Anda di halaman 1dari 27

PENUNTUN PRAKTIKUM

NEUROLOGI

TIM PENYUSUN
Dr. dr. Liong Boy K, M.Kes, Sp.PK (K)
dr. Ruland DN Pakasi, Sp.PK (K)
Dr. dr. Yuyun Widaningsih, M.Kes, Sp.PK

DEPARTEMEN ILMU PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atasberhasilnya


menyelesaikan buku Penuntun Praktikum Sistem Neurologi ini bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin tepat pada waktunya.
Buku Penuntun ini merupakan pedoman bagi mahasiswa untuk melakukan
beberapa macam tes yang sering digunakan sebagai pemeriksaan penunjang di
bidang Neurologi. Kami harapkan buku ini dapat menjadi pegangan, bukan hanya
pada saat praktikum di laboratorium saat perkuliahan, tetapi juga ketika nanti
bertugas di tempat masing-masing.
Semoga buku ini dapat memberi manfaat, baik pada saat ini, maupun saat
yang akan datang.

Makassar,
Ketua Departemen Ilmu Patologi Klinik

Dr. dr. Yuyun Widaningsih, M.Kes, Sp.PK

ii | N e u r o p s i k i a t r i
Daftar Isi

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Tes Cairan Otak 1
A. Tes Makroskopi 4
B. Tes Mikroskopi 5
C. Tes Kimia 8
Algoritme Tes Cairan Otak 14
Tes Pandy ................................................................................................... 16
Tes Nonne Apelt ..........................................................................................18

iii | N e ur o p s i ki a t r i
TES CAIRAN OTAK

Dasar Teori

Cairan otak terutama dibuat oleh pleksus korioideus yang terdapat pada
ventrikel tertius, ventrikel quartus dan ventrikel lateralis melalui proses ultrafiltrasi
plasma darah. Setelah terkumpul dalam ventrikel quartus cairan otak akan masuk
ke kanalis spinalis dan sebagian ke ruang subarahnoid yang menyelubungiseluruh
medulla spinalis dan permukaan otak melalui foramen Magendi dan Lushka.
Reabsorbsi cairan otak melalui villi arahnoid ke dalam sinus dural. 1, 2

Fungsi cairan otak adalah sebagai alat pelindung otak bila terjadi trauma,
sebagai bahan lubrikasi sistem nervus sentralis, membantu transpor nutrisi dan
pelepasan hasil metabolisme.1,3,4 Dalam keadaan normal jumlah cairan otak
seluruhnya 120-150 ml, jernih dan tidak berwarna serta mengandung sedikit sel
lekosit, glukosa dan protein. 3

Tujuan tes cairan otak adalah mengetahui kelainan pada cairan otakmelalui
tes makroskopi, kimia, mikroskopi dan mikrobiologi.

Tindakan punksi lumbal adalah cara untuk memperoleh cairan otak.


Sebelum melakukan punksi lumbal perlu diketahui indikasi diagnostik, indikasi
terapi dan kontra-indikasinya .3,4,5 Tindakan ini harus dilakukan oleh dokter atau
paramedis yang terlatih. 6

1|Neuropsikiatri
Gambar 1. Punksi lumbal 7

Indikasi diagnostik adalah untuk 3,4,8:


1. Mendiagnosis meningitis
2. Mengetahui adanya perdarahan subarahnoid
3. Mengetahui adanya tumor atau keganasan
4. Memasukkan bahan kontras.

Indikasi terapi adalah 4,8:


1. Mengeluarkan darah dari ruang subarahnoid
2. Memasukkan obat atau anestesi spinal
Kontraindikasi 3:
1. Bila ada infeksi epidural
2. Infeksi kulit sekitar tempat punksi
3. Kelainan anatomi tempat punksi misalnya skoleosis

METODE

Pengambilan sampel dapat dilakukan pada lokasi :ventrikel, cysterna


magna, ruang subarachnoid, segmen lumbal. Punksi lumbal dilakukan pada ruang
intervertebra L3-L4 atau L4-L5. Jumlah cairan otak yang diambil sebanyak 10- 20
ml, tampung ke dalam 3 tabung kaca yang transparan dan steril : 1,3
tabung I : untuk tes kimia
tabung II : untuk tes mikrobiologi
tabung III : untuk tes mikroskopi

2|Neuropsikiatri
Gambar 2. Cairan otak ditampung pada tiga tabung untuk tes kimia,
mikrobiologi, dan mikroskopik(hematologi) 7

Penambahan natrium sitrat 20% dapat dilakukan bila cairan otak keruh atau
bercampur darah dengan perbandingan 0,01 ml natrium sitrat 20% dan 1 ml
cairan otak

Sebaiknya tes dilakukan paling lambat 1 jam setelah memperoleh sampel


untuk menghindari kerusakan sel dan kontaminasi kuman, artinya sampel
langsung dikirim ke laboratorium untuk segera dilakukan tes. 7

3|Neuropsikiatri
A. TES MAKROSKOPI

 Pra analitik
a. Persiapan pasien : Pasien sebaiknya dalam keadaan rileks dan diberi
penjelasan tentang tahap pengambilan sampel, tujuan, keuntungan dan
resiko yang mungkin terjadi .
b. Persiapan sampel : Hindari sampel warna merah akibat tindakan
punksi.5 Cairan otak berwarna merah menunjukkan adanya darah dan
perlu dibedakan apakah darah berasal dari perdarahan subarahnoidal
atau akibat punksi. Bila perdarahan akibat punksi maka warna merah
akan berkurang pada tabung berikutnya.
c. Prinsip tes: Membandingkan warna cairan otak dengan larutan jernih,
6
memeriksa kekeruhan dan bekuan cairan otak secara langsung.
d. Alat:
Tabung reaksi

 Analitik
~ Warna
a. Cara kerja:
Bandingkan warna pada tabung yang berisi cairan otak dengan
tabung yang berisi aquadest pada latar belakang kertas putih di
tempat yang terang 6
b. Nilai rujukan : Cairan otak normal jernih .5,6
~ Kekeruhan
a. Cara kerja : Bandingkan kekeruhan pada tabung yang berisi cairan
otak dengan tabung yang berisi aquadest pada latar belakang
kertas putih di tempat yang terang 6
b. Nilai rujukan : Tidak ada kekeruhan. 5,6
~ Bekuan
a. Cara kerja : Bandingkan bekuan pada tabung yang berisi cairan otak
dengan tabung yang berisi aquadest pada latar belakang kertas
putih di tempat yang terang 6

4|Neuropsikiatri
b. Nilai rujukan : Tidak ada bekuan.

 Pasca analitik
Interpretasi 5
~Warna : Warna coklat  perdarahan kronik,
Warna kuning  atau kadar protein yang tinggi.
Warna abu-abu  ditemukan lekosit dalam jumlah besar.
~ Kekeruhan :
Derajat kekeruhan mulai dari agak keruh, keruh dan sangat keruh.
Agak keruh  terdapat lebih 200 sel/ul.
Meningitis tuberkulosa  keruh
Meningitis bakterial akut  sangat keruh.
~ Bekuan :
Bekuan pada cairan otak dapat berbentuk halus, keping-keping,
selaput atau kasar.
Bekuan sangat halus  meningitis tuberkulosa
Bentuk selaput  radang kronik
Bekuan kasar  meningitis purulenta.
Beku seluruhnya (bekuan en masse)  Froin dan perdarahan besar.

B. TES MIKROSKOPI

1. Menghitung jumlah sel lekosit


 Pra analitik
a. Persiapan sampel : Tidak ada persiapan khusus.
b. Prinsip tes : Menghitung jumlah sel lekosit cairan otak
menggunakan kamar hitung.
c. Alat dan bahan untuk cairan otak yang jernih . 6
- Pipet Pasteur
- Kamar hitung Improved Neubauer dan kaca penutup
- Mikroskop
d. Alat dan bahan untuk cairan otak yang keruh 6:
- Pipet mikro 200 µl dan 20 ul
- Pipet Pasteur
- Kamar hitung Improved Neubauer dan kaca penutup
- Mikroskop
- Larutan Turk pekat
e. Alat dan bahan bila menggunakan kamar hitung Fuchs- Rosenthal5:

5|Neuropsikiatri
- Pipet lekosit
- Kamar hitung dan kaca penutup
- Mikroskop
- Larutan Turk pekat

Gambar 2. Kamar hitung Improved Neubauer 9

 Analitik
a. Cara kerja
~Cara kerja untuk cairan otak yang jernih 6 :
Isilah cairan otak dari tabung dengan menggunakan pipet
Pasteur dan teteskan sebanyak 2 tetes dalam kamar hitung. Periksalah
dengan pembesaran 45 x.
Perhitungan:
Hitung semua sel dalam 9 bidang seluas 9 mm² tinggi kamar hitung 0,1
mm.

Jumlah lekosit/mm³: n = 10 x n /mm³


9 x 0,1 9
n = lekosit dalam kamar hitung

~Cara kerja untuk cairan otak keruh 6 :

6|Neuropsikiatri
Masukkan larutan Turk 180µl dan cairan otak 20 µl (pengenceran 10
kali) dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan. Teteskan pada
kamar hitung. Hitung semua sel pada seluruh bidang, maka :

Jumlah lekosit/mm³ : n x 100 /mm³


9
n: lekosit dalam kamar hitung

~Cara kerja untuk yang menggunakan kamar hitung Fuchs- Rosenthal 5 :


Isap larutan Turk hingga tanda 1 ke dalam pipet lekosit, kemudian
isap cairan otak hingga tanda 11. Homogenkan dan buanglah 3
tetesan pertama. Isi kamar hitung dan biarkan 5 menit. Hitung sel
pada seluruh bidang dengan pembesaran 10 x.

Jumlah lekosit/ mm³ : n x 5 x 10 = 50 n = n


16 9 144 3
n: lekosit dalam kamar hitung

b. Nilai rujukan
Normal: dewasa : 0-5 sel/mm³
anak s/d 5 tahun : 0-20 sel/mm³
Bila cairan otak mengandung darah, jumlah sel yang dihitung harus
dikoreksi. 10
Jumlah sel/mm³ = lekosit cairan otak - lekosit darah lengkap x eritrosit
cairan otak Eritrosit darah lengkap

 Pasca analitik
Interpretasi:
Peningkatan jumlah sel yang sedang (10-200/mm³) ditemukan pada
poliomielitis, encefalitis atau neurosifilis. Pada meningitis supuratif
akut jumlah sel sangat meningkat.

7|Neuropsikiatri
2. Hitung jenis:
 Pra analitik
a. Persiapan sampel: Gunakan sedimen dari cairan otak yang telah
disentrifus 5,6
b. Prinsip tes: Menghitung persentase morfologi lekosit dalam cairan
otak 6
c. Alat dan bahan:
- Alat sentrifus
- Kaca objek
- Pewarna Wright atau Giemsa
- Mikroskop
 Analitik
a. Cara kerja:
Cairan otak disentrifus 1500- 2000 rpm selama 10 menit. Sedimen
yang terbentuk dibuat apusan, biarkan kering kemudian warnai.
Diantara 100 sel lekosit hitung-lah sel mononukleus dan
polimorfonukleus.
b. Nilai rujukan:
Normal : 60-70 % mononukleus.
 Pasca analitik
Interpretasi:
Sel mononukleus meningkat pada keadaan infeksi kronik dan
meningitis tuberkulosa. Peningkatan sel polimorfonukleus dapat
dijumpai pada infeksi akut, abses cerebral atau ekstradural.

C. TES KIMIA
Banyak jenis tes kimia yang dapat dilakukan untuk cairan otak tetapi
permintaan tersering oleh para klinisi adalah tes untuk mengetahui kadar
protein dan glukosa.

8|Neuropsikiatri
1. Protein
a. Manual (Tes Nonne-Apelt dan Tes Pandy)_
b. Semiautomatik
c. Automatik

Semiautomatik (Fotometer 5010)


 Pra analitik
a. Persiapan sampel: Tidak ada persiapan khusus.
b. Metode dan prinsip
Metode : Biuret
Prinsip: Protein + Cu  Cu-Protein kompleks
c. Alat dan bahan untuk
- Tabung reaksi
- Pipet mikro 1000 ul dan 20 ul
- Fotometer 5010
- Reagen R1 : NaOH 0,8 % 200 mmol/ L
Potasium Sodium Tartrat 28 mmol/ L
Potasium iodine 10 mmol/ L
R2 : H2SO4 2 % 180 mmol/ L
CuSO4 612 mmol/ L
Reagen kalibrator/standar (kit Roche)
Protein 5,13 gr/ dL
 Analitik
Cara kerja semiotomatis (menggunakan fotometer 5010) :
- Buat larutan kerja dengan mencampur R2 ke dalam botol R1 dan
homogenkan. Larutan ini stabil 6 bulan (2-4 °C) atau 3 bulan (15°- 25 °C ).
- Ambil 3 tabung reaksi, isilah larutan kerja 1000 ul pada tabung I (reagen
blanko/ RB), larutan kerja 1000 ul dan reagen kalibrator 20 ul pada tabung II
(kalibrator), larutan kerja 1000 ul dan sampel 20 ul pada tabung III (tes).
- Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu 30°C.
Lakukan pengukuran absorban ΔTdanΔC terhadap RB

9|Neuropsikiatri
Perhitungan:
Kadar protein total: ΔT x konsentrasi kalibrator
ΔC
Δ T : absorban tes
Δ C : absorban kalibrator

 Pasca Analitik
Nilai rujuk an : Normal kadar total protein 15-40 mg/dl. 1
Interpretasi :Peningkatan ringan protein dapat ditemukan pada inflamasi
ringan atau tumor. Pada meningitis bakteri dan tuberkulosa kadar
proteinnya sangat meningkat.

Automatik (ABX PENTRA 400)

 Pra Analitik
a. Persiapan sampel:Tidak ada persiapan khusus
b. Metode dan prinsip:
c. Alat dan Bahan:
- Tabung mikro, pipet mikro 20 µl
- Rak tabung dan rak reagen
- Instrumen Pentra ABX 400
- Reagen; Potassium iodide 6 mmol/l
Potassium sodium tartrate 21 mmol/l
Copper sulphate 6 mmol/l
Sodium hydroxide 58 mmol/l
Analitik
Cara automatik (ABX Pentra 400)
- Aktifkan alat ABX Pentra 400
- Periksa inventori dan control
- Siapkan reagen dan diletakkan pada rak reagen
- Tes dapat dijalankan setelah dilakukan control dan kalibrasi
- Masukkan identitas sampel(pasien)

10 | N e u r o p s i k i a t r i
- Ambil serum dengan menggunakan pipet mikro
- Masukkan serum ke dalam cup sampel lalu letakkan pada rak sampel
kemudian masukkan ke dalam mesin
- Pilih program tes total protein
- Tekan start pada alat, pengukuran dilakukan secara otomatis dan hasil tes
akan keluar pada layar monitor.
 Pasca Analitik
Nilai rujukan : Normal kadar total protein 15-40 mg/dl. 1
Interpretasi :Peningkatan ringan protein dapat ditemukan pada inflamasi
ringan atau tumor. Pada meningitis bakteri dan tuberkulosa kadar
proteinnya sangat meningkat.

2. Glukosa

 Pra analitik
Persiapan sampel : Pasien hendaknya puasa.
b. Metode dan prinsip tes: Metode: Heksokinase 10
Prinsip: Tambahkan reagen terhadap sampel yang mengandung
glukosa, maka:
HK
Glukosa + ATP Glukosa – 6P + ADP
Heksokinase mengkatalisis fosforilase glukosa menjadi
glukosa-6-fosfat oleh ATP
G6P-DH
Glukosa-6P + NADP Glukonat-6P + NADPH + H+
Konsentrasi glukosa sebanding dengan NADPH yang terbentuk.

- Alat dan bahan:


Cara manual/ semiotomatis
- Tabung reaksi
- Pipet mikro 10 ul dan 1000 ul
- Reagen ( R1 ): Pipes Buffer, pH 7.60 100 mmol/l

11 | N e u r o p s i k i a t r i
NAD 3.8 mmol/l
ATP 2.2 mmol/l
Sodium azide < 0.1 %
- Pelarut( R2 ) : Hexokinase ≥ 8500 U/l
G-6-PDH ≥ 8500 U/l
Magnesium sulphate 20 mmol/l
Sodium azide < 0.1 %
Cara Automatik dengan menggunakan ABX PENTRA 400
- Pipet mikro 10 µl
- Tabung mikro
- Rak tabung dan rak reagen
- Instrumen Penta ABX 400
- Reagen (R1) dan pelarut (R2)

 Analitik

11
a. Cara kerja
Cara manual/ semiotomatis :
- Buat larutan kerja dengan melarutkan isi vial R1 dengan
30 ml pelarut R2. Larutan ini stabil 3 bulan (2- 8C) atau
4 minggu (15- 25C).
- Isilah tabung I (T) 10 ul sampel dan 1000 ul larutan kerja,
tabung I (TB) isi dengan NaCl 1000 ul.
- Campur isi tabung dan inkubasi selama 10 menit.
- Baca absorbans  (T) terhadap larutan kerja dan  (TB)
terhadap larutan NaCl.
Perhitungan:
Konsentrasi glukosa: ( T ) - ( TB ) x Faktor
Panjang gelombang: 334 340 365
Faktor( mmol/ L ): 16,3 16,6 29,7
( mg/ ml ): 294 289 535

Cara otomatis (Pentra ABX 400)


12 | N e u r o p s i k i a t r i
- Aktifkan alat Pentra ABX 400
- Periksa inventori dan control
- Siapkan reagen dan diletakkan pada rak reagen
- Tes dapat dijalankan setelah dilakukan control dan kalibrasi
- Masukkan identitas sampel(pasien)
- Ambil serum dengan menggunakan pipet mikro (500µl)
- Masukkan serum ke dalam cup sampel lalu letakkan pada
rak sampel
- Pilih program tes GLUC3
- Mengkonfirmasi posisi sampel
- Memasukkan sampel pada mesin
- Memulai pemeriksaan secara otomatis dan hasil akan
ditampilkan pada monitor.
b. Nilai rujukan:
Normal pada anak-anak : 60-80mg/dl dan dewasa: 40-75 mg/dl.

 Pasca analitik
Interpretasi:
Meningitis bakteri, meningitis tuberkulosa dan jamur dapat
menurunkan kadar glukosa dalam cairan otak 4,5

Catatan: Nilai rujukan yang digunakan sesuai dengan alat dan reagen

13 | N e u r o p s i k i a t r i
ALGORITME TES CAIRAN OTAK

Pasien

Indikasi & kontraindikasi

Lumbal punksi

Bagi ke dalam tabung I, II, III

Segera lakukan tes

Tabung II Tabung III

Tes mikrobiologi &


Tes tes lainnya
mikroskopi

Pewarnaan Gram /
Kekeruhan Total Protein (TG)(mg/l) Jumlah sel Ziehl- Neelsen
Bekuan Glukosa (G)(mg/dl) Hitung jenis Kultur
warna -mononukleus (MN)
Radiografi /
-polimorfonukleus (PMN)
Tumor marker
PCR
ya Coklat TP < 150 sel < 5
Kemerahan G : Normal MN perdarahan

Tanpa warna TP:100-1500 sel >500


G < 40 PMN bakterial pewarnaan Gram
Tidak
TP <100 sel 200-500
G < 40 MN tuberkulosa pewarnaan Z- N

TP:N/<100 sel 10-200


G: Normal MN virus PCR
Tanpa warna
TP:50-300 sel 0- 5
G < 40 MN jamur kultur

TP < 500 sel 0- 5


G < 40 PMN tumor radiografi/
tumor marker

14 | N e u r o p s i k i a t r i
REFERENSI:

1. Smith P.G, Kjeldsberg R.C: Cerebrospinal, Synovial and Serous Body Fluids in Clinical
Diagnosis and Management by Laboratory Methods, W.B. Saunders Company. 19 Ed.
1996, 457- 467.
2. Mahar Mardjono, Priguna S: Dasar- dasar pemeriksaan neurologik khusus dalam Neurologi
Klinis Dasar, Dian Rakyat, 416- 422.
3. Fiscbach FT:Cerebrospinal fluid Studies in A Manual of Laboratory & Diagnostic Tests, 5
Ed: 1995, 278- 300.
4. Cairan tubuh, Diktat Kuliah: Cairan otak , Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unhas,
1999, 25- 56.
5. Gandasoebrata : Cairan otak dalam Penuntun Laboratiroum Klinik, Penerbit Dian Rakyat,
Jakarta, 1992, 158- 170.
6. Petunjuk Pemeriksaan Cairan Tubuh Departemen Kesehatan RI Pusat Laboratorium
Kesehatan 1992.
7. Narang B.S, Reynolds T: Laboratory Examination of Miscellaneous Body Fluids in Medical
Laboratory Technology, Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 1988, 848-
860.
8. Widman FK. Cairan otak dalam Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Ed.
9. EGC. 1995, 557- 570.
9. Ringsrud , FM, Linne, JJ. Body Fluids in Urinalysis and Body Fluids. A Color Text and Atlas.
Mosby, 2004
10. Wallach. J. Interpretasi of Diagnostic Test, 7 Ed, Lippincott Philadelphia 2000, 263- 269.
11. Hardjoeno dkk, Substansi dan Cairan Tubuh. Lephas, UNHAS, Makassar, 2004,
12. Manual Cobas Mira, Roche.
13. Test Instruction Manual Pentra ABX 400

15 | N e u r o p s i k i a t r i
TES PANDY

Dasar Teori
Liquor cerebrospinalis (LCS) adalah cairan jernih yang menyelimuti
susunan saraf pusat yang menggenangi otak dan medulla spinalis. Fungsi
utama LCS adalah sebagai alat pelindung bila terjadi hantaman keras pada
tengkorak yang dapat menyebabkan cedera berat. Liquor cerebrospinalis juga
dapat digunakan untuk menentukan penyebab penyakit yang menyerang
susunan saraf pusat.1 Liquor cerebropinalis (LCS) dapat ditemukan di rongga
subaraknoid (antara selaput arachnoid dan piamater)serta di sistem ventricular
yang mengelilingi dan berada di dalam otak serta medulla spinalis.2
Tekanan LCS dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan cairan dan
tahanan terhadap absorpsi melalui vili arachnoid. Peningkatan salah satu faktor
akan menyebabkan peningkatan tekanan, demikian sebaliknya penurunan
salah satu faktor akan menyebabkan penurunan tekanan. 3 Peningkatan kadar
protein LCS dapat disebabkan oleh hilangnya sawar darah otak (blood brain
barrier), rearbsorbsi yang lambat atau peningkatan produksi immunoglobulin.
Hilangnya sawar darah otak biasanya terjadi oleh proses peradangan, iskemia,
infeksi bakteri, trauma, atau neovaskularisasi tumor. Reabsorpsi yang lambat
dapat terjadi pada keadaan yang berhubungan dengan tingginya kadar protein
LCS seperti pada meningitis atau perdarahan subarkhnoid.4
Pemeriksaan Pandy digunakan untuk mengetahui jenis albumin dan
globulin secara kualitatif.5

Indikasi
Peningkatan kadar immunoglobulin LCS dapat ditemukan pada multiple
sklerosis, inflamasi akut poliradikulopati, tumor intracranial, serta penyakit
infeksi susunan saraf pusat lainnya (seperti ensefalitis, meningitis, neurosipilis,
araknoiditis dan subakut sclerosing panencephalitis).
METODE
Albumin dan globulin dipresipitasi oleh larutan fenol jenuh akan menimbulkan
kekeruhan

16 | N e u r o p s i k i a t r i
Pra Analitik
Persiapan sampel: Tidak ada persiapan khusus.
Alat dan Bahan:
- Pipet mikro 1000µl
- Tabung reaksi
- Larutan fenol jenuh

Analitik
Cara Kerja:
1. Masukkan 1 ml larutan fenol jenuh dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 1 tetes cairan otak
3. Kemudian amati timbulnya kekeruhan.

Pasca Analitik
Nilai Rujukan: Normal tidak timbul kekeruhan
Interpretasi: Pada cairan otak yang normal tidak timbul kekeruhan. Bila timbul
kekeruhan yang cukup jelas menunjukkan kadar protein yang tinggi.
Referensi:
1. Widyastiti, N.S., 2012. Liquor Cerebrospinalis, Semarang. Bagian Patologi
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
2. Brumenfeld, H., 2010. Neuroanatomy through Clinical Cases 2nd ed., New
York; Sinauer Associates, Inc.
3. Agamanolis, D., 2011. Cerebrospinal Fluid: The Normal CSF, Ohio:
Northeast Ohio Medical University.
4. Bintang., M., 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta; Penerbit Erlangga.
5. Gandasoebrata, R., 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta; Dian
Rakyat.

TES NONNE APELT

17 | N e u r o p s i k i a t r i
Dasar Teori
Liquor cerebrospinalis (LCS) adalah cairan jernih yang menyelimuti
susunan saraf pusat yang menggenangi otak dan medulla spinalis. Fungsi
utama LCS adalah sebagai alat pelindung bila terjadi hantaman keras pada
tengkorak yang dapat menyebabkan cedera berat. Liquor cerebrospinalis juga
dapat digunakan untuk menentukan penyebab penyakit yang menyerang
susunan saraf pusat.1 Liquor cerebropinalis (LCS) dapat ditemukan di rongga
subaraknoid (antara selaput arachnoid dan piamater)serta di sistem ventricular
yang mengelilingi dan berada di dalam otak serta medulla spinalis.2
Tekanan LCS dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan cairan dan
tahanan terhadap absorpsi melalui vili arachnoid. Peningkatan salah satu faktor
akan menyebabkan peningkatan tekanan, demikian sebaliknya penurunan
salah satu faktor akan menyebabkan penurunan tekanan. 3 Peningkatan kadar
protein LCS dapat disebabkan oleh hilangnya sawar darah otak (blood brain
barrier), rearbsorbsi yang lambat atau peningkatan produksi immunoglobulin.
Hilangnya sawar darah otak biasanya terjadi oleh proses peradangan, iskemia,
infeksi bakteri, trauma, atau neovaskularisasi tumor. Reabsorpsi yang lambat
dapat terjadi pada keadaan yang berhubungan dengan tingginya kadar protein
LCS seperti pada meningitis atau perdarahan subarkhnoid.4

Pemeriksaan Nonne-Apelt atau pemeriksaan Ross-Jones digunakan


untuk mengetahui adanya protein jenis globulin secara kualitatif.

Indikasi
Peningkatan kadar immunoglobulin LCS dapat ditemukan pada multiple
sklerosis, inflamasi akut poliradikulopati, tumor intracranial, serta penyakit
infeksi susunan saraf pusat lainnya (seperti ensefalitis, meningitis, neurosipilis,
araknoiditis dan subakut sclerosing panencephalitis).

METODE

18 | N e u r o p s i k i a t r i
Reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam
bentuk kekeruhan yang seperti cincin. Ketebalan cincin berhubungan dengan
kadar globulin- makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin tebal.
 Pra Analitik
Persiapan sampel: Tidak ada persiapan khusus.
Alat dan bahan: - Pipet mikro 1000µl
- Tabung reaksi
- Larutan ammonium sulfat
 Analitik
Cara Kerja:
1. Masukkan I ml larutan ammonium sulfat jenuh dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml cairan otak secara perlahan.
3. Perhatikan ada tidaknya presipatasi berbentuk cincin putih pada batas
kedua lapisan.
 Pasca Analitik
Nilai Rujukan: Normal tidak terbentuk presipitasi
Interpretasi: Pada cairan otak yang normal tidak terbentuk presipitat.
Terbentuknya presipitat menunjukkan peninggian globulin.

Referensi
1. Widyastiti, N.S., 2012. Liquor Cerebrospinalis, Semarang. Bagian Patologi
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
2. Brumenfeld, H., 2010. Neuroanatomy through Clinical Cases 2nd ed., New
York; Sinauer Associates, Inc.
3. Agamanolis, D., 2011. Cerebrospinal Fluid: The Normal CSF, Ohio:
Northeast Ohio Medical University.
4. Bintang., M., 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta; Penerbit Erlangga.
5. Gandasoebrata, R., 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta; Dian
Rakyat.

LAPORAN PRAKTIKUM

19 | N e u r o p s i k i a t r i
I. TES:

A. Pra analitik

1. Persiapan pasien :

2. Persiapan sampel :

3. Prinsip tes:

4. Alat:

B. Analitik

1. Cara kerja:

2. Hasil yang diperoleh:

C. Pasca analitik

20 | N e u r o p s i k i a t r i
Interpretasi:

Makassar, 2021

Pembimbing, Mahasiswa,

( ) ( )

21 | N e u r o p s i k i a t r i
II. TES:

A. Pra analitik

1. Persiapan pasien :

2. Persiapan sampel :

3. Prinsip tes:

4. Alat:

D. Analitik

1. Cara kerja:

2. Hasil yang diperoleh:

22 | N e u r o p s i k i a t r i
E. Pasca analitik

Interpretasi:

Makassar, 2021

Pembimbing, Mahasiswa,

( ) ( )

23 | N e u r o p s i k i a t r i
KARTU KONTROL
PRAKTIKUM SISTEM NEUROLOGI
DEPARTEMEN ILMU PATOLOGI KLINIK

Nama : .....................................................

NIM : ..................................................... Pas Foto


3x4
Kelompok : .....................................................

Pembimbing : .....................................................

Tanggal Nama Tes Paraf Pembimbing Nilai


Praktikum Praktikum Laporan

Koordinator Praktikum,

24 | N e u r o p s i k i a t r i

Anda mungkin juga menyukai