Anda di halaman 1dari 44

Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Kesehatan FKUB

Pengaruh Perawatan Luka Bakar Derajat II Menggunakan Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle

Linn.)Terhadap Peningkatan Ketebalan Jaringan Granulasi pada Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar

Reza Fitra Kusuma Negara,Retty Ratnawati**,Dina Dewi SLI*

ABSTRAK

Luka bakar sering terjadi di rumah dan paling banyak ditemukan adalah luka bakar derajat Il. Daun sirih
(Piper betle Linn.)adalah bahan alam yang memiliki kandungan aktif seperti saponin, tannin,flavonoid,minyak
atsiri dan diduga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka, khususnya pembentukan jaringan
granulasi. Jaringan granulasi merupakan pertumbuhan jaringan baru yang terjadi ketika luka mengalami proses
penyembuhan dan pembentukannya merupakan salah satu komponen penting dalam penyembuhan luka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perawatan luka bakar derajat || secara topikal menggunakan
ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.) terhadap peningkatan ketebalan jaringan granulasi pada tikus putih(Rattus
norvegicus) jantan galur Wistar. Desain penelitian menggunakan true experiment post test dilakukan terhadap
hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar. Sampel diambil dengan teknik rancangan acak
kelompok (RAK) dan dibagi dalam empat kelompok yaitu 3 perlakuan ekstrak daun sirih: konsentrasi 15 %, 30%,
45%,dan kelompok kontrol dengan normal saline 0,9 %. Data yang diukur adalah ketebalan jaringan granulasi
pasca perawatan luka bakar selama 14 hari. Analisis data menggunakan uji one way ANOVA dengan p=0,04(p
<0,05). Melalui uji post hoc test didapatkan bahwa perlakuan yang paling signifikan ditunjukkan oleh konsentrasi
daun sirih 45 % dengan p = 0,03 (p < 0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perawatan luka bakar
derajat Il menggunakan ekstrak etanol daun sirih (Piper betle Linn.) mempengaruhi peningkatan ketebalan
jaringan granulasi.

Kata kunci:Ekstrak daun sirih (Piper betle Linn),Ketebalan jaringan granulasi, Luka bakar derajat II.

Effect of Betel Leaves (Piper Betle Linn.) Extract Topical Treatment to the Thickness of

Granulation Tissue in Male White Rats (Rattus norvegicus)Strain Wistar

with Second Degree Burn

ABSTRACT

Burn most often occurs at home and it was known that second degree burn is the highest case prevalence.
Sirih leaf(Piper betle Linn.) is a natural material which has active compounds such as saponin, tannin,flavonoid,
and essential oil. Those compounds are suspected to accelerate wound healing process, especially in
granulation tissue formation. Granulation tissue is a new growing tissue that occurs when the process of wound
healing is in progress, and its formation is one of the most important components in wound healing. The aim of
this study is o investigate the effect of sirih leaves (Piper betle Linn.) extract topical treatment to the thickness of
granulation tissue in male white rats (Rattus norvegicus) strain WNistar with second degree burn. This study used
true experimental post test design. Samples were selected by randomized block design and divided into four
groups,3 groups were treated by using Piper betle Linn.extract with different concentration:15%,30%,45%,and
normal saline 0.9 % was used as control. The thickness of granulation tissues were measured after 14 days
treatment. One way ANOVA test showed there were significant differences of granulation tissue thickness among
the groups with p=0.04 (p<0.05). Post hoc test showed that 45%was the best concentration to optimize
granulation tissue formation with p=0.03 (p <0.05).From this study it can be concluded that the second degree
burn treatment by using ethanol extract of sirih leaves (Piper betle Linn.) was able to increase the thickness of
granulation tissue.

Keywords:Granulation tissue thickness,Sirih extract(Piper betle Linn.),Second degree burn.

Program Studi Ilmu Keperawatan,FKUB

** Lab llmu Faal,FKUB

86

Dipindai dengan CamScanner

Majalah Kesehatan FKUB terjadi ketika luka mengalami proses


penyembuhan, terdiri atas pembuluh-pembuluh
kapiler yang baru dan sel-sel fibroblas yang

PENDAHULUAN mengisi rongga tersebut.6 Pembentukan jaringan


granulasi adalah tahap yang penting dalam fase
Luka bakar merupakan luka yang unik karena luka proliferasi dan penyembuhan luka.7 Jadi,peran
tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) perawat dalam perawatan luka seperti pemilihan
yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu balutan hingga pemilihan larutan pembersih luka
yang lama.1 Luka bakar paling sering terjadi di rumah menjadi sangat penting untuk mempercepat
dan paling banyak ditemukan adalah luka bakar derajat proses penyembuhan luka.
I1.2 Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar
Larutan pembersih luka yang dianjurkan
adalah anak-anak kelompok usia di bawah 6
adalah cairan normal salin. Normal salin
tahun.Puncak insidenkedua adalah luka bakar akibat
merupakan cairan fisiologis dan tidak akan
kerja, yaitu pada usia 25-35 tahun. Kelompok ini sering
membahayakan jaringan luka. Perawat
kali memerlukan perawatan pada fasilitas khusus luka
menggunakan cairan
bakar.3 Oleh karena itu, perawatan luka bakar
salin untuk
memegang peranan penting dalam proses
mempertahankan permukaan luka agar tetap
penyembuhan luka.
lembab sehingga dapat meningkatkan
Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses perkembangan dan migrasi jaringan epitel, tetapi
usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa normal
kulit. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan salin sama sekali tidak mempengaruhi
melewati beberapa fase,yaitu fase haemostasis, fase pembentukan jaringan granulasi.8
inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi 4 Pada
fase proliferasi, terjadi proses kontraksi luka, epitelisasi,
dan pembentukan jaringan granulasi.5 Jaringan
granulasi adalah pertumbuhan jaringan baru yang
disebutkan di atas maka perlu diteliti potensi daun
sirih untuk terapi luka bakar, khususnya dalam
Volume 1,Nomer 2,Juni 2014
mempengaruhi peningkatan ketebalan jaringan
granulasi.

Salah satu bahan herbal yang digunakan untuk Tujuan dari penelitian ini adalah

mengobati luka adalah Piper betle Linn. atau sirih. Sirih mengidentifikasi ketebalan jaringan granulasi

merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di pada perawatan luka bakar derajat II pada tikus

Indonesia. Secara tradisional sirih dipakai sebagai obat putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar

sariawan, sakit tenggorokan, obat batuk, obat cuci dengan pemberian ekstrak etanol daun sirih.

mata, dan perdarahan pada hidung atau mimisan.9 Manfaat penelitian ini bagi akademisi adalah
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi,
Daun sirih mengandung molekul-molekul bioaktif
referensi, dan kajian bagi para akademisi
seperti saponin, tannin, minyak atsiri, flavonoid, dan
keperawatan
fenol yang mempunyai kemampuan untuk membantu
dalam mengembangkan penelitian
proses penyembuhan luka serta nutrisi yang
selanjutnya, terutama tentang perawatan luka
dibutuhkan untuk penyembuhan luka seperti vitamin A
bakar dengan daun sirih. Manfaat bagi praktisi
dan vitamin C 10,11 Tannin membantu proses
adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
penyembuhan luka
dasar teori dan bahan kajian yang berkaitan
melalui peningkatan jumlah pembentukan
dengan perawatan luka bakar derajat ll dan jika
pembuluh darah kapiler dan sel-sel fibroblas 12 Molekul
penelitian terbukti memberikan efek terhadap
bioaktif lain yang mempunyai peran sebagai
ketebalan granulasi, maka dapat menjadi inovasi
antimikrobaadalah minyak atsiri 13.14 Flavonoid dan
baru pemanfaatan daun sirih sebagai penyembuh
fenol berperan sebagai antioksidan yang berfungsi
luka dan dapat dikembangkan sebagai terapi
untuk menunda atau menghambat reaksi oksidasi oleh
komplementer yang efektif dan efisien.
radikal bebas.15 Berdasarkan fenomena yang telah

Saat ini, penelitian untuk pengobatan luka bakar menggunakan bahan-bahan herbal mulai banyak dilakukan
oleh para peneliti.

87

Dipindai dengan CamScanner

Majalah Kesehatan FKUB Kriteria Sampel

Sampel yang digunakan adalah tikus putih


(Rattus norvegicus) jantan galur Wistar,yang
BAHAN DAN METODE
berumur 75-90 hari karena proliferasi sel pada
Desain Penelitian usia pertumbuhan ini cepat sehingga mendukung
proses penyembuhan luka. Berat badan tikus 150-
Penelitian ini merupakan penelitian true-experiment
200 gram.
post-test dengan kelompok eksperimen dan kontrol.
Pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian Pembuatan Ekstrak Daun Sirih
perlakuan selesai 16 Pada rancangan ini terdapat 3
Daun sirih hijau yang telah tersertifikasi
kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol. Kelompok
diperoleh dari Balai Materia Medica di kota Batu
eksperimen diberi perlakuan yaitu dengan terapi ekstrak
pada bulan Januari 2013.Daun sirih yang diambil
daun sirih 15 %, 30%, dan 45 %. Kelompok kontrol
adalah daun berwarna hijau muda sampai hijau
adalah kelompok yang diberikan normal salin(NaCl)0,9%
tua. Sebanyak 100 gram serbuk daun sirih (Piper
betle Linn) direndam dalam etanol hingga volume 1000
ml, dikocok selama 30 menit lalu dibiarkan selama 24
Volume 1,Nomer 2,Juni 2014
jam sampai mengendap.Hasil rendaman dimasukkan ke
dalam labu evaporasi. Labu evaporasi dipasang pada
evaporator dan isi water bath dengan air sampai penuh.
b=massa larutan(mg)
Semua rangkaian alat dipasang, termasuk rotary
evaporator, pemanas water bath (diatur sampai 70- Massa larutan ditetapkan dengan jumlah 50

80°C), disambungkan dengan aliran listrik. Kemudian mg karena jumlah tersebut dapat menutupi

ditunggu sampai larutan etanol berhenti menetes pada luas luka sebesar 2 x2 cm sesuai studi

labu penampung(±1,5 sampai 2 jam untuk satu labu). pendahuluan yang telah dilakukan peneliti.

Hasil yang diperoleh kira-kira sepertiga dari bahan alam


Pembuatan konsentrasi ekstrak daun sirih
kering.Hasil ekstraksi dimasukkan dalam botol hasil
dilakukan dengan menambahkan vaselin
ekstrak dan disimpan dalam freezer.
sebanyak 50 mg sesuai rumus di atas, sehingga

Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih didapatkan hasil sebagai berikut:

Ekstrak daun sirih dicampurkan vaselin dengan ·Konsentrasi 15%

menggunakan rumus:
7,5 mg ekstrak daun sirih dicampurkan

L=/6x100% dengan 50 mg vaselin.

Keterangan: Konsentrasi 30%

L=konsentrasi larutan(%) 15 mg ekstrak daun sirih dicampurkan dengan


50 mg vaselin.
a=massa zat terlarut(mg)
Konsentrasi 45%

22,5 mg ekstrak daun sirih dicampurkan


dengan 50 mg vaselin.

Pembuatan Luka Bakar Derajat II

Area kulit yang akan dibuat luka bakar


didisinfeksi, ditunggu sampai alkohol kering.
Anastesi dilakukan pada area kulit yang akan
dibuat luka bakar menggunakan lidokain non
adrenalin 50 % Kassa dipasang dan
dibungkuskan pada balok (styrofoam) berukuran
2x 2 cm. Balok yang sudah dilapisi dan dibungkus
kassa dicelupkan dengan air panas (suhu 98 °℃)
selama 3 menit. Balok yang berbungkus kassa
ditempelkan pada hewan coba selama 30 detik.
Kassa diangkat lalu luka dikompres dengan
aquades selama 1 menit untuk mencegah luka
bakar menyebar atau bertambah parah.

Perawatan Luka Bakar Derajat II

Kelompok perlakuan luka dibersihkan terlebih


dahulu menggunakan normal salin kemudian
diolesi ekstrak daun sirih konsentrasi
15%,30%,dan 45%.Setelah itu luka ditutup
dengan kassa steril dan diplester. Kelompok
kontrol dibersihkan dengan normal salin 0,9% saja
lalu ditutup dengan kassa steril.
Metode Pengumpulan Data dalam preparat HE jaringan kulit tersebut
dianalisa menggunakan program
Metode pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan mikroskopis ketebalan jaringan granulasi

88

Dipindai dengan CamScanner

Majalah Kesehatan FKUB

Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

OlyVIA (viewer for histology examination) dan AutoCAD


2009 dengan perbesaran 40x.
Analisis Data

Identifikasi Granulasi
Hasil penelitian dianalisis dengan program

Proses identifikasi jaringan granulasi dengan IBM® SPSS® Statistics 20 dengan uji normalitas

mengukur ketebalan jaringan granulasi mulai dari ujung data

permukaan luka turun ke dermis yang lebih rendah di menggunakan uji

mana proliferasi sel fibroblas berakhir.17 Pengukuran Kolomogorov-Smirnov,uji homogenitas

dilakukan pada tiga area yang berbeda, yakni di sisi kiri menggunakan test of homogenity of variance,

dasar luka, pertengahan dari dasar luka, sisi kanan dari one-way ANOVA, dan uji post hoc Tukey HSD.

dasar luka, kemudian ditarik garis penghitungan sejumlah


HASIL
sembilan garis, lalu diambil nilai rata-rata dari semua garis
penghitungan. Slide preparat vertikal hasil pewarnaan HE Pada hari ke-15, tikus dimatikan dan
dipindai dan diolah dengan program OlyVIA (viewer for dilakukan pembedahan untuk mengambil jaringan
histological examination), kemudian ditentukan perbesaran luka yang masih tersisa. Tujuan pengambilan
40x, dilakukan print screen dan dimasukkan ke dalam jaringan luka ini untuk mendapatkan gambaran
proram AutoCAD 2009. luka secara histologis. Pencitraan luka yang
diamati adalah panjang jaringan granulasi
dengan menggunakan mikroskop
Olympus kemudian dikonversi dengan program
OlyVIA (viewer for histology examination)
Gambar 1.Ketebalan jaringan granulasi dengan pengecatan HE menggunakan mikroskop OLYMPUS XC10(40x).
Garis merah menunjukkan jaringan granulasi yang terbentuk pada luka. Keterangan:(A) Kelompok kontrol
(normal saline 0,9%),(B)Perlakuan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 15 %, (C) Perlakuan ekstrak daun sirih
(Piper betle L.)30%,(D)Perlakuan ekstrak daun sirih (Piper betle L.)45%.

Pada kelompok perawatan luka dengan normal


saline 0,9% didapatkan rata-rata ketebalan granulasi
sebesar 1,1 μm (standar deviasi ±0,65 μm). Jaringan
granulasi yang terbentuk lebih tebal
granulasi yang terbentuk merupakan yang paling tipis
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada
dibandingkan dengan semua kelompok perla-kuan.
kelompok perawatan luka dengan ekstrak daun
Pada kelompok perawatan luka dengan ekstrak daun
sirih konsentrasi 30% didapatkan rata rata
sirih konsentrasi 15 % didapat kan rata-rata ketebalan
ketebalan granulasi sebesar 2,47 μm (standar
granulasi sebesar 2,41 μm (standar deviasi ±1,48
deviasi ±0,73 μm). Jaringan granu-lasi yang
μm).Jaringan
terbentuk lebih tebal dibandingkan dengan
kelompok kontrol dan kelompok perla-kuan
ekstrak daun sirih konsentrasi 15% Pa-da
kelompok perawatan luka dengan ekstrak

89

Dipindai dengan CamScanner

Majalah Kesehatan FKUB data ketebalan granulasi pada kelompok


perlakuan maupun kelompok kontrol berdistribusi
normal. Pengujian dapat dilanjutkan dengan uji
daun sirih konsentrasi 45 % didapatkan rata-rata homogenitas atau keragaman data menggunakan
ketebalan granulasi sebesar 2,84 um (standar deviasi test of homo-geneity of variance. Melalui tes ini
±1,01 μm).Jaringan granu-lasi yang terbentuk didapatkan nilai signifikansi p adalah
merupakan yang paling tebal dibandingkan semua 0,105(p>0,05).Jadi dapat disimpulkan bahwa data
kelompok lainnya. tersebut mempunyai ragam yang homogen.

Berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan Selanjutnya yaitu pengujian one-way ANOVA
bahwa perawatan luka bakar dera-jat II dengan ekstrak dengan selang kepercayaan 95% atau taraf
daun sirih dapat mening-katkan ketebalan granulasi kesalahan 5% Hasil uji one-way ANOVA dari
sebesar 2,41 um pada konsentrasi 15%, 2,47 μm pada ketebalan granulasi pada semua kelompok
konsen-trasi 30 %, dan 2,84 μm pada konsentrasi 45 perlakuan didapatkan nilai signifikasi sebesar
%. 0,04(p<0,05).Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan ekstrak daun sirih (Piper betle
Analisis Data
L) pada perawatan luka bakar derajat || mampu
Hasil uji normalitas data setelah dilakukan tes meningkatkan ketebalan jaringan granulasi. Hasil
Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai sig-nifikansi uji post hoc test menggunakan uji Tukey HSD
sebesar 0,2(p>0,05) sehingga H1 diterima dan berarti didapatkan hasil perbedaan yang signifikan antara
ke-lompok perlakuan ekstrak daun sirih konsen-trasi 45
% dengan kelompok kontrol yaitu nor-mal salin 0,9%
Volume 1,Nomer 2,Juni 2014
Sementara untuk ekstrak daun sirih konsentrasi
15%,30%,dan 45% tidak terdapat perbedaan yang
signfikan.
Pada penelitian ini digunakan empat ke-

PEMBAHASAN lompok perlakuan, dengan tiga perlakuan


menggunakan ekstrak daun sirih dan satu per-
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
lakuan menggunakan normal salin 0,9% se-bagai
pengaruh perawatan luka bakar derajat II
kelompok kontrol. Kelompok perlakuan dengan
menggunakan ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.)
ekstrak daun sirih (Piper betle L.) diberikan
terhadap ketebalan jarin-gan granulasi pada tikus putih
dengan tiga konsentrasi berbeda yaitu 15%,30%,
(Rattus novergi-cus)jantan galur Wistar.
dan 45 %. Ketebalan jarin-gan granulasi dianalisis
pada hari ke-15 kare-na fase proliferasi luka bakar
derajat II men-capai puncaknya pada hari ke-
15.17

Dari hasil penelitian didapatkan rerata


ketebalan granulasi yang terbentuk pada ke-
lompok kontrol (normal saline 0,9%)sebesar 1,1
μm dan nilai tersebut merupakan nilai yang paling
rendah di antara kelompok lainnya. Hal ini
dikarenakan normal salin merupakan larutan yang
bersifat isotonik se-hingga tidak menyebabkan
kerusakan ter-hadap jaringan baru dan tidak
mempengaruhi fungsi dari fibroblas dan
keratinosit dalam penyembuhan luka.22 Penelitian
lain yang ber-judul The effects of antiseptics on
the healing of wounds: a study using the rabbit ear
cham-ber juga menyimpulkan bahwa normal salin
tidak mempengaruhi aliran darah dalam pem-
buluh kapiler yang terdapat pada jaringan
granulasi.8

Setelah dilakukan uji perbandingan berganda


rata-rata ketebalan jaringan granulasi, didapatkan
hasil kelompok kontrol (normal saline 0,9%)
berbeda signifikan dengan kelompok perlakuan
ekstrak daun sirih 45% dengan p
value=0,037(a<0,05).Nilai ketebalan jaringan
granulasi yang tinggi dapat terjadi karena pada
luka bakar derajat II, fase proliferasi sel mencapai
puncaknya pada hari ke-15.17

Jaringan granulasi adalah pertumbuhan


jaringan baru yang terjadi ketika luka mengalami
proses penyembuhan, terdiri atas pembuluh-
pembuluh kapiler yang baru dan sel-sel fibroblas
yang mengisi rongga tersebut sehingga ketebalan
jaringan granulasi yang terbentuk bergantung
pada angiogenesis (pembentukan pembuluh
darah kapiler) dan banyaknya sel-sel fibroblas
yang berprolifer-asi.6 Salah satu proses
penyembuhan luka yang baik ditandai dengan kualitas jaringan granulasi yang terbentuk, proses
pembentukan jaringan granulasi. Semakin tebal penyembuhan luka yang berlangsung akan

90

Dipindai dengan CamScanner

Majalah Kesehatan FKUB dari penurunan luas edema pada tikus putih pada
1,2, dan 3 jam pertama.

Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) sebagai


semakin singkat.18 Peningkatan ketebalan jaringan
Antimikroba
granulasi yang terbentuk pada kelompok perlakuan
ekstrak daun sirih diduga karena efek kandungan Sirih mengandung senyawa aktif minyak atsiri
senyawa aktif yang berasal dari ekstrak etanol daun dengan komponen fenol alam dari kavikol
sirih. Hasil ekstraksi etanol daun sirih mengandung (chavicol paraallyphenol), kavibetol, dan
beberapa kandungan senyawa aktif seperti saponin, eugenol.Kavikol memberi bau khas pada sirih dan
tannin,flavonoid, fenol, dan minyak atsiri.Kandungan mempunyai daya antimikroba lima kali lebih kuat
tersebut dapat membantu proses penyembuhan luka daripada fenol biasa. Efek antimikroba yang
dengan mekanisme seluler yang berbeda-beda, yaitu dimiliki senyawa aktif minyak atsiri dapat
sebagai antiinflamasi, antimikroba, dan antioksidan. menghambat pertumbuhan beberapa jenis
bakteri.21 Reveny (2011) mengemukakan bahwa
Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) sebagai
senyawa tannin dan
Antiinflamasi

Aktivitasantiinflamasi ekstrak daun sirih


diperkirakan karena adanya senyawa golongan
flavonoid, saponin, dan tannin. Mekanisme flavonoid
dalam menghambat proses terjadinya inflamasi melalui
berbagai cara,yaitu dengan menghambat permeabilitas
kapiler, metabolisme asam arakidonat, serta sekresi
enzim lisosom, sel neutrofil dan sel endothelial.
Mekanisme antinflamasi saponin adalah dengan
menghambat pembentukan eksudat dan
menghambat kenaikan permeabilitas
vaskular. Tannin juga mempunyai aktivitas
antiinflamasi, namun mekanisme kerjanya sebagai
antinflamasi belum dijelaskan secara pasti.19
Vagashiya et al (2007) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa efek
antiinflamasi akut dan kronis serbuk kasar daun sirih
dengan dosis 300 mg/kg dan digunakan natrium
diklofenak sebagai kelompok kontrol.Studi ini
menunjukkan bahwa Piper betle L.
mempunyai aktivitas antiinflamasi yang efektif dilihat
bebas sehingga dapat mencegah kerusakan

Volume 1,Nomer 2,Juni 2014 jaringan. Penelitian yang dilakukan oleh

Mun'im et al. (2010) menunjukkan bahwa

flavonoid yang terdapat dalam ekstrak daun sirih merah terdapat peningkatan presentase
mempunyai aktivitas antibakteri yang baik. Hasil uji
penyembuhan luka yang dilihat dari
antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak etanol 80%,
fraksi n-heksan dan fraksi etilasetat dapat menghambat penyempitan luas area luka pada konsentrasi
pertumbuhan bakteri Escherichia coli,
20% dan 40% jika dibandingkan dengan
Staphylococcus aureus, dan jamur Candida albicans.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin kelompok kontrol yang menggunakan normal
besar konsentrasi ekstrak yang diberikan maka akan
saline. Hal tersebut diduga karena infusa daun
menghasilkan daerah hambat yang semakin besar. Hal
ini disebabkan semakin banyak zat aktif yang sirih merah dapat menghambat proses
terkandung dalam ekstrak maupun fraksi tersebut.14
inflamasi melalui penangkapan radikal bebas
Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) sebagai
oleh antioksidan. Manigahua et al. (2009)
Antioksidan
dalam penelitiannya menyimpulkan baha
Antioksidan mampu menetralisir radikal
ekstrak etanol daun sirih mempunyai aktivitas
bebas yang dapat menyerang dan
antioksidan yang lebih kuat daripada asam
menyebabkan kerusakan pada sel-sel protein,
askorbat, DMSO (dimethyl sulphoxide), dan
lipid, dan karbohidrat Radikal bebas mampu
BHT (butylated hydroxytoluene). Metode yang
mengganggu integritas, struktur, dan fungsi sel
digunakan dalam penelitian tersebut adalah
sehingga dibutuhkan antioksidan untuk
DPPH
menetralisir dampak negatif radikal bebas
(2,2difenil-1-pikrilhidrazil) sebagai
tersebut. Daun sirih mempunyai zat yang
sumber radikal bebas.23,10
bersifat sebagai antioksidan, seperti fenol dan
Ekstrak etanol daun sirih tidak hanya memiliki
flavonoid. Cara kerja antioksidan adalah
efek sebagai antiinflamasi, antibakteri, dan
dengan memutus reaksi berantai dari radikal antioksidan, tetapi juga mengandung nutrisi yang
dibutuhkan untuk penyembuhan
91

Dipindai dengan CamScanner

luka misalnya vitamin A dan vitamin C. Kandungan untuk proliferasi sel-sel fibroblas dan
tersebut diduga bekerja secara sinergis sehingga dapat angiogenesis. Selain itu, makrofag berperan
menghasilkan penyembuhan lukasecara optimal pada dalam regenerasi dermis dan proliferasi
luka bakar.10 epidermis. Vitamin C merupakan komponen
penting yang diperlukan untuk proses hidroksilasi
Pada proses penyembuhan luka, vitamin A
prolin dan lisin menjadi prokolagen yang penting
berperan meningkatkan pembentukan kolagen,
untuk sintesis kolagen. Selain berperan dalam
diferensiasi sel epitel, dan meningkatkan imunitas.
sintesis kolagen, vitamin C juga berperan
Selain itu, vitamin A berperan mempercepat fase
meningkatkan fungsi neutrofil dan
inflamasi ke fase proliferasi dengan meningkatkan
angiogenesis. Karbohidrat dan protein
monosit dan makrofag ke daerah luka. Makrofag berasal
merupakan sumber energi terpenting yang
dari monosit yang berfungsi untuk membersihkan
diperlukan dalam sintesis kolagen. Bahan
bakteria dan debris dari daerah luka Makrofag
menghasilkan faktor pertumbuhan yang diperlukan
mineral,yaitu seng berperan dalam sintesis kolagen dan
proses epitelisasi.10
sirihyang optimal dalam hal penyembuhan luka
Pada hari ke-4,jaringan nekrotik pada tiap sampel bakar, khususnya dalam meningkatkan
mulai terbentuk. Jaringan nekrotik dapat menghalangi ketebalan jaringan granulasi.
pemberian ekstrak daun sirih yang diberikan secara
Pengeringan daun sirih dengan proses
topikal sehingga proses penyembuhan luka yang
menggunakan sinar
berlangsung menjadi kurang optimal. Pada hari ke-12
matahari juga berpengaruh terhadap
luas area luka pada tiap sampel mulai mengecil. Luas
kandungan daun sirih. Penelitian yang dilakukan
area luka pada kelompok perlakuan rata-rata sama
oleh Sutjipto et al. (2009) tentang pengaruh cara
besarnya dan tidak menunjukkan adanya perbedaan
pengeringan terhadap perubahan fisiokimia daun
bermakna. Luas area luka paling kecil ditunjukkan oleh
kumis kucing(Orthosipon stamineus Benth)
kelompok kontrol (normal saline). Hal ini karena normal
dengan menggunakan metode diangin-anginkan
saline merupakan larutan yang bersifat isotonik sehingga
pada suhu kamar,sinar matahari, oven listrik
hanya mempengaruhi penyembuhan luka bakar secara
50°C, udara sisa pembakaran bersuhu 60°C,dan
superficial.16 Hasil penelitian yang menunjukkan tidak
aliran udara panas bersuhu 60°C memberikan
terdapat perbedaan signifikan antar kelompok daun sirih
hasil metode pengeringan dengan diangin-
disebabkan peneliti kurang dalam hal eksplorasi
anginkan pada suhu kamar merupakan metode
konsentrasi optimal ekstrak daun sirih. Konsentrasi yang
terbaik bagi kandungan flavonoid dalam daun
digunakan hanya tiga, yaitu 15%,30%, dan 45%
kumis kucing.24
sehingga belum diketahui potensi konsentrasi ekstrak
daun Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh perawatan luka bakar dera-jat
II menggunakan ekstrak etanol daun sirih dalam
meningkatkan ketebalan jaringan granu-lasi pada
luka bakar derajat II sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis yang diajukan adalah benar.
Selain itu, didapatkan kes-impulan bahwa
penelitian ini memiliki validitas internal yang
tinggi ditandai dengan perbedaan signifikan
antara kelompok perlakuan dan kontrol
berdasarkan analisis uji one way ANO-
VA,namun masih diperlukan uji lebih lanjut
tentang farmakokinetik, farmakodinamik,tok-
sisitas, dan efek ekstrak daun sirih ini pada
hewan coba dan clinical trial pada manusia

Keterbatasan Penelitian

Eksplorasi konsentrasi yang digunakan


peneliti dalam studi pendahuluan masih ku-rang,
yaitu hanya 3 kelompok konsentrasi se-hingga
belum diketahui potensi konsentrasi ekstrak
daun sirih yang optimal dalam proses
penyembuhan luka bakar,khususnya dalam
mempengaruhi peningkatan ketebalan jaringan
granulasi

Implikasi Keperawatan

Untuk dapat diaplikasikan secara klinis,


masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
standarisasi bahan aktif apa saja yang dapat
digunakan.Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk L.) yang aman dan tepat untuk agar dapat
mengetahui konsentrasi ekstrak daun sirih(Piper betle berfungsi sebagai

92

Dipindai dengan CamScanner

Majalah Kesehatan FKUB 2.Nurdiana, Hariyanto, dan Musrifah. Perbedaan


Kecepatan Penyembuhan Lu-ka Bakar Derajat II
antara Perawatan Luka Menggunakan Virgin
obat luka bakar derajat II sehingga dapat digunakan Coconut Oil (Cocos nucifera) dan Normal Salin
sebagai pengobatan komplementer maupun alternatif pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Strain
untuk berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Wistar. 2008.
(Online).
KESIMPULAN
(http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/1234568
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa rata-rata peningkatan
ketebalan granulasi pada ke-lompok yang mendapat
perlakuan ekstrak daun sirih (Piper betle L.)15% sebesar
2,41 μm,30% sebesar 2,47 μm,dan 45% sebesar 2,84
μm. Pada kelompok kontrol dengan nor-mal saline
0,9%,rata-rata ketebalan granulasi sebesar 1,1 μm.
Pemberian ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.)
berpengaruh ter-hadap peningkatan ketebalan jaringan
granu-lasi pada perawatan luka bakar derajat II tikus
putih (Rattus novergicus) jantan galur Wistar dengan nilai
signifikansi sebesar 0,04(p< 0,05).

SARAN

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan


ketebalan granulasi pada jaringan normal dengan
jaringan yang mengalami pros-es penyembuhan luka
setelah dirawat menggunakan ekstrak daun sirih (Piper
betle L.).Serta penelitian tentang ekstrak daun sirih
sebagai obat perawatan luka bakar derajat ll dalam
bentuk sediaan yang lain seperti sedi-aan obat padat
atau semi padat (krim atau gel)

DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer SC,Brenda GB. Buku Ajar Keperawatan


Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Waluyo dkk
(Penerjemah).Vol 3.Edisi ke-8. Jakarta:EGC. 2002.Ter-
jemahan dari:Brunner & Suddarth's Text-book of
Medical-Surgical Nursing. Su-zanne CS(Editor).8th Ed.
7. Romo T. Medscape Reference: Drugs,
Diseases, & Procedures, Skin Wound Healing.
Volume 1,Nomer 2,Juni 2014
2012. (Online)
http://emedicine.medscape.com/article/88 4594-
overview#aw2aab6b5. Diakses 19 November
9/18039/1/Perbedaan-kecepatan
2011.
penyembuhan-luka-bakar-derajat-ll-antara-
8 Gannon R.Nursing Times. Fact File:
perawatan-luka-menggunakan-virgin
Wound Cleansing:Sterile Water or Sa-line?
coconut-Oil-%28Cocos-nucifera
2007.
%29-dan normal-salin-pada-tikus-putih-%28Rattus-
(Online)
norvegicus%29-strain-wistar.pdf.Diakses 13 Maret
(http://www.nursingtimes.net/fact-file wound-
2012)
cleansing-sterile-water-or-saline/201829 article,
3 Schwartz SI,Shires GT,Spencer FT.Inti-sari diakses 21 Novem-ber 2012).
Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Laniyati dkk(Penerjemah).
9 Soemiati A,Elya B.Uji Pendahuluan
Edisi ke-6. Jakarta: EGC.2000.Terjemahan
Efek Kombinasi Antijamur Infus Daun Sirih (Piper
dari:Principles of Surgery. Seymour IS(Editor).
betle L.), Kulit Buah Delima (Punica granatum L.),
4 Majewska I,Gendaszewska-Darmach E. Dan Rimpang Kunyit(Cur-cuma domestica Val.)
Proangiogenic Activity of Plant Extracts in Accelerating Terhadap Jamur-Candida albicans. Makara-Seri
Wound Healing-A New Face of Old Phytomedicines.Acta Sains. 2002;6(3):149-154.
Bio-chimica Polonica.2011;58(4):449-460.
10.Mun'im A,
5 Rahmawati Pengaruh Stimulasi Elektrik Azizahwati,Fimani A. Pengaruh Pemberian Infusa
terhadap Pengurangan Luas Luka pada Penyembuhan Daun Sirih Merah(Piper cf. fragile,Benth)secara
Luka (Debth Wound). Jurnal Pendidikan Mutiara Ilmu. Topikal terhadap Penyembuhan Luka Pa-da
2009; 4(2):102-107. Tikus Putih Diabet. Hibah Awal DRPM Universitas
Indonesia. No Kontrak: 2512/H2.R12/PPM.01
6 Tim Widyatama Kamus Keperawatan.
Sumber Penda-naan/2010.Depok:UI.2010.
Jakarta:Widyatama.2010.

93

Dipindai dengan CamScanner

11.Vikash C,Shalini T,Verma NK,Singh DP, Chaudhary 5(10):159-163. (Online).


SK,Asha R. Piper betel:Phy-tochemistry,Traditional Use (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
&Pharmaco-logical Activity-a Review Intenational Journal PMC3263050/ Diakses 9 September
of Pharmaceutical Research and Development
2012)
(IJPRD).2012;4(4):216-223.

14. Reveny J. Daya Antimikroba Ekstrak dan


12.Li K,Diao Y,Zhang H,Wang S,Zhang Z, Yu B,Huang
Fraksi Daun Sirih Merah (Piper betle Linn.).
S,Yang H.Tannin Extracts from Immature Fruits of
Jurnal Ilmu Dasar. 2011;12(1):6-12
Terminalia Chebu-la Fructus Retz. Promote Cutaneous
Wound Healing in Rats. BMC Comple-mentary and 15.Widyastuti N.Pengukuran Aktivitas Anti-
Alternative Medicine.2011; 11(86). oksidan dengan Metode CUPRAC,DPPH, dan
FRAP serta Korelasinya dengan Fenol dan
13.Arambewela LSR, Arawwawala LDAM, Kumaratunga
Flavonoid pada Enam Tana-man.Skripsi. Bogor:
KG, Dissanayake DS, Ratnasooriya WD,Kumarasingha
Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan
SP.In-vestigations on Piper betle Grown in Sri Lanka.
Alam,Institut Per-tanian Bogor.2010.
National Center for Biotechnology Information, 2011;
24.Manigauha A, Ali H,Maheshwari MU.An-
tioxidant Activity of Ethanolic Extract of Piper
19. Yaman I, Durmus AS, Ceribasi S,Yaman M.Effects of
betel Leaves Journal of Pharmacy
Nigella sativa and Silver Sul-fadiazine on Burn Wound
Research.2009;2(3):491-494.
Healing Rats. Veterinarni Medicina. 2010; 55(12):619-
624 25. Sutjipto, Wahyu JP, Widiyastuti Y. Pengaruh
Cara Pengeringan terhadap Pe-rubahan
20.Fitriyani A,Winarti L,Muslichah S,Nuri. Uji
Fisikokimia Daun Kumis Kucing (Orthosipon
Antiinflamasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper
stamineus Benth). The Jour-nal of Indonesian
crocatum Ruiz & Pav) pada Tikus Putih. Majalah Obat
Medicinal Plant.2009; 2(1):24-27.
Tradision-al.2011;16(1):34-42.

21.Vagashiya Y,Nair R,Chanda S.Investiga-tion of Some


Piper Species for Anti-Bacterial and Anti-Inflammatory
Property. International Journal of Pharmacology.
2007;3(5):400-405.

22. Salami,Ayodeji A, Imosemi,Innocent O., Owoeye,


Olatunde O. Comparison of the Effect of
Chlorhexidine,Tap Water,and Normal Saline on Healing
Wounds. Int J Morphol.2006;24(4):673-676.

23.Hendrayani SF. Pengaruh Beberapa Ekstrak Daun


Sirih(Piper betle L) ter-hadap Pertumbuhan Candida
albicans. Tesis.Tidak diterbitkan. Bogor:Institut Pertanian
Bogor.2005.

16.Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi ke-2.Jakar-ta:Salemba Medika 2011.

17. Moenadjat Y. Luka Bakar: Masalah dan Tatalaksana. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2009.

18.Paglinawan R,Colic M,Simon M. A Comparative Study of the Influence of Dif-ferent Pressure Levels
Combined with Various Wound Dressings on Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) Driven Wound
Healing.Presented at the Europe-an Tissue Repair Society. 200 Septem ber 10-12 Republic of Malta.

94

Dipindai dengan CamScann


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Volume 1,Nomer 2,Juni 2014

Majalah Kesehatan FKUB


Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

EFEKTIVITAS TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA : A


NARRATIVE REVIEW

EFFECTIVENESS OF PAPAYA PLANT (Carica papaya L.) WOUND HEALING: A NARRATIVE


REVIEW

Adam Syah1*, Puspita Septie Dianita1, Herma Fanani Agusta1


1
Department of Pharmacy, Faculty of Health Science, Universitas Muhammadiyah Magelang, Magelang,
Indonesia
*Corresponding Author Email : adam.k0m3t@gmail.com
DOI : http://dx.doi.org/10.47653/farm.v9i1.540

ABSTRAK
Tanaman pepaya (Carica papaya L.) memiliki potensi terhadap proses penyembuhan luka meliputi luka lecet,
luka sayat, luka bakar, luka tusuk. Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase proses yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi, dan fase maturasi. Studi ini bertujuan untuk memberikan differensiasi bentuk literature farmasi
khususnya pada pengobatan luka serta meningkatkan pemanfaaatan tanaman papaya (Carica papaya L.)
menjadi sediaan obat herbal terstandar atau bahkan fitofarmaka dimasa yang akan datang. Artikel ini membahas
tentang efektivitas tanaman pepaya (Carica papaya L.) terhadap penyembuhan luka melalui sebuah narrative
review, dari database Google Scholar yang terbit 5 tahun terakhir (2016-2020). Hasil review 10 paper
dinyatakan bahwa tanaman pepaya (Carica papaya L.) mengandung berbagai macam senyawa antara lain
enzim papain, saponin, flavonoid yang berperan terhadap proses penyembuhan luka. Data dalam review
menunjukkan bahwa pemberian tanaman pepaya (Carica papaya L.) yang meliputi bagian getah, batang, biji,
dan daun mempunyai efektivitas yang baik terhadap proses penyembuhan luka dan memiliki aktivitas
antibakteri penyebab infeksi luka.
Kata Kunci: Tanaman pepaya, Jenis luka, Fase penyembuhan luka

ABSTRACT
Papaya plant (Carica papaya L.) has the potential to heal wounds including blisters, cuts, burns, stab
wounds. The wound healing process has 3 phases, namely the inflammatory phase, the proliferation
phase, and the maturation phase. This study aims to provide differentiation of pharmaceutical
literature, especially in wound treatment, and improve the use of papaya plants (Carica papaya L.)
into standardized herbal medicine preparations or even phytopharmaka in the future. This article
discusses the effectiveness of papaya plants (Carica papaya L.) on wound healing through a
narrative review, from the Google Scholar database published in the last 5 years (2016-2020). The
results of the review of 10 papers stated that papaya plants (Carica papaya L.) contain a variety of
compounds including enzymes papain, saponins, flavonoids that play a role in the wound healing
process. The data in the review showed that the administration of papaya plants (Carica papaya L.)
which includes the sap, stems, seeds, and leaves has a good effect on the wound healing process
and has antibacterial activity that causes wound infections.
Keywords: Papaya plants, Types of wounds, Wound healing phases

PENDAHULUAN hilang) (Parampasi & Soemarno, 2013). Gejalanya yaitu


Luka merupakan salah satu kelainan pada kulit, berupa merah, bengkak, sakit, dan melepuh hal
umumnya akibat trauma, dengan terjadinya
kerusakan kesatuan/komponen jaringan (secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau

Jurnal Farmagazine Vol. IX No.1 Februari 2022 1


Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

tersebut dikarenakan permeabilitas pembuluh


darah yang meningkat. Bentuk kerusakan
jaringan penyebabnya kontak dengan sumber
yang panas seperti air panas, api, listrik,
radiasi, dan bahan kimia (Asma, 2016).
Menurut (Oktaviani et al., 2019) terdapat jenis
macam luka diantaranya luka lecet (Vulnus
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

Excoriasi), luka sayat (Vulnus scissum), luka ini, dapat memberikan differensiasi dalam bentuk
bakar (Vulnus combustion), luka tusuk (Vulnus literature farmasi khususnya pada bidang
punctum). Proses pada penyembuhan luka terdiri pengobatan luka serta meningkatkan pemanfaaatan
dari 3 fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan tanaman papaya (Carica papaya L.) menjadi
fase maturasi (Ramadhian & Widiastini, S 2018). sediaan obat herbal terstandar atau bahkan
Ketiga fase tersebut memiliki rentang waktu fitofarmaka dimasa yang akan datang.
penyembuhan luka yang berbeda. Fase inflamasi
hari ke-0 sampai 5 fase terjadinya respon seluler METODE PENELITIAN
dan vaskular yang terjadi akibat kerusakan suatu Review ini menggunakan teknik studi pustaka
jaringan. Fase proliferasi hari ke-3 sampai 14 proses
dengan mencari literatur, menggabungkan intisari
seluler yang ditandai dengan adanya suatu
proliferasi sel. Fase Maturasi sejak minggu ke- serta menganalisis fakta dari beberapa sumber
3 sampai 2 tahun penyempurnaan pada jaringan ilmiah yang akurat dalam bentuk data primer
yang baru terbentuk agar menjadi jaringan yang berupa jurnal nasional maupun jurnal internasional
kuat. (Kartika, 2015). melalui sebuah narrative review. Database yang
Angka prevalensi cedera atau luka di Indonesia digunakan adalah Google Scholar. Kata kunci dan
meningkat dari total (7,5%) tahun 2012 naik filter yang digunakan “Google Scholar (tanaman
menjadi (8,2%) tahun 2013, umumnya terjadi
pepaya AND luka 2016-2020)” hasil pencarian
karena terjatuh (40,9%) dan kecelakaan bermotor
sebesar (40,6%). Tempat kejadian luka yaitu berada sejumlah 1280 artikel dengan rincian 1261 artikel
dijalan raya, rumah, area pertanian, serta sekolah dieksklusi dikarenakan tidak sesuai dengan topik
dengan prosentase berturut-turut sebesar (42,8%), penelitian, 9 artikel dieksklusi terdiri dari abstrak
(36,5%), (6,9%), dan (5,4%). Luka terjatuh yang saja, serta jumlah total N=10 dengan keterangan
sering dialami antara lain oleh usia bawah 1 tahun Artikel full text (kriteria inklusi) langkah berikutnya
(bayi), perempuan, usia tidak sekolah, tidak bekerja dilakukan review. Ada 2 kriteria dalam review ini
dan penduduk yang berada dipedesaan. Sedangkan
yaitu:
untuk luka akibat kendaraan bermotor yang sering
terjadi antara lain pada laki-laki dengan rentang usia 1. Kriteria Inklusi
15-24 tahun, telah lulus SMA/Sederajat, dan a. Jurnal Nasional ber-ISSN
bekerja. Berdasarkan data prevalensi untuk jenis b. Artikel yang berhubungan dengan efektivitas
luka yang diderita meliputi luka lecet (70,9%), tanaman pepaya terhadap penyembuhan luka.
terkilir (27,5%) dan luka robek c. Artikel yang terbit 5 tahun terakhir (2016-
(23,2%) (Kemenkes RI, 2013). 2020).
Studi eksperimental oleh (Tuntun, 2011)
2. Kriteria Eksklusi
menemukan bahwa tanaman pepaya (Carica
papaya L.) mengandung senyawa aktif seperti a. Artikel diluar topik review serta tanaman
alkaloid, papain, antraquinon, saponin, steroid, pepaya terhadap penyembuhan luka yang
tannin, dan triterpenoid. Kandungan tanaman terbit sebelum tahun 2016.
pepaya (Carica papaya L.) seperti flavonoid b. Artikel tentang tanaman pepaya yang terbit
berperan untuk penyembuhan luka. Flavonoid tahun 2016-2020 namun bukan sebagai
mampu mengobati luka serta bertindak sebagai penyembuh luka.
astringensi dan antimikroba yang dapat
c. Artikel yang hanya berisi abstrak bukan
bertanggung jawab terhadap kontradiksi luka dan
meningkatkan epitelisasi. Kandungan flavonoid full text.
dapat membantu mempercepat pertumbuhan
kolagen (mensintesis kolagen) melalui peningkatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
fibroblast dan pembentukan jaringan (Kastika &
Rahayu, 2018). Dalam studi pustaka ini telah diperoleh hasil
Berdasarkan literatur terdahulu dalam review berupa tabel sintesis yang berjumlah 10 jurnal
ini akan dibahas efektivitas tanaman pepaya terkait dengan objek review artikel meliputi penulis,
(Carica papaya L.) pada penyembuhan luka. kandungan kimia, efektivitas terhadap luka,
Diharapkan dari penjelasan dalam review aktivitas antibakteri dari jurnal- jurnal yang masuk
dalam kriteria
Jurnal Farmagazine Vol. inklusi.
IX No.1 Februari 2022 2
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

Berikut ini tabel hasil sintesis jurnal yang telah dilakukan:

Tabel 1. Sintesis Jurnal Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) Pada Penyembuhan Luka

Penulis Bagian Kandungan kimia Efektivitas Fase Hasil


Tanaman terhadap penyembuhan
luka luka
Kosentrasi dosis air rendaman daun
(Adli & Daun Flavonoid, Luka lecet Fase inflamasi papaya (Carica papaya L.) terbaik
Saputra, 2020) saponin, enzim yaitu dosis sebesar 30 ml, mampu
papain mempercepat fase penyembuhan luka
untuk pengobatan terhadap ikan lele
masamo (Clarias sp).

Rata-rata waktu penyembuhan luka


(Darin Getah Enzim papain Luka sayat Fase pada kelompok I, II, III, dan IV secara
proliferasi berurutan: ± 14 hari (K. Negatif), ± 12
& Ajisman,
2019) hari (50%), ± 10 hari

(75%), dan ± 8 hari (100%). Getah pada


pepaya mempunyai efek pada proses
fase penyembuhan luka sayat kulit.

Rata-rata ketebalan pada epitel luka

(Nasution et Daun Flavonoid, Luka sayat Fase sayat yang terbentuk dalam dosis
al., 2017) saponin, enzim proliferasi pemberian ekstrak daun pepaya
sebesar 100% adalah 355,18 µm,
papain
sedangkan pemberian gentamisin 0,1%
adalah 265,12 µm. Hal tersebut
menunjukkan pemberian ekstrak daun
pepaya 200% lebih efektif pada
penyembuhan luka dibanding dengan
pemberian gentamisin 0,1%.

Kadar rata-rata TGF-β pada (K.

Kontrol 317.72 pg/ml), (K. Papain

(Revilla, 2019) Getah Enzim papain Luka bakar Fase inflamasi 186.24 pg/ml) dan (K. Pembanding

192.11 pg/ml). Hal tersebut


menunjukkan bahwa enzim papain
mampu menurunkan kadar TGF-β yang
bersifat sebagai proinflamasi sehingga
papain mampu
mempercepat fase inflamasi dan
mempercepat waktu penyembuhan
luka.

Rata-rata prosentase kontraksi luka


pada (K.1 sebesar 92,7%) dan

(Setyani & K, Daun Flavonoid, Luka bakar Fase (rata-rata prosentasi kontraksi luka
2016) saponin, enzim proliferasi pada K.2 sebesar 89,7%). Uji statistik T-
Test 2 Sampel menunjukan bahwa
papain kedua kelompok mempunyai nilai sig.
sebesar 0,002 < α (0,05). Hasil tersebut
lumatan daun pepaya (Carica papaya
L.) memiliki efek dalam mempercepat
penyembuhan luka bakar derajat II.
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

Fraksi polar daun pepaya (Carica


papaya L.) pada dosis 2,16%
(Muthmaina et Daun Flavonoid, Luka bakar Fase memiliki aktivitas sebagai
al., 2017) saponin, enzim proliferasi penyembuh luka bakar dimulai hari

Jurnal Farmagazine Vol. IX No.1 Februari 2022 3


Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

Penulis Bagian Kandungan kimia Efektivitas Fase Hasil


Tanaman
penyembuhan
terhadap luka
luka

papain ke-6 dilihat dari fase inflamasi


penyembuhan luka sedangkan fraksi
non polar dan fraksi semi polar daun
pepaya dengan dosis 0,02% tidak
mempunyai aktivitas untuk penyembuh
luka bakar.

Perbedaan signifikan dalam waktu

(Sintowati & Biji Flavonoid, saponin Luka tusuk Fase hilangnya pus dan edema pada
Nugraha, 2019) kelompok ekstrak biji papaya
proliferasi
konsentrasi 75% dan 50% dibanding
kontrol negatif.
Penyembuhan luka ditunjukkan pada
jumlah sel fibroblast pada ekstrak 75%,
50%, 25% secara signifikan lebih
banyak dibanding kontrol negatif.

(Primadiamanti Ekstrak batang pepaya (Carica


papaya L.) efektivitas sebagai
Batang Flavonoid, saponin Luka tusuk Fase inflamasi
et al., 2018) penyembuh luka pada hewan uji
tikus galur wistar dengan luka akhir
berdiameter sebesar 0 mm dihari
ke-7.
Dari konsentrasi 80%, 85%, 90%,
Luka tusuk 95%, dan 100%, Kadar Hambat
(Khilyasari & Daun Flavonoid, (terinfeksi Fase Minimum (KHM) secara in vitro
Suliati, 2018) saponin, enzim bakteri) proliferasi pada perasan daun papaya (Carica
papain papaya L.) mampu menghambat

pertumbuhan pada bakteri


Staphylococcus aureus sebesar 90%.
Sedangkan pada uji secara in vivo pada
mencit sebesar 100% merupakan
konsentrasi paling efektif dalam
mempercepat kesembuhan luka
infeksi
Staphylococcus aureus.
(Prihandiwati Daun Flavonoid, saponin Bakteri
Uji menunjukkan bahwa diameter
& Sari, 2019)
penyebab
- zona hambat tertinggi diperoleh pada
infeksi luka
salep ekstrak daun pepaya (Carica
papaya L.) konsentrasi 40% yaitu
sebesar 11,63±0,671441 mm dan
terkecil pada konsentrasi 5% yaitu
sebesar 5,63±0,550757. Pada berbagai
variasi konsentrasi ekstrak daun
pepaya (Carica papaya L.)
mempunyai aktivitas antibakteri.

pepaya mempunyai efek yang baik terhadap


Berdasarkan penelitian sebelumnya daun penyembuhan luka, kondisi tersebut diperkuat oleh
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

skrining fitokimia yang menunjukkan bahwa


tanaman pepaya pada bagian daun pepaya (Carica merupakan senyawa yang ada didalam daun pepaya
papaya L.) positif mengandung senyawa flavonoid (Carica papaya L.) serta berperan terhadap proses
dan saponin (A’yun & Laily, 2015). Flavonoid, penyembuhan luka (Kastika & Rahayu, 2018;
saponin, enzim papain Septiningsih, 2008; Tuntun, 2011). Bagian daun
tanaman ini efektif untuk luka lecet, hal ini
didukung oleh Adli dan Saputra dalam
penelitiannya melakukan pemberian konsentrasi
dosis air rendaman
Jurnal Farmagazine Vol. IX No.1 Februari 2022 4
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

daun pepaya (Carica papaya L.) dengan hasil tersebut merupakan zat yang berperan terhadap
yang menunjukkan bahwa daun pepaya mampu penyembuhan luka (Darin & Ajisman, 2019).
mempercepat penyembuhan luka untuk pengobatan Pengujian yang dilakukan Revilla dinyatakan
terhadap tubuh ikan lele masamo (Clarias Sp) pada bahwa enzim papain dalam getah pepaya juga
konsentrasi sebesar dosis 30 ml dengan waktu mampu menurunkan kadar TGF-β yang bersifat
perendaman selama 48 jam (Adli & Saputra, 2020). proinflamasi. Hal tersebut ditunjukan hasil kadar
Fase penyembuhan luka penelitian tersebut sampai rata-rata TGF-β pada (K. Kontrol 317.72 pg/ml),
pada fase inflamasi yaitu berkisar 0-5 hari (Kartika, (K. Papain 186.24 pg/ml) dan (K. Pembanding
2015). 192.11 pg/ml) (Revilla, 2019), dalam penelitiannya
Selain bagian daun yang efektif terhadap penyembuhan luka hewan uji hingga fase inflamasi
penyembuhan luka, getah tanaman pepaya (Carica yaitu hari-0 sampai hari-5 (Kartika, 2015).
papaya L.) juga memiliki potensi sebagai Penurunan kadar TGF-β 1 menunjukkan bahwa
penyembuh luka. Pernyataan tersebut didukung enzim papain mampu mempercepat fase inflamasi,
Ramadani dan Anjisman dalam penelitiannya mengurangi infiltrasi dari monosit sehingga
dinyatakan getah pada pepaya mempunyai efek mempercepat fase-fase lain dari penyembuhan luka.
dalam mempercepat waktu penyembuhan terhadap Kelompok yang diberi enzim papain pada luka
luka sayat kulit. Rata- rata lama waktu bakar derajat partial terlihat bahwa papain dapat
penyembuhan luka pada kelompok I, II, III, dan IV bekerja mengangkat bekas luka ataupun keropeng
berurutan dengan kurun waktu ± 14 hari (Kontrol pada hewan uji tersebut. Hal ini menunjukkan
Negative), ± 12 hari (konsentrasi 50%), ± 10 hari bahwa papain mampu lebih cepat memperbaiki
(konsetrasi 75%), dan ± 8 hari (konsentrasi 100%) luka atau jaringan kulit yang rusak akibat
dengan fase penyembuhan luka sampai difase perlakuan. Sehingga enzim papain yang terdapat
proliferasi (Darin & Ajisman, 2019). Menurut pada getah tanaman pepaya efektif dalam
(Permata et al., 2016) dalam getah pada pepaya mempercepat fase inflamasi (Revilla, 2019).
(Carica papaya L.) mengandung senyawa enzim Kondisi tersebut juga didukung penelitian oleh
papain yang mempunyai potensi terhadap proses Shuid et al (2005) menemukan bahwa getah dalam
penyembuhan luka sayat kulit. Penelitian oleh tanaman pepaya (Carica papaya L.) mampu
Nasution pada pemberian ekstrak daun pepaya mengurangi jaringan bekas luka, dapat
(Carica papaya L.) dengan konsentrasi 100% membersihkan luka, serta dapat mengurangi rasa
memiliki prosentase 200% lebih efektif pada nyeri akibat luka bakar pada hewan uji (Shuid et al.,
penyembuhan luka dibandingkan dengan 2005). Berdasarkan penelitian sebelumnya bagian
penggunaan gentamisin 0,1%. Hal ini dilihat dari daun tanaman pepaya (Carica papaya L.)
fase penyembuhan atau pembentukan ketebalan mempunyai potensi sebagai penyembuh luka, hal
pada epitel luka sayat yang telah terbentuk sebesar tersebut didukung oleh penelitian Setyani yang
355,18 µm. Sedangkan pada pemberian gentamisin menyatakan bahwa daun tanaman pepaya (Carica
0,1% sebesar 265,12 µm (Nasution & Batubara, papaya L.) mampu mempercepat waktu dan
2017). Maka dari data tersebut daun pepaya proses penyembuhan luka bakar derajat II dangkal.
(Carica papaya L.) efektivitas terhadap Data tersebut menunjukkan bahwa dalam rata-rata
penyembuhan luka sayat dengan fase penyembuhan presentasi kontraksi luka pada (K.1 sebesar 92,7%)
sampai difase proliferasi yaitu dengan waktu dan rata-rata presentasi kontraksi luka pada (K.2
penyembuhan 3-14 hari (Kartika, 2015). sebesar 89,7%). Sedangkan pada uji statistik T-Test
Fitokimia yang ada pada getah tanaman pepaya menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki
(Carica papaya L.) mempunyai kandungan enzim nilai sig. sebesar 0,002 < α (0,05) (Setyani &
papain dimana senyawa

Jurnal Farmagazine Vol. IX No.1 Februari 2022 5


Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

K, 2016), dalam penelitian tersebut masuk asam arakhidonat, sehingga mempengaruhi


kedalam fase proliferasi penyembuhan luka yaitu pembentukan prostaglandin (Kurniawan & Ferly
pada hari ke-4 sampai hari ke-21 setelah terjadinya Aryana, 2015). Flavonoid akan menginhibisi jalur
kerusakan jaringan. Selama fase tersebut, jaringan lipooksigenase dan siklooksigenase sehingga
granulasi bekerja menutup permukaan luka menjadi tidak stabil (Ibad et al., 2013). Hal tersebut
serta keratosit berpindah untuk didukung oleh Sintowati dan Nugraha dalam
membantu penutupan luka dengan penelitiannya menjelaskan bahwa efektivitas biji
jaringan epitel baru (Kartika, 2015). Kondisi ini tanaman pepaya (Carica papaya L.) lebih baik
didukung oleh Muthmaina et al dalam dalam mempercepat hilangnya pembengkakan yang
penelitiannya menyatakan bahwa pada fraksi berasal dari darah, beredar pada luka, dan memiliki
polar daun pepaya (Carica papaya L.) dengan potensi efek setara dengan povidone iodine pada
dosis 2,16% yang mempunyai aktivitas konsentrasi 50% dan 75% dengan cara hewan uji
sebagai penyembuh luka bakar fase tersebut diberi luka terkontaminasi di punggung tikus,
dimulai pada hari ke 6. Pada fraksi polar dimana dimulai dengan mencukur bulu tikus pada area
tikus dilukai, kemudian diberikan gel fraksi polar seluas 3x2 cm, kemudian disayat tanpa teknik steril.
daun pepaya. Rata-rata diameter awal pada saat Panjang luka ± 2,5 cm, dengan kedalaman 5 mm,
dibuat luka sebesar 2,05 cm, kemudian setelah luka dibiarkan selama ±3 jam sampai terjadinya
diberi fraksi polar, diameter luka mulai mengecil kontaminasi minimal. Aktivitas antibakteri dan
menjadi 1,73 cm pada hari ke-3, sedangkan pada antiinflamasi pada ekstrak biji pepaya akan
hari ke-15 diameter luka menjadi 0.97 cm. Hasil mempersingkat fase inflamasi, kandungan dalam
statistik (p=0,230 > 0,05) menunjukan bahwa biji pepaya (Carica papaya L.) juga merangsang
kelompok fraksi polar tidak berbeda proliferasi fibroblas. Hal ini menyebabkan dapat
bermakna dengan kelompok positif dan segera memasuki tahap berikutnya yaitu proliferasi
(p=0,000 < 0,05) berbeda bermakna dengan dan remodeling. Tidak terdapat perbedaan jumlah
kelompok negatif. Hal ini menunjukan bahwa fibroblast yang signifikan secara statistik antara
fraksi polar memiliki aktivitas kontrol positif dan kelompok pemberian ekstrak biji
menyembuhkan luka bakar dimulai dihari ke-6. pepaya (Carica papaya L.). Hal tersebut
Berdasarkan penelitian tersebut fraksi ekstrak daun menunjukkan bahwa biji pepaya (Carica papaya
pepaya (Carica papaya L.) memiliki aktivitas L.) memiliki potensi efek sebaik povidone iodine
yang baik dalam penyembuhan (Sintowati & Nugraha, 2019). Berdasarkan
luka bakar serta dapat pernyataan tersebut biji tanaman pepaya (Carica
digunakan sebagai alternatif pengobatan luka papaya L.) efektif terhadap penyembuhan luka.
bakar (Muthmaina et al., 2017), penelitian ini Penelitian lain menyatakan bahwa biji tanaman
melakukan uji hingga hari ke-15 yaitu pada masa pepaya mempunyai kandungan senyawa saponin
penyembuhan proliferasi (Kartika, 2015). (Isnania et al., 2014) yang berfungsi efektif dalam
Dilaporkan bahwa biji tanaman pepaya (Carica mempercepat penyembuhan luka infeksi pada
papaya L.) yang selama ini dianggap sebagai indikator waktu hilangnya nanah dan
limbah ternyata bermanfaat sebagai antibakteri, pembengkakan berasal dari darah yang beredar
antiinflamasi, dan antiluka karena mengandung pada luka (Sintowati & Nugraha, 2019). Batang
saponin, alkaloid, flavonoid, dan senyawa fenol tanaman pepaya (Carica papaya L.) juga
lain (Parampasi & Soemarno, 2013; Rahayu & merupakan bagian tanaman pepaya (Carica
Tjitraresmi, 2016), dimana senyawa flavonoid dan papaya L.) yang mempunyai manfaat terhadap
saponin yang berperan terhadap proses penyembuhan luka. Pernyataan tersebut didukung
penyembuhan luka (Kastika & Rahayu, 2018; oleh Primadiamanti dalam penelitiannya
Larissa et al., 2017). Kandungan flavonoid
dalam ekstrak biji papaya (Carica papaya L.)
dapat menghambat pelepasan histamin dan jalur
metabolisme

Jurnal Farmagazine Vol. IX No.1 Februari 2022 6


Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

menjelaskan bahwa ekstrak batang pepaya (Carica (Prihandiwati & Sari, 2019). Maka, dengan
papaya L.) terdapat senyawa yang efektif sebagai demikian dinyatakan bahwa bagian daun tanaman
penyembuh luka pada hewan percobaan. Hal pepaya (Carica papaya L.) mempunyai aktivitas
tersebut ditunjukkan pada luka berdiameter akhir antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
sebesar 0 mm dengan kurun waktu hari ke-7 Staphylococcus aureus karena memiliki
(Primadiamanti et al., 2018). Menurut penelitian kandungan senyawa metabolit sekunder. Sesuai
(Kartikawati & Ariqsyah, 2020) dalam skrinning dengan penelitian sebelumnya senyawa dalam daun
fitokimia yang dilakukannya batang pepaya positif pepaya berperan sebagai antibakteri yaitu saponin
mengandung flavonoid dan saponin, sehingga yang bekerja mengganggu stabilitas membran sel
ekstrak batang pepaya (Carica papaya L.) efektif bakteri. Sehingga menyebabkan sel bakteri lisis dan
dalam proses penyembuhan luka dan dapat mengganggu permeabilitas membran sel bakteri
digunakan sebagai pengobatan alternatif sebagai yang berakibat rusaknya membran sel serta
penyembuhan luka. Flavonoid dapat mengobati menyebabkan keluarnya berbagai komponen
luka serta bertindak sebagai astringensi, penting dari sel bakteri yaitu protein, asam nukleat,
antimikroba dan mampu membantu mempercepat dan nukleotida (Larissa et al., 2017). Maka dengan
pertumbuhan kolagen melalui pembentukan hal tersebut tanaman pepaya pada bagian daun
jaringan dan peningkatan fibroblast (Kastika & (Carica papaya L.) dinyatakan memiliki aktivitas
Rahayu, 2018). Sedangkan saponin merupakan antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
senyawa yang memacu pembentukan kolagen serta Staphylococcus aureus penyebab infeksi luka.
berfungsi sebagai pembersih, sehingga efektif pada Data dalam review menunjukkan bahwa
luka terbuka dan bekerja sebagai antibakteri dengan pemberian tanaman pepaya (Carica papaya L.)
mengganggu stabilitas membran sel bakteri (Larissa yang meliputi bagian getah, batang, biji, dan daun
et al., 2017; Septiningsih, 2008). Tanaman pepaya mempunyai efektivitas yang baik terhadap proses
juga mempunyai aktivitas antibakteri penyebab penyembuhan luka serta memiliki aktivitas
infeksi luka yaitu pada bagian daun. Studi antibakteri penyebab infeksi luka. Dari berbagai
bagian tanaman yang menunjukkan tingkat
eksperimental oleh Khilyasari menyatakan bahwa
keefektivan paling baik dalam penyembuhan luka
perasan daun tanaman pepaya (Carica papaya L.) yaitu bagian daun. Dimana bagian ini memiliki
memiliki Kadar Hambat Minimum (KHM) efektif kandungan senyawa yang lebih banyak dibanding
menghambat pertumbuhan pada bakteri bagian lainnya yaitu flavonoid, saponin, dan enzim
Staphylococcus aureus sebesar 90%. Sedangkan papain yang berpotensi dalam penyembuhan luka
pada uji secara in vivo pada mencit sebesar 100% lecet, luka sayat, dan luka bakar. Maka, dengan
merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam demikian tanaman pepaya (Carica papaya L.)
dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif
mempercepat kesembuhan infeksi luka (Khilyasari
dalam penyembuhan luka. Namun, diperlukan
& Suliati, 2018). Hal tersebut didukung oleh penelitian lebih lanjut untuk dapat memastikan
Prihandiwati dan Sari dalam penelitiannya efikasi dan keamanan tanaman pepaya agar dapat
menyatakan bahwa salah satu bakteri penghasil dijadikan obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
nanah pada luka kulit yaitu Staphylococcus
aureus. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan KESIMPULAN
Berdasarkan pada studi pustaka yang telah
bahwa diameter zona hambat tertinggi diperoleh
dilakukan dapat disimpulkan bahwa tanaman
pada salep ekstrak daun pepaya (Carica papaya pepaya (Carica papaya L.) mengandung senyawa
L.) dengan konsentrasi 40% yaitu sebesar enzim papain, flavonoid, dan saponin yang
11,63±0,671441 mm dan terkecil pada konsentrasi berperan dalam proses penyembuhkan luka dan
5% yaitu sebesar 5,63±0,550757 kontrol positif mempunyai aktivitas antibakteri penyebab infeksi
(klindamisin) 24,43±0,2021 luka.

Jurnal Farmagazine Vol. IX No.1 Februari 2022 7


Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

UCAPAN TERIMAKASIH 42(7), 546–550.


Koordinator Kemahasiswaan Direktorat Kartikawati, E., & Ariqsyah, M. A. 2020. Uji
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Antiinflamasi Ekstrak Etanol Batang Pepaya
Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Jepang (Cnidoscolus
dan Kebudayaan yang telah memberikan aconitifolius) Pada Mencit Putih Jantan Galur
kesempatan penulis untuk menyelesaikan artikel Swiss Webster. Repository Universitas Al
ini, serta segenap tim LP2MA Universitas Ghifari, 1–14.
Kastika, S. M., & Rahayu, R. 2018.
Muhammadiyah Magelang yang telah memberikan Bioprospek. 13(1), 26–32.
arahan hingga terselesaikanya artikel ini.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. In
DAFTAR PUSTAKA Bakti husada.
A’yun, Q., & Laily, A. N. 2015. Analisis Fitokimia https://doi.org/10.1517/13543784.7.5.803
Daun Pepaya (Carica Papaya L) Di Balai Khilyasari, I., & Suliati. 2018. Antibakteri Perasan
Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi,
Pertumbuhan Bakteri
Kendalpayak, Malang. Universitas Islam Staphylococcus Aureus. Analisis Kesehatan
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Sains, 7(1), 536–540.
134–137. Kurniawan, B., & Ferly Aryana, W. 2015. Cassia
Alata L) For Inhibiting The Growth Of Bacteria.
Adli, A., & Saputra, I. 2020. Efektivitas Air
Escherichia Coli J MAJORITY |, 4,
Rendaman Daun Pepaya Pada Pengobatan
101.
Luka Lele Masamo (Clarias. Sp) Pasca
Pemijahan. Tolis Ilmiah; Jurnal Penelitian, http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.ph
2(1), 124–129. p/majority/article/view/588
Asma, W. 2016. Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Larissa, U., Wulan, A. J., & Prabowo, A. Y. 2017.
Etanol Daun Cocor Bebek (kalanchoe Pinnata Pengaruh Binahong terhadap Luka Bakar
L.) sebagai Penyembuh Luka Bakar pada Derajat II. Jurnal Majority, 7(1), 130–134.
Kelinci. Isu- Isu Kontemporer Sains, Muthmaina, I., Harsodjo, S. W., & Maifitrianti.
Lingkungan, Dan Inovasi Pembelajaranya, 2017. Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar
Fraksi Dari Ekstrak Etanol 70% Daun Pepaya
182–188.
(Carica papaya L.) Pada Tikus. Farmasains,
Darin, R., & Ajisman. 2019. Uji Efektifitas Salep 2017, 4(2), 1–7.
Getah Pepaya Muda ( Carica papaya L ) Nasution, A. A. M., & Batubara, D. E. 2017.
Perbandingan Efektifitas Ekstrak Daun
Terhadap Penyembuhan Luka Sayat pada
Pepaya (Carica Papaya) 100% Dan
Mecit ( Mus musculus ) Dan Implementasinya Gentamisin Krim 0,1% Terhadap
Sebagai Bahan Media Edukasi Masyarakat. Ketebalan Epitel Pada Luka Sayat Tikus
Pedago-BIOLOGI Jurnal Pendidikan Dan Wistar (Rattus Norvegicus). Ibnu Sina
Pembelajaran Biologi, 7(1), 10–22. Biomedika, 1(1), 2–3.
https://doi.org/10.1093/qjmed/hcy106/500
Ibad, M., Nasution, T., Andarini, S., & Al, E. 2013. 3054
Pengaruh Ekstrak Daun Kersen (Muntingia Oktaviani, D. J., Widiyastuti, S., Maharani, D. A.,
Calabura) Terhadap Derajat Eritema Pada Amalia, A. N., Ishak, A. M., & Zuhrotun, A.
Proses Inflamasi Marmut (Cavia Porcellus) 2019. Review: Bahan Alami Penyembuh
Dengan Luka Bakar Derajat Ii Dangkal. Luka. Farmasetika.Com (Online),
Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(2), pp.157-161. 4(3), 44.
Isnania, Fatimawali, & Wehantouw, F. 2014. https://doi.org/10.24198/farmasetika.v4i3. 22939
Aktivitas Diuretik Dan Skrining Fitokimia Parampasi, N., & Soemarno, T. 2013.
Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica Papaya Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
L.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Pepaya dalam Etanol 70 % pada Proses
(Rattus Norvegicus). Pharmacon Jurnal Penyembuhan LukaInsisi. Majalah
Ilmiah Farmasi, 3(3), 188–195. Patologi, 22(1), 31–36.
https://doi.org/10.35799/pha.3.2014.5365 http://majalahpatologiindonesia.com/p/ind
Kartika, R. W. 2015. Perawatan Luka Kronis ex.php/patologi/article/view/87
dengan Modern Dressing. Perawatan
Luka Kronis Dengan Modern Dressing,
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

Aktivitas Proteolitik Papain Kasar Getah Buah Pepaya Dengan Berbagai Metode Pengeringan. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas, 20(2), 59–64.
Prihandiwati, E., & Sari, A. K. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Formulasi Salep Hidrokarbon
Daun Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Salah Satu Alternatif Obat Penyembuh Luka.
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 4(2), 380–390.
Primadiamanti, A., Winahyu, D. A., & Jaulin, A. 2018. Uji Efektivitas Sediaan Salep Batang
Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Penyembuh Luka. Jurnal Farmasi Malahayati, 1(2),
69–79.
Rahayu, S., & Tjitraresmi, A. 2016. REVIEW ARTIKEL : Tanaman Pepaya ( Carica papaya L .)
dan Manfaatnya dalam Pengobatan. Jurnal Farmaka, 14(1), 1–
17.
Ramadhian, M. R., & Widiastini, A. A. 2018. Kegunaan Ekstrak Daun Pepaya ( Carica papaya )
Pada Luka The Use of Papaya Leaf Extract ( Carica papaya ) On Wounds. J Agromedicine,
5(1), 513–517.
Revilla, G. 2019. Efektivitas Pemberian Papain Getah Pepaya Terhadap Kadar Faktor
Pertumbuhan Transforming Growth Factor -B (Tgf-B) pada Proses Penyembuhan Luka
Bakar Tikus Percobaan. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 285.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i2.1003 Septiningsih, E. 2008. Efek Penyembuhan
Adam Syah, Puspita Septie Dianita, Herma Fanani Agusta 2022

Luka Bakar Ekstrak Etanol 70% Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Dalam
Sediaan Gel Pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Universitas
Muhammadiya Surakarta.
Setyani, P., & K, Y. 2016. Efek Lumatan Daun Pepaya (Carica Papaya L.) terhadap Proses
Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Dangkal Pada Tikus Putih (Rattus Novergicus)
Galur Wistar. Jurnal of Clinical Medicine. 2016, 4(1), 51–56.
Shuid, A. N., Anwar, M. S., & Yusof, A. A. 2005. The Effects of Carica papaya Linn.
Latex on the Healing of Burn Wounds in Rats. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia,
3(2), 39–47.
Sintowati, R., & Nugraha, E. A. 2019. Efek ekstrak biji pepaya (Carica papaya l.) terhadap
penyembuhan luka terkontaminasi pada tikus putih
wistar. The 9th University Research Colloqium (URECOL) 2019, 9(1), 424–431.

Tuntun, M. 2011. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya ( Carica Papaya L .) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus. 497–502.
Zeleke, G., Kebebe, D., Mulisa, E., & Gashe,
F. 2017. In Vivo Antimalarial Activity of the Solvent Fractions of Fruit Rind and
Root of Carica papaya Linn (Caricaceae) against Plasmodium berghei in Mice.
Journal of Parasitology Researc. https://doi.org/10.1155/2017/3121050

Anda mungkin juga menyukai