Metode deskriptif diterapkan saat peneliti berupaya "mendeskripsikan, mengamati,
dan mendokumentasikan fenomena alami yang sulit untuk diberikan nilai obyektif secara
mudah." Penelitian deskriptif cenderung menjelaskan hal-hal yang menggambarkan
hubungan tanpa melakukan prediksi tentang hubungan antar variabel. Menurut pandangan
tertentu, penelitian deskriptif memegang peranan penting dalam menyoroti keberadaan dan
tingkat permasalahan yang mendorong intervensi serta tindakan yang berujung pada
perubahan kebijakan. Pendekatan deskriptif kualitatif bergantung pada pengalaman serta
pengetahuan yang telah terakumulasi.

Dalam mengaplikasikan triangulasi pada penelitian kuantitatif dan kualitatif, dapat


dilakukan dengan menggunakan logika triangulasi, yaitu memeriksa hasil kualitatif dengan
hasil kuantitatif, dan sebaliknya. Penelitian kualitatif dapat mendukung penelitian
kuantitatif dan sebaliknya. Begitu juga, menggabungkan keduanya dapat memberikan
gambaran umum yang lebih komprehensif tentang masalah yang sedang diteliti. Triangulasi
bertujuan untuk mencari kesesuaian hasil, sementara komplementasi bertujuan untuk
melengkapi dan memperkaya hasil serta memperluas pemahaman satu metode untuk
mendukung metode lainnya (contohnya, merancang survei setelah melakukan studi
wawancara).

11
2.5 Langkah-Langkah Triangulasi

Triangulasi dibutuhkan dalam upaya pemeriksaan keabsahan data guna


kesempurnaan, validitas data, keakuratan informasi, dan originalitas sumber-sumber dalam
sebuah penelitian. Pengertian Triangulasi menurut Moleong adalah tekhnik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu, untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Membandingkan


apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dilakukan secara pribadi.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatakan sepanjang waktu.
3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi,
orang yang berada, orang pemerintahan.
4. Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang berkaitan.

Terdapat empat kriteria yang digunakan dalam pengecekan keabsahan, yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability). Contoh dalam triangulasi sumber dilakukan dengan cara:

1. mengecek informasi atau data yang diperoleh melalui wawancara dengan informan.
2. Data tersebut ditanyakan kepada informan lain yang masih terkait satu sama lain.
3. Transferability dilakukan dengan cara menyajikan laporan hasil penelitian dengan
sebaik mungkin agar dapat terbaca dan memberikan informasi dengan jelas, sistematis
dan dapat dipercaya.
4. Dependability dilakukan dengan cara mengaudit keseluruhan proses penelitian.
5. Confirmability dilakukan dengan cara mengaudit hasil penelitian dengan proses
penelitian agar data yang diperoleh dapat dilacak kebenarannya.

12
2.6 Kelebihan dan kelemahan Triangulasi

Metode triangulasi dalam penelitian klinis memiliki sejumlah kelebihan dan


kelemahan yang perlu dipertimbangkan oleh para peneliti. Berikut adalah beberapa di
antaranya:

Kelebihan Metode Triangulasi dalam Penelitian Klinis:

1. Validitas yang Meningkat: Menggunakan beberapa sumber data atau metode


penelitian dapat meningkatkan validitas hasil penelitian dengan memverifikasi
temuan dari sudut pandang yang berbeda. Ini membantu menguatkan kepercayaan
terhadap hasil penelitian.

2. Keandalan yang Ditingkatkan: Dengan menggunakan beberapa metode atau sumber


data yang berbeda, metode triangulasi dapat meningkatkan keandalan temuan karena
meminimalkan kesalahan atau bias yang mungkin muncul dalam satu pendekatan
penelitian.

3. Pemahaman yang Lebih Mendalam: Pendekatan triangulasi memungkinkan untuk


memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang fenomena yang diteliti
karena menggabungkan berbagai perspektif dan informasi.

4. Dukungan untuk Interpretasi Data: Berbagai metode atau pendekatan analitis


dalam triangulasi dapat memberikan dukungan yang lebih kuat untuk interpretasi
data. Hal ini memungkinkan peneliti untuk membuat kesimpulan yang lebih
terinformasi.

Kelemahan Metode Triangulasi dalam Penelitian Klinis:

1. Kompleksitas Penelitian: Penggunaan berbagai metode atau sumber data dapat


meningkatkan kompleksitas penelitian. Hal ini memerlukan waktu dan upaya ekstra
dalam pengumpulan, analisis, dan interpretasi data.

13
2. Biaya dan Waktu: Metode triangulasi seringkali membutuhkan lebih banyak sumber
daya, baik dalam hal waktu maupun biaya, karena melibatkan penggunaan berbagai
metode penelitian atau pengumpulan data dari berbagai sumber.

3. Kesulitan dalam Integrasi Data: Memadukan data dari berbagai sumber atau metode
kadang-kadang dapat menjadi tantangan. Proses integrasi ini memerlukan kehati-hatian
agar hasil yang diperoleh tidak kontradiktif atau tidak konsisten.

4. Potensi Konflik Interpretasi: Keterlibatan berbagai peneliti atau ahli dengan sudut
pandang yang berbeda dalam metode triangulasi bisa menghasilkan perbedaan
interpretasi atau konflik yang mungkin sulit diselesaikan.

Memahami kelebihan dan kelemahan dari metode triangulasi dalam penelitian klinis
penting untuk membantu peneliti memutuskan apakah pendekatan ini sesuai dengan tujuan
penelitian mereka dan apakah manfaatnya lebih besar daripada kerumitannya.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin dengan meminjam


peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan
berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu.
2. Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan adanya dua
asumsi. Yaitu, pertama, pada level pendekatan, tehnik triangulasi digunakan
karena adanya keinginan melakukan penelitian dengan menggunakan dua metode
sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.
Asumsi kedua yang mendasari penggunaan tehnik triangulasi yakni, pada level
pengumpulan dan analisis data.
3. Tujuan menggunakan metode triangulasi, adalah untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja dalam
suatu penelitian. Kelebihannya adalah bisa mendapatkan akurasi data dan
kebenaran hasil yang di inginkan, dapat meningkatkan kedalaman pemahaman
peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena
itu muncul. Kekuranganya, adalah perlu adanya tambahan waktu, biaya serta
tnaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaanya.
4. Sebagai teknik pengecekan keabsahan data triangulasi secara sederhana dapat
disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana
peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan
data atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja tanpa melakukan
pengecekan kembali dengan penelitian lain.
5. empat tipe dasar triangulasi, antara lain: (1) triangulasi sumber; (2) triangulasi
metode; (3) triangulasi waktu; (4) triangulasi antar peneliti, (5) Triangulasi teori.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alfansyur, Andarusni. Mariyani. (2020). “Seni Mengelola Data: Penerapan Triangulasi


Teknik, Sumber gulasi Teknik, Sumber dan Waktu dan Waktu pada Penelitian
Pendidika pada Penelitian Pendidikan Sosial”, HISTORIS HISTORIS : Jurnal
Kajian, Kajian, Penelitian Penelitian & Pengembangan Pengembangan Pendidikan
Pendidikan Sejarah, Sejarah, p-ISSN 2549-7332 | e-ISSN 2614-1167, Vol. 5, No. Hal.
146-150.

Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Christine K. Sorensen. (2010). Introduction to
Research in Education, Eight Edition, USA: Wadsworth Cengage Learning.

Beverley J., Taylor. Kermode, Stephen. and Roberts, Kathryn. (2018). "Research In
Nursing And Health Care: Evidence For Practice.", Medicine Medicine and Health
Sciences. Flick, Uwe.

Bodgan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen. (2006). Qualitative Research for Education: an
Introduction to Theories and Methods, Fifth Edition, USA: Pearson.

Denzin, K. Denzin, Norman. S. L Norman. S. Lincoln, Yvonna. 2 incoln, Yvonna. (2018).


The SAGE Handbook of Qualitatif Research (Fifth Edition), (Los Angeles: SAGE
Publication, Inc) Moleong, Lexy j. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif,
( Bandung: Remaja Rosda Karya) Rahardjo, Mudjia. "Triangulasi dalam penelitian
kualitatif." UIN Maulana Malik Ibrahim, http://repository.uin-malang.ac.id/1133/

Pettersson, I., Lachner, F., Frison, A. K., Riener, A., & Butz, A. (2018). A bermuda
triangle? - A review of method application and triangulation in user experience
evaluation. Conference on Human Factors in Computing Systems - Proceedings,
2018-April. https://doi.org/10.1145/3173574.3174035

The SAGE Hanbook of Qualitative Data Collectio. (2011). (London: SAGE Publication

16
Ltd.). Guion, Lisa A., David C. Diehl, and Debra McDonald. "Triangulation:
Establishing The Validity Of Qualitative Studies” FCS6014/FY394, Rev.
8/2011." Edis 2011.8: 3.

Valencia1, M. M. A. (2022). Principles, Scope, and Limitations of the Methodological


Triangulation. 40(2).

17
REVIEW JURNAL

Judul : Unidentified communication challenges in the intensive care unit: A

Author : Ragnhild Nyhagen, RN, MN, Ingrid Egerod, RN, PhD, Tone Rustøen,
RN, PhD, Anners Lerdal, RN, PhD, Marit Kirkevold, RN, EdD.

Tahun : 2023

18
ABSTRAK:

Latar Belakang: Di unit perawatan intensif, pasien sering tidak bisa berbicara karena
penggunaan alat medis seperti intubasi, pengobatan, dan kondisi penyakit. Penelitian
biasanya fokus pada cara menggunakan alat atau teknik komunikasi, bagaimana pasien dan
dokter berkomunikasi, serta masalah yang muncul. Namun, sedikit sekali penelitian yang
melibatkan pandangan dari pasien, keluarga mereka, dan dokter sekaligus. Kami ingin
melihat komunikasi dari berbagai sudut pandang dan menggali masalah yang mungkin
belum terdeteksi sebelumnya.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memahami komunikasi antara pasien, anggota
keluarga, dan dokter serta untuk mengetahui hambatan komunikasi yang sebelumnya tidak
teridentifikasi.

Metode: Kami menggunakan desain studi kasus dengan memperhatikan banyak sudut
pandang. Penelitian dilakukan di dua unit perawatan intensif di rumah sakit universitas
Norwegia. Kami melakukan observasi saat sembilan pasien yang menggunakan ventilasi
mekanis berkomunikasi dengan anggota keluarga dan staf medis. Setelah observasi, kami
melakukan wawancara individu dengan enam pasien, enam anggota keluarga, dan sembilan
petugas kesehatan.

Temuan: Observasi menunjukkan komunikasi terlihat cukup lancar, tapi dari wawancara
kami mendapat pandangan lain. Partisipan menekankan hal yang berbeda ketika bercerita
tentang pengalaman mereka, yang menunjukkan adanya perbedaan dalam persepsi
mengenai situasi tersebut. Anggota keluarga memiliki peran penting dalam memahami
isyarat dari pasien, mengungkapkan tantangan yang mungkin tidak terlihat oleh perawat.

Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa tantangan komunikasi di unit perawatan


intensif mungkin tidak dipahami sepenuhnya oleh pengamat atau semua peserta yang
terlibat dalam komunikasi tersebut. Perawat perlu menyadari tantangan ini dan menyadari
bahwa ada masalah yang mungkin sulit diatasi tanpa keterlibatan luas dari pasien, keluarga,
dan perawat. Hal ini bisa mempengaruhi proses pemulihan pasien.

19
1. LATAR BELAKANG

Komunikasi di Unit Perawatan Intensif (ICU) merupakan tantangan yang kompleks,


terutama karena pasien sering tidak dapat berbicara akibat intubasi, pengobatan, dan
penyakit. Meskipun semua pasien ICU membutuhkan perawatan medis lanjutan, kesulitan
komunikasi menjadi masalah yang signifikan, terutama bagi pasien yang sadar namun tak
bisa berbicara. Hal ini menyebabkan perasaan tidak berdaya, kecemasan, frustrasi, dan
kemarahan pada pasien.

Asuhan keperawatan terhadap pasien ICU yang tak bisa bersuara namun sadar
adalah tugas yang menantang, terutama karena tantangan komunikasi yang terkait
dengannya. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kurangnya obat penenang bisa
memberikan kesempatan untuk lebih banyak keterlibatan pasien dan memberi perawat
wawasan yang lebih baik terhadap pengalaman dan gejala pasien.

Meskipun menyadari tantangan komunikasi di ICU, belum ada standar universal


yang tersedia untuk berkomunikasi dengan pasien yang tak bisa berbicara. Beberapa
penelitian telah mencakup perspektif pasien, anggota keluarga, dan dokter, namun masih
terdapat kesenjangan pengetahuan terkait tantangan komunikasi selain ketidakmampuan
pasien untuk berbicara.

Untuk mengatasi masalah ini, ada usaha untuk menjelajahi lebih lanjut alat bantu
dan teknik komunikasi yang efektif. Pentingnya aspek relasional dan potensi perbedaan
dalam cara berkomunikasi memerlukan penyelidikan perspektif yang berbeda dari semua
pihak yang terlibat untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang komunikasi di
lingkungan ICU. Dengan melakukan triangulasi metode, data, dan analisis, diharapkan
dapat melengkapi pemahaman yang ada tentang komunikasi di ICU dan menerapkan
pendekatan yang lebih holistik dibandingkan penelitian sebelumnya dalam bidang ini.

Pendekatan teori komunikasi Watzlawick et al. menjadi dasar yang membantu


dalam memahami kompleksitas komunikasi di ICU. Tujuan penelitian ini adalah untuk

20
mengeksplorasi hubungan komunikasi antara pasien, anggota keluarga, dan perawat serta
menyelidiki tantangan komunikasi yang belum teridentifikasi sebelumnya.

2. METODE PENELITIAN
a. DESAIN

penelitian dilakukan dengan menggunakan desain eksploratif dan interpretatif,


menerapkan triangulasi ganda untuk menjawab pertanyaan penelitian secara komprehensif.
Triangulasi dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara pada
partisipan, serta melibatkan tiga kelompok peserta: pasien, anggota keluarga, dan dokter.
Pendekatan penyidik juga digunakan dengan melibatkan peneliti dari latar belakang dan
pengetahuan yang berbeda, seperti pengetahuan ICU yang luas tetapi pengalaman
penelitian yang terbatas, dan sebaliknya, peneliti kualitatif yang berpengalaman tetapi
kurang berpengalaman dalam bidang ICU.

Melalui penggunaan pendekatan yang berbeda dalam analisis data, baik secara
individu maupun lintas kasus, penelitian ini menerapkan triangulasi analisis yang terapan.
Tujuannya adalah untuk melengkapi, bukan mengonfirmasi atau bertentangan, temuan dari
berbagai sumber serta perspektif, memungkinkan pemahaman yang lebih menyeluruh
terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan.

b. PENGATURAN DAN PESERTA

Dalam konteks pengaturan dan partisipan penelitian, dilakukan studi di dua unit ICU umum
di rumah sakit universitas Norwegia antara Desember 2017 hingga Februari 2019. Satu unit
memiliki enam tempat tidur, sementara yang lainnya memiliki 10 tempat tidur, dan
keduanya menerima layanan medis/pasien bedah yang sakit kritis.

Untuk observasi partisipan, pasien yang memenuhi kriteria - menerima ventilasi


mekanis dan cukup sadar untuk berkomunikasi secara nonverbal - direkrut. Kualifikasi
pasien memperhatikan Skala Agitasi dan Sedasi Richmond, menunjukkan tingkat sedasi

21
yang memungkinkan komunikasi. Perawat ICU membantu mengidentifikasi kandidat yang
memenuhi syarat, mengundang pasien dan keluarga untuk berpartisipasi, dan peneliti
kemudian mendekati mereka untuk informasi lebih lanjut serta persetujuan.

Pasien dengan gangguan kognitif/psikologis permanen atau tidak memahami bahasa


Norwegia tidak dimasukkan. Penilaian kompetensi pasien untuk menyetujui dilakukan oleh
perawat yang akrab dengan pasien menggunakan Metode Penilaian Kebingungan di Unit
Perawatan Intensif. Jika pasien tidak mampu menandatangani formulir persetujuan, respons
dari pasien dan persetujuan dari keluarga atau saksi independen diperlukan.

Partisipan - pasien, anggota keluarga, dan dokter - diundang untuk mengambil


bagian dalam observasi partisipan dan wawancara. Pasien yang berpartisipasi dalam
wawancara harus memiliki kemampuan untuk berbicara kembali secara spontan, bernapas
secara normal, dan sadar sepenuhnya. Persetujuan terpisah diperoleh dari partisipan untuk
wawancara.

Meskipun niat awal adalah mewawancarai semua pasien yang diamati bersama
dengan satu anggota keluarga dan satu dokter per pasien, beberapa kendala seperti
kematian atau perpindahan ke rumah sakit lain memengaruhi implementasi ini.

Berikut Adalah Karakteristik Pastisipan

22
c. KODE ETIK

Penelitian ini telah disetujui oleh komite regional untuk etika penelitian medis dan
oleh pejabat perlindungan data di rumah sakit, serta dilaksanakan sesuai dengan Prinsip
Deklarasi Helsinki.23 Semua peserta diberikan informasi lisan dan tertulis tentang studi ini,
dan persetujuan diperoleh dari mereka sebelum mereka menjadi bagian dari penelitian ini.
Pasien ICU dan keluarga mereka adalah kelompok peserta yang rentan, sehingga penelitian
ini memperhatikan dan memenuhi kode etik penelitian yang relevan.24

Sebelum observasi dimulai, semua peserta diberitahu tentang hak mereka untuk
menghentikan partisipasi dalam studi tersebut kapan saja atau meminta peneliti untuk
meninggalkan ruangan dalam situasi tertentu. Upaya dilakukan untuk memastikan bahwa
observasi tidak mengganggu pengobatan atau perawatan pasien dengan cara apa pun.

Sebelum wawancara dimulai, persetujuan kembali dikonfirmasi, dan peserta


diberitahu tentang hak mereka untuk menghentikan atau menunda wawancara kapan saja
serta untuk tidak menjawab pertanyaan yang membuat mereka merasa tidak nyaman.

d. PENGUMPULAN DATA
 OBSERVASI PARTISIPAN

Penulis utama, seorang mahasiswa PhD, melakukan observasi partisipatif


menggunakan panduan observasi terbuka dan merekam audio interaksi antara pasien,
keluarga, dan dokter di ruang ICU. Observasi dilakukan tanpa ikut campur dalam
perawatan pasien, berlangsung selama 1 hingga 3 hari, dengan setiap sesi berlangsung
antara 5 menit hingga 2,5 jam, total waktu observasi berkisar antara 2 hingga 4,5 jam per
pasien, tergantung pada kegiatan yang terjadi.

 WAWANCARA INDIVIDU

Wawancara individu semi-terstruktur dilakukan oleh penulis utama dengan pasien, anggota
keluarga, dan dokter setelah observasi. Panduan wawancara dengan pertanyaan terbuka
dikembangkan untuk masing-masing kelompok, berlangsung antara 20 menit hingga 2 jam

23
20 menit. Peserta diminta untuk berbagi pengalaman mereka dengan ICU secara umum dan
tentang komunikasi spesifik. Mereka juga ditanyai tentang episode yang diamati, namun
tidak dihadapkan pada pernyataan dari partisipan wawancara lainnya.

Wawancara dilakukan satu kali dengan anggota keluarga dan dokter yang dipilih
berdasarkan peran dan tingkat partisipasi selama observasi. Beberapa wawancara dengan
dokter ditunda hingga 4 minggu karena jadwal mereka. Semua wawancara dengan pasien,
keluarga, dan dokter diperlakukan dengan waktu yang memadai bagi peneliti untuk
meninjau catatan lapangan sebelum melakukan wawancara.

e. ANALISIS DATA:

 Wawancara dan observasi direkam dan ditranskripsikan secara rinci. Pendekatan


analisis dimulai dengan metode induktif, dengan penerapan pendekatan terbuka,
yang kemudian diikuti dengan penyelidikan yang lebih fokus berdasarkan kerangka
teori oleh Watzlawick dan rekan-rekannya.

 Teks wawancara diberi kode dan dikategorikan menggunakan perangkat lunak


NVivo 11, dengan fokus pada isi komunikasi, gejala yang diungkapkan, dan
kekhawatiran yang dikomunikasikan. Kode dan kategori ini dijelajahi untuk
menjelaskan perbedaan dan kesamaan antar kasus dan kelompok pasien, keluarga,
dan dokter.

 Data dari catatan observasi dan transkrip setiap kasus disusun dengan bantuan teori
komunikasi Watzlawick, diuraikan dan diorganisasikan sesuai.

f. KEKAKUAN:

 Untuk memastikan keterpercayaan, berbagai metode penelitian yang teruji dan


teknik triangulasi digunakan. Transferabilitas dibatasi pada konteks serupa dengan
partisipasi yang serupa dalam penelitian lapangan.

 Ketergantungan diwujudkan melalui penguraian dan penjelasan rinci rencana dan


pelaksanaan penelitian.

24
 Konfirmabilitas diperoleh melalui deskripsi metodologis yang terperinci. Semua
langkah proses analisis dibahas secara intensif dalam kelompok penelitian untuk
memastikan konfirmasi dan transferabilitas.

 Melibatkan perwakilan pengguna dalam proses pembuatan dan analisis studi.


Konsolidasi kriteria pelaporan penelitian kualitatif digunakan untuk membantu
melaporkan berbagai aspek penting termasuk tim peneliti, metode, konteks
penelitian, temuan, analisis, dan interpretasi.

3. HASIL:

Hasil observasi menunjukkan bahwa komunikasi tampak sederhana, namun wawancara


mengungkapkan perbedaan signifikan dalam persepsi situasi oleh peserta. Anggota
keluarga memiliki peran penting dalam menafsirkan tanda-tanda dari pasien,
mengungkapkan aspek-aspek yang mungkin tidak disadari oleh perawat.

4. KESIMPULAN:

Penelitian ini menggambarkan kompleksitas tantangan komunikasi di unit perawatan


intensif yang mungkin tidak sepenuhnya dipahami oleh semua pihak yang terlibat selama
komunikasi. Penting bagi perawat untuk menyadari tantangan ini dan memperhatikan
bahwa penyelesaian masalah komunikasi memerlukan keterlibatan luas dari pasien,
keluarga, dan perawat. Tanpa keterlibatan ini, penyelesaian masalah komunikasi dapat
menjadi hambatan dalam proses pemulihan pasien.

25

Anda mungkin juga menyukai