Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Dan Sumber Ajaran Islam

Fitri Rahmawati1, Firli Zulfa Aulia2, Nurlaila Safira3, Wahyu Hidayat4


1234
Universitas Islam Negeri SMH Banten, Indonesia
fitrirahmawati215@gmail.com, fzulfaaulia@gmail.com,
nurlailasafira49@gmail.com, wahyu.hidayat@uinbanten.ac.id

ABSTRACT
This study aims to describe the meaning and sources of Islamic teachings,
the function of Islamic teaching sources, the purpose of Islamic teaching sources,
and the sources of Islamic teachings. This study uses the literature method by taking
some literature from books and journals.
Islam is a legitimate religion, and it is a promise that applies to all mankind.
The Qur'an and the very complete Sunnah are the sources of Islamic law and
teachings. The definition of Islamic teachings covers various aspects of life, such
as faith, worship, ethics, law, social, and politics. Islamic teachings come from the
Muslim holy book, the Quran, and the Hadith. It is considered the main source of
Islamic teachings and the basis for determining what is true about religion. The
hadith, on the other hand, are records of the Prophet Muhammad's words, actions,
and approvals that serve as examples for Muslims. Hadith are understood through
the science of hadith, which involves critical research methods on the sanad and
matan of hadith. The sources of Islamic teachings also include ijtihad carried out
by scholars and traditions that develop in Muslim societies, which then become
guidelines for Muslims in living their daily lives and making decisions in
accordance with religious teachings.
Keywords : Al-Qur'an, Hadith, Belief, Life

ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengertian dan sumber ajaran
islam, fungsi sumber ajaran islam, tujuan sumber ajaran islam, dan sumber-sumber
ajaran islam. Kajian ini menggunakan metode pustaka yaitu dengan mengambil
beberapa literatur dari buku dan jurnal.
Islam adalah agama yang sah, dan itu adalah janji yang berlaku untuk
seluruh umat manusia. AI-Qur'an dan Sunnah yang sangat lengkap adalah sumber
hukum dan ajaran Islam. Pengertian ajaran Islam mencakup berbagai aspek
kehidupan, seperti iman, ibadah, etika, hukum, sosial, dan politik. Ajaran Islam
berasal dari kitab suci umat Islam, Al-Quran, dan Hadits. Dianggap sebagai sumber

1
utama ajaran Islam dan dasar untuk menentukan apa yang benar tentang
agama. Sedangkan hadits adalah catatan perkataan, tindakan, dan persetujuan Nabi
Muhammad yang menjadi contoh bagi umat Islam. Hadits dipahami melalui ilmu
hadits, yang melibatkan metode penelitian kritis terhadap sanad dan matan hadits.
Sumber ajaran Islam juga meliputi ijtihad yang dilakukan oleh ulama dan tradisi
yang berkembang dalam masyarakat Muslim.Yang kemudian sumber ajaran Islam
ini menjadi pedoman bagi umat muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan
membuat keputusan yang sesuai dengan ajaran agama.
Kata kunci : Al-Qur’an, Hadits, Kepercayaan, Kehidupan

PENDAHULUAN
Islam menurut bahasa berasal dari kata bahasa Arab yaitu salima yang
berarti selamat, sentosa, dan damai. Selanjutnya dari kata salima diubah menjadi
bentuk aslama yang mengandung arti berserah diri masuk dalam kedamaian1
Sumber lain mengatakan bahwa kata aslama itulah yang menjadi kata islam yang
mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu,
orang yang berserah diri, patuh, dan taat disebut sebagai orang Muslim. Orang yang
demikian berarti telah mengakui bahwa dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh
kepada Allah Swt. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya di
dunia dan di akhirat2.
Selaras dengan hal itu Nurcholis Madjid berpendapat bahwa hakikat dari
pengertian Islam adalah sikap pasrah kepada Tuhan. Sikap tersebut bukan hanya
ajaran Tuhan kepada hamba-Nya melainkan ia diajarkan oleh-Nya dengan
disangkutkan kepada alam manusia itu sendiri. Manusia diajarkan sebagai
pemenuhan alam manusia, sehingga pertumbuhan perwujudan pada manusia selalu
bersifat dari dalam, tidak tumbuh apalagi dipaksakan dari luar, karena hal yang
paling mendasar dalam islam yaitu kemurnian dan keikhlasan3
Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa islam dari segi
kebahasaan mengandung arti patuh, berserah diri, tunduk kepada Allah Swt., demi
keselamatan dan kedamaian di dunia dan di akhirat yang tumbuh dari dalam hati
tiap-tiap manusia tanpa adanya paksaan dari siapapun. Menurut istilah, islam
dirumuskan dengan beberapa pendapat dari para ahli. Pertama, Harun Nasution
berpendapat bahwa islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan
kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad Saw. sebagai rasul. Pada

1
Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinul Islam), (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1980),
hlm. 2
2
Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1977), cet. II, hlm. 56.
3
Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Tela'ah Kritis tengang Masalah
Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan (Jakarta: Paramadina, 1992), cet. II, hlm. 426

2
hakikatnya, islam membawa ajaran-ajaran yang mencakup berbagai segi dari
kehidupan manusia4.
Sedangkan menurut Maulana Muhammad Ali, Islam adalah agama
perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau
persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata, bahwa agama islam selaras benar
dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh nabi Allah,
sebagaimana tersebut pada beberapa ayat kitab suci Al-Qur'an, melainkan pula pada
segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya kepada undang-undang
Allah, yang kita saksikan pada alam semesta5.
Bagi masyarakat di Barat, Islam sering diidentikkan dengan istilah
Muhammadnism dan Muhammedan. Peristilahan ini digunakan karena pada
umumnya agama di luar islam yang namanya disandarkan pada nama pendirinya.
Misal di Persia ada nama agama Zoroaster karena nama pendirinya Zarathustra
(lahir 583 SM.). Ada juga nama agama Budha yang dinisbahkan kepada tokoh
pendirinya yang bernama Sidharta Gautama Budha (lahir 560 SM). Begitu juga
dengan nama agama Yahudi yang disandarkan pada orang-orang Yahudi (Jewe),
asal nama dari negara Juda (Judea) atau Yahuda6. Dari berbagai pendapat yang
dikemukakan para ahli, perlu ditegaskan kembali bahwa agama islam merupakan
agama yang diturunkan oleh Allah Swt. melalui Nabi Muhammad Saw. yang
mengatur berbagai aspek kehidupan. Walaupun Islam di kalangan masyarakat barat
menggunakan istilah berbeda, namun misi agama yang mereka anut adalah Islam
hanya saja mereka menggunakan nama daerah atau nama penduduknya sebagai
istilah agama islam.
Jika dibandingkan dengan agama-agama yang sudah ada sebelumnya,
agama islam ini memiliki karakteristik yang khas. Jumhur ulama telah sepakat
bahwa sumber dari ajaran islam yang utama adalah Al-Qur'an dan Al-Hadits,
sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai pendukung dalam memahami Al-
Qur'an dan Al-Hadits. Ketentuan tersebut sesuai dengan agama islam sebagai
wahyu yang berasal dari Allah swt. dan disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
sebagaimana perintah dalam surat An-Nisa ayat 156 bahwa kita diperintahkan
untuk menaati perintah Allah dan Rasul-Nya serta dianjurkan menaati ulil amri
(pemimpin). Maksud dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya ini adalah menaati
seluruh ketentuan Allah yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan menaati segala
ketentuan Nabi Muhammad Saw. yang terperinci didalam Hadits. Sedangkan
ketaatan kepada para pemimpin atau ulil amri pada hakikatnya itu kondisional
karena pemimpin juga manusia yang memiliki kekurangan. Namun jika hasil dari

4
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I, hlm. 24
5
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), cet. 21, hlm.
64
6
Nasruddin Razak, op. cit., hlm. 55

3
ulil amri atau pemimpin tersebut berdasarkan ketentuan Allah dan Rasul-nya maka
itu wajib ditaati sebagaimana menaati ketentuan Allah dan Rasulnya yang terdapat
dalam Al-Qur'an dan Hadits. Tapi jika produk dari ulil amri tersebut bertentangan
dengan ketentuan Allah maka tidak wajib menaatinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam perkembangannya sumber ajaran islam, Al-Qur’an tetap menjadi
sumber utama ajaran islam, sedangkan hadits, ijma’, dan qiyas digunakan sebagai
sumber tambahan untuk memahami dan mengembangkan hukum islam. Agama
Islam memberi kita aturan untuk menjalani hidup, baik dalam hubungan sosial
dengan orang lain (hablu minannas) maupun hubungan dengan sang pencipta
(hablu minallah) dan tuntutan itu dapat kita kenal dengan hukum islam atau syariat
islam. Hukum artinya menetapkan atas sesuatu yang meniadakannya. Adapun
menurut ulama usul fiqih, hukum adalah tuntunan Allah SWT (Al-Qur’an dan
Hadits) yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf (orang yang sudah baligh dan
berakal sehat), baik itu berupa tuntutan, pemilihan, atau menjadikan sesuatu sebagai
syarat, penghalang, sah, rukhsah (kemudahan), atau azimah.
Jadi yang dimaksud dengan dengan hukum islam adalah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, ataupun pedoman dalam syariat islam. Adapun dalam
sabdanya Rasulullah SAW bersabda,

Artinya : “Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan
tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu kitab Allah (Al-
Qur’an) dan sunah Rasul (Hadits)”. (H.R. Al-Baihaqi) 2 [2]).
Sumber ajaran islam bertujuan untuk menyelamatkan manusia dari
penderitaan hidup di dunia maupun akhirat. Dengan berpegang teguh pada ajaran
ini, semua manusia pasti akan hidup damai dan sejahtera. Karena Islam
mengajarkan norma-norma hidup dan perilaku kehidupan yang baik serta jauh dari
penderitaan dan kemaksiatan yang akan membawa kita pada penyiksaan di hari
akhir nanti. Dengan adanya sumber ajaran Islam manusia akan lebih bisa
mendekatkan diri pada sang pencipta dan akan terhindar dari segala siksaan dan
dosa di akhirat kelak.

SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM


1. Al-Qur’an Sebagai Sumber Ajaran Islam

4
Setiap ulama memiliki pendapat yang berbeda dalam memaknai Al-Qur'an
baik dari segi bahasa maupun dari segi istilah. Menurut Asy-Syafi'i, Al-quran bukan
berasal dari akar kata apapun dan bukan pula ditulis dengan memakai hamzah. Lafal
tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah (firman Allah) yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan al-Asy'ari berpendapat
bahwa lafal Al-Qur'an diambil dari kata qarn yang berarti menggabungkan sesuatu
atas yang lain karena surat-surat dan ayat-ayat yang ada di dalam Al-Quran saling
berkaitan. Walaupun ada perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang Al-Quran
dari segi bahasa, namun tetap masih bisa dipahami dan berkaitan dengan
karakteristik Al-Qur'an.
Sedangkan dari segi istilah, Al-Zarqani berpendapat bahwa lafal yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. mulai dari surat Al-Fatihah sampai
dengan surat An-Nas7. Kemudian dilengkapkan oleh pendapat Abd. Al-Wahhab
Al-Khallaf bahwa Al-Qur'an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada hati
Rasulullah—Muhammad bin Abdullah, melalui jibril dengan menggunakan lafal
bahasa Arab dan maknanya yang benar agar ia menjadi hujjah bagi rasul, bahwa ia
benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi pentujuk
bagi umat manusia dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah
kepada Allah dengan membacanya. Terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat
Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, disampaikan kepada kita secara
mutawatir dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan serta terjaga
dari perubhan dan pergantian8.
Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa al-Qur'an
merupakan firman Allah yang diturunkan secara mutawatir oleh malaikat jibril
kepada Nabi Muhammad Saw. yang dikumpulkan dalam mushaf dimulai dari surat
Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Al-Qur'an diyakini sebagai sumber
hukum utama yang berasal dari Allah Swt. dan diakui mutlak benar adanya.
Manusia sangat membutuhkan keberadaan Al-Qur'an karena di dalam Al-Qur'an
terdapat petunjuk-petunjuk hidup tentang berbagai hal walaupun terkadang masih
bersifat umum yang membutuhkan penjelasan dan penjabaran lebih rinci dari ayat
lain atau hadis. Untuk menerapkan petunjuk-petunjuk yang ada didalam Al-Qur'an
kita membutuhkan pengolahan dan penalaran akal manusia, misalnya di dalam Al-
Qur'an kita diperintahkan untuk salat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya namun tata
cara untuk melakukan perintah tersebut tidak terdapat di dalam Al-Qur'an,
melainkan ada di dalam hadis nabi yang perlu dijabarkan oleh para ulama yang bisa
kita pelajari dalam kitab-kitab fiqih.
Selain itu, Al-Qur'an juga berfungsi sebagai hakim atau wasit dalam
mengatur kehidupan manusia agar berjalan sebagaimana mestinya. Misalnya ketika

7
Al-Zarqani, Manabil Al-Arfan fi 'Ulum al-Qur'an, (Mesir : Isa al-Baby, t.t.), hlm. 21
8
Abd al-Wahab al-Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh (Jakarta : Al-Majelis al-'Ala al-Indonesia li al-
Da'wah al-Islamiyah, 1972), cet. IX, hlm. 23

5
umat islam berbeda pendapat atau berselisih dalam suatu urusan maka sebaiknya
kita berpegang teguh kepada Al-Qur'an untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.

2. Hadist Sebagai Sumber Ajaran Islam


Sumber ajaran islam yang kedua yaitu Hadits, selain didasarkan pada Al-
Qur'an dan hadits juga didasarkan kepada pendapat dari para sahabat. Seluruh
sahabat menyepakati bahwa untuk menetapkan tentang kewajiban mengikuti t,
baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat. Menurut
bahasa, hadits mempunyai beberapa arti, antara lain : jadid, lawan qadim (baru);
qarib (dekat); dan khabar (warta). Hadits dalam arti khabar ini sering dijadikan
acuan dalam penyebutan hadits secara bahasa. Dikemukakan oleh Hasbi Ash-
Shiddieqiy, menurut para ahli hadits, Hadits ialah segala ucapan Nabi, segala
perbuatan Nabi, dan segala keadaan Nabi. Sedangkan menurut para ahli ushul,
segala perbuatan dan segala taqrir Nabi yang bersangkut paut dengan hukum.
Sedangkan Sunnah menurut Hasbi Ash Shiddieqy (1980:24) sendiri,
secara bahasa berarti jalan yang dilalui, baik jalan itu terpuji atau tidak. Sunnah
juga bisa berarti suatu tradisi yang berjalan terus menerus, sebagaimana sabda
Nabi Saw yang artinya:
"Sungguh kamu akan mengikuti sunnah-sunnah (perjalanan-perjalanan)
sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta-demi sehasta, sehingga
sekiranya mereka memasuki sarang dalb (biawak), sungguh kamu memasukinya
juga." (H.R. Muslim).
Menurut sebagian ulama yang disebut belakangan ini Al-Sunnah diartikan
sebagai sesuatu yang dibiasakan oleh Nabi Muhammad SAW., sehingga sesuatu
itu lebih banyak dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW., daripada ditinggalkan.
Selain itu hadits menurut jumhur ulama atau kebanyakan ulama ialah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik dalam bentuk
ucapan, perbuatan maupun ketetapan. Sementara itu, ulama ushul berpendapat
bahwa hadis yaitu sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad dalam bentuk
ucapan, perbuatan, dan persetujuan beliau yang berkaitan dengan hukum. Ulama
fiqih juga ikut berpendapat, mereka mengartikan bahwa hadis sebagai salah satu
bentuk hukum syara' yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan tidak disiksa9.
Dari beberapa pendapat yang diungkapkan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa Hadits merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi baik dari ucapan, perbuatan, keadaan dan taqrir yang jika dilakukan oleh

9
Muhammad Adib Shalih, Lambat fi Ushul al-Hadis, op. cit., hlm. 31

6
umat islam akan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak akan mendapat
dosa.
Hadits sebagai sumber hukum ajaran islam yang kedua setelah Al-Qur'an
memiliki fungsi yang beriringan dengan Al-Qur'an. Didalam Al-Qur'an terdapat
sesuatu yang secara khusus tidak dijumpai keterangannya di dalam Al-Qur'an
yang selanjutnya diserahkan kepada hadits nabi. Selain itu ada pula yang sudah
dijelaskan didalam Al-Qur'an tetap hadis datang untuk memberikan keterangan
sehingga masalah tersebut menjadi kuat. Dalam kaitan ini, hadits berfungsi
sebagai penjelas dari petunjuk dan isyarat yang ada di Al-Qur'an yang sifatnya
global, sebagai pengecuali terhadap isyarat Al-Qur'an yang bersifat umum,
sebagai pembatas terhadap ayat Al-Qur'an yang bersifat mutlak dan sebagai
pemberi informasi terhadap sesuatu yang kasusnya tidak ditemui di dalam Al-
Qur'an10.

3. Ijtihad (Ijma’ dan Qiyas) Sebagai Sumber Ajaran Islam


a. Ijma’
Sebagai sebuah ajaran, Islam memiliki keistimewaan tersendiri
dibanding dengan agama lain yang ada di dunia ini. Keistimewaan itu paling
tidak dapat dilihat dari fenomena yang terjadi pada masyarakat dunia
penghuni bumi ini, yaitu suatu realitas akan kebenaran Islam sebagai ajaran
yang dapat diterima sepanjang zaman dan di tempat manapun juga. Tetapi
yang jelas bahwa jumhur ulama berpendapat, keberadaan Ijma' sebagai
sumber hukum Islam setelah Qur'an dan Hadits tidak diragukan lagi.
Ijma' adalah salah satu dalil syara' yang memiliki tingkat kekuatan
argumentatif setingkat di bawah dalil-dalil nash (al-Qur'an dan al-Hadits).
Sedangkan menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, Ijma' ialah
berkumpul segala ulama atas suatu hukum. Jika mereka telah bersepakat
pada suatu hukum, maka dia menjalankan pemerintahannya berdasarkan
hukum yang telah disepakati tersebut.suatu hukum dapat ditetap kan
berdasarkan ijma', dan kehujjahannya dapat dipandang sah, manakaLa ijma'
itu telah memenuhi rukun-rukunnya, sebagai berikut :
Pertama, pada saat terjadinya peristiwa itu, mujtahid itu jumlahnya
lebih dari seorang. Seluruh pendapat itu setuju terhadap keputusan yang
diambil itu.Artinya jika hanya seorang mujtahid saja yang mengambil
keputusan, maka hal itu tidak dapat disebut ijma'.
Kedua, kesepakatan ulama atas suatu hukum itu dapat direalisasikan.

10
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2014), cet. 21,
hlm. 75

7
Ketiga, adanya kesepakatan seinua mujtahid ummat Islam atas suatu
hukum syar'i tentang suatu peristiwa pada waktu terjadinya, tanpa
memandang negeri mereka, kebangsaannya atau kelompoknya
Apabila rukun ijma' yang empat itu telah terealisir maka hukum yang
telah disepakati itu menjadi undang-undang syara yang harus diikuti dan
tidak boleh ditentang. Merupakan hujjah atau dalil dalam pembinaan hukum
Islam. Bagi mujtahid berikutnya tidak boleh menjadikan keputusan itu
sebagai objek ijtihadnya, karena hukum yang telah ditetapkan mengenai
suatu kejadian dengan ijma' adalah hukum syara secara pasti, tidak ada jalan
untuk menentangnya atau menghapusnya.Yang jelas Ijma' memiliki
kekuatan hukum. Kedua, bahwasanya suatu hukum yang telah disepakati
oleh pendapat semua mujtahid ummat Islam, pada hakekatnya hukum
ummat Islam.Dan bila dalil yang menjadi sandaran itu qoth'i, maka hal yang
mustahil menurut adat, jika dalil itu disembunyikan.

b. Qiyas
Qiyas didesain sebagai salah satu sumber pembentukan hukum yang
diakui dapat dipertanggungjawabkan secara teoritis dan praktis. Hingga saat
ini, bersamaan dengan perkembangan zaman dan kepesatan problematika
kontemporer, praktisi hukum dapat mengandalkan qiyas sebagai referensi
hukum mengingat dalam banyak hal tidak tertera secara khusus di dalam
nash. Namun secara umum definisi qiyas adalah mempersamakan hukum
suatu kasus yang tidak ada nash-nya dengan hukum kasus lain yang ada
nash-nya karena adanya persamaan illat hukumnya. Misalnya, "Fulan
meng-qiyaskan baju dengan lengan tangannya", artinya mengukur baju
dengan lengan tangannya; artinya membandingkan antara dua hal untuk
mengetahui ukuran yang lain.
Dalam perkembanganya, kata qiyas banyak digunakan sebagai
ungkapan dalam upaya penyamaan antara dua hal yang berbeda, baik
penyamaan yang berbentuk inderawi, seperti pengkiasan dua buah buku.
Atau maknawiyah, misalnya "Fulan tidak bisa dikiaskan dengan si Fulan",
artinya tidak terdapat kesamaan dalam ukuran Sedangkan dalam pengertian
terminologi terdapat beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli ushul
fiqh dengan redaksi yang berbeda sesuai dengan pendapat masing-masing,
namun mengandung pengertian yang sama diantaranya: Menurut Asy-
Syari'ah (747 H/1346 M) seorang tokoh Hanafi, qiyas adalah
"memberlakukan hukum ashl kepada hukum far'u disebabkan kesatuan 'illat
yang tidak dapat dicapai melalui pendekatan bahasa saja".

8
KESIMPULAN
Pengertian ajaran Islam adalah ajaran agama yang didasarkan pada kitab
suci Al-Qur'an dan hadis, serta dipengaruhi oleh prinsip-prinsip yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Islam adalah agama yang mengajarkan keimanan kepada
Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Esa, mengikuti ajaran-ajaran Nabi
Muhammad SAW sebagai utusan Allah, dan melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Sumber ajaran Islam terdiri dari dua yaitu Al-Qur'an dan hadis. Al-Qur'an
adalah kitab suci umat Islam yang dianggap sebagai firman Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Al-
Qur'an berisi petunjuk hidup, hukum-hukum agama, dan nilai-nilai moral yang
harus diikuti oleh umat Islam. Selain Al-Qur'an, hadis juga menjadi sumber ajaran
Islam. Hadis adalah perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW
yang dijadikan pedoman hidup umat Islam. Hadis dikumpulkan dan diriwayatkan
oleh para sahabat Nabi, dan kemudian disusun dalam kitab-kitab hadis.
Selain Al-Qur'an dan hadis, ada juga sumber-sumber tambahan yang
digunakan dalam memahami ajaran Islam, seperti ijtihad (penafsiran hukum Islam
oleh ulama), qiyas (analogi), dan ijma' (konsensus ulama). Namun, Al-Qur'an dan
hadis tetap menjadi sumber utama ajaran Islam yang tidak bisa digantikan.
Dengan memahami pengertian dan sumber ajaran Islam, umat Islam dapat
mengikuti ajaran agama dengan baik dan benar, serta menjalankan prinsip-prinsip
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

DAFTAR PUSTAKA
Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinul Islam), (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve,
1980), hlm. 2

Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1977), cet. II, hlm. 56.

Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Tela'ah Kritis tengang Masalah
Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan (Jakarta: Paramadina, 1992), cet. II, hlm. 426

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I, hlm. 24

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014),
cet. 21, hlm. 64
Nasruddin Razak, op. cit., hlm. 55
Al-Zarqani, Manabil Al-Arfan fi 'Ulum al-Qur'an, (Mesir : Isa al-Baby, t.t.), hlm.
21

9
Abd al-Wahab al-Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh (Jakarta : Al-Majelis al-'Ala al-
Indonesia li al-Da'wah al-Islamiyah, 1972), cet. IX, hlm. 23

Muhammad Adib Shalih, Lambat fi Ushul al-Hadis, op. cit., hlm. 31

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2014), cet. 21, hlm. 75

10

Anda mungkin juga menyukai