Anda di halaman 1dari 8

oleh Yusuf Jabung | Minggu, 05 April 2015

MODUL 2
SEJARAH PERKEMBANGAN IPS

Kegiatan Belajar 1
Sejarah perkembangan IPS secara umum

IPS adalah terjemahan dari social Studies.Untuk mengetahui perkembangan IPS ini, tentu
kita harus melihat sejarah perkembangan social studies yang berkembang di Amerika
Serikat. Perkembangan
pemikiran ini dapat dilihat diberbagai karya Akademis yang dipublikasikan oleh National
councilv for the social studies ( NCSS )

Definisi tentang “Social Studies”menurut Edgar Bruce Wasley pada tahun 1937 ( barr , Bart
dan Shermis , 1977:12 ) yaitu “the social studies are the social sciences simplified for
pedagogical purposes “.Social studies adalah ilmu-ilmu social yang disederhanakan untuk
tujuan pendidikan.Pengertian ini dikemudian dibakukan bahwa”social studies”meliputi aspek
aspek sejarah,ilmu ekonomi, ilmu politik , sosiologi , antropologi, psikologi, ilmu geografi dan
filsafat.

Bila dianalisis dengan cermat . didalam pengertian awal,”social studies”tersebut diatas


terkandung
hal-hal sebagai berikut :
1. social studies merupakan turunan dari ilmu-ilmu social
2. Disiplin dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan / pembelajaran baik pada
tingkat
persekolahan maupun pada tingkat pendidikan tinggi
3. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin uilmu social itu perlu diseleksi sesuai
tujuan tersebut
4. Antara tahun 1940-1950 NCSS mendapat serangan yang berkisar pada pertanyaan
mesti tidaknya
5. social studies menanamkan nilai dan ikap demokratis kepada para pemuda. Hal itu
tumbuh sebagai dampak yang melahirkan tuntutan bagi sekolah untuk berpartisipasi
dalam mayarakat demokratis.

Pada tahun 1960-an, timbul suatu gerakan akademis yang mendasar dalam pendidikan,
yang secara khusus dapat dipandang sebagai suatu revolusi dalam social studies.Yang
dipelopori oleh para sejarawan dan ahli-ahli ilmu social.Kedua kelompok ilmuan tersebut
terpikat oleh social studies, antara lain karena pada saat itu pada pemerintah federal
menyediakan dana yang sangat besar untuk perkembangan kurikulum.

Namun demikian sampai tahun 1970-an ternyata gagasan untuk mendapatkan the new
spcial studies belum menjadi kenyataan.Isu yang terus menrpa social studies.
Pada tahun 1940-1960 ditegaskan oleh Barr,dkk, ( 1977:36 ) yaitu terjadinya tarik menarik
antara dua visi socisl studies, disatu pihak adanya gerakan mengintegrasi diberbagai disiplin
ilmu social untuk tujuan citicenship education.Dilain pihak,terua bergulirnya gerakan
pemisahan berbagai disiplin ilmu social yang cenderung memperlemah konsepsi social
studies education.

Pada tahun 1955terjadi terobosan besar , demikian diungkapkan Barr,dkk.( 1977:37 )


berupa inovasi Maurice Hunt dan Lawrence Metcalf yang mencoba melihat cara baru dalam
pengintegrasian pengatahuan dan keterampilan ilmu social untuk tujuan citizenship
education.

Tekanan perubahan lain yang juga cukup dahsyat muncul pada tahun 1957 dalam bentuk
upaya komperenhansip untuk mereformasi social studies.Pemicu perubahan tersebut
adalah keberhasilan
Rusia meluncurkan pesawat ruang angkasa “sputnik”yang telah membuat Amerika menjadi
panic dan merasa jauh tertinggal dari Rusia.
Gerakan the new social studies yang menjadi pilar dari mpermukaan social studies pada
tahun 1960-an , bertolak dari kesimpulan bahwa social studies dinilai sangat tidak efektif
dalam mengajarkan
substansi yang mempengaruhi perubahan sikap para siswa.Oleh karena itu, para ilmuan
dalam hal ini sejarawan dan ahli-ahli ilmu social bersatu padu untuk bergerak meningkatkan
social studies kepada taraf higher level of intellectual pursuit ( Barr,dkk.1977:42 ) yakni
mempelajari ilmu social secara mendasar dengan orientasi baru tersebut maka dimulailah
era modus pembelajaran social science education.

Pada dasa warsa 1960-an tercata (Barr,dkk:45) adanya perubahan orientasi pada disiplin
akademik yang terpisah pisah kesuatu upaya untuk mencari hubungan interdisipliner. Untuk
ini The social studies curriculum center at Syracuse mengindentifikasi 34 konsep dasar yang
di gali dari sejumlah ilmu social yang dinilai perlu diajarkan disekolah.

Pada dasa warsa 1970-an , demikian direkam Barr,dkk (1877:46) terjadi pertemuan social
studies yang serupa dengan perkembangan sebelumnya.Para ahli ternyata mendapatkan
kesimpulan yang sama yakni terlepas dari upaya pemerintah belum banyak terjadi
perubahan disekolah Barr,dkk(1978:1917)

Jika dilihat dari visi, misi strateginya ,Barr,dkk (1978:1917) social studies telah dan dapat
dikembangkan dalam tiga tradisi yakni social studies taught as citizenship transmission,
sogialstudies tought as social science, and social studies tought asreflegtive inguiry.Masing
masing tradisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tradisi citizenship transmission merujuk pada suatu modus pembelajaran social yang
bertujuan untuk mengembangkan warga Negara yang baik yang ditandai oleh confoms to
certain accepted practices, hold particular belief, isloyal to certain values, participates in
certain activities. And conform to norm which are often local to character.

Seadngkan tradisi social science merupakan modus pembelajaran social yang juga
mengembangkan karakter warga Negara yang baik, yang ditandai oleh kemampuannya
dalam melihat dan mengatasi masalah-masalah social dan personal dengan menggunakan
visi dan cara kerja ilmuwan social .
Dilain pihak tradisi revlective inguiry merupakan modus pembelajaran social yang
menekankan pada hal yang sama yakni pengembangan waraga Negara yang baik dengan
criteria yang berbeda yaitu dilihat dari kemampuannya.Jika dilihat dari definisi dan
tujuannya, social menurut laporan tersebut terkandung dalam hal sebagai berikut:
1. Pertama social studies merupakan mata pelajaran dasar diseluruh jenjang pendidikan
persekolahan.
2. Kedua tujuan utamamata pelajaran ini ialah mengembangkan siswa untuk menjadi
warga Negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan.
3. Ketiga konten pembebelajarannya digali dan diselaksi dari sejarah dan ilmu-ilmu
social
4. Keempat pembelajarannya menggunakan cara-cara yang mencerminkan kesadaran
pribadi , kemasyarakatan , pengalaman budaya perkembangan siswa.

Pada tahun 1992 the bord of direction of the nationa council for the social studies
mengadopsi visi
terbaru mengenai social studies yang kenudian diterbitkan dalam dokuman resmi NCSS
pada tahun 1994 dengan judul Expectations of excellence: curriculum standart of social
studies.Dokumen ini nampaknya yang sedang mewarnai pemikiran dan praksid social
studies di Amerika Serikat saat ini. Didalam dokumen teresbut ( NCSS, 1994:13) diadopsi
pengertian social studies sebagai berikut: Secara essensial terkandung visi, misi, dan
strategi pendidikan social studies yang mengokohkan kristalisasi pemikiran yang lebih solid
dan kohesif dari pakar dan praktisi yang tergabung dalam NCSS.Yang secara social
akademik sangat berpengaruh di Amerika serikat, yang juga biasanya memberi dampak
yang sangat signifikan terhadap pemikiran dan praksis dalam bidang itu dan Negara lain.

Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan setrategi baru social
studies tersebut, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut:
· Pertama program social studies mempunyai tujuan pokok yang ditegaskan kembali
bahwa civic competence itu bukanlah menjadikan tanggung jawab dari social studies
.
· Kedua program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan mulai dari
taman kanak- kanak sampai dengan pendidikan menengah ditandai oleh keterpaduan
know ladge, skill, and attitudes within and cross disciplines ( NCSS.1994:3 )hal ini
memberikan dasar bahwa pendidikan social studies memiliki dua akternatif yakni
yang bersifat monodisipliner. Pda kelas rendah ditekankan pada social studies yang
mengintegrasikan beberapa disiplin yang bertolak dari suatu tema tertenru misalnya
tema tine, continutity, an cange sedangkan pada kelas lanjutan dan menengah
program social studies dapat diteruskan dengan mengintegrasikan secara
interdisipliner yang sering disebut dengan secara interdisciplinary yang lebih luas.
· Ketiga program social studies dititikberatkan pada upaya membantu siswa dalam
construcl a know base and attitudes drawn from academic diciplines as specialized
ways of viewing reality ( NCSS ,1994:4). Disini siswa di perankan bukan sebagai
penerima pengetahuan yang pasif, tetapi sebagai pembangun pengetahuan dan sikap
yang aktif melalui cara pandang escara akademik terhadap realita
· Keempat program social studies mencerminkan “The chaging nature know , ledge,
fostering entirely now and highly integrated approfe dres to resolving issue of
significance to humanity”(NCSS 1994:5) dengan begitu hakikat pengetahuan yang
semula dilihat secara kotak- kotak kini harus dilihat secara terpadu yang menuntun
perlibatan sebagai disiplin.

KEGIATAN BELAJAR 2
Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia

Untuk menelusuri perkembangan pemikiran / konsep Pendidikan IPS di Indonesia secara


histories epistomologis terasa sangat sukar karena ada dua alasan

1. Di Indonesia belum ada profisional bidang pendidikan IPS seperti NCSS ( national
Council for the social studies)
2. Perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontology ilmu pendidikan (
disiplin ) IPS sampai saat ini sangat tergantung pada pemikiran individual / kelompok
pakar yang ditugasi secara incidental untuk mengembangkan perangkat kurikulum
IPS melalui pusat pengembangan kurikulum dan sarjana pendidikan badan penelitian
perkembangan ( BALITBANG DIKNAS ) dan pusat kurikulum ( purkur )

Istilah IPS untuk pertama kalinya muncul dalam seminar Nasional tentang Civic Education
tahun 1972 di
Tawangmangu Solo, dalam winata putra, 1972; 42 ada 3 istilah yang muncul dan digunakan
secara
bertukar pakai ( in tere hangeably ), yaitu:
1. Pengetahuan social
2. Studi social
3. Ilmu Pengetahuan Social

Ketiga istilah tersebut diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah social yang dipilih dan
dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar
masalah-masalah social itu dapat dipahami oleh siswa.

Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk kedalam dunia persekolahan terjadi pada tahun
1972- 1973,yakni dalam kurikulum proyek perintis Sekolah Pembangunan( PPSP ) IKIP
Bandung. Dalam kurikulum SD PPSP diartikan sama dengan pendidikan kewarganegaraan
,sedangkan dalam kurikulum sekolah menengah 4 tahun, digunakan istilah
1. Studi Social
2. Pendidikan kewarganegaraan
3. Civies dan hokum
Pada tahap ini konsep pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk , yaitu:
1. Pendidikan IPS , terintegrasi denagn nama pendidikan kewargaan Negara / Studi Social
2. Pendidikan IPS terpisah , dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep ,payung
untuk
mata pelajaran geografi, sejarah dan ekonomi.
3. Pendidikan kwargaan Negara sebagai suatu bentuk Pendidikan IPS khusus, yang dalam
konsep
tradisi Social Studies termasuk “Citizenship Trans Mission”(Barr , dkk;1978)

Konsep pendidikan IPS tersebut kemudian memberi Inspirasi terhadap kurikulum


1975 , menampilkan 4 profil, yakni :
a. Pendidikan moral pancasila menggantikan kewargaan Negara sebagai suat bentuk
pendidikan IPS khusus yang mewadahi tradisi citizenship transmission
b. Pendidikan IPS terkonferdasi untuk SNIP yang menempatkan IPS sebagai konsep paying
yang menaungi mata pelajaran geografi ,sejarah dan ekonomi koperasi.
c. Pendidikan IPS terpadu untuk sekolah dasar
d. pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah , geografi ,
ekonomi, untuk SMA atau sejarah dan Geografi untuk SPG

Secara konseptual mata pelajaran ini masih tetap merupakan bidang pendidikan IPS yang
khusus mewadahi tradisi citizenship transmission dengan muatan utama butir-butir
pancasila yang diorganisasikan dengan menggunakan pendidikan spiral of concept
development ala Taba dan expanding evirenment approach ala Hanna dengan bertitik tolak
dari masing-masing sila pancasila.

Dalam kurikulum 1994, mata pelajaran social khusus yang wajib diikuti semua siswa ( SD,
SLTA,SMU ) sedang mata pelajaran IPS diwujudkan dalam :
1. Pendidikan IPS terpadu di SD kelas III-VI
2. Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTA yang mencakup materi geografi , sejarah dan
ekonomi
koperasi
3. Pendidikan terpisah, yang mirip dengn tradisi “Sosial Studies”

Dilihat dari tujuan setiap mata pelejaran sama / memiliki tujuan yang bervariasi
1. Sejarah, untuk menanamkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat masa
lampau hingga masa kini
2. Ekonomi, untuk memberikan pengetahuan konsep-konsep dan teori sederhana untuk
menjelaskan fakta , peristiwa dan masalah ekonomi yang dihadapi.
3. Sosiologi, untuk memberikan kemampuan secara kritis berbagai persoalan dalam
kehidupan sehari-hari yang muncul. Seiring dengan perubahan masyarakat dan
budaya.
4. Tata Negara, untuk meningkatkan kemampuan agar siswa memahami
penyelenggaraan Negara sesuai dengan tata kelembagaan Negara, tata peradilan,
sistim pemerintahan Negara RI maupun
Negara lain.
5. Antropologi, untuk memberikan pengetahuan mengenahi proses terjadinya
kebudayaan , pemanfaatan dan perwujudan dalam kehidupan sehari-hari.

M.Numan Somantri selaku pakar dan ketua HISPISI, kembali menegaskan adanya 2 versi
PIPS. Sebagaimana dirumuskan dalam pertemuan Yogyakarta tahun 1991
· Versi PIPS untuk pendidikan dasar dan menengah ;
PIPS adalah penyederhanaan, adaptasidari disiplin ilmu-ilmu social dan humairo,
serta kegiatan dasar manusia, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan
pedagagis / psikologis untuk tujuan pendidikan.

· Versi PIPS untuk jurusan pendidikan IPA-IKIP


PIPS adalahseleksi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaninior serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan.

Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampai saat ini
pendidikan IPS
terpilih dalam 2 arah :
1. PIPS, untuk persekolahan dan dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu
social , dan humaiora yang diorganisasikan secara psikopedagogis untuk tujuan
pendidikan persekolahan
2. PDIPS, untuk perguruan tinggi, pda dasarnya merupakan penyelecsian dan
pengorganisasian secara ilmiah dan meta psikopedagogis dari ilmu social, humaniora
dan disiplin lain yang relevan untuk tujuan pendidikan professional guru IPS

PIPS untuk dunia persekolahan terpilah menjadi 2 versi / tradisi


1. Tradisi citizenship transmission dalam banyak mata bentuk mata pelajaran
pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan dan sejarah Indonesia
2. Tradisi social science dalam bentuk mata pelajaran terkonfenderen untuk SLTA, dan
IPS terpisah-pisah untuk SMU

Secara filsafat ilmu pengetahuan bagian dari pengetahuan, yakni pengetahuan bersifat
ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang terorganisasikan dan bersistem yang
digali dan dibangun dengan menggunakan pendekatan ilmiah menurut Golmark ( 1968,
dalam bank, 1977:16 ) yaitu “Bahwa suatu kebenaran tidaklah mutlak dan tidak berubah ,
akan tetapi merupakan suatu kesimpulan yang disepakati komutis yang memahaminya
dengan baik dan menghasilkan sesuatu.

Suatu metide ilmiah mempunyai cirri-ciri : Systematyzed, Precise, expanding, testable, open
itu public judgment, demans responsibility dan reconstructable.

Bidang pengetahuan yang bersifat ilmiah ini dikenal sebagai suatu disiplin ilmu.
· Logika disiplin ilmu seperti di kemukakan oleh Gold mark pada dasarnya
mencerminkan apa yang menjadi telaah dan bagaimana pengetahuan itu digali dan
dikembangkan dengan mengikuti prinsip dan prosedur yang baku . Dalam wacana
filsafat pengetahuan ( suriasumantri, 1984 , 1986 ) Terang tersebut dikenal sehingga
“landasan antologi dan epistemology”

· Logika eksternal seperti dikemukakan oleh Dufty ( 1967 ) dan Somantri ( 1998 )
pada dasarnya
mencerminkan seharusnya pengetahuan itu digunakan sehingga memberikan manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakan Negara , apabila mungkin terhadap masyarakat
dunia. Dalam wacana filsafat pengetahuan kerangka pemikiran teresbut dikenal sebagai “
Landasan Aksiologi “
PDIPS tersebut sebagai berikut:
1. Karakteristik potensi dan perilaku belajar siswa SD, SLTP, dan SMU
2. Krakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP /
FKIP
3. Kurikulum dan bahan belajar IPS SD, SUP, dan SMU
4. disiplin ilmu-ilmu social , humaniora, dan disiplin lain yang relevan.
5. Teori, prinsip, strategi, media dan evaluasi pembelajaran IPS.
6. Masalah-masalah social dan masalah ilmu dan teknologi yang berdampak social .
7. Norma agama yang melandasi dan memperbuat profesionalisme

Paradigma pembangunan pengetahuan dalam bidang PDIPS

Hal yang dimaksud dengan paradigma adalah accepted pattern or model : ( kuhn:1970 ).
Ser ofperasional paradigma pembangunan pengetahuan dalambidang PDIPS diartikan
sebagai pola pikir , pola sikap , dan pola tindak yang tertata secara utuh yang seyogyanya
digunakan oleh para pakar /
ilmuan PDIPS dalam melakukan kegiatan”
Kontruksi, interprestasi , tranformasi dan rekontruksi ( KITR )”pengetahuan sampai pda
akhirnya
ditemukan teori ( Sanusi, 1998 : 19 )

Teori inilah yang pda gilirannya membangun suatu system pengetahuan / disiplin ilmu .
Namun demikian disiplin itu sendiri tidak dapat dipandang hanya sebagai akumulasi
informasi , fakta ,teori / paradigma.Melainkan system berfikir.

Anda mungkin juga menyukai