Anda di halaman 1dari 28

CAHAYA DAN OPTIK

A. Sifat-Sifat Cahaya
1. Cahaya Merambat Lurus
Bukti cahaya merampat lurus dapat dilihat pada cahaya matahari yang melalui
jendela atau lubang ventilasi ke dalam rumah. Cahaya tersebut akan membentuk
sebuah garis lurus. Pembuktian lainnya dapat dilihat pada lampu senter yang
disorotkon ke suatu tembok. Cahaya yang berasal dari lampu senter akan
membentuk lintasan lurus. Cahaya yang merambat lurus dalam kehidupan sehari-
hari terlihat pada lampu mobil atau motor. Lampu mobil dan motor dimanfaatkan
untuk menerangi perjalanan pada malam hari.
2. Cahaya dapat Dipantulkan
Pemantulan cahaya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pemantulan teratur
dan baur. Pemantulan teratur adalah pemantulan berkas cahaya sejajar yang terjadi
jika cahaya mengenai benda dengan permukaan rata dan mengkilap, contohnya
pada cermin. Sementara, pemantulan baur atau difus yakni pemantulan cahaya
tidak teratur yang terjadi saat cahaya mengenai benda dengan permukaan kasar,
bergelombang dan tidak mengkilap. Contohnya cahaya yang mengenai air, batu
dan aspal.

3. Cahaya dapat Dibiaskan


Cahaya akan dibiaskan ketika melalui dua medium yang memiliki kerapatan optik
yang berbeda. Kecepatan cahaya akan menurun saat dari udara memasuki air atau
medium yang lebih rapat. Semakin besar perubahan kecepatan cahaya saat melalui
dua medium berbeda, akan semakin besar pula efek pembiasan terjadi. Namun,
pembiasan tidak akan terjadi saat cahaya masuk dengan posisi tegak lurus bidang
batas kedua medium.

4. Cahaya merupakan Gelombang Eletromagnetik


Bayangkan saat ini kamu sedang berdiri di tepi pantai. Pada saat itu kamu melihat
ombak yang sangat besar sedang melaju menuju ke arah kamu. Deburan ombak
tersebut hanya memindahkan sejumlah energi dengan memindahkan mediumnya
(air laut) karena angin. Hal ini dibuktikan dengan suara gerak ombak (energi
gerak menjadi bunyi). Berbeda dengan gelombang laut, cahaya dapat mentransfer
energi dari satu tempat ke tempat lain tanpa menggunakan media. Gelombang
cahaya terbentuk karena adanya medan magnet dan medan listrik secara periodik,
sehingga merupakan gelombang elektromagnet.

B. Pembentukan Bayangan pada Cermin

Berkas sinar yang mengenai cermin disebut sinar datang. Sedangkan berkas sinar
yang meninggalkan cermin disebut sinar pantul. Sebuah garis putus-putus yang digambar
tegak lurus permukaan cermin disebut garis normal. Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang, yang dilambangkan dengan i. Sedangkan
sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis normal disebut sudut pantul, yang
dilambangkan dengan r. Sinar yang jatuh pada permukaan yang rata akan dipantulkan
sesuai dengan hukum pemantulan sebagai berikut:

a. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar
b. Besar sudut datang sama dengan besar sudut pantul.

1. Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar

Sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar:


1. Jarak bayangan ke cermin (S’) sama dengan jarak benda ke cermin (S)
2. Bayangan dibentuk oleh perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar pantul dan
berada di belakang cermin.
3. Bayangan tidak dapat ditangkap oleh layar (maya) dan dibelakang cermin
4. Besar/tinggi bayangan sama dengan besar/tinggi benda
5. Bayangan berhadapan dengan bendanya, tetapi saling berkebalikan.
Bila dua buah cermin datar dirangkai membentuk sudut tertentu dapat
menghasilkan bayangan lebih dari satu. Banyaknya bayangan (n) bergantung pada
besarnya sudut () yang dibentuk oleh kedua cermin tersebut, dan dirumuskan
sebagai berikut:
n 360  1 

2. Pembentukan Bayangan pada Cermin Lengkung


a. Cermin Cekung
Pada cermin cekung, garis normal adalah garis yang menghubungkan titik
pusat lengkung cermin M dengan titik jatuhnya sinar. Garis normal pada
cermin lengkung berubah-ubah, bergantung pada titik jatuh sinar. Misalnya,
jika sinar datang dari K mengenai cermin cekung di B, maka garis normalnya
adalah garis MB dan sudut datangnya adalah sudut KBM = α. Sesuai hukum
pemantulan, maka sudut pantulnya, adalah sudut MBC = α dan sinar pantulnya
adalah sinar BC.
Sinar datang dari K mengenai cermin cekung di D, maka garis normalnya
adalah garis MD dan sudut datangnya adalah sudut KDM = β. Sesuai hukum
pemantulan, maka sudut pantulnya, adalah sudut MDC = β, sedangkan sinar
pantulnya adalah sinar DC. Hal yang sama berlaku juga pada cermin
cembung.

1) Sinar-sinar Istimewa pada Cermin Cekung


a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.

b) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
c) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan
melalui titik pusat kelengkungan cermin pula.

Untuk melukis bayangan pada cermin cekung diperlukan minimal dua


buah sinar istimewa. Akan tetapi, hasil akan lebih baik dan meyakinkan
jika dilukis dengan tiga sinar istimewa sekaligus dengan langkah-langkah
sebagai berikut.

1. Pilih sebuah titik pada bagian ujung atas benda dan lukis dua sinar
datang melalui titik tersebut menuju cermin.
2. Setelah sinar-sinar datang tersebut mengenai cermin, pantulkan kedua
sinar tersebut sesuai kaidah sinar istimewa cermin cekung.
3. Tandai titik potong sinar pantul sebagai tempat bayangan benda.
4. Lukis perpotongan sinar-sinar pantul tersebut.
Berdasarkan gambar tersebut bayangan yang terbentuk bersifat
maya, tegak, dan diperbesar.

2) Persamaan Cermin Cekung


Persamaan cermin cekung meyatakan hubungan kuantitatif antara jarak
benda ke cermin (s), jarak bayangan ke cermin (S’), dan panjang fokus (f).
1 1 1
= +
f s s'
Keterangan :
f = Jarak focus (cm)
s = Jarak benda ke cermin (cm)
s’ = Jarak bayangan (layar) ke cermin (cm)
Selain persamaan tersebut kita juga harus mengetahui perbesaran
bayangan yang dihasilkan oleh cermin cekung. Rumus perbesaran pada
cermin cekung adalah :
' '
h s
M= =
h s
Keterangan :
M = Perbesaran
s = Jarak benda ke cermin
h = Tinggi benda
s’ = Jarak benda (layar) ke cermin
h’ = Tinggi bayangan
Catatan :
h’ positif (+) menyatakan bayangan adalah tegak (dan maya)
h’ negatif (-) menyatakan bayangan adalah terbalik (dan nyata)
b. Cermin Cembung

Cermin cembung adalah cermin lengkung yang bagian luarnya dapat


memantulkan cahaya. Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya
(divergen). Cermin cembung disebut cermin negatif (−) karena titik fokus
cermin berada di belakang cermin yang merupakan titik potong perpanjangan
sinar-sinar pantul dari berkas sinar datang yang sejajar. Oleh sebab itu, jarak
fokus cermin cembung diberi nilai negatif (−). Bagian-bagian pada cermin
cembung dan keterangannya dapat kalian lihat pada gambar berikut ini.

Keterangan gambar:

M = titik pusat kelengkungan cermin


O = titik pusat bidang cermin (vertex)
F = titik fokus cermin
OM = R = jari-jari kelengkungan cermin
OF = f = jarak fokus
Perpanjangan OM = sumbu utama cermin
PM = sumbu tambahan, yang panjangnya sama dengan R dan dapat berfungsi
sebagai garis normal

1) Sinar-sinar Istimewa Cermin Cembung

Pada cermin cembung juga berlaku hukum-hukum pemantulan, yaitu


besarnya sudut datang sama dengan besarnya sudut pantul. Sinar
istimewa dan diagram sinar pada cermin cembung dapat dilihat pada
gambar:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dipantul- kan seolah-olah dari titik
fokus (F).

2. Sinar yang datang menuju titik fokus (F) di- pantulkan sejajar sumbu
utama

3. Sinar yang datang menuju titik pusat kelengkungan cermin seolah-


olah dipantulkan berasal dari titik pusat kelengkungan tersebut.

Untuk melukis bayangan pada cermin cembung dibutuhkan minimal


dua buah sinar istimewa dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Pilih sebuah titik pada bagian ujung atas benda dan lukis dua sinar
datang melalui titik tersebut menuju cermin.
2. Setelah sinar-sinar datang tersebut mengenai cermin, pantulkan kedua
sinar tersebut sesuai kaidah sinar istimewa pada cermin cembung.
3. Tandai titik potong sinar-sinar pantul atau perpanjangan sinar- sinar
pantul sebagai tempat bayangan benda.
4. Lukis bayangan benda pada perpotongan perpanjangan sinar- sinar
pantul tersebut.
Contoh lukisan pembentukan bayangan pada cermin cembung sebagai
berikut.

Jika benda diletakkan di depan cermin cembung, maka


bayangan yang terbentuk akan bersifat maya, tegak, dan
diperkecil.

2) Persamaan Cermin Cembung

Rumus-rumus yang berlaku untuk cermin cekung juga berlaku


untuk cermin cembung. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu titik
fokus F dan titik pusat kelengkungan cermin M untuk cermin cembung
terletak di belakang cermin. Oleh karena itu, dalam menggunakan
persamaan cermin cembung jarak fokus (f) dan jari-jari cermin (R) selalu
dimasukkan bertanda negatif. Dengan catatan bahwa dalam cermin
cembung harga f dan R bernilai negatif (−).

C. Lensa
1. Pembentukan Bayangan pada Lensa
Lensa adalah benda bening yang memiliki permukaan berbentuk cekung atau
cembung dan berfungsi untuk membiaskan cahaya. Lensa secara umumnya ada
yang berbentuk cembung dan cekung. Lensa cembung bagian tengahnya lebih
tebal dari bagian pinggir. Lensa cekung bagian tengahnya lebih tipis dari bagian
pinggirnya.
2. Pembiasan pada Lensa Cembung
Penerapan hukum pembiasan cahaya pada benda ternyata menentukan sinar-sinar
istimewa pada pembiasan cahaya oleh lensa cembung. Sinar-sinar istimewa pada
lensa cembung dapat dilihat pada Tabel berikut.

Sinar Istimewa Diagram Sinar


Suatu sinar datang sejajar sumbu
utama lensa akan dibiaskan ke titik
fokus aktif (F1) di belakang lensa

Suatu sinar datang melalui titik


fokus pasif (F2) di depan lensa akan
dibiaskan sejajar sumbu utama.

Suatu sinar datang melalui pusat


optik t lensa (O) akan diteruskan
tanpa dibiaskan.
3. Pembiasan pada Lensa Cekung
Pada pembiasan lensa cekung juga berlaku sinar-sinar istimewa ketika kita hendak
membuat bayangan pada lensa. Sinar-sinar istimewa pada pembiasan cahaya oleh
lensa cekung dapat dilihat pada Tabel berikut.

Sinar Istimewa Diagram Sinar


Sinar datang sejajar sumbu utama
lensa seolah-olah dibiaskan berasal
dari titik fokus aktif (F) di depan
lensa.

Sinar datang seolah- olah menuju


titik fokus pasif (F) di depan lensa
akan dibiaskan sejajar sumbu
utama.

Sinar datang melalui pusat optik


lensa (O) akan diteruskan tanpa
dibiaskan.

Jika ketiga sinar istimewa yang berasal dari suatu benda di lukiskan pada satu
lensa, maka akan terbentuk bayangan hal-hal seperti gambar berikutnya.

Sifat bayangan yang terbentuk pada lensa cekung bergantung pada posisi
benda. Sifat bayangan pada lensa cekung dapat ditentukan melalui bantuan
diagram sinar-sinar istimewa. Dalam lensa cekung, benda yang terletak di depan
lensa akan selalu menghasilkan bayangan maya, tegak,, perkecil dan terletak di
depan lensa.

4. Persamaan Lensa
Persamaan pada lensa cembung sama dengan persamaan pada lensa cekung.
Hubungan antara jarak fokus (f), jarak bayangan (s’), dan jarak (s) adalah sebagai
berikut.
1 1 1
= +
f s s'
Perbesarannya :

M= =
s ||||
s' h'
h
Pada lensa cembung titik focus bernilai positif (sama seperti pada cermin cekung),
sedangkan pada lensa cekung, titik focus bernilai negative (sama seperti pada
cermin cembung). Setiap lensa mempunyai kemampuan yang berbeda- beda
dalam mengumpulkan atau menyebarkan sinar. Kemampuan lensa dalam
mengumpulkan atau menyebarkan sinar disebut kuat lensa (D) dan memiliki
satuan dioptri. Kuat lensa merupakan kebalikan dari panjang focus. Secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

1
D=
f

Dengan syarat f harus dinyatakan dalam meter (m). Jika f dalam sentimeter (cm)
maka rumus menjadi :

100
D=
f

D. Penerapan cahaya dan optik dalam kehidupan sehari-hari


1. Indra penglihatan manusia dan hewan
a. Indra Penglihatan manusia
1) Bagian-bagian mata manusia

Organ penglihatan yang dimiliki oleh manusia adalah mata. Organ ini
berbentuk bulat. Organ ini tersusun atas beberapa bagian yang berbeda yang
masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda pula. Mata kita dibalut
oleh tiga lapis jaringan yang berlainan. Lapisan luar adalah lapisan sklera,
lapisan ini membentuk kornea. Lapisan tengah adalah lapisan koroid, lapisan
ini membentuk iris. Lapisan ketiga adalah lapisan dalam, yaitu retina.

a) Kornea
Mata memiliki bentuk seperti bola dengan diameter ± 2,5 cm. lapisan
terluar mata disebut sklera yang membentuk putih mata, dan
bersambung dengan bagian depan bening yang disebut kornea. Cahaya
masuk kemata melewati kornea. Lapisan kornea mata terluar bersifat
kuat dan tembus cahaya. Kornea berfungsi untuk melindungi bagian
yang sensitif yang berada di belakangnya dan membantu memfokuskan
bayangan pada retina.

b) Iris atau Selaput Pelangi


Setelah cahaya melewati kornea, selanjutnya cahaya akan menuju ke
pupil. Pupil adalah bagian berwarna hitam yang merupakan jalan
masuknya cahaya ke dalam mata. Pupil dikelilingi oleh iris, yang
merupakan bagian berwarna pada mata yang terletak di belakang kornea.
c) Pupil
Pupil berada di tengah iris (bagian yang memberi warna pada mata kita).
Fungsi pupil adalah untuk memungkinkan cahaya masuk ke mata
sehingga dapat difokuskan pada retina untuk memulai proses
penglihatan. Pada umumnya pupil akan terlihat bulat sempurna,
berukuran sama dan berwarna hitam. Warna hitam yang terjadi karena
cahaya yang melewati pupil diserap oleh retina dan tidak dipantulkan
kembali (dalam pencahayaan normal). Dalam kondisi minim cahaya,
pupil membesar sehingga lebih banyak cahaya dapat mencapai retina
untuk meningkatkan penglihatan. Dalam kondisi cerah, pupil mengerut
untuk membatasi seberapa banyak cahaya masuk ke mata (terlalu banyak
cahaya dapat menyebabkan silau dan ketidaknyamanan, dan bahkan
dapat merusak lensa dan retina).

d) Lensa Mata
Setelah melewati pupil, cahaya bergerak merambat ke lensa. Lensa mata
berbentuk biconvex (Cembung depan-belakang), seperti lensa pada kaca
pembesar. Lensa mata bersifat fleksibel. Otot siliar yang ada dalam
mata akan membantu mengubah lensa mata. Ketika melihat benda yang
berada pada jarak jauh, otot siliaris akan mengalami relaksasi. Hal ini
akan menyebabkan lensa mata menjadi lebih datar atau mata melihat
tanpa berakomodasi. Ketika melihat benda yang berada pada jarak dekat,
otot siliaris akan mengalami kontraksi. Hal ini akan menyebabkan lensa
mata menjadi lebih cembung.
e) Retina
Cahaya yang melewati lensa selanjutnya akan membentuk bayangan
yang kemudian ditangkap oleh retina. Retina merupakan sel yang
sensitive terhadap cahaya matahari atau saraf penerima rangsang sinar
(Fotoreseptor) yang terletak pada bagian belakang mata. Retina terdiri
dari dua macam sel fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel
kerucut memungkinkan untuk melihat warna, tetapi membutuhkan
cahaya yang lebih terang dibandngkan sel batang. Sel batang akan
menunjukkan responsnya ketika berada pada tempat yang redup. Sel
batang mampu menerima rangsangan sinar tidak berwarna, jumlahnya
sekitar 125 juta. Sel kerucut mampu menerima rangsang sinar yang kuat
dan warna, jumlanya 6,5-7 juta.

f) Sklera
Sklera adalah bagian dinding putih mata. Sklera ini berfungsi untuk
melindungi struktur mata dan membantu mempertahankan bentuk mata.

g) Koroid
Koroid adalah dinding mata yang berfungsi sebagai penyuplai oksigen
dan nutrisi untuk bagian-bagian mata yang lain, khususnya
retina. Koroid biasanya berwarna cokelat kehitaman atau hitam. Warna
ini bertujuan agar cahaya tidak dipantulkan kembali.
h) Bintik Buta
Bintik buta adalah bagian yang berfungsi untuk meneruskan dan
membelokkan berkas saraf menuju otak. Di bagian mata ini, tidak ada
sel-sel yang peka terhadap rangsangan cahaya. Itu artinya, ketika ada
bayangan benda yang jatuh ke titik ini, kita tidak akan bisa melihatnya.

i) Saraf Optik
Saraf optik berfungsi untuk meneruskan informasi visual benda yang
diterima retina menuju ke otak. Nah, saraf optik ini lah yang membuat
kita dapat mengetahui bagaimana bentuk suatu benda yang kita lihat.
Oleh karena itu, jika saraf optik ini rusak, maka kita tidak akan bisa
melihat.

2) Gangguan pada Indra Penglihatan Manusia


a) Rabun Dekat (Hipermetropi)
Seseorang penderita rabun jauh tidak dapat melihat benda yang berada
pada jarak dekat (± 30 cm) dengan jelas. Hal ini karena bayangan yang
terbentuk jauh di belakang retina, sehingga bayangan yang jatuh di retina
menjadi tidak jelas (kabur). Kacamata positif dapat menolong penderita
rabun dekat, sebab lensa cembung mengumpulkan cahaya sebelum
cahaya masuk ke mata.

b) Rabun Jauh (Miopi)


Seseorang penderita rabun jauh tidak dapat melihat benda-benda yang
berada pada jarak jauh (tak hingga) dengan jelas. Hal ini dikarenakan
bayangan yang terbentuk jatuh di depan retina. Kacamata negatif dapat
menolong penderita rabun jauh karena lensa cekung akan dapat
membuat cahaya menyebar sebelum cahaya masuk ke mata. Dengan
demikian, bayangan yang jelas akan terbentuk di retina.

c) Buta Warna
Buta warna merupakan suatu kelainan pada mata yang disebabkan oleh
ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap warna
tertentu. Penyakit ini bersifat menurun. Buta warna ada yang buta
warna total dan buta warna sebagian. Buta warna total hanya mampu
melihat warna hitam dan putih saja, sedangkan buta warna sebagian
tidak dapat melihat warna tertentu, yaitu merah, hijau, atau biru.

d) Presbiopi
Presbiopi disebut juga rabun jauh dan dekat atau rabun tua, karena
kelainan mata ini biasanya diderita oleh orang yang sudah tua.
Kelainan jenis ini membuat si penderita tidak mampu melihat dengan
jelas benda-benda yang ada di jarak jauh atau benda yang berada di
dekat jarak. Hal tersebut diakibatkan oleh berkurangnya daya
akomodasi mata. Kelainan ini biasanya diatasi dengan kacamata
rangkap, yaitu kacamata cembung dan cekung. Pada kacamata dengan
lensa rangkap atau kacamata bifokal, lensa negatif bekerja seperti
kacamata untuk penderita miopi, sedangkan kacamata positif bekerja
seperti kacamata untuk penderita hipermetropi.

e) Astigmatisma
Astigmatisme atau dikenal sebagai silinder adalah sebuah gangguan
pada mata karena penyimpangan dalam pembentukan bayangan pada
lensa. Hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat
memberikan gambar atau bayangan horizontal secara bersamaan.
Penglihatan si penderita menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan
ini, dapat menggunakan lensa silindris.

b. Indra Penglihatan Serangga

Mata serangga memiliki struktur yang khas. Mata serangga berbeda pada
manusia yang hanya memiliki satu lensa karena mata serangga tersusun atas
puluhan hingga ratusan lensa sehingga mata serangga disebut sebagai mata
majemuk. Sebagian serangga memiliki kepala yang sebagian besar atau
seluruhnya terdapat susunan lensa sehigga memungkinkan untuk serangga
tersebut untuk melihat pada jangkauan yang sangat lebar. Mata serangga juga
mampu untuk melihat gerakan yang sangat cepat sehingga serangga dapat
terhindar dari bahaya atau digunakan untuk menangkap mangsa yang memiliki
gerakan yang sangat lincah. Setiap mata serangga disebut sebagai omatidium yang
berfungsi sebagai reseptor penglihatan yang terpisah dan serangga memiliki
banyak ommatidium. Setiap omatidium terdiri atas:

1. Lensa, permukaan depan lensa merupakan satu faset mata majemuk


2. Kerucut kristalin, yang tembus cahaya.
3. Sel-sel penglihatan, yang peka terhadap cahaya.
4. Sel-sel yang mengandung pigmen, yang memisahkan omatidia dari omatidia
lainnya.
Setiap omatidium akan menyumbangkan informasi penglihatan dari satu
daerah objek yang dilihat serangga yang berasal dari arah yang berbeda, sehingga
bayangan yang dilihat oleh serangga adalah gabungan dari gambar-gambar yang
dihasilkan dari setiap omatidium merupakan bayangan mosaik, yang meneyusun
seluruh pandangan serangga.

2. Alat Optik dalam Kehidupan sehari-hari


Alat-alat optik adalah alat yang menggunakan lensa atau cermin untuk
memanfaatkan sifat-sifat cahaya yaitu dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan,
cahaya tersebut digunakan untuk melihat. Mata manusia memiliki kemampuan
melihat yang sangat terbatas, yaitu mereka tidak dapat dengan jelas melihat
benda-benda kecil, benda yang sangat jauh dan tidak mampu merekam apa yang
dilihatnya dengan baik.

a. Kamera
Prinsip kerja kamera mirip dengan mata manusia. Lensa kamera merupakan
bagian dari kamera yang berfungsi untuk membentuk bayangan, mirip lensa mata
pada mata. Kamera dilengkapi dengan film yang berfungsi sebagai tempat
bayangan, mirip dengan retina pada mata. Jika mata memiliki kemampuan untuk
berakomodasi, pada kamera pengaturan bayangan agar jatuh tepat pada film
dilakukan dengan cara menggerakkan lensa.

Prinsip kerja kamera secara umum sebagai berikut. Objek yang hendak difoto
harus berada di depan lensa. Ketika diafragma dibuka, cahaya yang melewati
objek masuk melalui celah diafragma menuju lensa mata. Lensa mata akan
membentuk bayangan benda. Supaya bayangan benda tepat jatuh pada film
dengan jelas maka letak lensa harus digeser-geser mendekati atau menjauhi film.
Mengeser-geser lensa pada kamera, seperti mengatur jarak fokus lensa pada mata
(akomodasi). Diagram pembentukan bayangan pada kamera ditunjukkan pada
gambar berikut ini.

Gambar Pembentukan Bayangan pada Kamera Analog

b. Kaca Pembesar (Lup)

Meskipun jarak terdekat objek yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh
mata adalah 25 cm (untuk jenis mata normal atau emetropi), lup
memungkinkan kalian untuk menempatkan objek lebih dekat dari 25 cm,
bahkan harus lebih kecil daripada jarak fokus lup. Hal ini karena ketika kalian
mengamati objek dengan menggunakan lup, yang kalian lihat adalah bayangan
objek, bukan objek yang sebenarnya. Ketika objek lebih dekat ke mata, sudut
pandangan mata akan menjadi lebih besar sehingga objek terlihat lebih besar.
Perbandingan sudut pandangan mata ketika menggunakan lup dan sudut
pandangan mata ketika tidak menggunakan lup disebut perbesaran sudut.
Dengan demikian, perbesaran yang terjadi pada lup adalah perbesaran anguler
(perbesaran sudut). Secara matematis, perbesaran anguler pada lup dituliskan
sebagai berikut.

tanθ '
m θ=γ =
tanθ

Keterangan:

mθ = perbesaran sudut (anguler)

θ = sudut penglihatan tanpa menggunakan lup

θ’ = sudut penglihatan dengan menggunakan lup

Dalam menggunakan lup dikenal dua cara pengamatan yaitu pengamatan


dengan mata berakomodasi maksimum dan pengamatan dengan mata tidak
berakomodasi.

a. Pembentukan Bayangan Lup untuk Mata Tak Berakomodasi


Untuk mata tanpa akomodasi, benda yang akan diamati diletakkan pada
jarak fokus lup (f). Jadi, pada keadaan ini berlaku s = f. Karena benda di
titik fokus lensa, maka bayangan yang terbentuk terletak di tak terhingga,
sehingga sudut penglihatan tanpa lup dicari dengan persamaan berikut.

h
θ=
Sn

Keterangan:

h = tinggi benda (besar benda)

Sn = titik dekat mata (25 cm)

sedangkan sudut benda ketika menggunakan lup adalah:

h
θ '=
f
Dengan demikian, perbesaran anguler oleh lup untuk mata tidak
berakomodasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Sn
m θ=
f

Proses pembentukan bayangan oleh lup ketika mata tidak berakomodasi


diperlihatkan pada gambar berikut ini.

b. Pembentukan Bayangan Lup untuk Mata Berakomodasi Maksimum

Pada pengamatan dengan mata berakomodasi maksimum, bayangan yang


terbentuk harus berada di dekat mata. Jadi, pada kasus ini sudut
penglihatan pada lup adalah:

h
θ=
Sn

Berdasarkan Hukum Pembiasan, kita memperoleh persamaan berikut.

1 sn + f
=
s sn f

Dari persamaan tersebut, kita mendapatkan sudut penglihatan dengan


menggunakan lup sebagai berikut.

h
θ '=
s

s n+ f
θ '= h
sn f
Jadi, perbesaran anguler oleh lup untuk mata berakomodasi maksimum
dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.

sn
θ '= +1
f

Untuk mata normal, nilai sn (jarak baca normal) adalah 25 cm. Proses
pembentukan bayangan pada lup untuk pengamatan dengan mata
berakomodasi maksimum diperlihatkan pada gambar berikut ini.

3. Mikroskop

Mikroskop menggunakan dua buah lensa positif (lensa cembung). Lensa yang
terletak di dekat mata (lensa bagian atas) disebut lensa okuler. Sedangkan lensa
yang terletak dekat dengan objek benda yang diamati (lensa bagian bawah)
disebut lensa objektif. Hal yang perlu diingat adalah fokus pada lensa obyektif
lebih pendek dari fokus pada lensa okuler (fob < fok).

Prinsip kerja atau cara kerja mikroskop secara sederhana adalah lensa objektif
akan membentuk bayangan benda yang bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar.
Bayangan benda oleh lensa objektif akan ditangkap sebagai benda oleh lensa
okuler. Bayangan inilah yang tampak oleh mata.

Pada mikroskop, objek yang akan diamati harus diletakkan di depan lensa objektif
pada jarak antara fob dan 2fob sehingga bayangannya akan terbentuk pada jarak
lebih besar dari 2fob di belakang lensa objektif dengan sifat nyata dan terbalik.
Bayangan pada lensa objektif dipandang sebagai objek oleh lensa okuler dan
terbentuklah bayangan pada lensa okuler.
Agar bayangan pada lensa okuler dapat dilihat atau diamati oleh mata, bayangan
ini harus berada di depan lensa okuler dan bersifat maya. Hal ini dapat terjadi jika
bayangan pada lensa objektif jatuh pada jarak kurang dari fok dari lensa okuler.
Proses terbentuknya bayangan pada mikroskop, seperti yang diperlihatkan pada
gambar di bawah ini. Dari gambar ini, terlihat bahwa bayangan akhir yang
dibentuk oleh mikroskop bersifat maya, terbalik, dan diperbesar.

4. Teleskop

Teropong bintang terdiri dari lensa objektif dan lensa okuler. Kedunya
menggunakan lensa positif (lensa cembung). Seperti halnya pada mikroskop,
penggunaan teropong bintang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mata
berakomodasi maksimum dan mata tanpa akomodasi.

a. Penggunaan Dengan Mata Berakomodasi Maksimum

Syarat untuk penggunaan dengan mata berakomodasi maksimum adalah


bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler jatuh di titik dekat mata
(s’ok = −sn). Perhatikan skema atau diagram pembentukan bayangan oleh
teropong bintang untuk penggunaan mata berakomodasi maksimum berikut
ini.
Teropong bintang digunakan untuk melihat benda-benda angkasa yang
jaraknya sangat jauh. Oleh karena itu, jarak benda pada lensa objektif terletak
pada jarak tak terhingga (sob = ∞). Jadi, pada lensa objektif berlaku
persamaan berikut.

s ' ob =f ob

Agar mata berakomodasi maksimum, bayangan pada lensa okuler terletak


di titik dekat mata (s’ok = −sn). jadi, pada lensa okuler berlaku persamaan
berikut.

f ok s n
sok =
f ok + s n

Perbesaran anguler pada teropong bintang merupakan perbandingan sudut


penglihatan menggunakan teropong bintang (θ’) dengan sudut penglihatan
tanpa menggunakan teropong bintang (θ). Jadi, perbesaran anguler pada
teropong bintang dihitung dengan persamaan berikut.

f ob
m θ=
sok

Perbesaran sudut ini merupakan perbesaran total oleh teropong bintang. Jadi,
perbesaran pada teropong bintang dapat dihitung dengan persamaan berikut
ini.

f ob
M=
sok
Keterangan:

mθ = perbesaran anguler

M = perbesaran lateral

sob = jarak benda lensa objektif

sok = jarak benda lensa okuler

s’ob = jarak bayangan lensa objektif = sok

s’ob = jarak bayangan lensa okuler

fob = jarak fokus lensa objektif

fok = jarak fokus lensa okuler

Sementara itu, panjang teropong dapat ditentukan dengan mengukur jarak


antara lensa objektif dan lensa okuler. Oleh karena itu panjang teropong saat
penggunaan dengan mata berakomodasi maksimum sesuai dengan rumus atau
persamaan berikut ini.

d=s ' ob +s ok

d=f ob + s ok

Keterangan: d = panjang teropong bintang

b. Penggunaan Dengan Mata Tidak Berakomodasi

Pengamatan dengan mata berakomodasi menyebabkan mata cepat lelah.


Untuk menghindari mata cepat lelah, dalam melakukan pengamatan dilakukan
tanpa akomodasi (dengan santai). Untuk mata tidak
berakomodasi, bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler berada pada titik
jauh mata (s’ok = ∞). Skema pembentukan bayangan oleh teropong bintang
untuk mata tidak berakomodasi dapat kalian lihat pada gambar berikut ini.
Untuk lensa objektif, benda terletak di jauh tak hingga, sehingga berlaku
persamaan berikut.

s ' ob =f ob

Untuk lensa okuler, bayangan terbentuk di titik jauh mata (s’ok = ∞), sehingga
berlaku persamaan berikut.

sok =f ok

Perbesaran bayangan pada teropong bintang dinyatakan oleh perbesaran


anguler (mθ) yaitu sebagai berikut.

f ob
m θ=
f ok

Jadi, perbesaran oleh teropong bintang untuk mata tidak berakomodasi


dirumuskan dengan persamaan berikut.

f ob
M=
f ok

Keterangan:

M = perbesaran total teropong bintang

fob = jarak fokus lensa objektif teropong bintang

fok = jarak fokus lensa okuler teropong bintang

Panjang teropong untuk mata tanpa akomodasi dihitung dengan persamaan


berikut.
d=f ob + f ok

Keterangan:

d = panjang teropong bintang

Anda mungkin juga menyukai