Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Luka Neng Intan
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Luka Neng Intan
Kesehatan FKUB
Pengaruh Perawatan Luka Bakar Derajat II Menggunakan Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle
ABSTRAK
Luka bakar sering terjadi di rumah dan paling banyak ditemukan adalah luka bakar derajat Il. Daun sirih
(Piper betle Linn.)adalah bahan alam yang memiliki kandungan aktif seperti saponin, tannin,flavonoid,minyak
atsiri dan diduga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka, khususnya pembentukan jaringan
granulasi. Jaringan granulasi merupakan pertumbuhan jaringan baru yang terjadi ketika luka mengalami proses
penyembuhan dan pembentukannya merupakan salah satu komponen penting dalam penyembuhan luka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perawatan luka bakar derajat || secara topikal menggunakan
ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.) terhadap peningkatan ketebalan jaringan granulasi pada tikus putih(Rattus
norvegicus) jantan galur Wistar. Desain penelitian menggunakan true experiment post test dilakukan terhadap
hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar. Sampel diambil dengan teknik rancangan acak
kelompok (RAK) dan dibagi dalam empat kelompok yaitu 3 perlakuan ekstrak daun sirih: konsentrasi 15 %, 30%,
45%,dan kelompok kontrol dengan normal saline 0,9 %. Data yang diukur adalah ketebalan jaringan granulasi
pasca perawatan luka bakar selama 14 hari. Analisis data menggunakan uji one way ANOVA dengan p=0,04(p
<0,05). Melalui uji post hoc test didapatkan bahwa perlakuan yang paling signifikan ditunjukkan oleh konsentrasi
daun sirih 45 % dengan p = 0,03 (p < 0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perawatan luka bakar
derajat Il menggunakan ekstrak etanol daun sirih (Piper betle Linn.) mempengaruhi peningkatan ketebalan
jaringan granulasi.
Kata kunci:Ekstrak daun sirih (Piper betle Linn),Ketebalan jaringan granulasi, Luka bakar derajat II.
Effect of Betel Leaves (Piper Betle Linn.) Extract Topical Treatment to the Thickness of
ABSTRACT
Burn most often occurs at home and it was known that second degree burn is the highest case prevalence.
Sirih leaf(Piper betle Linn.) is a natural material which has active compounds such as saponin, tannin,flavonoid,
and essential oil. Those compounds are suspected to accelerate wound healing process, especially in
granulation tissue formation. Granulation tissue is a new growing tissue that occurs when the process of wound
healing is in progress, and its formation is one of the most important components in wound healing. The aim of
this study is o investigate the effect of sirih leaves (Piper betle Linn.) extract topical treatment to the thickness of
granulation tissue in male white rats (Rattus norvegicus) strain WNistar with second degree burn. This study used
true experimental post test design. Samples were selected by randomized block design and divided into four
groups,3 groups were treated by using Piper betle Linn.extract with different concentration:15%,30%,45%,and
normal saline 0.9 % was used as control. The thickness of granulation tissues were measured after 14 days
treatment. One way ANOVA test showed there were significant differences of granulation tissue thickness among
the groups with p=0.04 (p<0.05). Post hoc test showed that 45%was the best concentration to optimize
granulation tissue formation with p=0.03 (p <0.05).From this study it can be concluded that the second degree
burn treatment by using ethanol extract of sirih leaves (Piper betle Linn.) was able to increase the thickness of
granulation tissue.
86
Salah satu bahan herbal yang digunakan untuk Tujuan dari penelitian ini adalah
mengobati luka adalah Piper betle Linn. atau sirih. Sirih mengidentifikasi ketebalan jaringan granulasi
merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di pada perawatan luka bakar derajat II pada tikus
Indonesia. Secara tradisional sirih dipakai sebagai obat putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar
sariawan, sakit tenggorokan, obat batuk, obat cuci dengan pemberian ekstrak etanol daun sirih.
mata, dan perdarahan pada hidung atau mimisan.9 Manfaat penelitian ini bagi akademisi adalah
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi,
Daun sirih mengandung molekul-molekul bioaktif
referensi, dan kajian bagi para akademisi
seperti saponin, tannin, minyak atsiri, flavonoid, dan
keperawatan
fenol yang mempunyai kemampuan untuk membantu
dalam mengembangkan penelitian
proses penyembuhan luka serta nutrisi yang
selanjutnya, terutama tentang perawatan luka
dibutuhkan untuk penyembuhan luka seperti vitamin A
bakar dengan daun sirih. Manfaat bagi praktisi
dan vitamin C 10,11 Tannin membantu proses
adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
penyembuhan luka
dasar teori dan bahan kajian yang berkaitan
melalui peningkatan jumlah pembentukan
dengan perawatan luka bakar derajat ll dan jika
pembuluh darah kapiler dan sel-sel fibroblas 12 Molekul
penelitian terbukti memberikan efek terhadap
bioaktif lain yang mempunyai peran sebagai
ketebalan granulasi, maka dapat menjadi inovasi
antimikrobaadalah minyak atsiri 13.14 Flavonoid dan
baru pemanfaatan daun sirih sebagai penyembuh
fenol berperan sebagai antioksidan yang berfungsi
luka dan dapat dikembangkan sebagai terapi
untuk menunda atau menghambat reaksi oksidasi oleh
komplementer yang efektif dan efisien.
radikal bebas.15 Berdasarkan fenomena yang telah
Saat ini, penelitian untuk pengobatan luka bakar menggunakan bahan-bahan herbal mulai banyak dilakukan
oleh para peneliti.
87
80°C), disambungkan dengan aliran listrik. Kemudian mg karena jumlah tersebut dapat menutupi
ditunggu sampai larutan etanol berhenti menetes pada luas luka sebesar 2 x2 cm sesuai studi
labu penampung(±1,5 sampai 2 jam untuk satu labu). pendahuluan yang telah dilakukan peneliti.
menggunakan rumus:
7,5 mg ekstrak daun sirih dicampurkan
88
Identifikasi Granulasi
Hasil penelitian dianalisis dengan program
Proses identifikasi jaringan granulasi dengan IBM® SPSS® Statistics 20 dengan uji normalitas
dilakukan pada tiga area yang berbeda, yakni di sisi kiri menggunakan test of homogenity of variance,
dasar luka, pertengahan dari dasar luka, sisi kanan dari one-way ANOVA, dan uji post hoc Tukey HSD.
89
Berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan Selanjutnya yaitu pengujian one-way ANOVA
bahwa perawatan luka bakar dera-jat II dengan ekstrak dengan selang kepercayaan 95% atau taraf
daun sirih dapat mening-katkan ketebalan granulasi kesalahan 5% Hasil uji one-way ANOVA dari
sebesar 2,41 um pada konsentrasi 15%, 2,47 μm pada ketebalan granulasi pada semua kelompok
konsen-trasi 30 %, dan 2,84 μm pada konsentrasi 45 perlakuan didapatkan nilai signifikasi sebesar
%. 0,04(p<0,05).Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan ekstrak daun sirih (Piper betle
Analisis Data
L) pada perawatan luka bakar derajat || mampu
Hasil uji normalitas data setelah dilakukan tes meningkatkan ketebalan jaringan granulasi. Hasil
Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai sig-nifikansi uji post hoc test menggunakan uji Tukey HSD
sebesar 0,2(p>0,05) sehingga H1 diterima dan berarti didapatkan hasil perbedaan yang signifikan antara
ke-lompok perlakuan ekstrak daun sirih konsen-trasi 45
% dengan kelompok kontrol yaitu nor-mal salin 0,9%
Volume 1,Nomer 2,Juni 2014
Sementara untuk ekstrak daun sirih konsentrasi
15%,30%,dan 45% tidak terdapat perbedaan yang
signfikan.
Pada penelitian ini digunakan empat ke-
90
Majalah Kesehatan FKUB dari penurunan luas edema pada tikus putih pada
1,2, dan 3 jam pertama.
flavonoid yang terdapat dalam ekstrak daun sirih merah terdapat peningkatan presentase
mempunyai aktivitas antibakteri yang baik. Hasil uji
penyembuhan luka yang dilihat dari
antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak etanol 80%,
fraksi n-heksan dan fraksi etilasetat dapat menghambat penyempitan luas area luka pada konsentrasi
pertumbuhan bakteri Escherichia coli,
20% dan 40% jika dibandingkan dengan
Staphylococcus aureus, dan jamur Candida albicans.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin kelompok kontrol yang menggunakan normal
besar konsentrasi ekstrak yang diberikan maka akan
saline. Hal tersebut diduga karena infusa daun
menghasilkan daerah hambat yang semakin besar. Hal
ini disebabkan semakin banyak zat aktif yang sirih merah dapat menghambat proses
terkandung dalam ekstrak maupun fraksi tersebut.14
inflamasi melalui penangkapan radikal bebas
Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) sebagai
oleh antioksidan. Manigahua et al. (2009)
Antioksidan
dalam penelitiannya menyimpulkan baha
Antioksidan mampu menetralisir radikal
ekstrak etanol daun sirih mempunyai aktivitas
bebas yang dapat menyerang dan
antioksidan yang lebih kuat daripada asam
menyebabkan kerusakan pada sel-sel protein,
askorbat, DMSO (dimethyl sulphoxide), dan
lipid, dan karbohidrat Radikal bebas mampu
BHT (butylated hydroxytoluene). Metode yang
mengganggu integritas, struktur, dan fungsi sel
digunakan dalam penelitian tersebut adalah
sehingga dibutuhkan antioksidan untuk
DPPH
menetralisir dampak negatif radikal bebas
(2,2difenil-1-pikrilhidrazil) sebagai
tersebut. Daun sirih mempunyai zat yang
sumber radikal bebas.23,10
bersifat sebagai antioksidan, seperti fenol dan
Ekstrak etanol daun sirih tidak hanya memiliki
flavonoid. Cara kerja antioksidan adalah
efek sebagai antiinflamasi, antibakteri, dan
dengan memutus reaksi berantai dari radikal antioksidan, tetapi juga mengandung nutrisi yang
dibutuhkan untuk penyembuhan
91
luka misalnya vitamin A dan vitamin C. Kandungan untuk proliferasi sel-sel fibroblas dan
tersebut diduga bekerja secara sinergis sehingga dapat angiogenesis. Selain itu, makrofag berperan
menghasilkan penyembuhan lukasecara optimal pada dalam regenerasi dermis dan proliferasi
luka bakar.10 epidermis. Vitamin C merupakan komponen
penting yang diperlukan untuk proses hidroksilasi
Pada proses penyembuhan luka, vitamin A
prolin dan lisin menjadi prokolagen yang penting
berperan meningkatkan pembentukan kolagen,
untuk sintesis kolagen. Selain berperan dalam
diferensiasi sel epitel, dan meningkatkan imunitas.
sintesis kolagen, vitamin C juga berperan
Selain itu, vitamin A berperan mempercepat fase
meningkatkan fungsi neutrofil dan
inflamasi ke fase proliferasi dengan meningkatkan
angiogenesis. Karbohidrat dan protein
monosit dan makrofag ke daerah luka. Makrofag berasal
merupakan sumber energi terpenting yang
dari monosit yang berfungsi untuk membersihkan
diperlukan dalam sintesis kolagen. Bahan
bakteria dan debris dari daerah luka Makrofag
menghasilkan faktor pertumbuhan yang diperlukan
mineral,yaitu seng berperan dalam sintesis kolagen dan
proses epitelisasi.10
sirihyang optimal dalam hal penyembuhan luka
Pada hari ke-4,jaringan nekrotik pada tiap sampel bakar, khususnya dalam meningkatkan
mulai terbentuk. Jaringan nekrotik dapat menghalangi ketebalan jaringan granulasi.
pemberian ekstrak daun sirih yang diberikan secara
Pengeringan daun sirih dengan proses
topikal sehingga proses penyembuhan luka yang
menggunakan sinar
berlangsung menjadi kurang optimal. Pada hari ke-12
matahari juga berpengaruh terhadap
luas area luka pada tiap sampel mulai mengecil. Luas
kandungan daun sirih. Penelitian yang dilakukan
area luka pada kelompok perlakuan rata-rata sama
oleh Sutjipto et al. (2009) tentang pengaruh cara
besarnya dan tidak menunjukkan adanya perbedaan
pengeringan terhadap perubahan fisiokimia daun
bermakna. Luas area luka paling kecil ditunjukkan oleh
kumis kucing(Orthosipon stamineus Benth)
kelompok kontrol (normal saline). Hal ini karena normal
dengan menggunakan metode diangin-anginkan
saline merupakan larutan yang bersifat isotonik sehingga
pada suhu kamar,sinar matahari, oven listrik
hanya mempengaruhi penyembuhan luka bakar secara
50°C, udara sisa pembakaran bersuhu 60°C,dan
superficial.16 Hasil penelitian yang menunjukkan tidak
aliran udara panas bersuhu 60°C memberikan
terdapat perbedaan signifikan antar kelompok daun sirih
hasil metode pengeringan dengan diangin-
disebabkan peneliti kurang dalam hal eksplorasi
anginkan pada suhu kamar merupakan metode
konsentrasi optimal ekstrak daun sirih. Konsentrasi yang
terbaik bagi kandungan flavonoid dalam daun
digunakan hanya tiga, yaitu 15%,30%, dan 45%
kumis kucing.24
sehingga belum diketahui potensi konsentrasi ekstrak
daun Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh perawatan luka bakar dera-jat
II menggunakan ekstrak etanol daun sirih dalam
meningkatkan ketebalan jaringan granu-lasi pada
luka bakar derajat II sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis yang diajukan adalah benar.
Selain itu, didapatkan kes-impulan bahwa
penelitian ini memiliki validitas internal yang
tinggi ditandai dengan perbedaan signifikan
antara kelompok perlakuan dan kontrol
berdasarkan analisis uji one way ANO-
VA,namun masih diperlukan uji lebih lanjut
tentang farmakokinetik, farmakodinamik,tok-
sisitas, dan efek ekstrak daun sirih ini pada
hewan coba dan clinical trial pada manusia
Keterbatasan Penelitian
Implikasi Keperawatan
92
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
93
16.Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi ke-2.Jakar-ta:Salemba Medika 2011.
17. Moenadjat Y. Luka Bakar: Masalah dan Tatalaksana. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2009.
18.Paglinawan R,Colic M,Simon M. A Comparative Study of the Influence of Dif-ferent Pressure Levels
Combined with Various Wound Dressings on Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) Driven Wound
Healing.Presented at the Europe-an Tissue Repair Society. 200 Septem ber 10-12 Republic of Malta.
94
ABSTRAK
Tanaman pepaya (Carica papaya L.) memiliki potensi terhadap proses penyembuhan luka meliputi luka lecet,
luka sayat, luka bakar, luka tusuk. Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase proses yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi, dan fase maturasi. Studi ini bertujuan untuk memberikan differensiasi bentuk literature farmasi
khususnya pada pengobatan luka serta meningkatkan pemanfaaatan tanaman papaya (Carica papaya L.)
menjadi sediaan obat herbal terstandar atau bahkan fitofarmaka dimasa yang akan datang. Artikel ini membahas
tentang efektivitas tanaman pepaya (Carica papaya L.) terhadap penyembuhan luka melalui sebuah narrative
review, dari database Google Scholar yang terbit 5 tahun terakhir (2016-2020). Hasil review 10 paper
dinyatakan bahwa tanaman pepaya (Carica papaya L.) mengandung berbagai macam senyawa antara lain
enzim papain, saponin, flavonoid yang berperan terhadap proses penyembuhan luka. Data dalam review
menunjukkan bahwa pemberian tanaman pepaya (Carica papaya L.) yang meliputi bagian getah, batang, biji,
dan daun mempunyai efektivitas yang baik terhadap proses penyembuhan luka dan memiliki aktivitas
antibakteri penyebab infeksi luka.
Kata Kunci: Tanaman pepaya, Jenis luka, Fase penyembuhan luka
ABSTRACT
Papaya plant (Carica papaya L.) has the potential to heal wounds including blisters, cuts, burns, stab
wounds. The wound healing process has 3 phases, namely the inflammatory phase, the proliferation
phase, and the maturation phase. This study aims to provide differentiation of pharmaceutical
literature, especially in wound treatment, and improve the use of papaya plants (Carica papaya L.)
into standardized herbal medicine preparations or even phytopharmaka in the future. This article
discusses the effectiveness of papaya plants (Carica papaya L.) on wound healing through a
narrative review, from the Google Scholar database published in the last 5 years (2016-2020). The
results of the review of 10 papers stated that papaya plants (Carica papaya L.) contain a variety of
compounds including enzymes papain, saponins, flavonoids that play a role in the wound healing
process. The data in the review showed that the administration of papaya plants (Carica papaya L.)
which includes the sap, stems, seeds, and leaves has a good effect on the wound healing process
and has antibacterial activity that causes wound infections.
Keywords: Papaya plants, Types of wounds, Wound healing phases
Excoriasi), luka sayat (Vulnus scissum), luka ini, dapat memberikan differensiasi dalam bentuk
bakar (Vulnus combustion), luka tusuk (Vulnus literature farmasi khususnya pada bidang
punctum). Proses pada penyembuhan luka terdiri pengobatan luka serta meningkatkan pemanfaaatan
dari 3 fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan tanaman papaya (Carica papaya L.) menjadi
fase maturasi (Ramadhian & Widiastini, S 2018). sediaan obat herbal terstandar atau bahkan
Ketiga fase tersebut memiliki rentang waktu fitofarmaka dimasa yang akan datang.
penyembuhan luka yang berbeda. Fase inflamasi
hari ke-0 sampai 5 fase terjadinya respon seluler METODE PENELITIAN
dan vaskular yang terjadi akibat kerusakan suatu Review ini menggunakan teknik studi pustaka
jaringan. Fase proliferasi hari ke-3 sampai 14 proses
dengan mencari literatur, menggabungkan intisari
seluler yang ditandai dengan adanya suatu
proliferasi sel. Fase Maturasi sejak minggu ke- serta menganalisis fakta dari beberapa sumber
3 sampai 2 tahun penyempurnaan pada jaringan ilmiah yang akurat dalam bentuk data primer
yang baru terbentuk agar menjadi jaringan yang berupa jurnal nasional maupun jurnal internasional
kuat. (Kartika, 2015). melalui sebuah narrative review. Database yang
Angka prevalensi cedera atau luka di Indonesia digunakan adalah Google Scholar. Kata kunci dan
meningkat dari total (7,5%) tahun 2012 naik filter yang digunakan “Google Scholar (tanaman
menjadi (8,2%) tahun 2013, umumnya terjadi
pepaya AND luka 2016-2020)” hasil pencarian
karena terjatuh (40,9%) dan kecelakaan bermotor
sebesar (40,6%). Tempat kejadian luka yaitu berada sejumlah 1280 artikel dengan rincian 1261 artikel
dijalan raya, rumah, area pertanian, serta sekolah dieksklusi dikarenakan tidak sesuai dengan topik
dengan prosentase berturut-turut sebesar (42,8%), penelitian, 9 artikel dieksklusi terdiri dari abstrak
(36,5%), (6,9%), dan (5,4%). Luka terjatuh yang saja, serta jumlah total N=10 dengan keterangan
sering dialami antara lain oleh usia bawah 1 tahun Artikel full text (kriteria inklusi) langkah berikutnya
(bayi), perempuan, usia tidak sekolah, tidak bekerja dilakukan review. Ada 2 kriteria dalam review ini
dan penduduk yang berada dipedesaan. Sedangkan
yaitu:
untuk luka akibat kendaraan bermotor yang sering
terjadi antara lain pada laki-laki dengan rentang usia 1. Kriteria Inklusi
15-24 tahun, telah lulus SMA/Sederajat, dan a. Jurnal Nasional ber-ISSN
bekerja. Berdasarkan data prevalensi untuk jenis b. Artikel yang berhubungan dengan efektivitas
luka yang diderita meliputi luka lecet (70,9%), tanaman pepaya terhadap penyembuhan luka.
terkilir (27,5%) dan luka robek c. Artikel yang terbit 5 tahun terakhir (2016-
(23,2%) (Kemenkes RI, 2013). 2020).
Studi eksperimental oleh (Tuntun, 2011)
2. Kriteria Eksklusi
menemukan bahwa tanaman pepaya (Carica
papaya L.) mengandung senyawa aktif seperti a. Artikel diluar topik review serta tanaman
alkaloid, papain, antraquinon, saponin, steroid, pepaya terhadap penyembuhan luka yang
tannin, dan triterpenoid. Kandungan tanaman terbit sebelum tahun 2016.
pepaya (Carica papaya L.) seperti flavonoid b. Artikel tentang tanaman pepaya yang terbit
berperan untuk penyembuhan luka. Flavonoid tahun 2016-2020 namun bukan sebagai
mampu mengobati luka serta bertindak sebagai penyembuh luka.
astringensi dan antimikroba yang dapat
c. Artikel yang hanya berisi abstrak bukan
bertanggung jawab terhadap kontradiksi luka dan
meningkatkan epitelisasi. Kandungan flavonoid full text.
dapat membantu mempercepat pertumbuhan
kolagen (mensintesis kolagen) melalui peningkatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
fibroblast dan pembentukan jaringan (Kastika &
Rahayu, 2018). Dalam studi pustaka ini telah diperoleh hasil
Berdasarkan literatur terdahulu dalam review berupa tabel sintesis yang berjumlah 10 jurnal
ini akan dibahas efektivitas tanaman pepaya terkait dengan objek review artikel meliputi penulis,
(Carica papaya L.) pada penyembuhan luka. kandungan kimia, efektivitas terhadap luka,
Diharapkan dari penjelasan dalam review aktivitas antibakteri dari jurnal- jurnal yang masuk
dalam kriteria
Jurnal Farmagazine Vol. inklusi.
IX No.1 Februari 2022 2
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022
Tabel 1. Sintesis Jurnal Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) Pada Penyembuhan Luka
(Nasution et Daun Flavonoid, Luka sayat Fase sayat yang terbentuk dalam dosis
al., 2017) saponin, enzim proliferasi pemberian ekstrak daun pepaya
sebesar 100% adalah 355,18 µm,
papain
sedangkan pemberian gentamisin 0,1%
adalah 265,12 µm. Hal tersebut
menunjukkan pemberian ekstrak daun
pepaya 200% lebih efektif pada
penyembuhan luka dibanding dengan
pemberian gentamisin 0,1%.
(Revilla, 2019) Getah Enzim papain Luka bakar Fase inflamasi 186.24 pg/ml) dan (K. Pembanding
(Setyani & K, Daun Flavonoid, Luka bakar Fase (rata-rata prosentasi kontraksi luka
2016) saponin, enzim proliferasi pada K.2 sebesar 89,7%). Uji statistik T-
Test 2 Sampel menunjukan bahwa
papain kedua kelompok mempunyai nilai sig.
sebesar 0,002 < α (0,05). Hasil tersebut
lumatan daun pepaya (Carica papaya
L.) memiliki efek dalam mempercepat
penyembuhan luka bakar derajat II.
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022
(Sintowati & Biji Flavonoid, saponin Luka tusuk Fase hilangnya pus dan edema pada
Nugraha, 2019) kelompok ekstrak biji papaya
proliferasi
konsentrasi 75% dan 50% dibanding
kontrol negatif.
Penyembuhan luka ditunjukkan pada
jumlah sel fibroblast pada ekstrak 75%,
50%, 25% secara signifikan lebih
banyak dibanding kontrol negatif.
daun pepaya (Carica papaya L.) dengan hasil tersebut merupakan zat yang berperan terhadap
yang menunjukkan bahwa daun pepaya mampu penyembuhan luka (Darin & Ajisman, 2019).
mempercepat penyembuhan luka untuk pengobatan Pengujian yang dilakukan Revilla dinyatakan
terhadap tubuh ikan lele masamo (Clarias Sp) pada bahwa enzim papain dalam getah pepaya juga
konsentrasi sebesar dosis 30 ml dengan waktu mampu menurunkan kadar TGF-β yang bersifat
perendaman selama 48 jam (Adli & Saputra, 2020). proinflamasi. Hal tersebut ditunjukan hasil kadar
Fase penyembuhan luka penelitian tersebut sampai rata-rata TGF-β pada (K. Kontrol 317.72 pg/ml),
pada fase inflamasi yaitu berkisar 0-5 hari (Kartika, (K. Papain 186.24 pg/ml) dan (K. Pembanding
2015). 192.11 pg/ml) (Revilla, 2019), dalam penelitiannya
Selain bagian daun yang efektif terhadap penyembuhan luka hewan uji hingga fase inflamasi
penyembuhan luka, getah tanaman pepaya (Carica yaitu hari-0 sampai hari-5 (Kartika, 2015).
papaya L.) juga memiliki potensi sebagai Penurunan kadar TGF-β 1 menunjukkan bahwa
penyembuh luka. Pernyataan tersebut didukung enzim papain mampu mempercepat fase inflamasi,
Ramadani dan Anjisman dalam penelitiannya mengurangi infiltrasi dari monosit sehingga
dinyatakan getah pada pepaya mempunyai efek mempercepat fase-fase lain dari penyembuhan luka.
dalam mempercepat waktu penyembuhan terhadap Kelompok yang diberi enzim papain pada luka
luka sayat kulit. Rata- rata lama waktu bakar derajat partial terlihat bahwa papain dapat
penyembuhan luka pada kelompok I, II, III, dan IV bekerja mengangkat bekas luka ataupun keropeng
berurutan dengan kurun waktu ± 14 hari (Kontrol pada hewan uji tersebut. Hal ini menunjukkan
Negative), ± 12 hari (konsentrasi 50%), ± 10 hari bahwa papain mampu lebih cepat memperbaiki
(konsetrasi 75%), dan ± 8 hari (konsentrasi 100%) luka atau jaringan kulit yang rusak akibat
dengan fase penyembuhan luka sampai difase perlakuan. Sehingga enzim papain yang terdapat
proliferasi (Darin & Ajisman, 2019). Menurut pada getah tanaman pepaya efektif dalam
(Permata et al., 2016) dalam getah pada pepaya mempercepat fase inflamasi (Revilla, 2019).
(Carica papaya L.) mengandung senyawa enzim Kondisi tersebut juga didukung penelitian oleh
papain yang mempunyai potensi terhadap proses Shuid et al (2005) menemukan bahwa getah dalam
penyembuhan luka sayat kulit. Penelitian oleh tanaman pepaya (Carica papaya L.) mampu
Nasution pada pemberian ekstrak daun pepaya mengurangi jaringan bekas luka, dapat
(Carica papaya L.) dengan konsentrasi 100% membersihkan luka, serta dapat mengurangi rasa
memiliki prosentase 200% lebih efektif pada nyeri akibat luka bakar pada hewan uji (Shuid et al.,
penyembuhan luka dibandingkan dengan 2005). Berdasarkan penelitian sebelumnya bagian
penggunaan gentamisin 0,1%. Hal ini dilihat dari daun tanaman pepaya (Carica papaya L.)
fase penyembuhan atau pembentukan ketebalan mempunyai potensi sebagai penyembuh luka, hal
pada epitel luka sayat yang telah terbentuk sebesar tersebut didukung oleh penelitian Setyani yang
355,18 µm. Sedangkan pada pemberian gentamisin menyatakan bahwa daun tanaman pepaya (Carica
0,1% sebesar 265,12 µm (Nasution & Batubara, papaya L.) mampu mempercepat waktu dan
2017). Maka dari data tersebut daun pepaya proses penyembuhan luka bakar derajat II dangkal.
(Carica papaya L.) efektivitas terhadap Data tersebut menunjukkan bahwa dalam rata-rata
penyembuhan luka sayat dengan fase penyembuhan presentasi kontraksi luka pada (K.1 sebesar 92,7%)
sampai difase proliferasi yaitu dengan waktu dan rata-rata presentasi kontraksi luka pada (K.2
penyembuhan 3-14 hari (Kartika, 2015). sebesar 89,7%). Sedangkan pada uji statistik T-Test
Fitokimia yang ada pada getah tanaman pepaya menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki
(Carica papaya L.) mempunyai kandungan enzim nilai sig. sebesar 0,002 < α (0,05) (Setyani &
papain dimana senyawa
menjelaskan bahwa ekstrak batang pepaya (Carica (Prihandiwati & Sari, 2019). Maka, dengan
papaya L.) terdapat senyawa yang efektif sebagai demikian dinyatakan bahwa bagian daun tanaman
penyembuh luka pada hewan percobaan. Hal pepaya (Carica papaya L.) mempunyai aktivitas
tersebut ditunjukkan pada luka berdiameter akhir antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
sebesar 0 mm dengan kurun waktu hari ke-7 Staphylococcus aureus karena memiliki
(Primadiamanti et al., 2018). Menurut penelitian kandungan senyawa metabolit sekunder. Sesuai
(Kartikawati & Ariqsyah, 2020) dalam skrinning dengan penelitian sebelumnya senyawa dalam daun
fitokimia yang dilakukannya batang pepaya positif pepaya berperan sebagai antibakteri yaitu saponin
mengandung flavonoid dan saponin, sehingga yang bekerja mengganggu stabilitas membran sel
ekstrak batang pepaya (Carica papaya L.) efektif bakteri. Sehingga menyebabkan sel bakteri lisis dan
dalam proses penyembuhan luka dan dapat mengganggu permeabilitas membran sel bakteri
digunakan sebagai pengobatan alternatif sebagai yang berakibat rusaknya membran sel serta
penyembuhan luka. Flavonoid dapat mengobati menyebabkan keluarnya berbagai komponen
luka serta bertindak sebagai astringensi, penting dari sel bakteri yaitu protein, asam nukleat,
antimikroba dan mampu membantu mempercepat dan nukleotida (Larissa et al., 2017). Maka dengan
pertumbuhan kolagen melalui pembentukan hal tersebut tanaman pepaya pada bagian daun
jaringan dan peningkatan fibroblast (Kastika & (Carica papaya L.) dinyatakan memiliki aktivitas
Rahayu, 2018). Sedangkan saponin merupakan antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
senyawa yang memacu pembentukan kolagen serta Staphylococcus aureus penyebab infeksi luka.
berfungsi sebagai pembersih, sehingga efektif pada Data dalam review menunjukkan bahwa
luka terbuka dan bekerja sebagai antibakteri dengan pemberian tanaman pepaya (Carica papaya L.)
mengganggu stabilitas membran sel bakteri (Larissa yang meliputi bagian getah, batang, biji, dan daun
et al., 2017; Septiningsih, 2008). Tanaman pepaya mempunyai efektivitas yang baik terhadap proses
juga mempunyai aktivitas antibakteri penyebab penyembuhan luka serta memiliki aktivitas
infeksi luka yaitu pada bagian daun. Studi antibakteri penyebab infeksi luka. Dari berbagai
bagian tanaman yang menunjukkan tingkat
eksperimental oleh Khilyasari menyatakan bahwa
keefektivan paling baik dalam penyembuhan luka
perasan daun tanaman pepaya (Carica papaya L.) yaitu bagian daun. Dimana bagian ini memiliki
memiliki Kadar Hambat Minimum (KHM) efektif kandungan senyawa yang lebih banyak dibanding
menghambat pertumbuhan pada bakteri bagian lainnya yaitu flavonoid, saponin, dan enzim
Staphylococcus aureus sebesar 90%. Sedangkan papain yang berpotensi dalam penyembuhan luka
pada uji secara in vivo pada mencit sebesar 100% lecet, luka sayat, dan luka bakar. Maka, dengan
merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam demikian tanaman pepaya (Carica papaya L.)
dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif
mempercepat kesembuhan infeksi luka (Khilyasari
dalam penyembuhan luka. Namun, diperlukan
& Suliati, 2018). Hal tersebut didukung oleh penelitian lebih lanjut untuk dapat memastikan
Prihandiwati dan Sari dalam penelitiannya efikasi dan keamanan tanaman pepaya agar dapat
menyatakan bahwa salah satu bakteri penghasil dijadikan obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
nanah pada luka kulit yaitu Staphylococcus
aureus. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan KESIMPULAN
Berdasarkan pada studi pustaka yang telah
bahwa diameter zona hambat tertinggi diperoleh
dilakukan dapat disimpulkan bahwa tanaman
pada salep ekstrak daun pepaya (Carica papaya pepaya (Carica papaya L.) mengandung senyawa
L.) dengan konsentrasi 40% yaitu sebesar enzim papain, flavonoid, dan saponin yang
11,63±0,671441 mm dan terkecil pada konsentrasi berperan dalam proses penyembuhkan luka dan
5% yaitu sebesar 5,63±0,550757 kontrol positif mempunyai aktivitas antibakteri penyebab infeksi
(klindamisin) 24,43±0,2021 luka.
Aktivitas Proteolitik Papain Kasar Getah Buah Pepaya Dengan Berbagai Metode Pengeringan. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas, 20(2), 59–64.
Prihandiwati, E., & Sari, A. K. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Formulasi Salep Hidrokarbon
Daun Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Salah Satu Alternatif Obat Penyembuh Luka.
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(2), 380–390.
Primadiamanti, A., Winahyu, D. A., & Jaulin, A. 2018. Uji Efektivitas Sediaan Salep Batang
Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Penyembuh Luka. Jurnal Farmasi Malahayati, 1(2),
69–79.
Rahayu, S., & Tjitraresmi, A. 2016. REVIEW ARTIKEL : Tanaman Pepaya ( Carica papaya L .)
dan Manfaatnya dalam Pengobatan. Jurnal Farmaka, 14(1), 1–
17.
Ramadhian, M. R., & Widiastini, A. A. 2018. Kegunaan Ekstrak Daun Pepaya ( Carica papaya )
Pada Luka The Use of Papaya Leaf Extract ( Carica papaya ) On Wounds. J Agromedicine,
5(1), 513–517.
Revilla, G. 2019. Efektivitas Pemberian Papain Getah Pepaya Terhadap Kadar Faktor
Pertumbuhan Transforming Growth Factor -B (Tgf-B) pada Proses Penyembuhan Luka
Bakar Tikus Percobaan. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 285.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i2.1003 Septiningsih, E. 2008. Efek Penyembuhan
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022
Luka Bakar Ekstrak Etanol 70% Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Dalam
Sediaan Gel Pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Universitas
Muhammadiya Surakarta.
Setyani, P., & K, Y. 2016. Efek Lumatan Daun Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Proses
Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Dangkal Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus)
Galur Wistar. Jurnal of Clinical Medicine. 2016, 4(1), 51–56.
Shuid, A. N., Anwar, M. S., & Yusof, A. A. 2005. The Effects of Carica papaya Linn.
Latex on the Healing of Burn Wounds in Rats. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia,
3(2), 39–47.
Sintowati, R., & Nugraha, E. A. 2019. Efek ekstrak biji pepaya (Carica papaya l.) terhadap
penyembuhan luka terkontaminasi pada tikus putih
wistar. The 9th University Research Colloqium (URECOL) 2019, 9(1), 424–431.
Tuntun, M. 2011. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya ( Carica Papaya L .) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus. 497–502.
Zeleke, G., Kebebe, D., Mulisa, E., & Gashe,
F. 2017. In Vivo Antimalarial Activity of the Solvent Fractions of Fruit Rind and
Root of Carica papaya Linn (Caricaceae) against Plasmodium berghei in Mice.
Journal of Parasitology Researc. https://doi.org/10.1155/2017/3121050