Bab Iv
Bab Iv
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.1 Jamur Endofit dari Maman (Cleome gynandra L)
Keterangan : (a) Akar CGA1; (b) Batang CGB1; (c) Bunga CGC1; (d) Daun
CGD1
21
Hasil pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak etil asetat jamur
endofit isolat akar, isolat batang, isolat daun dan isolat bunga maman
dan vitamin C menggunakan metode Hydroxyl Radical Scavenging
Assay dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Aktivitas Antioksidan Jamur Endofit Maman (Cleome
gynandra L.)
4.2 Pembahasan
Cleome gynandra L. memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi, antioksidan,
dan antikanker (Moyo et al., 2018). Skrining fitokimia Cleome gynandra L
menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid dan steroid (Safitri,
2020). Pada penelitian ini digunakan sampel tanaman Cleome gynandra L.
pada bagian akar CGA-1, batang CGB-1, bunga CGC-1 dan daun CGD-1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan ekstrak
22
etil asetat jamur endofit Cleome gynandra L. dengan menggunakan metode
Hydroxyl Radical Scavenging Assay yang sebelumnya sudah dilakukan
penelitian dengan metode DPPH.
Penelitian ekstrak etil asetat jamur endofit telah dilakukan pada tahap isolasi
dan pemurnian jamur endofit maman (Cleome gynandra L.) dan di dapatkan 3
isolat pada akar (CGA-1, CGA-2, CGA-3) dan 3 isolat pada batang (CGB-1,
CGB-2, CGB-3) (Trisnawati, 2020). Penelitian selanjutnya dilakukan isolasi
dan pemurnian jamur endofit maman (Cleome gynandra L.) dan didapatkan 3
isolat pada bunga (CGC-1, CGC-2, CGC-3), dan 3 isolat pada daun (CGD-1,
CGD-2, CGD-3) (Safitri, 2020). Pengujian antioksidan selanjutnya telah
dilakukan dengan menggunakan isolat CGA-1, CGB-1, CGC-1 dan CGD-1
metode DPPH (Paembonan, 2021).
Pada penelitian ini dilakukan peremajaan jamur (Gambar 4.1) diawali dengan
isolasi dan pemurnian kemudian diinokulasikan ke media PDAC dan
diinkubasi pada suhu 25°C selama 5 hari (Elviasari et al., 2015). Hal ini
bertujuan agar mendapatkan biakan yang baru dan muda, sehingga dapat
berkembangbiak dengan baik. Selanjutnya dilakukan fermentasi cair pada
jamur endofit, disebabkan fermentasi dengan media cair lebih efektif untuk
memproduksi biomassa. Hal ini dikarenakan dalam fermentasi cair terdapat
proses agitasi yang memungkinkan nutrisi dalam media dapat terus homogen
dan tidak ada gradien konsentrasi produk/toksin sehingga mikroba dapat lebih
optimal mengabsorbsi nutrisi tersebut (Nurhidayah et al., 2014). Metabolit
sekunder diperoleh melalui ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat, alasan
ekstraksi cair-cair karena supernatan bersifat cair dan senyawa kimia yang
akan ditarik pada supernatan berada pada larutannya (Fitriana dan Nursithya,
2017). Selain itu etil asetat lebih mudah digunakan karena etil asetat dan
media yang berupa air lebih mudah dibedakan untuk dipisahkan (Septiana et
al., 2017). Pelarut etil asetat bersifat semipolar sehingga mengandung
senyawa aktif antioksidan baik yang bersifat hidrofilik maupun lipofilik
(Hardiningtyas et al., 2014). Larutan yang diekstraksi digojok beberapa menit
23
dan dibiarkan sampai terjadi pemisahan. Setelah terbentuk dua lapisan, lapisan
dipisahkan lalu ditambahkan lagi pelarut etil asetat dalam jumlah yang sama.
Perlakuan percobaan dilakukan seperti sebelumnya hingga pelarut etil kembali
ke warna awal sebanyak 3 kali pengulangan, sehingga didapatkan fraksi air.
Semua fraksi diuapkan dan dihitung rendemen ekstraknya (Perawati et al.,
2019).
Aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat isolat jamur endofit Cleome gynandra
L. (CGA-1, CGB-1, CGC-1 dan CGD-1) ditentukan dengan metode Hydroxyl
Radical Scavenging Assay menggunakan microplate reader pada panjang
gelombang 630 nm. Isolat jamur endofil dibuat dalam setiap konsentrasi (50,
100, 150, 200 dan 250 ppm), kontrol positif digunakan vitamin C (1, 3, 5, 7
dan 9 ppm). Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif dikarenakan
senyawa antioksidan alami yang sering digunakan sebagai senyawa
pembanding dalam pengujian aktivitas antioksidan, hal ini dikarenakan
vitamin C realtif aman dan tidak menimbulkan toksisitas (Lung, 2017).
24
sebesar 50% (Yasni, 2013). Nilai IC50 dapat dihitung dengan cara menghitung
nilai konsentrasi terlebih dahulu, baik konsentrasi ekstrak etil asetat jamur
endofit maman, maupun vitamin C. Setelah itu menghitung nilai inhibisi
dengan rumus yang ada berdasarkan persen penghambatan radikal dari
masing-masing sampel yaitu ekstrak jamur endofit maman dengan vitamin C
(Karim et al., 2015). Nilai IC50 yang di dapatkan jika semakin kecil nilainya
maka senyawa uji tersebut mempunyai keefektifan sebagai penangkap radikal
lebih baik (Bahriul et al., 2014). Sampel dinyatakan sebagai antioksidan
sangat kuat jika nilai IC50 50-100 ppm dinyatakan kuat, jika nilai IC 50 100-150
ppm dinyatakaan sedang, dan nilai IC50 150-200 ppm dinyatakan lemah
(Manurung, 2021).
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat jamur endofit Cleome
gynandra L menunjukan bahwa isolat jamur endofit CGD-1 memiliki aktivitas
antioksidan tertinggi (69,91 ppm) dibandingkan isolat lainnya, namun
aktivitasnya masih lebih lemah dari vitamin C (2,98 ppm) dapat dilihat pada
(tabel 4). Aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat jamur endofit Cleome
gynandra L. berkaitan dengan kandungan metabolit sekundernya yaitu
flavonoid (Safitri, 2020). Mekanisme kerja flavonoid sebagai antioksidan
dapat berlangsung melalui dua mekanisme yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung yaitu dengan mendonorkan ion hidrogen sehingga
dapat menetralisir efek toksik dari radikal. Sedangkan secara tidak langsung
yaitu dengan meningkatkan sensitifitas antioksidan endogen (Maulida et al.,
2016).
25