Anda di halaman 1dari 105

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN

“JURNAL PASAR KEUANGAN”

DisusunOleh :

1.Hasrinda Ade (02042211102)


2.Sarni Hamid (02042211114)
3.Fariska (02042211133)
4.Jumitasari (02042211135)
5.Ayu Lestari Mardiyanto (02042211136)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN KOTA TERNATE
TAHUN AKADEMIK 2023
DAFTAR ISI

1. Jurnal : Tinjauan Internasional Analisis Keuangan (Internasional)

2. Jurnal : Pasar keuangan dan pertumbuhan (Internasional)

3. Jurnal : Hubungan Kausalitas antara Sentimen Investor dan Pasar

Keuangan Indonesia (Nasional)

4. Jurnal : Relasi Pasar Keuangan Dan Kinerja Inovasi: Studi

Pendahuluan Pada Pasar Keuangan Indonesia (Nasional)

5. Jurnal : Analisis Pengaruh Pasar Keuangan Global Terhadap Pasar

Keuangan Di Indonesia (Nasional)

6. Jurnal : Studi Economic Policy Uncertainty Dan Pasar Keuangan

Terhadap Perkembangan Pasar Sukuk Indonesia (Nasional)

7. Jurnal : Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Pergerakan Indeks

Saham: Studi Kasus Pasar Saham Syariah Indonesia (Nasional)


TINJAUAN INTERNASIONAL ANALISIS KEUANGAN

Marwan Izzeldin,Yaz Gülnur Muradoglu, Vasileios Pappas , Athina Petropoulou ,

Sheeja Sivaprasad.

Pendahuluan

Pada 24 Februari 2022 Rusia menginvasi Ukraina. MOEX Moskow indeks

turun hampir 9% pada minggu setelah invasi (Financial Waktu, 2022d). Indeks pasar

saham juga mencatatkan kerugian yang signifikan. Gangguan rantai pasokan

memperkuat peningkatan ini pada harga komoditas, sementara arus masuk

pengungsi secara besar-besaran terjadi hampir dalam waktu yang hampir

bersamaan 7 juta warga Ukraina meninggalkan negaranya. Sanksi ekonomi

diberlakukan di AS, Eropa, dan negara lain menunjukkan bahwa perekonomian Rusia

akan berkontraksi secara signifikan (Pestova, Mamonov, & Ongena, 2022).

Peningkatan pendapatan energi kemungkinan besar tidak akan terjadi menangkal

dampak ekonomi dari penarikan diri global Rusia. Hal ini mungkin merupakan

pukulan terbesar bagi perekonomian global sejak krisis tersebut Krisis Keuangan

Global (GFC) tahun 2008; dan itu mungkin melebihi dampaknya Covid-19 mengingat

status eksportir terkemuka kedua negara.

Negara-negara di Eropa, Asia Tengah, Timur Tengah dan Afrika melakukan

impor 75% gandum mereka berasal dari Rusia dan Ukraina (Bank Dunia, 2022b).

Ekspor minyak benih Ukraina menyumbang 40% dari ekspor global. Lebih 13%

ekspor jagung dan 5% ekspor gandum berasal dari Ukraina. Rusia menyumbang 25%

ekspor gas alam global, 18% ekspor batu bara, 11% ekspor minyak mentah, 18%
ekspor gandum dan 14% pupuk (World Bank, 2022b). Dengan negara-negara yang

masih dalam tahap pemulihan dari Covid-19, dampak setelah invasi Rusia

kemungkinan besar akan berdampak buruk secara finansial. Setelah terjadinya Covid,

perkiraan menunjukkan pertumbuhan PDB sebesar 3,9%; ini telah direvisi menjadi

−3,6% (Keuangan Waktu, 2022b). Inflasi diperkirakan meningkat sebesar 7,5% pada

tahun 2022 (Eropa Komisi, 2021). Namun, dampaknya terhadap inflasi akan

bergantung pada respon kebijakan moneter dan belum terealisasi. Setelah invasi,

beberapa penelitian meneliti dampaknya sanksi (Berner, Cecchetti, & Schoenholtz,

2022) terhadap keuangan global pasar (Deng, Leippold, Wagner, & Wang, 2022;

Huang & Lu, 2022); tentang risiko makroekonomi di kawasan Euro (Ferrara, Mogliani,

& Sahuc, 2022); dan pada sistem moneter internasional (Brunnermeier dkk., 2022).

Namun, sanksi bervariasi antar negara dan dunia usaha sektor dan korporasi.2 Oleh

karena itu, dalam makalah ini, kami secara strategis menghindarinya dari literatur

berbasis sanksi dan mengkaji dampaknya Perang Rusia-Ukraina terhadap volatilitas

pasar keuangan. Kami memperoleh dan menganalisis perkiraan sinkronisasi, durasi

dan intensitas stok pasar dan komoditas yang mewakili berbagai segmen (yaitu

energi, logam mulia, pertanian dan bahan dasar). Kami juga menggambar

perbandingan dengan dampak GFC tahun 2008 dan Covid-19 pandemi. Ketiga

peristiwa ini merupakan guncangan utama global perekonomian selama lima belas

tahun terakhir. Untuk desain penelitian kami, kami mempekerjakan model HAR

Markov-switching pada proksi volatilitas harian di masing-masing model krisis.

Hal ini memungkinkan terjadinya pergeseran rezim yang teridentifikasi


secara endogen dasar kami menghitung metrik untuk sinkronisasi, durasi, dan

intensitas setiap krisis. Makalah ini berkontribusi pada literatur yang berkembang

pesat mengenai dampak perang Rusia-Ukraina terhadap hasil ekonomi dan

keuangan. Kita Hasilnya menunjukkan reaksi seketika dari pasar saham dunia

terhadap Perang Rusia-Ukraina. Hal ini menunjukkan bahwa invasi itu ditafsirkan

sebagai “berita nyata” oleh investor. Ketepatan waktu tanggapannya tidak seperti itu

baik krisis GFC atau krisis Covid-19, dengan jeda hingga tujuh hari terbukti. Namun,

metrik durasi krisis menunjukkan bahwa parahnya perang Rusia-Ukraina telah

diredam dibandingkan dengan baik GFC atau Covid-19. Kami mengaitkan hal ini

dengan ekspektasi bahwa perang tidak akan berkepanjangan. Apalagi tidak menutup

kemungkinan investor salah menafsirkan peristiwa ini. Pengalaman seperti perang di

masa lalu sangat nyata berbeda; mereka terutama terlibat dalam satu kali serangan

teroris berada di luar benua Eropa, dan tidak ditemui secara luas sanksi. Dengan

demikian, investor mungkin telah salah dalam mengambil wawasan dari pengalaman

sebelumnya. Wawasan komoditas sejalan dengan saham pasar dalam semua

kecuali satu aspek: intensitas. Meskipun nilai intensitas rata-rata sebanding dengan

GFC dan Covid-19, komoditas tertentu (misalnya gandum, nikel, timbal)

menunjukkan tekanan yang kuat dalam hal ini. Kelas aset setelah krisis perang Rusia

-Ukraina. Mengingat pentingnya komoditas yang terkena dampak strategis bagi

perekonomian, implikasi terhadap inflasi dan rantai pasokan belum terungkap. Sisa

makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian 2 mengulas literatur yang relevan.

Bagian 3 menyajikan sinopsis data dan metodologi. Bagian 4 menyajikan dan


membahas temuan empiris. Analisis ketahanan disajikan pada bagian 5. Bagian

terakhir menyimpulkan.

1. Informasi Latar Belakang

2.1. Volatilitas dan pasar keuangan global

Volatilitas penting untuk menganalisis risiko di pasar keuangan; Namun, hal

ini tidak dapat diamati secara langsung. Meningkatnya ketersediaan intraday data

telah mengalihkan perhatian pada langkah-langkah yang direalisasikan untuk

pemodelan volatilitas. Volatilitas yang terealisasi (RV) telah terbukti mendominasi

beberapa parameter perkiraan, termasuk tipe GARCH dan volatilitas stokastik (SV)

model (Andersen, Bollerslev, Diebold, & Labys, 2003). Volatilitas adalah sangat

persisten, dan heterogen serta fleksibel dan mudah diperkirakan autoregressive

(HAR) (Corsi, 2009) telah muncul sebagai pekerja keras pemodelan (Bollerslev, 2022;

Bollerslev, Li, Patton, & Quaedvlieg, 2020; Bollerslev, Patton, & Quaedvlieg, 2018).

Parametrik model estimasi volatilitas juga memungkinkan terjadinya dinamika

serupa, lihat misalnya Pappas, Ingham, Izzeldin, dan Steele (2016) yang

menggunakan a Model DCC-GARCH multivariat Markov-switching untuk menguji

sinkronisitas krisis GFC terhadap pasar saham Eropa. Menyalak, Brooks, Do, dan

Nguyen (2020) meneliti efek limpahan volatilitas antara minyak dan produk pertanian

menggunakan pengaturan Markov-switching.

2.2. Pasar keuangan global dan peristiwa geopolitik

Pasar keuangan merespons beragam peristiwa geopolitik. Itu sampel yang

dipertimbangkan berisi perang, invasi, serangan teroris dan periode ketegangan.


Pemeriksaan sepintas menemukan respons global pasar keuangan terhadap perang

Rusia-Ukraina relatif tidak terdengar dibandingkan dengan krisis keuangan lainnya

(misalnya, keruntuhan Lehman tahun 2008, krisis tersebut Senin Hitam 1987, dan

Covid-19). Namun, ini lebih terasa dibandingkan beberapa serangan teroris (tetapi

bukan 9/11) dan kejadian perang atau invasi lainnya.

Meskipun perang pada umumnya mempunyai dampak yang kuat terhadap pasar

keuangan, literatur yang relevan terbatas. Tidak mengherankan, Wisniewski (2016)

menemukan bahwa perang mengakibatkan kehancuran manusia dan fisik secara

luas pasar modal dan saham melemah. Berkman, Jacobsen, dan Lee (2011)

menyelidiki 447 krisis politik internasional – namun tidak semuanya merupakan

perang. Mereka menemukan bahwa return pasar saham global akan lebih tinggi

pada saat itu 3,6% per tahun tetapi untuk acara ini. Hudson dan Urquhart (2015)

mempelajari dampak perang dunia kedua (Perang Dunia II, setelahnya) terhadap

Pasar saham Inggris dan menemukan bahwa hanya satu dari peristiwa masa perang

yang diklasifikasikan sebagai penting yang mengakibatkan perpecahan struktural.

Frey dan Kucher

(2000) meneliti harga obligasi pemerintah lima negara Eropa negara-negara selama

Perang Dunia II. Mereka menganggap bahwa kerugian dan keuntungan bersifat

nasional kedaulatan mempengaruhi harga obligasi negara. Frey dan Kucher (2001)

menganalisis harga obligasi pemerintah Jerman dan Austria yang diperdagangkan di

bursa Swiss selama Perang Dunia II. Mereka menunjukkan bahwa episode perang

memang demikian jelas tercermin dalam harga obligasi pemerintah. Brown Jr dan
Burdekin (2002) mempelajari obligasi Jerman yang diperdagangkan di bursa saham

London selama Perang Dunia II dan mendokumentasikan dampak negatifnya hanya

pada dua peristiwa selama Perang Dunia II keseluruhan arah konflik. Waldenstrom ¨

dan Frey (2008) mengamati secara tiba-tiba pergeseran imbal hasil dan selisih utang

negara di pasar obligasi Nordik selama Perang Dunia II. Frey dan Waldenstrom ¨

(2004) membandingkan utang negara harga di bursa saham Zurich dan Stockholm

dan menyimpulkan bahwa efisiensi pasar tidak terpengaruh oleh Perang Dunia II.

Beberapa penelitian meneliti dampak keterlibatan militer AS terhadap hal ini

pasar keuangan. Leigh, Wolfers, dan Zitzewitz (2003) menganalisis keuangan data

pasar untuk menilai konsekuensi ekonomi dari perang dengan Irak. Mereka

menemukan bahwa importir minyak bersih kemungkinan besar akan mengalami

dampak buruk dampak dari perang tersebut. Juga sehubungan dengan Irak, Rigobon

dan Sack (2005) menemukan bahwa risiko perang dikaitkan dengan penurunan

imbal hasil obligasi Treasury dan harga ekuitas. Amihud dan Wohl (2004)

menemukan bahwa perang Irak berhubungan dengan kenaikan harga saham.

Mungkin semakin besar kemungkinannya Akan digulingkannya Saddam Hussein

diartikan sebagai kabar baik oleh investor pasar saham. Choudhry (2010)

menerapkan uji kerusakan struktural selidiki perubahan struktural dalam keuntungan

dan volatilitas dan tentukan apakah perubahan tersebut terkait dengan peristiwa

Perang Dunia II. Umar, Wisniewski, dan Nolte (2017) menganalisis dampak dari 64

kejadian krisis internasional yang parah dan mengklasifikasikan 43 kejadian sebagai

“contoh perang”. Jendela acara mereka dimulai 50 hari perdagangan sebelum


pecahnya perang dan berakhir 50 hari perdagangan setelahnya. Mereka menemukan

bahwa keuntungannya adalah - 3,47% untuk indeks pasar saham dunia dan -4,67%

untuk S&P 500. Wisniewski (2009) mengkaji dampak Perang Dunia II, perang Korea

dan keterlibatan militer AS lainnya dan memberikan bukti bagaimana hal ini terjadi

Peristiwa tersebut berhubungan negatif dengan nilai pasar saham. Berdasarkan

pembahasan di atas, kami menyimpulkan bahwa dampak perang terhadap pasar

saham dan kelas aset lainnya merugikan.

2.3. Covid-19 dan pasar keuangan global

The novel corona virus (COVID-19) was first detected in China in December

2019, and the World Health Organization (WHO) declared a pandemic in the

following mid-March. The response across financial markets was dire. In a month,

the Dow Jones and the S&P 500 fell by 35% and the volatility of the financial markets

was comparable to the GFC 2008 (Baker dkk., 2020). Untuk mengurangi tingkat

penyebaran, pemerintah memperkenalkan tindakan lockdown secara luas yang

menghambat aktivitas ekonomi global. Sektor bisnis dan negara terkena dampaknya;

terkait Izzeldin dkk. (2021) menemukan dampak buruk pada semua sektor kecuali

pada sektor tersebut Perusahaan teknologi yang mampu mengatasi pandemi

dengan lebih baik. Sergi, Harjoto, Rossi, dan Lee (2021) menunjukkan bahwa hasil

ekonomi, sebagaimana dilacak oleh Barro Misery Index (BMI), didorong oleh kasus

terkait Covid-19 dan kematian, dan tercermin pada volatilitas return pasar saham.

Benkraiem, Garfatta, Lakhal, dan Zorgati (2022) menyimpulkan bahwa penularan

keuangan adalah lebih intens di Amerika dibandingkan di Asia.


3. Data dan metodologi

3.1. Data

Kami mengkaji reaksi pasar keuangan global dalam tiga peristiwa krisis,

yaitu Krisis Keuangan Global 2008, pandemi Covid-19, dan invasi Rusia tahun 2022

ke Ukraina. Untuk setiap kejadian, kami menggunakan [− 3,3] jendela estimasi bulan

menggunakan data harian.5 Pilihan tanggal patokan kami (t = 0) pada setiap

kesempatan adalah: i) keruntuhan Lehman Brothers pada 15/9/2008; ii)

pengumuman lockdown Italia pada 3/9/2020; aku aku aku) hari invasi masing-

masing pada 24/2/2022.

3.2. Metodologi

Pemodelan langkah-langkah yang direalisasikan sangat bergantung pada model

autoregresif heterogen (HAR) (Corsi, 2009). Kinerja HAR yang unggul dalam

pemodelan dan perkiraan realisasi volatilitas adalah mapan (Bollerslev, 2022;

Bollerslev dkk., 2020; Bollerslev, Patton, & Quaedvlieg, 2016). Dibandingkan dengan

ARFIMA, estimasi dan peramalan lebih mudah diperoleh dari model HAR.

4. Hasil

4.1. Pasar saham global

Sekarang kita akan membahas durasi persentase, kami menemukan nilai

Eropa di 7,25%, menunjukkan bahwa pasar saham menghabiskan waktu yang jauh

lebih singkat dalam rezim krisis dibandingkan dengan GFC, dan Covid-19. Yang
serupa Hasilnya diamati untuk negara-negara RoW. Kami mendiskusikan nilai

intensitas Berikutnya. Hasil kami menunjukkan bahwa intensitas krisis di Eropa

menyusul Perang Rusia-Ukraina mencapai 89,89%, jauh lebih tinggi dari baik GFC

(73,76%) atau Covid-19 (82,16%). G7 dan Nilai RoW selama perang Rusia-Ukraina

adalah 69,08% dan 71,31% masing-masing. Menariknya, nilai-nilai ini lebih rendah

pada kelompok G7 dibandingkan dengan GFC dan Covid-19 (77,67% dan 86,70%

masing-masing), namun hal ini sebanding dalam semua krisis RoW kelompok.

Singkatnya, analisis kami terhadap pasar saham di sini menunjukkan bahwa

mereka Respons volatilitas terhadap krisis perang Rusia-Ukraina terjadi secara

instan. Hal ini berbeda dengan GFC atau Covid-19 yang mengalami kelambatan

tertentu diamati. Kami percaya bahwa reaksi pasar saham terjadi seketika

menunjukkan bahwa invasi tersebut ditafsirkan sebagai “berita nyata” oleh investor.

Meskipun pemanggilan pasukan Rusia berkepanjangan di Ukraina perbatasan, invasi

yang sebenarnya tidak diabaikan oleh pasar dan dianggap tidak mungkin, sampai hal

itu terwujud. Intensitas krisis, Namun, hal ini menunjukkan betapa parahnya perang

Rusia-Ukraina dalam skala global, tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan

GFC atau Covid19. Kami menganggap hal ini membingungkan mengingat parahnya

insiden semacam itu. Dia masuk akal jika investor salah menafsirkan peristiwa ini.

Pengalaman-pengalaman perang di masa lalu sangat berbeda dalam artian

utamanya serangan teroris satu kali dan/atau telah jauh dari Eropa benua. Oleh

karena itu, investor mungkin salah mengambil wawasan dari hal tersebut

pengalaman sebelumnya dan meremehkan dampak nyata dari hal tersebut Perang
Rusia-Ukraina (Financial Times, 2022e; The Guardian, 2022b). Namun, seiring

dengan berlanjutnya agresi Rusia di Ukraina, dunia juga mengalami hal yang sama

tampaknya menerima bahwa transisi menuju konflik jangka panjang tampaknya a

skenario yang mungkin terjadi (BBC, 2022; Financial Times, 2022a). Selain itu, konflik

yang berkepanjangan bahkan menyebabkan perbankan menurunkan perkiraan

pertumbuhannya (JP Morgan, 2022).

4.2. Komoditas

Kami sekarang melanjutkan untuk membahas nilai persentase durasi.

Selama Perang Rusia-Ukraina, durasi rata-rata mencapai 6,42%, jauh lebih rendah

dibandingkan GFC (pada 6,81%) atau Covid-19 (pada 7,38%) krisis. Nilai durasi yang

tinggi dibuktikan dengan nilai yang berharga dan rendah logam. Komoditas pertanian

menunjukkan angka sekitar dua kali lebih tinggi nilai median durasi selama perang

Rusia-Ukraina dibandingkan dengan Covid-19.

Intensitas komoditas selama perang Rusia-Ukraina telah mencapai 23,65%,

serupa dengan dua krisis lainnya. Namun, hasil agregat ini menutupi heterogenitas

antar segmen komoditas. Secara khusus, intensitas krisis selama perang Rusia-

Ukraina adalah yang terbesar tertinggi untuk bahan dasar (sebesar 38,26%) dan

terendah untuk barang berharga logam (sebesar 18,36%). Pada komoditas pertanian

dengan nilai intensitas 48,87%, gandum merupakan komoditas yang paling terkena

dampaknya. Yang tinggi Nilai intensitas krisis gandum mungkin sebagian

disebabkan oleh ketidakpastian yang terjadi di Ukraina dan Rusia, keduanya

merupakan negara eksportir gandum terbesar di seluruh dunia, mampu memenuhi


permintaan dunia (FAO, 2022). Nikel punya merupakan komoditas yang terkena

dampak paling parah dengan nilai intensitas sebesar 116,65%. Hal ini sebagian besar

disebabkan oleh sanksi terhadap Rusia, yang berada di peringkat 3 teratas eksportir

nikel, seiring dengan meningkatnya permintaan yang terkait dengan penggunaannya

pada kendaraan listrik (Daniel, 2022).

Kesimpulannya, analisis kami terhadap komoditas-komoditas tersebut

menunjukkan bahwa mereka memilikinya merespons lebih cepat dalam perang

Rusia-Ukraina dibandingkan dengan keduanya Krisis GFC atau Covid-19. Sebaliknya,

durasi dan intensitas krisis nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa komoditas telah

terpengaruh selama Rusia Perang Ukraina sebanding dengan dua krisis lainnya.

Tetap saja, itu nilai durasi dan intensitas yang sangat tinggi untuk komoditas tertentu

mencerminkan kuatnya tekanan yang sedang berlangsung terhadap komoditas dan

telah terjadi disorot sebagai penyebab kekhawatiran. Khususnya, komoditas yang

mengalami tekanan pasar dapat mempunyai beberapa konsekuensi, seperti memicu

krisis pangan hingga memberikan tekanan pada platform perdagangan derivatif

(Financial Times, 2022e).

5. Kekokohan

Dalam analisis utamanya, transisi antar rezim volatilitas terjadi telah diskrit dan

dimodelkan melalui model HAR switching Markov. Kami melakukan pemeriksaan

ketahanan menggunakan spesifikasi transisi yang mulus, yang memungkinkan

terjadinya transisi mirip analog antar rezim. Yang umum pada kedua spesifikasi

adalah identifikasi endogen dari rezim tersebut transisi antar rezim. Dalam transisi
mulus HAR (ST-HAR) model transisi antara dua rezim diatur oleh fungsi

eksponensial, lihat Izzeldin dkk. (2021) untuk lebih jelasnya. Dari HAR parameter, kita

asumsikan konstanta dan komponen hariannya bergantung pada rezim, sedangkan

komponen volatilitas mingguan dan bulanan bergantung pada rezim rezim yang

invarian.

Dibandingkan dengan GFC atau krisis Covid-19, angkanya lebih rendah nilai

koefisien ambang batas selama perang Rusia-Ukraina menunjukkan respons awal

pasar saham global (lihat Panel A) dan komoditas (lihat Panel B) pada acara

tersebut. Jadi, ini menguatkan hal utama temuan makalah tersebut.

Koefisien kemiringan adalah yang tertinggi untuk pasar saham G7 selama

ini perang Rusia-Ukraina (7.78) yang menunjukkan perubahan rezim secara tiba-tiba,

lebih parah dibandingkan Covid-19 (6.14) atau GFC (2.23). Itu fakta bahwa pasar

saham Eropa merespons dengan lebih lancar Perang Rusia-Ukraina dibandingkan

dengan Covid-19 (1,55 vs 9,26) semakin memperkuat temuan utama kami bahwa

investor mungkin salah menilai tingkat keparahan dan durasi kejadian.

Mirip dengan pasar saham global, komoditas mencatat penurunan terbesar

koefisien selama perang Rusia-Ukraina dibandingkan dengan salah satu dari

tersebut GFC atau krisis Covid-19. Transisi mendadak ini terutama didorong oleh

komoditas pertanian (misalnya gandum) dan bahan dasar (misalnya nikel), dan hasil

yang konsisten dengan analisis utama. Menariknya, berharga material menunjukkan

respons yang lebih tenang dibandingkan dengan krisis-krisis masa lalu.

6. Pembahasan dan kesimpulan


Perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan ketidakstabilan yang besar di

seluruh dunia pasar. Kami menganalisis respons volatilitas saham Eropa dan global

pasar dan sampel komoditas yang mewakili krisis perang dan membandingkannya

dengan pandemi Covid-19 saat ini dan tahun 2008 krisis keuangan global.

Penelitian ini menggunakan model HAR Markov-switching pada volatilitas

proksi dan memperoleh perkiraan sinkronisasi, durasi dan intensitas untuk setiap

peristiwa krisis. Model HAR peralihan Markov memungkinkan pergeseran rezim yang

teridentifikasi secara endogen. Hasil kami menunjukkan reaksi seketika dari pasar

saham global terhadap hal ini perang Rusia-Ukraina, yang menunjukkan bahwa invasi

itu terjadi ditafsirkan oleh investor sebagai berita nyata. Hal ini sangat berbeda

dengan GFC atau krisis Covid-19, dimana terdapat respon yang lambat. Itu metrik

durasi krisis menunjukkan bahwa tingkat keparahan Rusia-Ukraina perang telah

diredam dibandingkan dengan GFC atau Covid-19. Kami mengaitkan hal ini dengan

ekspektasi pasar bahwa perang tidak akan terjadi berkepanjangan. Temuan di pasar

komoditas sejalan dengan temuan tersebut pasar saham kecuali untuk satu aspek:

intensitas. Komoditas pada umumnya tampaknya telah melewati krisis perang Rusia

-Ukraina dengan cara yang sama jalan menuju krisis Covid-19 dan GFC. Namun,

intensitas krisis bernilai komoditas tertentu menunjukkan tekanan berkelanjutan

yang kuat pada kelas aset ini, dan terhadap perekonomian mengingat pentingnya hal

-hal strategis tersebut komoditas.

Dalam jangka pendek, perang Rusia-Ukraina diperkirakan akan berkurang

pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya inflasi. Pertumbuhan PDB tahunan pada


tahun 2023 adalah diperkirakan akan melambat menjadi 2,25% di seluruh dunia,

menjadi 0,5% di AS, dan menjadi 0,25% di kawasan Euro; jauh di bawah perkiraan

sebelum perang (OECD, 2022). Mengikuti pemulihan ekonomi global secara bertahap

dari pandemi Covid-19, tekanan inflasi sudah meningkat. Namun, itu Perang Rusia-

Ukraina, yang berdampak pada harga energi dan pangan, telah terjadi mempercepat

tekanan inflasi di seluruh dunia.12 Di bidang energi, ketergantungan UE yang besar

pada Rusia membuat negara-negara tersebut rentan terhadap hal ini pengurangan

pasokan gas melalui pipa Nord Stream 1 (Eurostat, 2022; Waktu Keuangan, 2022c;

Bank Dunia, 2022c). Selain itu, heterogenitas dalam ketergantungan gas di dalam UE

membuat UE rentan terhadap pengaruh politik ketegangan, misalnya mengenai

usulan pengurangan gas secara sukarela sebesar 15%. penggunaan (The Guardian,

2022a).

Konsekuensi jangka panjang dari perang di Ukraina akan bergantung pada

hal ini tanggapan dan prioritas kebijakan saat ini. Yang terbaru, para pengambil

kebijakan telah mempromosikan efisiensi energi dan sumber produksi energi rendah

karbon, yang sejalan dengan tujuan transisi “hijau”. menjauhi bahan bakar fosil untuk

menahan perubahan iklim. Namun, tujuan tersebut mungkin saja terjadi menjadi

lebih sulit dipahami jika para pembuat kebijakan mengurutkan keamanan energi dan

keterjangkauan lebih tinggi dalam agenda mereka. Di pasar pangan, penurunan

produksi, gangguan perdagangan dan peningkatan biaya input meningkatkan harga

komoditas, terutama gandum. Ekspor gandum Ukraina, itu menyumbang hampir 10%

dari ekspor global, berhenti setelah penutupan Pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Mengekspor gandum melalui jalur darat lebih mahal dibandingkan melalui laut (Bank

Dunia, 2022a). Meningkatnya harga pangan dan gangguan terhadap perdagangan

menimbulkan risiko terhadap koherensi masyarakat. Selain itu, ketahanan pangan

menduduki peringkat tinggi dalam agenda para pembuat kebijakan; sehingga

memerlukan kerja sama internasional dalam masalah ini. Berkenaan dengan pasar

logam, kami Hasilnya menunjukkan bahwa nikel sangat terkena dampaknya. Rusia

bertanggung jawab 20% nikel bermutu tinggi digunakan dalam baterai. Sanksi telah

mengganggu pasokan dari raksasa pertambangan Rusia “Nornickel”. Produksi dari

baja tahan karat, yang menyumbang 70% konsumsi nikel, sedang melambat,

terutama di Tiongkok (Bank Dunia, 2022a). Perkembangan komoditas.

PASAR KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN

Marco Pagano
Universita Bocconi, Milan,Italy and CEPR London,UK

Pendahuluan

Lima tahun terakhir telah menyaksikan kebangkitan minat terhadap

hubungan antara intermediasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Ini masalah ini

telah dipelajari secara ekstensif hampir dua dekade sebelumnya oleh Goldsmith

(1969), McKinnon (1973), Shaw (1973) dan lain-lain, yang menghasilkan bukti kuat

bahwa perkembangan keuangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Tapi mereka

pekerjaan, meskipun berwawasan luas, tidak memiliki landasan analitis. Dalam

pertumbuhan tradisional

teori, intermediasi keuangan dapat dikaitkan dengan tingkat modal stok per pekerja

atau pada tingkat produktivitas, namun tidak pada masing-masing pekerja tingkat

pertumbuhan. Yang terakhir ini dianggap berasal dari kemajuan teknis yang bersifat

eksogen.

Kebangkitan minat baru-baru ini terhadap hubungan antara pembangunan

keuangan dan pertumbuhannya terutama berasal dari wawasan dan teknik endogen

model pertumbuhan, yang telah menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan yang

mandiri tanpa kemajuan teknis eksogen dan bahwa tingkat pertumbuhan dapat

dikaitkan terhadap preferensi, teknologi, distribusi pendapatan dan pengaturan

kelembagaan. Hal ini memberikan landasan teoritis yang mendasari kontributor awal

kekurangan: intermediasi keuangan terbukti tidak hanya mempunyai efek tingkat,

tetapi juga dampak pertumbuhan.

Model yang dihasilkan telah memberikan wawasan penting mengenai


dampak perkembangan keuangan terhadap pertumbuhan dan sebaliknya. Mereka

juga telah menyediakan dorongan baru untuk penelitian empiris mengenai isu-isu ini.

Tulisan ini mengulas hal tersebut dasar yang dibahas sejauh ini pada bidang teoretis

dan empiris dan menunjuk pada hal tersebut beberapa masalah yang masih belum

terselesaikan.

2. Bagaimana perkembangan keuangan mempengaruhi pertumbuhan?

Untuk menangkap dampak potensial pembangunan keuangan terhadap

pertumbuhan,

pertimbangkan model pertumbuhan endogen yang paling sederhana – model ‘AK’, di

mana output agregat adalah fungsi linier dari persediaan modal agregat:

Y = AK,.

Fungsi produksi ini dapat dilihat sebagai 'bentuk tereduksi' yang dihasilkan darinya

dari dua kerangka yang mendasarinya. Salah satunya adalah perekonomian yang

kompetitif dengan eksternal ekonomi seperti dalam Romer (1989), di mana setiap

perusahaan menghadapi suatu teknologi skala hasil yang konstan tetapi

produktivitas adalah fungsi yang meningkat stok modal agregat K,. Misalnya,

pertimbangkan perekonomian dengan N perusahaan yang identik, masing-masing

memproduksi output tahun =Sh+ dengan persediaan modalnya k,. Misalkan B

dianggap sebagai parameter oleh masing-masing perusahaan tetapi sebenarnya

merespon rata-rata persediaan modal menurut B= Ak,! -'. Kemudian keluaran gerbang

agregat, Y, = NY,, diberikan oleh (1). Alternatifnya, model AK bisa diturunkan dengan
asumsi bahwa K, adalah gabungan modal fisik dan manusia seperti pada Lucas

(1988), kedua jenis modal tersebut dapat direproduksi dengan identik teknologi.

Untuk mempermudah, asumsikan bahwa populasinya stasioner dan

perekonomian menghasilkan satu barang yang dapat diinvestasikan atau

dikonsumsi - dan, jika diinvestasikan, disusutkan pada tingkat 6 per periode.

Investasi bruto sama dengan

I,=K,+I -( 1 -b)K,.

Dalam perekonomian tertutup tanpa pemerintah, keseimbangan pasar

modal mensyaratkan bahwa tabungan kotor S, sama dengan investasi kotor I,. Untuk

alasan yang akan terjadi diperjelas di bawah ini, akan lebih mudah untuk

mengasumsikan bahwa proporsi 1 - 4 dari aliran tabungan ‘hilang’ dalam proses

intermediasi keuangan:

cps, =I,.

Dari (I), laju pertumbuhan pada waktu t+l adalah g,+l=Y+l/Y,-l=K,+l/K,-l. Menggunakan

persamaan. (2) dan menurunkan indeks waktu, tingkat pertumbuhan kondisi mapan

bisa ditulis sebagai g=A+-ii= A+-& Dimana pada langkah kedua saya telah

menggunakan keseimbangan pasar modal kondisi (3) dan dilambangkan dengan

tingkat tabungan kotor S/Y dengan s.

Persamaan. (4) mengungkapkan secara ringkas bagaimana pembangunan

keuangan dapat mempengaruhi pertumbuhan: itu dapat menaikkan rj. proporsi

tabungan yang disalurkan ke investasi; itu mungkin meningkat M. Pagano, Pasar

keuangan dan pertumbuhan A, produktivitas marjinal sosial dari modal; dan itu
tingkat tabungan swasta.

2.1. Menyalurkan tabungan ke perusahaan

Dalam proses mengubah tabungan menjadi investasi, perantara keuangan

menyerap sumber daya, sehingga satu dolar yang dihemat oleh rumah tangga

menghasilkan lebih sedikit sumber daya. Investasi senilai lebih dari satu dolar -

pecahan 4 dalam persamaan. (3). Itu sisa pecahan 1 - $J masuk ke bank sebagai

selisih antara pinjaman dan suku bunga pinjaman, dan kepada pialang dan dealer

sekuritas sebagai komisi, biaya dan sejenisnya.

Penyerapan sumber daya oleh sektor keuangan pada dasarnya merupakan

sebuah imbalan untuk layanan yang diberikan, namun hal ini mungkin juga

mencerminkan inefisiensi X dari layanan tersebut perantara dan kekuatan pasar

mereka. Selain itu, sebagaimana dikemukakan oleh Roubini dan Sala-i-Martin (1991,

1992) aktivitas mereka seringkali dibebani oleh perpajakan (dalam berupa

persyaratan cadangan yang tinggi, pajak transaksi, dll) dan secara restriktif

peraturan, yang berarti margin unit yang lebih tinggi.

2.2. Meningkatkan alokasi modal

Fungsi utama kedua dari intermediasi keuangan adalah alokasi dana untuk

proyek-proyek di mana produk modal marjinal paling tinggi. Dalam kerangka model

di atas, perantara meningkatkan produktivitas modal, A, sehingga mendorong

pertumbuhan, dengan dua cara: (i) mengumpulkan informasi untuk mengevaluasi

proyek investasi alternatif; dan (ii) mendorong individu untuk melakukan hal tersebut

berinvestasi pada teknologi yang lebih berisiko namun lebih produktif dengan
menyediakan pembagian risiko.

Peran informasional dari intermediasi keuangan telah dikaitkan dengan

pertumbuhan produktivitas oleh Greenwood dan Jovanovic (1990). Dalam model

mereka, Modal dapat diinvestasikan pada teknologi yang aman dengan imbal hasil

rendah atau teknologi berisiko dengan imbal hasil tinggi satu. Kembalinya ke

teknologi berisiko mengandung dua istilah acak: an agregat dan guncangan spesifik

proyek. Berbeda dengan investor individu, keuangan perantara dengan portofolionya

yang besar dapat menguraikannya dengan sempurna kejutan produktivitas agregat,

dan dengan demikian memilih teknologi yang paling banyak tepat untuk realisasi

guncangan saat ini. Demikian tabungan tersalurkan melalui perantara keuangan

dialokasikan lebih efisien, dan semakin tinggi produktivitas modal menghasilkan

pertumbuhan yang lebih tinggi.

Perantara keuangan juga memungkinkan investor untuk berbagi risiko. Hal ini

mempengaruhi pilihan investasi ahli waris – dan, seperti yang akan kita lihat di

bagian 2.3, tabungan mereka perilaku. Peran pembagian risiko ini tidak hanya

dilakukan oleh pasar asuransi tetapi juga oleh bank dan pasar sekuritas, yang

memungkinkan individu untuk berbagi risiko guncangan istimewa yang tidak dapat

diasuransikan, seperti rasa atau guncangan likuiditas, dan risiko yang dapat

didiversifikasi yang berasal dari volatilitas aset kembali.

Dengan tidak adanya bank, rumah tangga dapat waspada terhadap hal-hal

yang bersifat idiosinkratik guncangan likuiditas hanya dengan berinvestasi pada aset

produktif yang dapat dilakukan dengan segera dilikuidasi, sehingga sering kali
meninggalkan investasi yang lebih produktif tetapi juga lebih tidak likuid. Inefisiensi

ini dapat dikurangi secara signifikan oleh bank, yang mengumpulkan risiko likuiditas

para deposan dan menginvestasikan sebagian besar dananya proyek yang lebih

tidak likuid dan lebih produktif. Jumlah kebutuhan alat likuid tidak melebihi perkiraan

penarikan oleh rumah tangga yang terkena guncangan likuiditas. Argumen ini, yang

awalnya dikemukakan oleh Diamond dan Dybvig (1983), telah terbukti dimasukkan

ke dalam model pertumbuhan endogen oleh Bencivenga dan Smith (1991). Mereka

menunjukkan bahwa bank meningkatkan produktivitas investasi dengan cara

mengarahkan dana ke teknologi yang tidak likuid dan menghasilkan hasil tinggi dan

dengan mengurangi pemborosan investasi akibat likuidasi dini. Seperti di

Greenwood dan Jovanovic, peningkatan produktivitas ini menghasilkan pertumbuhan

yang lebih cepat.

Alternatifnya, risiko likuiditas konsumen dapat ditanggung bersama melalui

pasar sekuritas. Dalam Levine (1991) individu menahan guncangan likuiditas

tertentu dengan menjual

saham di pasar saham daripada menarik uang dari bank, sementara pasar saham

juga memungkinkan agen untuk mengurangi risiko tingkat pengembalian sebesar

diversifikasi portofolio (efek juga terjadi pada Greenwood dan Jovanovic, melalui

perantara). Fungsi asuransi ganda ini meningkatkan kesediaan untuk melakukan hal

tersebut berinvestasi pada proyek-proyek yang kurang likuid, lebih produktif, dan juga

menghindari hal-hal yang tidak diperlukan

penghentian. Akibatnya, mendirikan pasar saham meningkatkan produktivitas


investasi dan tingkat pertumbuhan.

Saint-Paul (1992) juga menghubungkan pertumbuhan dengan diversifikasi

portofolio melalui pasar saham. Dalam modelnya, perusahaan dapat meningkatkan

produktivitasnya dengan cara melakukan spesialisasi, namun hal ini meningkatkan

risiko guncangan permintaan sektoral. Kapan risiko ini dapat ditanggung secara

efisien melalui pasar saham, begitu pula dengan produsen didorong untuk

berspesialisasi dan dengan demikian meningkatkan produktivitas. Di hadapan

eksternalitas ala Romer, peningkatan produktivitas ini berarti peningkatan yang lebih

tinggi tingkat pertumbuhan dalam keadaan stabil.

2.3. Mempengaruhi tingkat ayunan

Cara ketiga perkembangan keuangan dapat mempengaruhi pertumbuhan

adalah dengan mengubah tingkat tabungan s. Dalam hal ini tanda hubungannya

bersifat ambigu, misalnya bahwa perkembangan keuangan juga dapat mengurangi

tabungan, dan dengan demikian pertumbuhan. Sebagai pasar modal berkembang,

rumah tangga mendapatkan jaminan yang lebih baik terhadap guncangan dana

abadi dan diversifikasi risiko tingkat pengembalian yang lebih baik, sementara

konsumen kredit menjadi lebih mudah dan murah. Perkembangan keuangan juga

mempersempit kesenjangan antara tingkat bunga yang dibayarkan oleh perusahaan

dan tingkat bunga tersebut diterima oleh rumah tangga. Masing-masing faktor

tersebut mempengaruhi perilaku menabung, namun dalam setiap kasus, efeknya

ambigu.

Pembagian risiko. Pasar keuangan memungkinkan orang untuk berbagi kedua


kekayaan tersebut risiko (seperti bahaya kesehatan) dan risiko tingkat pengembalian

(seperti risiko yang disebabkan oleh volatilitas return saham). Biasanya, orang

melawan jenis risiko pertama melalui pasar asuransi, jika ada. Sekarang

pertimbangkan perekonomian di mana hal ini pasar baru saja diperkenalkan. Hasil

yang terkenal adalah konsumen akan melakukannya menghemat lebih sedikit jika

fungsi utilitasnya mempunyai turunan ketiga positif - suatu kondisi yang terpenuhi

untuk fungsi utilitas dengan penghindaran risiko relatif konstan: memperkenalkan

pasar asuransi mengurangi kebutuhan akan tabungan untuk pencegahan. Dalam

model pertumbuhan endogen, penurunan tingkat tabungan akan menurunkan tingkat

pertumbuhan, memberikan satu contoh di mana pembangunan keuangan bisa

menghambat pertumbuhan. Hal serupa dikemukakan oleh Devereux dan Smith

(1991), yang menunjukkan bahwa ketika negara-negara berbagi risiko endowmen

melalui internasional di pasar modal, tingkat tabungan dan pertumbuhan bisa lebih

rendah dibandingkan di negara autarki.

Risiko tingkat pengembalian dapat dikurangi dengan melakukan

diversifikasi portofolio pasar sekuritas. Sekali lagi, pengaruh terhadap tabungan

bersifat ambigu: konstan utilitas penghindaran risiko relatif, respons tabungan

adalah negatif jika koefisien penghindaran risiko di atas 1, dan positif jika sebaliknya.

Akibatnya, respons pertumbuhan terhadap pengurangan risiko tingkat pengembalian

juga masih ambigu - hasil yang juga ditunjukkan oleh Devereux dan Smith.’

Faktanya, semua model yang dijelaskan di bagian 2.2 harus berhubungan

dengan hal tersebut tanggapan tabungan yang ambigu, karena semuanya memiliki
efek finansial intermediasi adalah pembagian risiko yang lebih efisien, yang dapat

mengurangi tingkat tabungan dan dengan demikian setidaknya mengimbangi

sebagian dampak peningkatan pertumbuhan dari sektor yang lebih produktif

investasi. Bencivenga dan Smith menunjukkan bahwa kemunculan bank mungkin

saja terjadi mengurangi tingkat tabungan tetapi mereka juga mengidentifikasi

kondisi di mana efek peningkatan pertumbuhan dari intermediasi keuangan (A lebih

tinggi) melebihi efeknya tingkat tabungan yang lebih rendah (lebih rendah). Penulis

lain menghindari komplikasi ini, dengan menghindari dampak negatif pembagian

risiko terhadap tabungan dengan asumsi yang hoose asumsi di mana pembagian

risiko sebenarnya meningkatkan tabungan. Sesuai:Levine hanya mengemukakan

tingkat tabungan yang konstan, sedangkan Saint-Paul Pinjaman. Jika pasokan

pinjaman kurang dari permintaan, beberapa rumah tangga akan mengalami hal

tersebut terbatas likuiditas: konsumsinya dibatasi oleh sumber daya yang ada, bukan

berdasarkan pendapatan permanen.

Dengan menggunakan model generasi yang tumpang tindih dengan rumah

tangga yang ditinggali selama tiga periode, Jappelli dan Pagan0 (1992) menunjukkan

bahwa kendala likuiditas yang mengikat meningkatkan tingkat tabungan, karena

rumah tangga muda tidak dapat menabung sebanyak itu seperti yang mereka

inginkan. Dengan teknologi yang dijelaskan oleh persamaan. (l), peningkatan ini

tingkat tabungan agregat s berarti pertumbuhan yang lebih cepat g. Dengan cara

yang sama token, liberalisasi pasar kredit konsumen atau hipotek mengarah pada a

pengurangan tabungan dan pertumbuhan. Di sini kita mempunyai contoh keuangan


lainnya

perkembangan pasar cenderung mengurangi pertumbuhan.

De Gregorio (1992) menambahkan kualifikasi yang berpotensi penting. Jika

rumah tangga meminjam untuk membiayai tidak hanya konsumsi saat ini tetapi juga

akumulasi sumber daya manusia, dampak kendala likuiditas terhadap pertumbuhan

masih ambigu: mereka menaikkan tingkat tabungan, tetapi menurunkan

produktivitas investasi A, sepanjang hal ini tergantung pada keterampilan pekerja

yang diperoleh melalui investasi pendidikan.

Relevansi kualifikasi ini tergantung pada sejauh mana manusianya

pembentukan modal dibiayai sendiri oleh rumah tangga. Di banyak negara memang

demikian disubsidi oleh pemerintah melalui sekolah negeri, hibah dan pinjaman

siswa. dll. Selain itu, pelatihan di tempat kerja dan belajar sambil melakukan ~

umumnya dianggap sebagai hal yang sama tidak kalah pentingnya dengan

pendidikan ~ dapat memungkinkan pekerja memperoleh keterampilan efek suku

bunga.

Sebagaimana disebutkan di bagian 2.1, represi keuangan dan kurangnya

persaingan memperluas margin yang dibebankan oleh perantara keuangan. Ke

samping dari biaya sumber daya langsung 4, margin mempengaruhi akumulasi

modal melalui mereka efek insentif terhadap tabungan. Represi finansial dan

persaingan tidak sempurna menjaga tingkat bunga yang dibayarkan kepada

penabung di bawah tingkat bunga sempurna pasar modal, yaitu produk marjinal

modal setelah dikurangi penyusutan, A - 6.


Jika tingkat tabungan naik seiring dengan tingkat bunga, maka pasar modal

ketidaksempurnaan menurunkan pertumbuhan dengan menekan tabungan. Studi

awal tentang McKinnon (1973) dan Shaw (1973) berpendapat bahwa ini adalah cara

yang penting penindasan finansial mana yang menekan pertumbuhan; sebaliknya,

perkembangan keuangan asesment harus meningkatkan tabungan dan

pertumbuhan.5 Namun, dampaknya nyata tingkat bunga tabungan telah lama

diketahui bersifat ambigu secara apriori, dan studi empiris yang relevan masih jauh

dari menyepakati tanda-tandanya.

2. Apa yang menentukan perkembangan keuangan

Greenwood dan Jovanovic (1990) dan Saint-Paul (1992) termasuk di antara

mereka yang Greenwood dan Jovanovic (1990) dan Saint-Paul (1992) termasuk di

antara sedikit model di mana pertumbuhan dan perkembangan keuangan ditentukan

bersama. Dalam keduanya, intermediasi keuangan memerlukan biaya sumber daya

nyata yang bersifat tetap atau kurang dari sebanding dengan volume dana yang

dimediasi: sebagai perekonomian tumbuh, insentif individu untuk berpartisipasi

dalam pasar keuangan meningkat, karena manfaatnya meningkat seiring dengan

besarnya dana yang diinvestasikan,

Perkembangan keuangan juga bergantung pada kebijakan publik. Roubini

dan Sala-i Martin (1992) berpendapat bahwa pemerintah mungkin akan melakukan

represi keuangan meningkatkan penerimaan pajak, meskipun mereka menyadari

dampak buruknya terhadap pertumbuhan. Ketika memungut pajak penghasilan


memerlukan biaya yang besar, sektor keuangan merupakan sumber pendapatan

pemerintah yang relatif mudah, terutama melalui seigniorage. Faktanya, mereka

berpendapat bahwa tingkat suku bunga riil yang rendah sering kali merupakan gejala

keuangan penindasan, hal ini harus dikaitkan secara empiris dengan tingkat

tabungan yang rendah dan tingkat pertumbuhan yang rendah.

Hipotesis ini telah banyak diperdebatkan dalam literatur selanjutnya [lihat De

Gregorio dan Guidotti (1992) pemerintah dapat secara optimal memilih untuk

menghambat peningkatan intermediasi keuangan permintaan uang dan dengan

demikian meningkatkan pendapatan dari seigniorage.

Kebijakan publik juga dapat mempengaruhi pembangunan keuangan secara

lebih selektif. Untuk misalnya, di banyak negara terdapat pasar kredit konsumen dan

hipotek pinjaman secara tradisional telah ditekan dalam beberapa cara [Jappelli dan

Pagano (1992)]. Hal ini mungkin mencerminkan kepedulian masyarakat untuk

memaksa rumah tangga menabung lebih banyak dan mengarahkan kredit ke industri

daripada perumahan investasi.

4. Buktinya

Korelasi positif antara pertumbuhan dan indikator perkembangan keuangan

pertama kali didokumentasikan oleh Goldsmith (1969), McKinnon (1973) dan

Pertunjukan (1973). Namun demikian, ada dua masalah penafsiran yang muncul.

Pertama, apakah hubungan sebab akibat berjalan dari perkembangan keuangan ke

pertumbuhan, itu sebaliknya, atau keduanya? Kedua, mengakui perkembangan

keuangan itu meningkatkan pertumbuhan, apakah hal tersebut dilakukan dengan


meningkatkan efisiensi investasi (the parameter A) atau tingkat investasi (tingkat

tabungan s atau proporsi menghemat investasi yang diinvestasikan c#I)?”

Sayangnya, kedua masalah ini sebagian besar masih belum terselesaikan

terlihat dari studi komprehensif terbaru oleh King dan Levine (1992) yang

menegaskan bahwa pertumbuhan berkorelasi dengan banyak indikator keuangan

perkembangan dalam data lintas negara.’ Faktanya, korelasi parsial masih ada

signifikan bahkan setelah mengendalikan sejumlah variabel 'inti' yang

dipertimbangkan pekerjaan sebelumnya, seperti tingkat awal PDB, pendidikan, dan

pengukuran kinerja moneter, fiskal dan perdagangan. Jadi, korelasi-korelasi ini

tampaknya memang adakuat, seperti yang dijelaskan oleh Levine dan Renelt (1991).

Namun, itu temuan-temuan yang ada masih ragu-ragu baik dalam hal kausalitas

maupun kepentingan relatif dari hal tersebut efisiensi dan tingkat investasi.

Kemajuan dalam kausalitas akan membutuhkan hal ini

menggunakan variabel kebijakan yang mempengaruhi pasar keuangan namun tidak

terpengaruh

oleh pertumbuhan, seperti yang dilakukan oleh Roubini dan Sala-i-Martin (1991) yang

menemukan hal tersebut pertumbuhan berkorelasi negatif dengan rasio cadangan

bank ~ proksi represi finansial yang kemungkinan besar tidak akan terpengaruh oleh

pertumbuhan.

Sebagian besar studi empiris menggunakan indikator keuangan yang

sangat teragregasi intermediasi, seperti rasio M2 atau kredit sektor swasta terhadap

PDB. King dan Levine (1992) mengambil langkah pertama ke arah yang lebih baik
ukuran intermediasi keuangan yang terpilah, seperti indikator pentingnya simpanan

kredit bank relatif terhadap total kredit. Tapi lebih halus disagregasi sangat

diperlukan, membedakan peran pasar saham, pasar obligasi, pasar asuransi dan

pasar kredit rumah tangga (walaupun di sini masalah ketersediaan data mengurangi

jumlah observasi). Atje dan Jovanovic (1992), misalnya, mempelajari korelasinya

antara pertumbuhan dan volume perdagangan di pasar saham, ditingkatkan sebesar

PDB. Jappelli dan Pagan0 (1992) menemukan bahwa tingkat tabungan dan

pertumbuhan adalah sama berkorelasi negatif dan signifikan dengan indikator

perkembangan pinjaman rumah tangga, seperti rasio kredit konsumen terhadap PDB

dan rasio pinjaman terhadap nilai maksimum di pasar hipotek, sebuah temuan itu

menegaskan bahwa beberapa bentuk pembangunan keuangan tidak kondusif

5. Kesimpulan

Intermediasi keuangan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan

bertindak berdasarkan tingkat tabungan, pada bagian tabungan yang disalurkan

untuk investasi, atau pada produktivitas marjinal sosial dari investasi. Biasanya

pengembangan keuangan mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan,

namun ada pengecualian: perbaikan dalam pembagian risiko dan di pasar kredit

rumah tangga dapat menurunkan tabungan tingkat, maka tingkat pertumbuhan. Jadi

‘pembangunan keuangan’ terlalu umum a ketentuan; untuk mengukur dampaknya

terhadap pertumbuhan, kita harus menentukan secara spesifik pasar keuangan yang

bersangkutan.

Beberapa peneliti juga menganalisis bagaimana intermediasi keuangan


muncul dan berkembang secara endogen dalam konteks pertumbuhan ekonomi.

Tapi di sini juga, kemajuan lebih lanjut memerlukan pergeseran fokus dari gagasan

umum tentang pembangunan keuangan': masih belum jelas bagaimana dan

mengapa keuangan tertentu pasar muncul dan berkembang, dan apakah

perkembangannya mengikuti suatu hal dari urutan standar. Hal yang sama berlaku

untuk badan empiris yang ada bekerja. Pengujian model menunjukkan bahwa

beberapa prediksi korelasi memang terdapat pada data lintas negara, namun hanya

sedikit yang diketahui mengenai bagaimana korelasi tersebut terjadi perkembangan

pasar yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.


Hubungan Kausalitas antara Sentimen Investor dan Pasar Keuangan

Indonesia

Elizabeth Inge Pratiwi1*dan Elsa Imelda2 1,2

Fakultas Ekonomi&Bisnis, Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kausalitas yang terjadi di

antara sentimen investor berbasis pencarian google dan pasar saham-obligasi

Indonesia di tahun 2020. Uji yang digunakan pada penelitian ini merupakan

kombinasi dari uji kuantil untuk melihat efek sentimen investor pada kondisi

optimistik (pesimistik) dan uji kausalitas granger untuk mendeteksi hubungan

kausalitas yang terjadi di antara variabel. Hasil penelitian ini menemukan adanya

kausalitas satu arah antara sentimen investor dan pasar saham Indonesia dimana

sentimen investor mempengaruhi pasar saham. Menariknya, pada pasar obligasi

hubungan kausalitas tidak dapat ditemukan. Penelitian ini juga menemukan bahwa

hubungan kausalitas antara variabel sentimen investor dan pasar keuangan hanya

terjadi ketika kondisi optimistik dan pesimistik investor tidak berada pada tahap

yang ekstrim.

Kata Kunci: Googling Sentimen Investor; Pasar Saham; Pasar Obligasi; Kausalitas.
Kajian Teori

Behavioral Theory. Behavioral theory merupakan teori yang dikemukakan

oleh John Watson pada tahun 1924. Behaviorisme sendiri merupakan pendekatan

sistematik yang biasanya digunakan untuk memahami dan mempelajari perilaku

seseorang. Teori perilaku kemudian berkembang ke berbagai ilmu lainnya diluar

sosiologi dan psikologi manusia. Gabungan dari ilmu sosiologi dan psikologi

terhadap ilmu ekonomi disebut sebagai teori keuangan perilaku yang berfokus

terhadap perilaku seorang agen keuangan di pasar keuangan yang memiliki

kecenderungan tidak rasional dan hal ini kemudian akan mempengaruhi keputusan

mereka. Menurut teori ini, perilaku seseorang terhadap kegiatan yang berhubungan

dengan pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang tidak dapat dijelaskan

dengan akal sehat atau irrasional, sehingga perilaku investor ketika mengambil

keputusan yang terkait dengan kegiatan investasi, jual-beli sekuritas dan diversifikasi

portofolio juga merupakan hal irrasional yang akan terpengaruhi oleh perilaku dan

emosi investor (Statman, 2014).

Investor mengambil keputusan terkait investasi mereka berdasarkan

informasi yang mereka miliki seperti pengalaman masa lalu, tren saat ini,

pengembalian masa lalu, kinerja suatu perusahaan dan beberapa informasi dan

referensi lainnya yang ada (Kengatharan dan Kengatharan, 2014). Para investor

mendapat informasi ini dari pasar keuangan, sehingga pasar keuangan akan

mempengaruhi sentimen investor ketika pasar keuangan berperan sebagai informan


aktif yang memberikan informasi kepada investor yang meliputi pengembalian di

masa lalu, laporan keuangan perusahaan, harga saham saat ini, kinerja saham yang

baik dan informasi lainnya yang tersedia.

Sentimen investor dapat mempengaruhi pasar keuangan baik dari segi

volume perdagangan maupun harga aset keuangan yang ada pada pasar keuangan

(Tan dan Tas, 2019). Sentimen investor dapat membawa pengaruh terhadap volume

perdagangan saham hanya ketika para investor mengalami fenomena herding

behavior. Perolehan dan pemrosesan informasi yang tepat dan baik akan

menimbulkan biaya yang cukup besar bagi investor, sehingga sering kali para

investor, terutama investor yang baru memasuki pasar keuangan, tidak memiliki

pengetahuan dan gambaran yang sempurna tentang kondisi suatu pasar keuangan

dan efek dari kondisi yang sedang terjadi tersebut ke pasar keuangan baik saat ini

ataupun kedepannya. Akibatnya, para investor ini akan berpikir bahwa akan lebih

menguntungkan bagi mereka dari segi biaya jika mereka meniru tindakan investor

yang terinformasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa herding behavior dapat terjadi

ketika adanya asimetri informasi di antara investor. Pergerakan investor yang secara

bersamaan dalam satu waktu ini kemudian akan menyebabkan perubahan volume

perdagangan dalam skala besar sehingga harga saham kemudian akan terpengaruh

juga sesuai dengan hukum permintaan-penawaran. Perubahan harga saham akan

secara langsung mempengaruhi pengembalian investasi milik investor.

Googling Investor’s Sentiment. Terdapat 2 tipe investor yang ada pada

pasar keuangan, yaitu investor irrasional atau yang biasa disebut dengan noise
traders dan investor rasional atau yang biasa disebut dengan arbitrase. Investor

rasional dapat digambarkan sebagai seseorang yang memiliki ekspektasi terhadap

pengembalian investasi yang seluruhnya rational atau mengikuti nilai fundamental

yang ada, sedangkan investor irrational merupakan kebalikan dari investor rasional

dimana ketika mereka melakukan kegiatan investasi keputusannya cenderung

dipengaruhi oleh faktor psikologis atau emosi investor dari pada prinsip-prinsip

manajemen investasi yang baik dan benar. Investor irrational inilah yang terpengaruh

oleh sentimen mereka.

(De Long, Shleifer, Summers & Waldmann, 1990 dalam Brochado, 2017)

mendefinisikan sentimen investor sebagai pendapat, keyakinan ataupun spekulasi

yang dimiliki oleh seorang investor, yang biasanya akan terpengaruhi oleh emosi

investor, mengenai arus kas yang akan terjadi di masa depan dan risiko yang ada

pada investasi. Keyakinan ini dapat bersifat optimistik dan pesimistik.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sentimen investor

antara lain sebagai berikut (Srivastava, 2020):

Faktor psikologis (emosional). Kepribadian investor merupakan gabungan dari

motivasi, karakteristik kognitif dan emosional investor yang mendominasi hasil

keputusan investasi seorang investor seperti memperoleh, mempertahankan

ataupun menjual investasi yang dimilikinya. (Daniel dan Titman, 1999 dalam

Srivastava, 2020) menyatakan bahwa investor cenderung mendukung suatu

informasi yang searah dengan keyakinan yang mereka miliki atau inginkan dan

mengabaikan informasi lainnya yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka, hal ini
akhirnya akan mempengaruhi penilaian investasi investor menjadi bias.

Faktor pasar. Faktor-faktor yang ada pada suatu pasar juga dapat mempengaruhi

sentimen investor seperti: pasar bull/bear investor, tren naik/turun pada pasar,

transparansi pasar, pengembalian yang dapat diberikan pasar, kondisi pasar seperti

mengalami resesi/depresi, fundamental dan teknis lainnya yang ada pada

lingkungan pasar keuangan.

Faktor ekonomi. Faktor perekonomian di lingkungan pasar keuangan dapat

mempengaruhi sentimen investor. Faktor-faktor ini seperti laba perusahaan, PDB rill,

GDP, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi negara, tingkat pengangguran, suku

bunga bank dan fluiditas dalam perekonomian.

Herding Behavior. Fenomena herding dapat terjadi ketika terdapat sekelompok

investor yang berdagang di pasar, pada periode waktu dan sekuritas yang sama atau

ketika sekelompok investor memilih untuk mengabaikan informasi pribadi yang

mereka dapatkan untuk mengikuti investor lainnya yang sudah mereka anggap dapat

dipercaya.

Kesadaran Investor. Investor pada umumnya melakukan kegiatan investasi dengan

adanya pengaruh dari situs web ataupun sebuah saluran berita dan dapat juga dari

sebuah saran dari kerabat dekat dan pialang. Hampir seluruh investor mendapatkan

informasi mengenai investasi dari internet dalam beberapa cara.

Budaya suatu negara. Budaya suatu negara memiliki pengaruh terhadap tingkat

sentimen investor melalui ciri khas seorang investor dalam melakukan kegiatan

investasi, seperti contohnya di UK investor cenderung memiliki tingkat


individualisme tinggi dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap adanya ambiguitas

dan ketidakpastian pada informasi. Karakteristik ini berbanding terbalik dengan

karakteristik investor yang berada di bawah pengaruh budaya negara Prancis dan

Spanyol.

Terdapat banyak pengukuran yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur

sentimen investor pada pasar keuangan seperti dengan pendekatan berbasis pasar

dapat digunakan pengukuran dengan volume perdagangan, pengembalian hari

pertama setelah IPO, VIX, reksa dana, dll. Dengan pendekatan berbasis survey dapat

digunakan pengukuran seperti seperti bulletin investasi dan index UBS/GALLUP.

Googling Investor’s Sentiment adalah pengukuran sentimen investor berbasis

pencarian informasi yang diperoleh investor dari search engine google.

Indeks Saham. Indeks saham atau yang biasa disebut juga indeks pasar adalah

ukuran statistik yang dapat mencerminkan kinerja saham pada suatu kelompok

tertentu, dalam konteks ini seperti sentimen pasar ataupun arah pergerakan harga

saham yang terjadi pada saham secara keseluruhan di dalam indeks tersebut.

Indeks saham merupakan penggabungan dari beberapa saham individu

terdaftar di suatu sekuritas yang memiliki kriteria yang sama menjadi satu kelompok.

Kriteria ini dapat berdasarkan banyak hal seperti contohnya jenis industri, batasan

wilayah pasar, ukuran suatu perusahaan, tingkat kinerja saham maupun kapitalisasi

pasar (Cagan, 2016, h.152).

Indeks saham yang digunakan pada penelitian ini adalah indeks pasar

saham Indonesia secara keseluruhan. Indeks ini memiliki beberapa istilah seperti
IHSG atau secara internasional disebut Indonesia Composite Index, IDX Composite

di BEI, dan JKSE di yahoo finance. Indeks ini merupakan gabungan dari semua

saham yang diperjualbelikan di BEI.

Pasar Obligasi. Obligasi merupakan pasar modal utama di dunia. Obligasi

merupakan sebuah hutang yang berperan sebagai perwakilan arus kas yang

dibayarkan kembali dalam jangka waktu tertentu berupa penebusan pinjaman dan

pembayaran bunga pinjaman oleh peminjam obligasi.

Pada pasar obligasi, harga pasarnya akan terpengaruh oleh peristiwa

ekonomi dan politik secara langsung. Jika pada pasar ekuitas lainnya harga pada

aset keuangan akan memberikan banyak informasi, pada pasar obligasi harga

obligasi tidak dapat memberikan informasi yang memberikan investor pengetahuan

mengenai apa yang akan mereka dapatkan. Pada pasar obligasi, yield obligasi atau

tingkat pengembalian hasil obligasi lah yang dapat memberikan informasi seperti ini.

Pengembalian dari hasil obligasi yang diterbitkan secara langsung oleh pemerintah

dapat menjadi indikator ekonomi fundamental. Pengembalian hasil ini dapat

dijadikan sebagai indikator yang relevan untuk menganalisa dan melihat arah dan

kesehatan perekonomian suatu negara.

Pengembangan Hipotesis. Terdapat banyak penelitian yang telah meneliti hubungan

kausalitas antara sentimen investor dan pasar keuangan dengan hasil penemuan

yang bertentangan satu dengan yang lainnya. Penelitian (Mezghani, Boujelbene dan

Elbayar, 2021) menemukan adanya dual causality antara sentimen investor dan

pasar obligasi baik pada kondisi optimistik ataupun pesimistik, sedangkan dual
causality antara sentimen investor dan pasar saham hanya terjadi pada kondisi

pesimistik. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian milik (Canbas dan Kandir,

2014) yang tidak menemukan kausalitas hubungan antara variabel sentimen investor

dan pasar saham. Lebih lanjut, (Su, Cai dan Tao, 2020) juga tidak menemukan

adanya pengaruh yang signifikan dari variabel sentimen investor ke pasar obligasi.

Sedangkan pasar obligasi hanya akan mempengaruhi sentimen investor secara

pesimistik.

Pasar keuangan memiliki banyak peran dimana salah satunya adalah

menjadi informan aktif bagi para investor. Pasar keuangan dapat menyediakan

berbagai informasi yang berguna bagi investor seperti misalnya pengembalian di

masa lalu, laporan keuangan perusahaan, harga saham saat ini, kinerja saham yang

baik dan informasi lainnya yang tersedia yang dapat dijadikan acuan oleh investor

untuk mengambil keputusan investasi (Charim, Hedge-Desai dan Borde, 2017).

Informasi yang disediakan oleh pasar keuangan akan mempengaruhi sentimen

investor bila diterima oleh para noise traders. Noise traders cenderung melakukan

kegiatan investasi dengan berdasarkan pada intuisi yang mereka miliki tanpa adanya

analisis mendalam terhadap suatu informasi, sehingga ketika informasi yang

disediakan oleh pasar diterima oleh para noise traders informasi tersebut menjadi

tidak akurat untuk menjadi landasan prediksi keadaan di masa depan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa, pasar keuangan akan memiliki pengaruh terhadap

sentimen investor ketika informasi yang disediakan oleh pasar keuangan diterima

oleh para noise traders.


H1. Pasar saham memiliki pengaruh yang signifikan pada sentimen investor

H2. Pasar obligasi memiliki pengaruh yang signifikan pada sentimen investor

Terdapat dua kondisi dimana sentimen investor dapat memiliki pengaruh

terhadap pasar keuangan. Pertama, adanya batasan pada arbitrase. Kedua, ketika

para noise trading bergerak bersama dengan dipengaruhi oleh sentimen mereka.

Arbitrase merupakan investor yang memiliki ekspektasi terhadap

pengembalian sekuritas yang dapat dibenarkan sepenuhnya secara rasional oleh

fakta yang ada. Arbitrase disini memiliki peran sebagai penggerak harga kembali ke

arah fundamental ketika terjadinya mispricing yang disebabkan oleh sentimen

investor. Permasalahan mulai muncul ketika arbitrase kemudian mengalami

kesulitan untuk mengidentifikasi terjadinya mispricing karena biaya yang mahal dan

adanya risiko ketika mereka melawan sentimen investor. Kedua hal ini

mengakibatkan para arbitrase menjadi tidak agresif untuk melakukan pengembalian

harga saham kembali ke arah fundamental. Para arbitrase sering kali juga turut

memanfaatkan sentimen investor untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka

sendiri dengan cara membeli aset keuangan untuk mendapat keuntungan dan

kemudian menjualnya ketika sekiranya sentimen investor akan mengalami

perubahan. Sehingga adanya biaya serta risiko dan para arbitrase yang mengambil

keuntungan dari sentimen investor menciptakan terjadinya batasan pada arbitrase

sehingga menyebabkan sentimen investor menjadi dapat mempengaruhi harga aset

keuangan.

Sentimen investor baik optimistis maupun pesimistis akan menyebabkan


pergeseran permintaan investor. Permasalahannya adalah apakah pergeseran itu

cukup signifikan untuk mempengaruhi pasar keuangan. Ketika para noise traders

melakukan perdagangan secara acak maka hal ini tidak akan mempengaruhi harga

pasar karena secara tidak langsung tidak akan ada pergeseran agregat terhadap

permintaan investor. Tetapi, terjadinya bias terhadap penilaian investor ketika

memproses informasi cenderung memiliki kesamaan, selain itu subjek dalam

psikologis cenderung membuat kesalahan yang sama dan bukan kesalahan acak

(Baker dan Wurgler, 2007 dalam Yang dan Copeland, 2014). Ketika para noise

traders bergerak bersama (herding) maka akan terjadi pergeseran permintaan

investor pada pasar dalam jumlah yang cukup signifikan. Ketika permintaan investor

berubah cukup signifikan maka hal ini akan mempengaruhi harga pasar sesuai

dengan hukum permintaan-penawaran yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap

pengembalian investasi.

H3. Sentimen investor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pasar saham

H4. Sentimen investor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pasar obligasi

Metodologi

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah indeks konstruksi berbasis

pencarian google untuk sentimen investor, pengembalian saham untuk pasar saham

dan persentase perubahan yield obligasi untuk pasar obligasi. Periode penelitian

adalah selama tahun 2020. Data pada penelitian ini berupa data sekunder yang di

dapat dari Google Trends, Yahoo Finance dan Investing.com.

Googling Investor’s Sentiment. (De Long, Shleifer, Summers & Waldmann,


1990 dalam Brochado, 2017) mendefinisikan sentimen investor sebagai pendapat,

keyakinan ataupun spekulasi yang dimiliki oleh seorang investor, yang biasanya akan

terpengaruhi oleh emosi investor, mengenai arus kas yang akan terjadi di masa

depan dan risiko yang ada pada investasi. Keyakinan yang dimiliki ini dapat bersifat

optimistik dan pesimistik.

Googling Investor’s Sentiment adalah sentimen investor yang

pengukurannya dilakukan dengan membentuk konstruktif indeks yang didasarkan

pada pencarian informasi di search engine google yang dilakukan oleh investor (Da

et al., 2014). Penggunaan indeks ini telah mulai banyak dipertimbangkan pada

beberapa penelitian seperti (Trichilli et al, 2018; Khan dan Ahmad, 2018; Mezghani et

al., 2021) sebagai pengukuran yang tepat untuk mencerminkan sentimen investor.

Google yang merupakan search engine terbesar dan utama di dunia

mempublikasikan Indeks Volume Pencarian (SVI) sebagai bentuk layanannya melalui

web khusus yang dibentuk, yaitu Google Trend. SVI adalah history pencarian untuk

istilah tertentu yang dicari oleh pengguna google yang memiliki range nilai 0 – 100.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membentuk indeks ini adalah

dengan melakukan list kata-kata ekonomi yang ada pada kamus Harvard IV-4 dan

Lasswell Value yang memiliki makna “positif” dan “negatif”, seperti contohnya kata

“bangkrut” memiliki konotasi yang negatif bahwa perusahaan yang mengalami

kebangkrutan bukanlah sesuatu yang baik, kata “untung” memiliki konotasi positif

sedangkan kata-kata seperti “uang” memiliki makna yang kurang jelas apakah

pengertiannya lebih mengarah pada “positif” atau “negatif”. Lalu karena kata ini
masih dalam Bahasa inggris, maka untuk menyesuaikan dengan wilayah sampel

penelitian yaitu Indonesia dilakukan translate kata terlebih dahulu. Hasil akhir

terdapat 149 kata yang kemudian dinamakan sebagai list kata primitif.

Langkah kedua adalah dengan melakukan input setiap list kata primitif ke Google

Trends kemudian cek 10 pencarian teratas yang berhubungan dengan setiap kata

tersebut. Simpan kata yang memiliki hubungan dengan ekonomi dan buang kata

yang tidak memiliki arti ekonomi, seperti contohnya ketika kata “depresi” ketika

dimasukkan ke mesin pencarian maka pada 10 pencarian teratasnya terdapat kata

“depresi pasca persalinan” kata ini termasuk dalam ilmu psikologi yang tidak

berhubungan sama sekali dengan ekonomi, kata seperti inilah yang perlu dibuang.

Buang kata-kata yang sama dan pencarian yang tidak mencukupi jumlah observasi

harian maupun jumlah data minimum Eviews.

Setelah langkah kedua dilakukan akan terbentuklah kata final untuk

sentimen investor, download SVI dan lakukan pembatasan hanya di negara

Indonesia. Setelah itu lakukan perhitungan perubahan harian yang terjadi pada SVI

dengan rumus sebagai berikut:

Persamaan untuk menghitung perubahan SVI harian

ΔSVI j,t = ln(SVI j,t) - ln(SVI j,t - 1)

Untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan pada normalitas dan

heteroskedasitas beberapa langkah perlu dilakukan. Pertama-tama untuk mengatasi

normalitas data terlebih dahulu, maka dilakukan winsorize pada setiap kata dengan

tingkat 5%. Selanjutnya, untuk mengatasi kekhawatiran akan heteroskedasitas dan


membuat deret waktu pada setiap kata menjadi bisa dibandingkan, maka dilakukan

standarisasi data terhadap standar deviasi pada setiap kata (Baker dan Wurgler,

2006 dalam Da et al., 2014). Selain normalitas dan heteroskedasitas, perlu dilakukan

pengecekan terhadap seasonality data dengan uji ratarata anova, jika hasil uji

melebihi 5% maka data tidak bersifat seasonality, sebaliknya jika data kurang dari 5%

maka perlu dilakukan regresi data terhadap variabel dummy untuk menghilangkan

seasonality pada data.

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji backward rolling regression antara

variabel perubahan harian SVI terhadap pengembalian pasar saham. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan masa lampau antara pencarian kata di

google dengan pengembalian pasar saham. Lalu ambil kata-kata dengan 30 t-

statistic tertinggi baik yang bernilai positif maupun negatif yang akan menjadi list

kata ekonomi final. Pemilihan 30 kata mengikuti (Da et al., 2014) yang juga

mengambil 30 kata dengan alasan 30 data adalah jumlah minimum data

pengamatan yang diperlukan untuk mendiversifikasi idiosyncratic noise.

Rolling Back Regression. Rolling regression adalah salah satu jenis model regresi

yang digunakan ketika penelitian ingin menganalisis perubahan yang terjadi dari

waktu ke waktu di antara variabel penelitian. Kelebihan pada model ini adalah

memungkinkan perubahan seiring waktu pada data yang digunakan di penelitian.

Model ini dapat memperkirakan parameter model penelitian dengan menggunakan

fixed window di seluruh periode waktu. Uji rolling back regression di penelitian ini

digunakan sebagai uji pendukung untuk membentuk konstruksi sentimen investor.


Terdapat beberapa uji asumsi yang harus dipenuhi ketika melakukan uji rolling back

di penelitian ini, asumsi tersebut antara lain uji normalitas, stationer data dan uji

heteroskedasitas (Da, Engelberg dan Gao, 2014; Mezghani et al. 2021)

Statistik Deskriptif. Deskriptif statistik digunakan pada penelitian ini untuk

menggambarkan ciri-ciri yang terdapat pada data yang digunakan pada penelitian.

Data deskriptif statistik yang dilihat pada penelitian ini adalah tipe data

tendensi sentral yang terdiri dari median, rata-rata variabel, nilai

minimum/maksimum variabel dan tipe data variabilitas yang berisi nilai standar

deviasi dari variabel penelitian.

Hasil Dan Pembahasan

Tabel 2 dan tabel 3 masing-masing menunjukan kriteria yang digunakan

dalam pemilihan sampel penelitian ini. Dimana hasil akhir sampel kata ekonomi

setelah dilakukan penyesuaian dengan kriteria penelitian untuk dilakukan uji rolling

back regression dalam rangka pembentukan indeks konstruktif sentimen investor

sebanyak 81 kata. Untuk uji hubungan kausalitas, jumlah observasi pada tiap

variabel nya setelah dilakukan penyesuaian menjadi 237 observasi.

Untuk membentuk indeks sentimen investor diperlukan hasil uji rolling

regression antara final kata ekonomi dan pengembalian pasar. Pada penelitian ini

terdapat 2 pasar keuangan yang berbeda yaitu pasar obligasi dan pasar saham

sehingga, untuk membentuk indeks sentimen terbaik maka dilakukan uji regresi

antara kata-kata final ekonomi terhadap pengembalian pasar baik pasar saham

maupun pasar obligasi. Tabel 4 menunjukan hasil regresi antara kata-kata final
dengan pengembalian pasar obligasi dan saham. Untuk kata bernilai positif hasil

penjumlahan untuk 30 kata yang memiliki tstatistic tertinggi pada pasar obligasi

bernilai 37,69177 dan untuk pasar saham bernilai 33.63134, sedangkan untuk kata-

kata yang bernilai negatif hasil penjumlahan untuk pasar obligasi bernilai -38.4261

dan pasar saham memiliki nilai total -28.8822. Maka, dari hasil ini dapat disimpulkan

bahwa hasil regresi kata-kata final ekonomi terhadap pasar obligasi lebih baik

daripada pasar saham karena penjumlahan nilai untuk kata-kata yang bernilai positif

maupun negatif lebih tinggi pada pasar obligasi. Oleh karena itu, index konstruksi

untuk perhitungan sentimen investor menggunakan hasil regresi terhadap

pengembalian pasar obligasi.

Diskusi

Penelitian ini menemukan adanya hubungan kausalitas satu arah antara

sentimen investor dan pasar saham, serta tidak terdapat hubungan kausalitas

apapun di antara sentimen investor dan pasar obligasi pemerintah.

Sentimen investor mempengaruhi pasar saham dengan tingkat signifikansi

5% baik ketika berada pada kondisi pesimistik maupun optimistik. Lebih lanjut

ditemukan bahwa ketika sentimen investor berada pada tahap pesimistik ataupun

optimistik yang ekstrim maka sentimen investor menjadi tidak berpengaruh terhadap

pasar saham. Pengaruh ini dapat dijelaskan oleh budaya Indonesia yang

menyebabkan para investor Indonesia cenderung lebih terpengaruh oleh sentimen

mereka ketika melakukan perdagangan saham, selain itu selama tahun 2020 banyak

investor baru yang memasuki pasar saham Indonesia. Kurangnya pengalaman dan
pengetahuan terhadap pasar saham membuat investor baru cenderung melakukan

perdagangan saham di bawah pengaruh sentimen. Banyaknya investor yang

berdagang di bawah pengaruh sentimen mereka menyebabkan perubahan volume

permintaan yang cukup besar sehingga hal ini akan menyebabkan perubahan harga

saham yang kemudian akan mempengaruhi pengembalian saham investor.

Hasil dari penelitian ini juga menunjukan bahwa pasar saham dan obligasi

Indonesia tidak mempengaruhi sentimen investor. Pasar keuangan dapat

mempengaruhi sentimen suatu investor lewat informasi yang disediakan oleh pasar

tersebut. Dalam proses nya untuk memperoleh informasi ini dibutukan biaya yang

mahal untuk mendapatkan informasi yang baik dan benar sehingga investor

cenderung selalu mengabaikan informasi yang disediakan oleh pasar keuangan.

Berbeda dengan pengaruh di pasar saham, sentimen investor tidak

menunjukan adanya pengaruh yang signifikan pada pasar obligasi. Obligasi

pemerintah seringkali dianggap sebagai safe haven asset terutama di masa

pandemi ini sehingga, investor pada pasar saham dan pasar obligasi memiliki tujuan

yang berbeda ketika melakukan perdagangan di kedua pasar keuangan tersebut.

Pada pasar saham investor cenderung melakukan perdagangan jangka pendek

untuk mencari keuntungan dan cenderung melakukan gambling. Investor pada pasar

obligasi cenderung memiliki tujuan untuk melakukan investasi jangka panjang

(disimpan) bukan untuk diperjualbelikan sehingga sentimen yang terjadi dalam

waktu singkat cenderung tidak mempengaruhi investor untuk memperjualbelikan

obligasi. Selain itu, pasar obligasi pemerintah di Indonesia bukanlah pasar keuangan
yang cukup digemari oleh masyarakat umum seperti pasar saham, sehingga

kebanyakan investor pada pasar obligasi merupakan investor rational (arbitrase).

Kesimpulan

Penelitian ini menguji hubungan kausalitas yang terjadi di antara sentimen

investor dan pasar keuangan Indonesia berupa pasar saham dan pasar obligasi

dengan menggabungkan uji regresi kuantil dan uji kausalitas granger. Hasilnya

ditemukan hubungan kausalitas yang berbeda antara sentimen investor dengan

pasar saham dan sentimen investor dengan pasar obligasi. Pada pasar saham

ditemukan adanya hubungan kausalitas satu arah dimana sentimen investor

berpengaruh secara signifikan terhadap pasar saham, sedangkan pada pasar

obligasi tidak ditemukan adanya hubungan kausalitas antara sentimen investor dan

pasar obligasi. Lebih lanjut, pada penelitian ini ditemukan bahwa hubungan yang

signifikan terjadi ketika sentimen investor tidak berada pada tahap optimistik

maupun pesimistik yang ekstrim.

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk mempertimbangkan uji

kausalitas antara variabel penelitian dengan menggunakan proksi sentimen investor

yang berbeda untuk melihat apakah ada perbedaan hasil uji jika digunakan proksi

yang berbeda. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangan perluasan

uji kausalitas untuk variabel pasar keuangan lainnya seperti pasar emas, pasar

cryptocurrency, pasar valuta asing, dan pasar keuangan lainnya


RELASI PASAR KEUANGAN DAN KINERJA INOVASI: STUDI

PENDAHULUAN PADA PASAR KEUANGAN INDONESIA

Vitradesie Noekent

Universitas Negeri Semarang

PENDAHULUAN

Latar Belakang Inovasi merupakan aktivitas strategis yang berperan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan keunggulan kompetitif sebuah negara

dalam jangka panjang (Porter, 2000). Berkompetisi secara efektif di pasar

internasional, bisnis yang dilangsungkan sebuah negara harus melakukan inovasi

secara berkelanjutan serta meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Inovasi dan


peningkatan keunggulan bersaing berasal dari investasi pada aset yang berwujud

maupun aset tak berwujud (Hall, 1993). Dalam kegiatan investasi, pasar keuangan

berperan kritis dalam memobilisasi simpanan, mengevaluasi kelayakan proyek,

mengelola risiko, mengawasi kinerja manajer, dan memfasilitasi transaksi.

Perkembangan pasar keuangan menjadi salah satu penentu kesuksesan kinerja

inovasi suatu negara (Brown et al., 2013). Pendanaan yang berasal dari pasar modal

dan pasar kredit memiliki relasi yang berbeda terhadap kinerja inovasi perusahaan.

Studi Kortum dan Lerner (2000) terhadap 20 industri manufaktur yang mengalami

booming di Amerika Serikat selama tahun 1965–1992 menunjukkan bahwa kinerja

inovatif perusahaan dapat meningkat karena keberadaan venture capital yang

menyediakan pendanaan dalam bentuk ekuitas. Studi lain milik Blair dan Lital dalam

Hall dan Lerner (2010) menjelaskan fenomena leverage buy out (LBO) oleh

perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris tahun 1980an. Hasil studi

menyimpulkan bahwa LBO dilakukan perusahaan pemula dengan karakteristik

produk dan jasa berteknologi tinggi namun tidak memiliki cukup kolateral.

Beberapa studi terdahulu menunjukkan bahwa mekanisme pendanaan

pasar modal memberi peluang bagi perusahaan untuk berinvestasi pada teknologi

inovatif. Perolehan dana dari pasar modal membuat perusahaan memiliki

keleluasaan untuk menakar ketidakpastian yang memiliki potensi bisnis melalui

aktivitas inovasi. Brown et al. (2009) menegaskan bahwa pasar modal memiliki

beberapa keunggulan dibanding pasar kredit dalam meningkatkan kinerja inovasi.


Keunggulan pertama, tidak seperti kreditor, pemegang saham dapat membagikan

keuntungan manakala aktivitas inovasi mengalami kesuksesan di pasar. Kedua,

tidak seperti pembiayaan menggunakan kredit, pendanaan pasar modal tidak

membutuhkan jaminan. Pemberian jaminan merupakan hal yang sangat sulit

diwujudkan karena sebagian besar perusahaan inovatif kurang memiliki aset tetap

berwujud. Kepemilikan aset perusahaan tersebut beupa aset intelektual yang tidak

berwujud yang sulit divaluasi menggunakan dari lensa kolateral. Ketiga, risiko

terjadinya kesulitan keuangan tidak akan meningkat dengan adanya tambahan

pendanaan yang berwujud ekuitas. Risiko kesulitan keuangan, yang mana hal ini

menjadi berharga bagi perusahaan-perusahaan yang berinvestasi pada bidang-

bidang yang bersifat inovatif. Menganalisis hubungan struktur pendanaan dan

kinerja inovasi, Hsu et al., (2014) mengumpulkan data inovasi dan perkembangan

pasar keuangan dari 34 negara yang terdaftar dalam database World Intellectual

Property Organization (WIPO) Patent Report, the U.S. Patent and Trademark Office

(USPTO), dan World Development Indicators and Global Development Finance

(WDI/GDF). Sampel mereka meliputi negara-negara maju seperti: U.S., U.K., dan

Jepang dan negara-negara industri baru seperti: China, India, and Brazil. Hsu et al.

(2014) menyatakan bahwa perkembangan pasar modal suatu negara (yang diukur

menggunakan kapitalisasi pasar modal terhadap GDP) berhubungan positif dan

signifikan dengan pertumbuhan level inovasi industri. Secara lebih spesifik,

peningkatan kapitalisasi pasar suatu negara sebesar satu standar deviasi akan

mengakibatkan pertumbuhan kinerja inovasi (yang diukur menggunakan paten yang


didaftarkan) sebesar 3.01~5.78%.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Persaingan dalam industri memaksa perusahaan agar berinovasi secara

berkelanjutan karena kemampuan ini akan menentukan pertumbuhan, kesuksesan

dan keberlanjutan perusahaan (Varis & Littunen, 2010. Inovasi memberikan

kesempatan bagi perusahaan untuk menemukan pasar baru bagi produk dan jasa

yang dihasilkannya (McDermott & O’Connor, 2000). Namun, inovasi selalu

dihadapkan pada kompleksitas proses yang mengandung risiko dan ketidakpastian

(O’Connor & Veryzer, 2001) karena inovasi membutuhkan sumberdaya yang lebih

besar, baik sumberdaya keuangan, sumberdaya manusia maupun sumberdaya

penelitian (Stringer, 2000). Studi pengaruh sumberdaya keuangan terhadap kinerja

inovasi telah banyak dilakukan. Salah satu studi menarik dilakukan Brown et al.

(2009) yang menganalisis hubungan antara suplai pembiayaan, inovasi, dan

pertumbuhan perusahaan pemula dan perusahaan mapan yang berteknologi tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh signifikan antara sumber pembiayaan

yang berasal dari arus kas dan ekuitas eksternal dan aktivitas R&D hanya ditemukan

pada perusahaan pemula, namun tidak terjadi pada perusahaan yang telah mapan.

Temuan Brown et al. (2009) berkontribusi dalam menjelaskan pengaruh R&D boom

terhadap munculnya perusahaan-perusahaan baru berteknologi tinggi di Amerika

Serikat pada tahun 1990-2004. Studi sensitivitas investment-cash flow (ICF)

dilakukan oleh Brown dan Peterson (2009) untuk menjawab kelangkaan riset yang
menganalisis perubahan ICF dari waktu ke waktu dan pengaruh investasi pada

aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D) pada pasar modal terhadap estimasi

sensitivitas ICF. Brown dan Peterson (2009) menunjukkan bahwa selama tahun 1990

-2006, sensitivitas ICF: 1) cenderung menurun untuk investasi pada aset berwujud; 2)

cukup kuat pada aktivitas R&D; 3) menurun nilainya untuk keseluruhan investasi.

Karenanya mereka menyarankan perubahan struktur investasi yang mendorong

terjadinya peningkatan pendanaan publik sebagai sumber modal khususnya bagi

perusahaan dengan kondisi arus kas negatif.

METODE PENELITIAN

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka dibutuhkan disain penelitian yang

menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan secara

berurutan/sekuensial. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan

penelitian pertama dan selanjutnya, pendekatan kualitatif digunakan untuk

menjawab pertanyaan kedua. Kedua pendekatan ini bersifat komplementer untuk

menambah daya penjelas dan kontribusi penelitian, selain menutupi kekurangan

yang terjadi dari digunakannya pendekatan tunggal.

Definisi Operasional Variabel

Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari database

Bursa Efek Indonesia yang dipublikasikan secara berkala. Pemilihan proksi untuk

masing-masing variabel dijustifikasi berdasarkan penelitian terdahulu. Berdasarkan


kajian literatur, penelitian terdahulu menggunakan beragam proksi untuk mengukur

kinerja inovasi, seperti: rasio penjualan tahunan untuk produk baru yang dihasilkan

perusahaan (He & Wong, 2004; 21~ JURNALAKSES VOLUME 12 NOMOR 23 – April-

2017 Fosfuri & Tribo, 2008); anggaran penelitian dan pengembangan (Liu & Buck,

2007), jumlah paten (He & Wong, 2004).

Menurut Johannessen et al. (2001) inovasi dipertimbangkan sebagai

kebaruan (newness), namun memiliki perbedaan mendasar dengan invensi yang

tidak selalu melibatkan proses komersialisasi. Berdasar kriteria kebaruan,

Johannessen et al. (2001) menyatakan bahwa kebaruan terletak pada: 1) produk

baru; 2) jasa baru; 3) metode produksi baru; 4) pasar baru yang dibuka oleh

perusahaan; 5) sumber bahan baku baru; dan 6) cara atau strategi baru dalam

mengelola perusahaan. Kriteria kebaruan Johannessen et al. (2001), maka dapat

dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang tercatat pada indeks LQ-45 telah

melakukan inovasi karena mereka adalah 45 perusahaan kinerja perdagangan

saham teraktif. Berdasarkan pertimbangan penelitian terdahulu dan keterbatasan

data yang tersedia untuk publik pada pasar modal di Indonesia, maka penelitian ini

memodifikasi proksi untuk variabel penelitian sebagaimana ditunjukkan Tabel 1.

Guna mengeliminir pengaruh ukuran perusahaan, maka setiap variabel penelitian

dibagi dengan total aset perusahaan sehingga menghasilkan nilai rasio untuk

masing-masing variabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini berupaya mencari jawaban atas relasi sumber pendanaan

yang berasal dari pasar modal, pasar kredit, dan kinerja inovasi menggunakan prinsip

ordinary least square. Tabel 4 menyajikan statistik deskriptif untuk variabel rasio

total penjualan berbanding total aset, rasio total ekuitas berbanding total aset, dan

rasio hutang jangka panjang berbanding total aset. Sebagaimana diharapkan, maka

dapat dilihat bahwa struktur pendanaan pasar modal berkorelasi secara signifikan

dengan pasar kredit. Demikian pula korelasi signifikan ditemukan antara struktur

pendanaan pasar modal dan pasar kredit dengan kinerja inovasi yang diproksikan

dengan pendapatan sebelum pajak.

Relasi positif antara pendanaan pasar modal dan kinerja inovasi dapat

dijelaskan oleh studi Levine dan Zervos (1998) yang menemukan hubungan positif

dan signifikan antara pengembangan pasar modal dan pertumbuhan ekonomi dalam

jangka panjang. Aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D) yang bersifat inovatif

memotivasi perusahaan untuk mencari alternatif pendanaan yang fleksibel, antara

lain melalui initial public offering (IPO). Penelitian sebaliknya bahwa relasi negatif

antara pendanaan pasar kredit dan kinerja inovasi dapat dijelaskan oleh studi Stiglitz

(1985), Hellwig (1991), dan Rajan (1992) menyatakan bahwa struktur kontrak

pinjaman kredit kurang sesuai untuk perusahaanperusahaan yang inovatif. Bagi

perbankan, produk-produk inovatif cenderung masuk dalam kategori produk baru

yang tidak memiliki potensi pasar yang teruji, sehingga menimbulkan ketidakpastian

dan volatilitas imbal hasil. Bank yang memiliki kekuatan (power) terkadang justru

menekan inovasi dengan cara menyamarkan informasi penting mengenai bunga


kredit, dan lebih berpihak pada perusahaan-perusahaan yang lebih mapan.

Pengaruh usia dan ukuran perusahaan terhadap kinerja inovasi perusahaan

masih menjadi perdebatan (lihat: Landry et al., 2002; Koberg et al., 2003; Beckeikh et

al., 2006). Salah satu kutub berpendapat bahwa akumulasi pengalaman dan

pengetahuan yang tecermin dari usia perusahaan mengakibatkan perbedaan

kapasitas kreativitasnya. Pendapat lain menyatakan bahwa perbedaan tersebut

dipengaruhi oleh skala perusahaan (Traore, 2004). Studi Chandy dan Tellis (2000)

menemukan bahwa semakin bertambah usia, perusahaan menjadi lebih birokratis,

tidak lagi memberikan penghargaan yang lebih terhadap upayaupaya inovatif dan

sebaliknya. Penelitian ini turut berkontribusi dalam menjelaskan terjadinya

ambiguitas pengaruh usia dan ukuran perusahaan.

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN Kesimpulan

Penelitian ini berupaya menganalisis relasi struktur pendanaan pasar modal

dan pasar kredit terhadap kinerja inovasi dengan cara menguji dua hipotesis.

Bahwasanya, pasar modal memiliki relasi positif dengan kinerja inovasi dan

sebaliknya, pasar kredit berelasi 25~ JURNALAKSES VOLUME 12 NOMOR 23 – April-

2017 negatif dengan kinerja inovasi. Penelitian ini juga menambahkan desain

kualitatif untuk mempertajam analisis atas kedua relasi tersebut. Hasil analisis

menunjukkan dukungan atas hipotesis yang diajukan. Pasar modal menunjukkan

hubungan positif signifikan dengan kinerja inovasi. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa aktivitas penelitian dan pengembangan yang diproksikan sebagai


keberhasilan kinerja inovasi, akan mampu meningkatkan performanya jika didanai

oleh ekuitas. Sebaliknya, pasar kredit menunjukkan hubungan negatif yang signifikan

dengan kinerja keuangan. Kesimpulan ini mengindikasikan bahwa pembiayaan yang

berasal dari hutang jangka panjang dianggap kurang sesuai untuk mendukung

aktivitas inovasi perusahaan.

Keterbatasan dan Saran Penelitian

Sebagai studi pendahuluan, penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal

jumlah data dan periode yang digunakan, yaitu perusahaan yang masuk dalam

kategori LQ-45 selama dua periode berturut-turut, yaitu Februari – Agustus 2016 dan

September 2016 – Januari 2017. Studi pendahuluan ini dapat dilanjutkan dengan

cara memperluas analisis untuk saham-saham di Bursa Efek Indonesia, seperti yang

tercatat pada Indeks Kompas 100 atau Jakarta Islamic Index. Perluasan analisis

bertujuan untuk meningkatkan kekuatan model, selain memberikan kekuatan

penjelasan dan prediksi atas relasi pasar keuangan dan kinerja inovasi.
ANALISIS PENGARUH PASAR KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PASAR

KEUANGAN DI INDONESIA

Annisa Lati Polia1, Chenny Seftaria.

Menurut Mankiw (2006), Pasar keuangan (Financial Markets) adalah sebuah

institusuinstitusi yang melalui orang- orang yang ingin menabung dapat secara

langsung menyediakan dananya untuk orang-orang yang ingin meminjam.

Pengertian lain, pasar keuangan adalah sebuah pasar yang menyediakan produk-

produk atau instrument-instrumen keuangan, serta menjadi wadah atau sebuah

tempat yang mempertemukan kedua belah pihak, yaitu antara pihak yang kelebihan

dana serta pihak yang kekurangan dana. Salah satu pasar yang terdapat pada pasar

keuangan adalah pasar modal atau pasar saham, yang merupakan pasar keuangan

yang paling penting dalam sebuah perekonomian (Mankiw, 2006).

Pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai

instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik

dalam bentuk utang atau modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,

maupun yang diterbitkan oleh pihak swasta (Rusiadi, 2009). Pasar modal memiliki

peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua

fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan

memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana

(investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer) bagi pemilik dana, sesuai

dengan karakteristik investasi yang dipilih (Muklis, 2016).

Investasi merupakan pengeluaran modal untuk pembelian aset (asset) fisik

seperti pabrik, mesin, peralatan, dan persedian, yaitu investasi fisik atau rill. Dalam

analisis ekonomi, istilah investasi khususnya dihubungkan dengan investasi fisik,

investasi fisik menciptakan aset baru yang akan menambahkan kapasitas produksi

suatu negara, sementara investasi keuangan hanya memindahkan kepemilikan dari

yang ada dari seseorang atau lembaga kepada yang lain.

(Widjajanta, 2007). Volatilitas Harga saham merupakan deviasi standar dari

perubahan proporsional dari harga saham dalam priode tertentu dalam waktu satu

tahun apabila hasil dinyatakan dalam gabungan terus menerus (Judokusumo, 2008).

Maka volatilitas harga saham atau perubahan harga saham dapat terjadi, sangatlah

ditentukan dari kondisi pada pasar modal itu sendiri, yang sangat di pengaruhi oleh

sikap para investor dalam menaggapi sebuah kejadian di pasar modal, termaksud

pada saat adanya korelasi yang ada pada pasar internasional yang dapat

menimbulkan kondisi lain di pasar modal suatu negara.

HASIL PEMBAHASAN

Pembentukan Error Conection Model (ECM) pada sebuah persamaan melalui

estimasi dalam jangka panjang dan jangka pendek atau kointregrasinya, maka

sebelum itu hal pertama kali dilakukan yaitu dengan menguji kestasioneritas data,

bertujuan untuk menghindari adanya regresi palsu atau Spurious Regression. hasil
pengujian akar unit

menunjukkan bahwa semua variabel belum stasioner pada at level, oleh karena itu,

pengujian akar unit dilanjutkan dengan melakukan uji akar unit pada tingkat first

difference. hasil pengujian pada tingkat first difference untuk semua varibel telah

stationer dengan menunjukkan nilai probability sebesar 0,0000. Hal ini menunjukan

bahwasannya estimasi pada penelitian ini untuk penentuan stasioner adalah dengan

mengunakan uji first difference.

Uji kointegritas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan dalam jangka

panjang diantara variabel-variabel tersebut. Dikatakan saling terkointgrasi jika

Adanya kombinasi linear diantara variabel-variabel yang tidak stationer pada tingkat

level,namun

residual dari kombinasi tersebut sudah stationer pada tingkat at level pada

ujistasioneritas

residual. Hasil pengujian estimasi Ordinary Least Square menunjukan bahwa nilai

prob. Estimasi Y dilakukan pada tahap ini merupakan sebuah uji untuk melihat

kointegrasi dalam jangka pendek. Terlihat pada uji kointegrasi yang dilakukan dalam

jangka panjang

sebelumnya, telah menujukan hasil bahwa adanya pengaruh dan terjadinya

kointgrasi. Estimasi yang lakukan dalam jangka pendek ini diharapkan dapat

memberikan hasil estimasi yang memperlihatkan adanya kointgrasi dan terjadinya

hubungan keseimbang pada variabel. Uji estimasi ini disebut Error Correction Model

(ECM). Pengujian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidak adanya pengaruh pada
variabel dalam jangka pendek, dan melihat apakah akan terjadi kemungkinan

penyesuaian menuju pada keseimbangan dalam jangka panjang. Hasil dari regresi

ECM untuk jangka pendek, yang menunjukan bahwa semua variabel termasuk error

correction term atau residual secara signifikan telah mempengaruhi perubahan pada

IHSG Indonesia. Hasil persamaan dalam jangka pendek ini dapat dilihat terlebih

dahulu, melalui nilai probabilitas F-statistic yang telah berada di bawah alpha (0,05).

Kemudian melihat semua nilai probabilitas masing-masing variabel, yang

menunjukan nilai signifikan yaitu berada di bawah alpha (0.05).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh pasar keuangan global terhadap

pasar keuangan di Indoensia, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Variabel pasar modal yang terdiri dari IHSG, NYSE, LSE.L dan SSE pada setiap

negara terlihat memiliki hubungan dan saling berpengaruh dalam jangka pendek

maupun jangka panjang sehingga akan cenderung memilki penyesuaian dalam

keseimbangan.

2. Hasil estimasi ECM menunjukkan bahwa setiap variabel pasar modal saling

memberikan pengaruh terhadap perubahan kondisi pasar modal untuk setiap negara

yaitu IHSG oleh Indonesia, NYSE oleh Amerika Serikat, LSE.L oleh Eropa dan SSE

oleh Tiongkok.

3. Perubahan yang terjadi pada NYSE dan LSE.L secara positif cukup cepat dan
terbilang

memiliki pengaruh terbesar, yang dapat direspon oleh IHSG, hal ini yang akan

menunjukan adanya perubahan terhadap pasar modal ke dua negara tersebut dalam

jangka pendek, efektif untuk mempengaruhi nilai IHSG.

4. Selain NYSE dan LSE.L, perubahan yang terjadi pada SSE ternyata direspon oleh

IHSG,namun secara kurang stabil, hal ini terlihat dari hasil estimasi yang bernilai

negatif.

Saran

Pasar modal yang telah terlihat secara positif saling mempengaruhi dan

berhubungan, maka disarankan untuk pembuat kebijakan dalam otoritas moneter

dan peranan pemerintah untuk agar lebih mengupayakan dalam menjaga

kesetabillan ekonomi Indonesia agar tetap dalam kodisi baik, karena bagusnya

kegiatan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan

termasuk IHSG, serta dana yang masuk melalui para investor.

STUDI ECONOMIC POLICY UNCERTAINTY DAN PASAR KEUANGAN

TERHADAP PERKEMBANGAN PASAR SUKUK INDONESIA

Ida Alqurnia, Ati Musaiyaroh, Amin Wahyudi, Moh. Abdul Aziz Alwa.

Abstrak

Sukuk sebagai salah satu bentuk investasi syariah mulai banyak diminati
oleh investor karena dianggap memiliki tingkat resiko yang lebih rendah, memiliki

kinerja dan stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan investasi konvensional.

Namun, kondisi ketidakpastian global memberikan ancaman terhadap

perkembangan ekonomi syariah nasional. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis

pengaruh dari dinamika ekonomi makro dan kondisi pasar keuangan yang terdiri dari

nilai tukar, likuiditas internasional, utang luar negeri, dan tingkat pengembalian utang

dan ketidakpastian kebijakan ekonomi global terhadap perkembangan sukuk

Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

regresi linear berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel keuangan ekonomi makro memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan pasar sukuk di Indonesia.

Sedangkan variabel ketidakpastian kebijakan ekonomi global memiliki pengaruh

yang tidak signifikan terhadap perkembangan pasar sukuk di Indonesia. Dengan

demikian, perlu adanya alternatif kebijakan baru untuk tetap menjaga stabilitas

fundamental.

Pasar sukuk telah lama dikembangkan di berbagai negara sebagai alternatif

pembiayaan defisit pemerintah maupun pembiayaan pengembangan

perusahaan.Peningkatan yang cukup pesat pada pasar keuangan syariah terutama

sukuk terjadi pasca terjadinya krisis keuangan pada tahun 2008. Sukuk sebagai

salah satu bentuk investasi syariah mulai banyak diminati oleh investor karena

dianggap memiliki tingkat resiko yang lebih rendah, memiliki kinerja dan stabilitas

yang lebih baik dibandingkan dengan investasi konvensional. Penilaian tersebut


didasarkan pada penggunaan prinsip islam dalam akad sukuk yaitu akad ijarah dan

akad musyarakah, sehingga dalam investasi sukuk tidak menggunakan konsep suku

bunga yang mana suku bunga menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis

keuangan 2008. Selain itu investasi sukuk juga telah dijamin dengan sejumlah aset

yang dibiayai oleh sukuk. Pada wilayah Asia, negara yang memiliki pengembangan

pasar sukuk paling pesat yaitu negara Uni Emirat arab, malaysia dan indonesia.

Seiring dengan semakin berkembangnya pasar keuangan syariah di

Indonesia, Peran pasar keuangan syariah dalam pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi Indonesia juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu

instrumen keuangan syariah yang mengalami perkembangan pasar paling cepat

yaitu instrumen Sukuk. Studi yang dilakukan oleh Smaoui and Nechi (2017)

menunjukkan bahwa perkembangan pasar sukuk di beberapa negara yang

mengembangkan sukuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang. Peran perkembangan sukuk pada pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh

akumulasi modal yang memiliki stabilitas lebih baik dan tingkat resiko yang lebih

rendah baik bagi pasar keuangan maupun bagi para investor. Cepatnya

Perkembangan pasar Sukuk di Indonesia didorong oleh penggunaan sukuk sebagai

pembiayaan jangka panjang pada proyek strategis yang dikembangkan oleh

Pemerintah (Sukuk Negara) dan Perusahaan besar (Sukuk Korporasi). Meski

demikian, Perkembangan pasar sukuk di Indonesia masih berada di bawah pasar

sukuk yang dikembangkan oleh negara Uni Emirat Arab dan Malaysia.

Perkembangan pasar Sukuk di Indonesia tidak hanya terjadi pada pertumbuhan


permintaan dan penawaran sukuk saja, tetapi juga terdapat inovasi dalam jenis-jenis

sukuk yang diterbitkan. Pada sukuk korporasi terdapat dua jenis akad sukuk yaitu

sukuk ijarah dan sukuk musyarakah. Kemudian pada sukuk negara memiliki 3 jenis

sukuk yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yaitu sukuk ritel, sukuk tabungan,

dan sukuk wakaf Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS). Semakin berkembangnya pasar

sukuk baik dari segi jumlah dan jenis sukuk yang beredar di Indonesia menunjukkan

bahwa sukuk memiliki peluang yang cukup besar dalam inovasi pembiayaan pada

berbagai proyek strategis, salah satunya yaitu proyek pengembangan green

economy dan green finance. Peningkatan peran Sukuk dalam pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi juga ditunjukkan oleh berbagai kajian. Selain peran sukuk

terhadap pertumbuhan ekonomi penelitian tentang determinan dari perkembangan

pasar sukuk baik di negara maju maupun di negara berkembang juga telah banyak

dilakukan.

Berbagai penelitian terdahulu tentang sukuk telah dilakukan, beberapa

diantaranya yaitu determinasi perkembangan pembangunan pasar sukuk. Penelitian

yang dilakukan oleh Boukhatem (2022) menunjukkan bahwa stabilitas nilai tukar,

stabilitas utang luar negeri dan stabilitas pembayaran utang menjadi faktor

pendorong utama dalam pengembangan pasar sukuk di arab saudi . Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Said and Grssa (2013) menunjukkan bahwa variabel

ekonomi makro yaitu GDP per kapita, ukuran ekonomi, keterbukaan ekonomi, dan

kualitas peraturan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan pasar

sukuk. Determinasi pengembangan pasar sukuk juga dilakukan oleh Smaoui dan
Khawaja (2017). Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor

struktural, kelembagaan dan keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pembangunan pasar sukuk.16 Variabel ekonomi makro yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu GDP dan volatilitas nilai tukar, sedangkan variabel keuangan yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran pasar keuangan dari segi perbankan,

pasar saham dan obligasi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Al-Raeai et al.

(2019) juga menunjukkan bahwa pengembangan pasar sukuk di negara GCC sangat

dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro.17 Variabel ekonomi makro yang digunakan

dalam penelitian Al-Raeai et al. (2019) yait variabel tabungan, GDP, dan nilai tukar

dan keterbukaan ekonomi.

Secara teoritis belum ada teori yang mengemukakan secara eksplisit

mengenai determinasi ekonomi makro terhadap perkembangan pasar keuangan

syariah terutama sukuk. Namun dari berbagai kajian empiris yang dilakukan oleh

para peneliti menunjukkan bahwa perkembangan pasar sukuk dapat dipengaruhi

oleh kondisi perekonomian secara makro.18 Hal ini sejalan dengan teori pasar

keuangan yang mengemukakan bahwa kondisi pasar keuangan dipengaruhi oleh

fluktuasi variabel ekonomi makro seperti variabel GDP, suku bunga, nilai tukar, utang

luar negeri, tingkat pengembalian utang likuiditas, keterbukaan ekonomi dan variabel

ekonomi makro lainnya. Hal yang menjadi pembeda antara pasar keuangan

konvensional dengan syariah yaitu penggunaan prinsip-prinsip islam yang mana

dalam investasi sukuk tidak mengenal konsep suku bunga. Selain itu, pada

instrumen investasi sukuk juga dijamin atas sejumlah tertentu dari aset yang dibiayai
oleh sukuk tersebut. Meski pasar keuangan syariah tidak menerapkan suku bunga

dalam imbal hasilnya, namun perkembangan pasar keuangan syariah tetap

dipengaruhi olehperubahan suku bunga.

Disisi Lain, kondisi makro ekonomi dan pasar keuangan baik syariah

maupun konvensional juga dipengaruhi oleh ketidakpastian kebijakan ekonomi

secara global baik langsung-maupun tidak langsung. Studi tentang pengaruh

ketidakpastian ekonomi terhadap perkembangan tingkat pengembalian sukuk telah

banyak dilakukan oleh para peneliti. Dari berbagai penelitian terdahulu yang

dilakukan belum menemukan hasil yang seragam, sebagian penelitian menemukan

bahwa ketidakpastian perekonomian global memiliki dampak yang signifikan

terhadap imbal hasil sukuk. Sebagian penelitian yang lain membuktikan bahwa

ketidakpastian ekonomi global memberikan dampak yang signifikan terhadap

tingkat imbal hasil sukuk. Namun, dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

satu kesamaan yaitu ketidakpastian perekonomian global memberikan dampak

negatif terhadap tingkat pengembalian

sukuk.

Studi tentang determinasi ketidakpastian kondisi perekonomian global baik

dari segi kebijakan, keuangan, dan ketidak tentuan lainnya termasuk berita tentang

ekonomi terhadap sukuk telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Balli

et al. (2020) dan Mirza and Sultana (2020) menemukan bahwa guncangan ekonomi

dan ketidakpastian ekonomi secara global sangat memengaruhi persebaran sukuk.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Balli et al. (2020) menemukan bahwa sukuk
lebih terdampak ketidakpastian perekonomian global dibandingkan dengan obligasi

konvensional. Disisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad et al. (2022)

menunjukkan bahwa indeks ketidakpastian yang di proxy dengan indeks volatilitas

dunia memiliki dampak negatif yang tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian

sukuk di negara berkembang. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitianyang

dilakukan oleh Reberedo and Naifar (2017) yang menunjukkan bahwa ketidakpastian

global tidak memberikan dampak secara signifikan terhadap sukuk, meski memiliki

dampak yang negatif.

Dari beberapa penelitian tersebut dapat dilihat bahwa variabel ekonomi

makro dan keuangan memiliki pengaruh yang signifikan dalam pembangunan pasar

sukuk. Namun dalam penelitian-penelitian tersebut penelitian yang menggunakan

variabel keuangan dalam ekonomi makro masih sangat jarang, hanya penelitian yang

dilakukan oleh Boukhatem (2022) yang menggunakan variabel keuangan dalam

ekonomi makro. Disisi lain Boukhatem (2022) lebih membahas dari segi resiko

keuangannya oleh karena itu, fokus dalam penelitian ini yaitu untuk melihat

bagaimana pengaruh variabel keuangan perekonomian makro yang di proxy dengan

nilai tukar, likuiditas internasional, pengembalian utang (Debt Service Ratio), dan

Utang luar negeri dalam pengembangan pasar sukuk di Indonesia. Selain itu pada

penelitian yang mengkaji tentang dampak ketidakpastian perekonomian global

terhadap sukuk juga telah banyak dilakukan tetapi sebagian besar lebih berfokus

pada dampaknya penerimaan atau pengembalian sukuk.

Berdasarkan pada latar belakang dan studi empiris sebelumnya, maka


permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini terkait bagaimana pengaruh

dari variabel makro ekonomi dan dinamika pasar keuangan yang meliputi nilai tukar,

likuiditas internasional, utang luar negeri, dan tingkat pengembalian utang dan

variabel ketidakpastian kebijakan ekonomi global terhadap perkembangan sukuk di

Indonesia. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah menganalisis

perkembangan sukuk di Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Keterbaruan penelitian yaitu keterbaruan tahun penelitian dan variabel penelitian ini

melibatkan dinamika pasar keuangan dan ketidakpastian kebijakan ekonomi global

dimana belum dibahas pada studi empiris sebelumnya terutama di Indonesia

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan

menggunakan metodeOrdinary least squares (OLS) Regression. Ordinary least

squares (OLS) Regression jenis metode kuadrat terkecil linier untuk memilih

parameter yang tidak diketahui dalam model regresi linier (dengan efek level-satu

tetap dari fungsi linier dari serangkaian variabel penjelas) dengan prinsip kuadrat

terkecil: meminimalkan jumlah kuadrat perbedaan antara variabel dependen yang

diamati (nilai vang AbstrakSukuk sebagai salah satu bentuk investasi syariah mulai

banyak diminati oleh investor karena dianggap memiliki tingkat resiko yang lebih

rendah, memiliki kinerja dan stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan investasi

konvensional. Namun, kondisi ketidakpastian global memberikan ancaman terhadap

perkembangan ekonomi syariah nasional.


Tujuan

Penelitian ini untuk menganalisis pengaruh dari dinamika ekonomi makro

dan kondisi pasar keuangan yang terdiri dari nilai tukar, likuiditas internasional, utang

luar negeri, dan tingkat pengembalian utang dan ketidakpastian kebijakan ekonomi

global terhadap perkembangan sukuk Indonesia. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu metode regresi inear berganda dengan menggunakan

metode Ordinary Least Square. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

keuangan ekonomi makro memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perkembangan pasar sukuk di Indonesia. Sedangkan variabel ketidakpastian

kebijakan ekonomi global memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap

perkembangan pasar sukuk di Indonesia. Dengan demikian, perlu adanya alternatif

kebijakan baru untuk tetap menjaga stabilitas fundamentalPasar sukuk telah lama

dikembangkan di berbagai negara sebagai alternatif pembiayaan defisit pemerintah

maupun pembiayaan pengembangan perusahaan. Peningkatan yang cukup pesat

pada pasar keuangan syariah terutama sukuk terjadi pasca terjadinya krisis

keuangan pada tahun 2008.

2. Sukuk sebagai salah satu bentuk investasi syariah mulai banyak diminati oleh

investor karena dianggap memiliki tingkat resiko yang lebih rendah, memiliki kinerja

dan stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan investasi konvensional.

3. Penilaian tersebut didasarkan pada penggunaan prinsip islam dalam akad sukuk

yaitu akad ijarah dan akad musyarakah, sehingga dalam investasi sukuk tidak
menggunakan konsep suku bunga yang mana suku bunga menjadi salah satu

penyebab terjadinya krisis keuangan 2008. Selain itu investasi sukuk juga telah

dijamin dengan sejumlah aset yang dibiayai oleh suku..

4.Pada wilayah Asia, negara yang memiliki pengembangan pasar sukuk paling pesat

yaitu negara Uni Emirat arab, malaysia dan indonesia. Seiring dengan semakin

berkembangnya pasar keuangan syariah di Indonesia, Peran pasar keuangan syariah

dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga terus mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Salah satu instrumen keuangan syariah yang

mengalami perkembangan pasar paling

cepat yaitu instrumen Sukuk. Studi yang dilakukan oleh Smaoui and Nechi (2017)

menunjukkan bahwa perkembangan pasar sukuk di beberapa negara yang

mengembangkan sukuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang.

Peran perkembangan sukuk pada pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh

akumulasi modal yang memiliki stabilitas lebih baik dan tingkat resiko yang lebih

rendah baik bagi pasar keuangan maupun bagi para investor. Cepatnya

Perkembangan pasar Sukuk di Indonesia didorong oleh penggunaan sukuk sebagai

pembiayaan jangka panjang pada proyek strategis yang dikembangkan oleh

Pemerintah (Sukuk Negara) dan Perusahaan besar (Sukuk Korporasi).

Meski demikian, Perkembangan pasar sukuk di Indonesia masih berada di

bawah pasar sukuk yang dikembangkan oleh negara Uni Emirat Arab dan Malaysia.

Perkembangan pasar Sukuk di IndonesiaPerkembangan pasar sukuk di Indonesia


tidak hanya terjadi pada pertumbuhan permintaan dan penawaran sukuk saja, tetapi

juga terdapat inovasi dalam jenis-jenis sukuk yang diterbitkan. Pada sukuk korporasi

terdapat dua jenis akad sukuk yaitu sukuk ijarah dan sukuk musyarakah.

Kemudian pada sukuk negara memiliki 3 jenis sukuk yang dikeluarkan oleh

pemerintah Indonesia yaitu sukuk ritel, sukuk tabungan, dan sukuk wakaf Cash Waqf

Linked Sukuk (CWLS). Semakin berkembangnya pasar sukuk baik dari segi jumlah

dan jenis sukuk yang beredar di Indonesia menunjukkan bahwa sukuk memiliki

peluang yang cukup besar dalam inovasi pembiayaan pada berbagai proyek strategis,

salah satunya yaitu proyek pengembangan green economy dan green finance.

Peningkatan peran Sukuk

dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi juga ditunjukkan oleh berbagai

kajian. Selain peran sukuk terhadap pertumbuhan ekonomi penelitian tentang

determinan dari perkembangan pasar sukuk baik di negara maju maupun di negara

berkembang juga telah banyak dilakukan.

Berbagai penelitian terdahulu tentang sukuk telah dilakukan, beberapa

diantaranya yaitu determinasi perkembangan pembangunan pasar sukuk. Penelitian

yang dilakukan oleh Boukhatem (2022) menunjukkan bahwa stabilitas nilai tukar,

stabilitas utang luar negeri dan stabilitas pembayaran utang menjadi faktor

pendorong utama dalam pengembangan pasar sukuk di arab saudi . Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Said and Grssa (2013) menunjukkan bahwa variabel

ekonomi makro yaitu GDP per kapita, ukuran ekonomi, keterbukaan ekonomi, dan

kualitas peraturan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan pasar


sukuk. Determinasi pengembangan pasar sukuk juga dilakukan oleh Smaoui dan

Khawaja (2017). Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor

struktural, kelembagaan dan keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pembangunan pasar sukuk.16 Variabel ekonomi makro yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu GDP dan volatilitas nilai tukar, sedangkan variabel keuangan yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran pasar keuangan dari segi perbankan,

pasar saham dan obligasi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Al-Raeai et al.

(2019) juga menunjukkan bahwa pengembangan pasar sukuk di negara GCC sangat

dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro.17 Variabel ekonomi makro yang digunakan

dalam penelitian Al-Raeai et al. (2019) yait variabel tabungan, GDP, dan nilai tukar

dan keterbukaan ekonomi.

Secara teoritis belum ada teori yang mengemukakan secara eksplisit

mengenai determinasi ekonomi makro terhadap perkembangan pasar keuangan

syariah terutama sukuk. Namun dari berbagai kajian empiris yang dilakukan oleh

para peneliti menunjukkan bahwa perkembangan pasar sukuk dapat dipengaruhi

oleh kondisi perekonomian secara makro.18 Hal ini sejalan dengan teori pasar

keuangan yang mengemukakan bahwa kondisi pasar keuangan dipengaruhi oleh

fluktuasi variabel ekonomi makro seperti variabel GDP, suku bunga, nilai tukar, utang

luar negeri, tingkat pengembalian utanglikuiditas, keterbukaan ekonomi dan variabel

ekonomi makro lainnya. Hal yang menjadi pembeda antara pasar keuangan

konvensional dengan syariah yaitu penggunaan prinsip-prinsip islam yang mana

dalam investasi sukuk tidak mengenal konsep suku bunga. Selain itu, pada
instrumen investasi sukuk juga dijamin atas sejumlah tertentu dari aset yang dibiayai

oleh sukuk tersebut.20 Meski pasar keuangan syariah tidak menerapkan suku bunga

dalam imbal hasilnya, namun perkembangan pasar keuangan syariah tetap

dipengaruhi olehperubahan suku bunga.Disisi Lain, kondisi makro ekonomi dan

pasar keuangan baik syariah maupun konvensional juga dipengaruhi oleh

ketidakpastian kebijakan ekonomi secara global baik langsung-maupun tidak

langsung.

Studi tentang pengaruh ketidakpastian ekonomi terhadap perkembangan

tingkat pengembalian sukuk telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Dari berbagai

penelitian terdahulu yang dilakukan belum menemukan hasil yang seragam,

sebagian penelitian menemukan bahwa ketidakpastian perekonomian global

memiliki dampak yang signifikan terhadap imbal hasil sukuk. Sebagian penelitian

yang lain membuktikan bahwa ketidakpastian ekonomi global memberikan dampak

yang signifikan terhadap tingkat imbal hasil sukuk. Namun, dari penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan satu kesamaan yaitu ketidakpastian perekonomian global

memberikan dampak negatif terhadap tingkat pengembalian sukuk.

Studi tentang determinasi ketidakpastian kondisi perekonomian global baik

dari segi kebijakan, keuangan, dan ketidak tentuan lainnya termasuk berita tentang

ekonomi terhadap sukuk telah banyak dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Balli et al. (2020) dan Mirza and Sultana

(2020) menemukan bahwa guncangan ekonomi dan ketidakpastian ekonomi secara

global sangat memengaruhi persebaran sukuk. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Balli et al. (2020) menemukan bahwa sukuk lebih terdampak ketidakpastian

perekonomian global dibandingkan dengan obligasi konvensional.Disisi lain,

penelitian yang dilakukan olehMuhammad et al. (2022) menunjukkan bahwa indeks

ketidakpastian yang di proxy dengan indeks volatilitas dunia memiliki dampak

negatif yang tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian sukuk di negara

berkembang.25 Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitianyang dilakukan oleh

Reberedo and Naifar (2017) yang menunjukkan bahwa ketidakpastian global tidak

memberikan dampak secara signifikan terhadap sukuk, meski memiliki dampak

yang negatif.

Dari beberapa penelitian tersebut dapat dilihat bahwa variabel ekonomi

makro dan keuangan memiliki pengaruh yang signifikan dalam pembangunan pasar

sukuk. Namun dalam penelitian-penelitian tersebut penelitian yang menggunakan

variabel keuangan dalam ekonomi makro masih sangat jarang, hanya penelitian yang

dilakukan oleh Boukhatem (2022) yang menggunakan variabel keuangan dalam

ekonomi makro.

Disisi lain Boukhatem (2022) lebih membahas dari segi resiko keuangannya

oleh karena itu, fokus dalam penelitian ini yaitu untuk melihat bagaimana pengaruh

variabel keuangan perekonomian makro yang di proxy dengan nilai tukar, likuiditas

internasional, pengembalian utang (Debt Service Ratio), dan Utang luar negeri dalam

pengembangan pasar sukuk di Indonesia. Selain itu pada penelitian yang mengkaji

tentang dampak ketidakpastian perekonomian global terhadap sukuk juga telah


banyak dilakukan tetapi sebagian besar lebih berfokus pada dampaknya terhadap

tingkat penerimaan atau pengembalian sukuk.

Berdasarkan pada latar belakang dan studi empiris sebelumnya, maka

permasalahan yangakan dibahas pada penelitian ini terkait bagaimana pengaruh dari

variabel makro ekonomi dan dinamika pasar keuangan yang meliputi nilai tukar,

likuiditas internasional,utang luar negeri, dan tingkat pengembalian utang dan

variabel ketidakpastian kebijakan ekonomi global terhadap perkembangan sukuk di

Indonesia. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah menganalisis

perkembangan sukuk di Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Keterbaruan penelitian yaitu keterbaruan tahun penelitian dan variabel penelitian ini

melibatkan dinamika pasar keuangan dan ketidakpastian kebijakan ekonomi global

dimana belum dibahas pada studi empiris sebelumnya terutama di Indonesia

.METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan

menggunakan metode Ordinary least squares (OLS) Regression. Ordinary least

squares (OLS) Regression jenis metode kuadrat terkecil linier untuk memilih

parameter yang tidak diketahui dalam model regresi linier (dengan efek level-satu

tetap dari fungsi linier dari serangkaian variabel penjelas) dengan prinsip kuadrat

terkecil: meminimalkan jumlah kuadrat perbedaan antara variabel dependen yang

diamati (nilai variabel yang diamati) dalam kumpulan data input dan output dari

fungsi (linier) variabel independen. Dalam metode OLS juga terdapat beberapa jenis
uji asumsi seperti uji asumsi klasik dan uji signifikansi. Pada penelitian ini, uji asumsi

klasik yang digunakan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, Uji

Heteroskedastisitas, dan uji Linearitas. Sedangkan uji signifikansi dengan Pengujian

secara parsial (uji T) dan Pengujian secara serentak/simultan (Uji F). Hipotesis uji

parsial (Uji T) penelitian ini adalah sebagai berkut:

a. Pengaruh ketidakpastian kebijakan ekonomi global terhadap Sukuk Indonesia

H01 : β < 0, artinya ketidakpastian kebijakan ekonomi global tidak berpengaruh

signifikan terhadap Sukuk indonesia Ha1 : β > 0, artinya ketidakpastian kebijakan

ekonomi global berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap Sukuk indonesia.

Pengaruh exchange rate terhadap Sukuk indonesiaH02 : β < 0, artinya exchange rate

tidak berpengaruh signifikan terhadap Sukuk indonesia Ha2 : β > 0, artinya exchange

rate berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap Sukuk indonesia

c. Pengaruh International Liquidity terhadap Sukuk Indonesia

H03 : β < 0, artinya International Liquidity tidak berpengaruh signifikan terhadap

Sukuk indonesia Ha3 : β > 0, artinya International Liquidity berpengaruh berpengaruh

signifikan terhadap Sukuk Indonesia.

d. Pengaruh External Debt terhadap Sukuk Indonesia

H04 : β < 0, artinya External Debt tidak berpengaruh signifikan terhadap Sukuk

indonesia

Ha4 : β > 0, artinya External Debt berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap

Sukuk indonesia

e. Pengaruh Debt Service Ratio terhadap Sukuk Indonesia


H05 : β < 0, artinya Debt Service Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Sukuk

indonesia Ha5 : β > 0, artinya Debt Service Ratio berpengaruh berpengaruh signifikan

terhadap Sukuk indonesia Hipotesis uji simultan (Uji F) penelitian ini adalah sebagai

berkut:H0 : β < 0, artinya Ketidakpastian kebijakan ekonomi global (LOGGPU), Nilai

tukar rupiah atas US$ (LOGEXC), Likuiditas internasional (LOGLIQ), External Debt

( LOGEXDEBT), dan Debt service (LOGDEBTSER) terhadap SUKUK Indonesia. tidak

berpengaruh signifikan terhadap Sukuk indonesia Ha : β > 0, artinya Ketidakpastian

kebijakan ekonomi global (LOGGPU), Nilai tukar rupiah atas US$ (LOGEXC),

Likuiditas internasional (LOGLIQ), External Debt (LOGEXDEBT), dan Debt service

(LOGDEBTSER) terhadap SUKUK Indonesia.berpengaruh berpengaruh signifikan

terhadap Sukuk indonesia Tingkat signifikansi kesalahan atau alpha yang digunakan

dalam penelitian adalah 0,05. Dengan demikian Jika nilai F-hitung > alpha (0,05),

maka disimpulkan bahwa H0 diterima dan jika nilai F-hitungTingkat signifikansi

kesalahan atau alpha yang digunakan dalam penelitian adalah 0,05. Dengan

demikian Jika nilai F-hitung > alpha (0,05), maka disimpulkan bahwa H0 diterima dan

jika nilai F-hitung < alpha (0,05), maka disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima.HASIL ANALISIS DATA ORDINARY LEAST SQUARES (OLS) REGRESSION

a. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji

multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, dan uji Linearitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Uji Jarque Bera. Uji normalitas
dilakukan untuk menguji apakah pada suatu model regresi, suatu variabel

independen dan variabel dependen ataupun keduanya mempunyai distribusi normal

atau tidak normal29. Hipotesis uji normalitas yaitu H1 adalah data tidak berdistribusi

normal dan H0 adalah Data berdistribusi normal Persyaratan Normalitas:Jika nilai

probability < 0.05, maka data tidak berdistribusi normal.Jika nilai probability > 0.05,

maka data berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas menunjukkan nilai jarque-bera 1.028215 dengan p value sebesar

0,5980 dimana > 0,05 sehingga terima H0 atau yang berarti residual berdistribusi

normal.

2) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah dalam suatu

model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel

independen. Pengujian ini dapat diketahui dengan melihat nilai toleransi dan nilai

variance inflation factor (VIF). Hasil uji Multikolinearitas penelitian n bahwa nilai VIF

semua variabel adalah kurang dari 10 yang berarti bahwa tidak terdapat masalah

multikolinearitas dalam model prediksi.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain 30.

Dalam pengamatan ini untuk mendeteksi keberadaan heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan caraHeteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey. Hasil uji

Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa nilai p value yang ditunjukkan dengan nilai


Prob. chi square (5 pada Obs*R-Squared yaitu sebesar 0.0303 nilai probabilitas

signifikansinya di bawah 0,05 maka dapat dikatakan telah terjadi.

4) Uji linearitas Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

secara linear antara variabel dependen terhadap setiap variabel independen yang

hendak diuji. Jika suatu model tidak memenuhi syarat linearitas maka model regresi

linear tidak bisa digunakan. Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan uji

Ramsey Regression Equation Specification Error Test atau sering disingkat dengan

uji Ramsey RESET. Uji Linearitas menggunakan uji Ramsey Reset Test, dimana

hasilnya bisa anda lihat pada nilai p value yang ditunjukkan pada kolom probability

baris F-statistics. Hasilnya dalam tutorial ini adalah sebesar 0,5922 dimana >0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas lancar dengan variabel terikat.

b. Hasil Estimasi OLS

Uji parsial (uji t) yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel

bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. yang dianggap konstan.

Uji serentak (uji f) yaitu uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel

bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Hasil Uji T dan Uji F

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ketidakpastian kebijakan ekonomi global memiliki nilai koefisien negatif (-

0.062351) dengan nilai probabilitas 0.3924 yaitu > alpha 0.05 yang berarti H01

diterima. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa ketidakpastian kebijakan ekonomi

global memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap sukuk Indonesia.
Hasil penelitian ini mendukung studi empiris sebelumnya yang dilakukan oleh

Muhammad et al. (2022) dan Rebero and Naifar (2017) yang menjelaskan bahwa

indeks ketidakpastian (Uncertainty index) memiliki pengaruh yang negatif meski

tidak signifikan.

b. Nilai tukar rupiah atas US$ memiliki nilai koefisien positif (2.4918) dengan nilai

probabilitas 0.0000 yaitu < 0.05 yang berarti Ha2 diterima. Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa nilai tukar rupiah memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap perkembangan sukuk indonesia. Boukhatem (2022) menjelaskan bahwa

nilai tukar, stabilitas utang luar negeri, dan stabilitas layanan utang tampaknya

menjadi pendorong utama pengembangan sukuk di Arab Saudi.

c. Likuiditas internasional memiliki nilai koefisien positif (1.4053) dengan nilai

probabilitas 0.0070 yaitu < 0.05 yang berarti Ha3 diterima. Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa likuiditas internasional memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap perkembangan sukuk indonesia. Hasil tersebut berbeda dengan

studi dari Boukhatem (2022) stabilitas likuiditas internasional dan stabilitas neraca

berjalan tidak memainkan peran utama dalam mempengaruh sukuk di Arab Saudi. <

alpha 0.05 yang berarti Ha4 diterima. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa External

Debt memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap sukuk Indonesia. Hasil

penelitian ini mendukung studi empiris sebelumnya yang dilakukan oleh Boukhatem

(2022) yang menjelaskan bahwa utang luar negeri memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pengembangan pasar sukuk di Uni Emirat Arab.

Debt service memiliki nilai koefisien positif (-0.4539) dengan nilai


probabilitas 0.0000 yaitu < 0.05 yang berarti Ha5 diterima. Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa debt service memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap perkembangan sukuk indonesia. hasil penelitian yang dilakukan oleh

Boukhatem (2022) menjelaskan bahwa tingkat pengembalian utang memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan pasar sukuk di Uni Emirat Arab.

Koefisien determinasi adalah proporsi dari variasi total pada variabel terikat

yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas. Hasil pengujian diatas menunjukkan

bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) adalah sebesar 0,89972 atau 90%. Hal

ini menunjukkan bahwa variasi SUKUK dapat dijelaskan oleh Ketidakpastian

kebijakan ekonomi global (LOGGPU), Nilai tukar rupiah atas US$ (LOGEXC),

Likuiditas internasional (LOGLIQ), External Debt (LOGEXDEBT), dan Debt service

(LOGDEBTSER) sebesar 90% sedangkan sisanya sebesar 10% dijelaskan oleh

variabel lainnya di luar model penelitian. Dengan demikian kemampuan menjelaskan

dari variabel bebas terhadap variabel terikatnya bersifat kuat.Hasil uji F menunjukkan

nilai F hitung sebesar 96.41997 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti.

Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari alpha (0,05), sehingga menunjukkan bahwa

H0 ditolak dan H1 diterima dengan kesimpulan bahwa secara simultan

Ketidakpastian kebijakan ekonomi global (LOGGPU), Nilai tukar rupiah atas

US$ (LOGEXC), Likuiditas internasional (LOGLIQ), External Debt (LOGEXDEBT), dan

Debt service (LOGDEBTSER) berpengaruh terhadap SUKUK Indonesia. Koefisien

determinasi adalah proporsi dari variasi total pada variabel terikat yang mampu

dijelaskan oleh variabel bebas.


Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R

Square) adalah sebesar 0,89972 atau 90%. Hal ini menunjukkan bahwa variasi

SUKUK dapat dijelaskan oleh Ketidakpastian kebijakan ekonomi global (LOGGPU),

Nilai tukar rupiah atas US$ (LOGEXC), Likuiditas internasional (LOGLIQ), External

Debt (LOGEXDEBT), dan Debt service (LOGDEBTSER) sebesar 90% sedangkan

sisanya sebesar 10% dijelaskan oleh variabel lainnya di luar Dengan model penelitian.

Dengan demikian kemampuan menjelaskan dari variabel bebas terhadap variabel

terikat nya bersifat kuat. Transmisi Determinan Economic Policy Uncertainty dan

Pasar Keuangan Terhadap Perkembangan Pasar Sukuk IndonesiaPengembangan

pasar sukuk di Indonesia merupakan pembangunan pasar sukuk terbesar ke 3 di

dunia setelah Uni Emirat Arab dan Malaysia. Dari tahun 2018 hingga tahun 2022

perkembangan pasar sukuk di Indonesia terus mengalami peningkatan meski pada

tahun 2020 perekonomian Indonesia dalam kondisi resesi akibat Covid-19.

Perkembangan tersebut ditunjukkan oleh peningkatan nilai dan jumlah sukuk yang

beredar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh penggunaan sukuk sebagai

instrumen pembiayaan syariah dalam menekan dampak ekonomi yang disebabkan

oleh Covid-19.36 Pada 2021 nilai sukuk yang beredar di Indonesia juga terus

mengalami peningkatan dengan pangsa pasar 15% dari pasar sukuk Dunia.37

Peningkatan tersebut tidak hanya terjadi pada sukuk negara tetapi juga terjadi pada

sukuk ritel.38 Selain itu Indonesia juga menjadi negara yang menerbitkan Sukuk

Negara terbesar di Dunia. Terus meningkatnya pasar sukuk di Indonesia juga

disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan industri syariah di Indonesia baik dari sektor
keuangan, produk makanan, jasa, kosmetik dan farmasi. Pesatnya pertumbuhan

industri syariah di Indonesia semakin memperbesar peluang pasar sukuk untuk

semakin berkembang di Indonesia. Peningkatan perkembangan pasar sukuk dan

industri syariah di Indonesia juga menunjukkan peningkatan kontribusi umat islam

dalam menjaga stabilitas dan meningkatkan perekonomian negara.

Peningkatan kontribusi umat islam dalam perekonomian Indonesia

disebabkan oleh semakin banyaknya umat islam yang merubah gaya hidupnya

menjadi syariah. Perubahan gaya hidup tersebut kemudian berdampak pada

peningkatan permintaan terhadap barang maupun jasa yang sesuai dengan syariat

islam. Peningkatan permintaan terhadap komoditas syariah tersebut juga terjadi

pada produk-produk keuangan yang akan digunakan oleh umat muslim sebagai

investasi jangka panjang, salah satunya yaitu pada instrumen sukuk.Perkembangan

pasar sukuk memiliki dampak positif bagi pemerintah maupun bagi korporasi, hal ini

dikarenakan semakin berkembangnya pasar sukuk di Indonesia maka semakin

mudah pula pemerintah dan korporasi dalam meningkatkan akumulasi modal yang

dapat digunakan untuk membiayai proyek-proyek strategis. Salah satu proyek

strategis yang dibiayai oleh pendanaan sukuk yaitu proyek yang memiliki konsep

green economy untuk menjaga keseimbangan alam dan meminimalisir

kerusakan.internasional yang baik menunjukkan bahwa negara Indonesia mampu

membiayai kegiatan transaksi internasional yang akan segera dilakukan dalam

jangka waktu pendek. Untuk menjaga kondisi perekonomian baik pada sektor

keuangan maupun pada sektor riil, Bank Indonesia memberikan tambahan likuiditas
untuk menjaga kondisi fundamental ekonomi Indonesia dalam kondisi baik. tengah

resesi ekonomi akibat Covid-19.50 Dengan terjaganya tingkat likuiditas pada sektor

keuangan. dan sektor riil mampu menjaga tingkat tingkat pengembalian sukuk dan

tingkat kepercayaan investor terhadap investasi sukuk yang beredar di Indonesia.

Oleh karena itu, dengan terjaganya tingkat kepercayaan investor terhadap pasar

sukuk Indonesia dapat mendorong pengembangan pasar sukuk yang lebih luas.

Secara garis besar hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan pasar

sukuk di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh kemampuan perekonomian

Indonesia dalam melakukan transaksi luar negeri, dan keseimbangan sektor external.

Hal ini menunjukkan bahwa jika terdapat gejolak dalam keseimbangan sektor

eksternal dan penurunan kemampuan Indonesia dalam melakukan transaksi luar

negeri akan menghambat pertumbuhan pasar sukuk di Indonesia. Guna

menanggulangi hal tersebut, papenawaran instrumen sukuk seharusnya lebih

berfokus pada pasar dalam negeri yang mana pangsa pasar dalam negeri juga

memiliki potensi yang cukup besar mengingat jumlah umat muslim merupakan

penduduk mayoritas di Indonesia. Pergeseran fokus pasar sukuk dapat

meminimalisir resiko dari dampak perubahan keseimbangan eksternal dan

menurunnya kemampuan Indonesia dalam melakukan transaksi luar negeri, hal ini

dikarenakan sebagian besar pemilik instrumen sukuk merupakan penduduk dalam

negeri. Selain itu pergeseran fokus pemasaran instrumen sukuk juga dapat

meningkatkan kontribusi umat islam dalam mendorong perekonomian Indonesia

dan meminimalisir kerusakan akibat perkembangan ekonomi.


KESIMPULAN

Indonesia menempati posisi ke 3 besar negara yang mengembangkan pasar

sukuk di dunia. Selain itu, Indonesia juga menjadi negara yang menerbitkan sukuk

negara terbesar di dunia. Pasar sukuk yang dikembangkan di Indonesia terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya meski kondisi perekonomian mengalami

penurunan akibat resesi pada saat Pandemi Covid-19. Berbagai studi kasus tentang

determinasi variabel ekonomi makro terhadap pasar sukuk telah dilakukan oleh

berbagai peneliti, namun dari tidak semua variabel ekonomi makro telah diteliti

keterpengaruhannya terhadap perkembangan pasar sukuk. Oleh karena itu penelitian

ini membahas tentang pengaruh variabel keuangan pada ekonomi makro dan

ketidakpastian kebijakan ekonomi global terhadap perkembangan pasar sukuk di

Indonesia. Hasil analisis penelitian dengan menggunakan metode OLS menunjukkan

bahwa empat variabel keuangan pada ekonomi makro yaitu nilai tukar, likuiditas

internasional, utang luar negeri, dan tingkat pembayaran utang memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap perkembangan pasar sukuk di Indonesia pada tahun 2018-

2022. Sedangkan variabel ketidakpastian kebijakan ekonomi global memiliki

pengaruh yang tidak signifikan terhadap perkembangan pasar sukuk di Indonesia.

Dengan demikian stabilitas nilai tukar dan kecukupan likuiditas baik dalam

sektor keuangan maupun dalam sektor perdagangan memiliki peran penting dalam

membangun dan menjaga kepercayaan investor terhadap pasar sukuk di Indonesia.

yang mana untuk menjaga kepercayaan tersebut pemerintah juga harus tetap
menjaga fundamental ekonomi tetap dalam kondisi yang baik. Saran yang

didasarkan atas hasil penelitian ini yaitu Pemerintah Indonesia harus membuat

alternatif kebijakan baru untuk tetap menjaga stabilitas fundamental ekonomi secara

keseluruhan serta menjaga kecukupan likuiditas di segala sektor, hal ini bertujuan

untuk menjaga kepercayaan investor serta membuat lingkungan yang kondusif bagi

pengembangan pasar sukuk di Indonesia.

Limitasi penelitian yaitu lebih banyak mengkaji dari sisi variabel keuangan

dan tidak dibahas secara mendalam mengenai kajian hukum islam dri pengaruh

sukuk variabel keuangan pada perkembangan pasar sukuk. Saran atau rencana

penelitian selanjutnya lebih mengkaji hukum islam mengenai pengaruh variabel

keuangan islam terhadap perkembangan pasar sukuk di indonesia dan

pengembangan rencana strategi pasar keuangan islam yang memberikan dampak

pada aktivitas ekonomi masyarakat.


ANALISIS PENGARUH PASAR KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PASAR

KEUANGAN DI INDONESIA

Annisa Lati Polia1, Chenny Seftaria.

Menurut Mankiw (2006), Pasar keuangan (Financial Markets) adalah sebuah

institusuinstitusi yang melalui orang- orang yang ingin menabung dapat secara

langsung menyediakan dananya untuk orang-orang yang ingin meminjam.

Pengertian lain, pasar keuangan adalah sebuah pasar yang menyediakan produk-

produk atau instrument-instrumen keuangan, serta menjadi wadah atau sebuah

tempat yang mempertemukan kedua belah pihak, yaitu antara pihak yang kelebihan

dana serta pihak yang kekurangan dana.

Salah satu pasar yang terdapat pada pasar keuangan adalah pasar modal
atau pasar saham, yang merupakan pasar keuangan yang paling penting dalam

sebuah perekonomian (Mankiw, 2006). Pasar modal (capital market) didefinisikan

sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang

bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang atau modal sendiri, baik yang

diterbitkan oleh pemerintah, maupun yang diterbitkan oleh pihak swasta (Rusiadi,

2009).

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena

pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar

menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu

pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana

(issuer) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Muklis,

2016). Investasi merupakan pengeluaran modal untuk pembelian aset (asset) fisik

seperti pabrik, mesin, peralatan, dan persedian, yaitu investasi fisik atau rill. Dalam

analisis ekonomi, istilah investasi khususnya dihubungkan dengan investasi fisik,

investasi fisik menciptakan aset baru yang akan menambahkan kapasitas produksi

suatu negara, sementara investasi keuangan hanya memindahkan kepemilikan dari

yang ada dari seseorang atau lembaga kepada yang lain

(Widjajanta, 2007).

Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang

paling popular, menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan peruhaan ketika

memutuskan untuk pendanaan perusahaan, sedangkan pada sisi lain, saham


merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Definisi lain mengenai

saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan

pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan

(Rusiadi, 2009).Indeks saham (Stock Index) adalah suatu indeks yang digunakan

untuk melihatpergerakan harga saham secara keseluruhan. Indeks harga saham

adalah suatu indikator yang menunjukan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi

sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks mengambarkan kondisi

pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu (Fakhruddin, 2013).

Penentuan indeks harga saham bisa dibedakan menjadi dua, yaitu Indeks Harga

Saham Individu dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Anoraga & Pakarti,

2006). Volatilitas Harga saham merupakan deviasi standar dari perubahan

proporsional dari harga saham dalam priode tertentu dalam waktu satu tahun

apabila hasil dinyatakan dalam gabungan terus menerus (Judokusumo, 2008). Maka

volatilitas harga saham atau perubahan harga saham dapat terjadi, sangatlah

ditentukan dari kondisi pada pasar modal itu sendiri, yang sangat di pengaruhi oleh

sikap para investor dalam menaggapi sebuah kejadian di pasar modal, termaksud

pada saat adanya korelasi yang ada pada pasar internasional yang dapat

menimbulkan kondisi lain di pasar modal suatu negara.

HASIL PEMBAHASAN

Pembentukan Error Conection Model (ECM) pada sebuah persamaan


melalui estimasi dalam jangka panjang dan jangka pendek atau kointregrasinya,

maka sebelum itu hal yang pertama kali dilakukan yaitu dengan menguji

kestasioneritas data, bertujuan untuk menghindari adanya regresi palsu atau

Spurious Regression. hasil pengujian akar unit pada at levelmenunjukkan bahwa

semua variabel belum stasioner pada at level, oleh karena itu, pengujian akar unit

dilanjutkan dengan melakukan uji akar unit pada tingkat first difference. hasil

pengujian pada tingkat first difference untuk semua varibel telah stationer dengan

menunjukkan nilai probability sebesar 0,0000. Hal ini menunjukan bahwasannya

estimasi pada penelitian ini untuk penentuan stasioner adalah dengan mengunakan

uji first difference.

Uji kointegritas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan dalam

jangka panjang diantara variabel-variabel tersebut. Dikatakan saling terkointgrasi jika

Adanya kombinasi linear diantara variabel-variabel yang tidak stationer pada tingkat

at level, namun residual dari kombinasi tersebut sudah stationer pada tingkat at level

pada uji stasioneritas residual. Hasil pengujian estimasi Ordinary Least Square

menunjukan bahwa nilai prob. F-statistic dari IHSG adalah sebesar 0.000000 yaitu

lebih kecil dari alpha >0,05 dan untuk masing- masing variabel yaitu NYSE, LSE-L, dan

SSE adalah signifikan yaitu karena semua nilai probabilitas variabel berada di bawah

alpha> 0,05. Hasil ini menujukan bahwa terdapat pengaruh dalam jangka panjang,

terlihat yang berpengaruh terhadap IHSG yaitu dengan adanya pertumbuhan dari

NYSE, LSE_L, dan SSE. Selanjutnya dilakukannya pengujian stationeritas residual

untuk melihat terjadinya kointegrasi antara variabel-variabel tersebut.


Hasil dari pengujian Stationeritas Residual menunjukan bahwa nilai

probabilitas pada level, telah stasioner di mana menunjukan nilai yang lebih kecil dari

alpha yaitu sebesar 0,0000 artinya bahwa IHSG, NYSE, LSE_L dan SSE saling

berkointrgrasi. Hasil ini memperlihatkan adanya kointegrasi yang terjadi yang

menunjukan hubungan yang positif dalam jangka panjang antar variabel indeks

saham IHSG Indonesia dan NYSE Amerika Serikat, LSE_L Eropa serta SSE Tiongkok

secara signifikan. Estimasi Y dilakukan pada tahap ini merupakan sebuah uji untuk

melihat kointegrasi dalam jangka pendek. Terlihat pada uji kointegrasi yang

dilakukan dalam jangka panjang sebelumnya, telah menujukan hasil bahwa adanya

pengaruh dan terjadinya kointgrasi. Estimasi yang lakukan dalam jangka pendek ini

diharapkan dapat memberikan hasil estimasi yang memperlihatkan adanya

kointgrasi dan terjadinya hubungan keseimbang pada variabel. Uji estimasi ini

disebut Error Correction Model (ECM). Pengujian ini bertujuan untuk melihat ada

atau tidak adanya pengaruh pada variabel dalam jangka pendek, dan melihat apakah

akan terjadi kemungkinan penyesuaian menuju pada keseimbangan dalam jangka

panjang.

Hasil dari regresi ECM untuk jangka pendek, yang menunjukan bahwa

semua variabel termasuk error correction term atau residual secara signifikan telah

mempengaruhi perubahan pada IHSG Indonesia. Hasil persamaan dalam jangka

pendek ini dapat dilihat terlebih dahulu, melalui nilai probabilitas F-statistic yang

telah berada di bawah alpha (0,05). Kemudian melihat semua nilai probabilitas

masing-masing variabel, yang menunjukan nilai signifikan yaitu berada di bawah


alpha (0.05). Nilai parameter ECT(-1) yaitu sama dengan nol yaitu 0.956441 yang

menunjukan bahwa IHSG Indonesia telah mencapai tingkat seimbangan dalam

jangka pendek. Nilai parameter yang terdapat pada nilai koefisien dengan tanda

positif menunjukan hubungan keseimbangan yang terjadi pada IHSG mendekati arah

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil estimasi yang menunjukan

semua variabel sangat berpositif berpengaruh dalam jangka pendek, namun dapat

dilihat kembali dari hasil ouput pada nilai koefisien dari masing-masing variabel akan

menunjukan tingkat pengaruh yang akan terjadi. Dilihat pada tingkat perubahan yang

terjadi pada NYSE sebesar 1 persen maka akan menyebabkan perubahan IHSG

sebesar 25 persen, selanjutnya kenaikan perubahan pada LSE_L sebesar 1 persen

maka akan menyebabkan purubahan IHSG sebesar 85 persen, dan tingkat

perubahan yang terjadi pada SSE sebesar 1persen akan menyebabkan perubahan

terhadap IHSG sebesar -23 persen, adanya nilai negatif pada SSE dikarena negara

Tiongkok sendiri merupakan negara yang paling sedikit berkontribusi terhadap pasar

modal di pasar keuangan global. Berdasarkan nilai speed of adjustment, yaitu

sebesar 95 persen terdapat pengaruh dalam jangka pendek dengan nilai probabilitas

di bawah alpha (0.05) yang terkoreksi setiap periodenya.

Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh dengan mengunakan model Error

Corection Model (ECM), maka telah didapati nilai Durbin Watson sebesar 2.48. hasil

tersebut telah mencapai angka 2 yang artinya di mana secara teori telah

mengindikasikan tidak terjadinya unsure aoutokorelasi dalam model. Hasil dari


perhitungan juga telah memperoleh sebesar 0.970246. dari hasil ini

mengidentifikasikan bahwa perubahan terhadap pasar modal NYSE (New York Stock

Exchange), LSE.L (London Stock Exchange) dan SSE (Sanghai Stock Ekchange)

menentukan variansi sebesar 97,0 persen terhadap IHSG Indonesia selama priode

2006-2016 sementara 3,0 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai parameter error correction term adalah

bernilai nol, maka menunjukan bahwa untuk setiap variabel pasar modal yaitu NYSE,

LSE.L dan SSE telah mecapai keseimbangan dalam jangka pendek. Hal ini akan

memberikan kesimpulan bahwa dalam jangka pendek dan jangka panjang untuk

semua variabel memiliki hubungan yang signifikan dan saling mempengaruhi antar

IHSG terhadap NYSE, LSE.L dan SSE. Secara sederhana hasil dari estimasi regresi

dalam penelitian ini, menujukan hasil-hasil yang hampir sama pada penelitian-

penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pasar keuangan global melalui

indikator pasar modal.

Hubungan positif antar variabel yaitu IHSG serta NYSE, LSE.L, dan SSE,

walaupun hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya mengunakan metode atau

model regresi yang berbeda-beda tetapi hasil yang didapatkan adalah positif saling

mempengaruhi. Adanya hal ini karena disetiap negara saling terkait dalam hubungan

kegiatan ekonomi yang semakin berusaha untuk menjadi yang terbaik, maka dengan

munculnya beberapa tren ekonomi suatu negara pasti akan mempengaruhi negara

lainya, termasuk di dalam kegiatan pasar modal di pasar keuangan antar negara

yang telah menjadi secara global, hal ini terlihat pada data penelitian dari tahun 2006
-2016 yang menunjukan terjadinya pergerakan pada setiap pasar modal yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dan saling memberikan pengaruh terhadap

satu sama lain, hal ini lah yang dikatakan adanya intgrasi pasar keuangan secara

global.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh pasar keuangan global terhadap pasar

keuangan di Indoensia, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Variabel pasar modal yang terdiri dari IHSG, NYSE, LSE.L dan SSE pada setiap

negara terlihat memiliki hubungan dan saling berpengaruh dalam jangka pendek

maupun jangka panjang sehingga akan cenderung memilki penyesuaian dalam

keseimbangan.

2. Hasil estimasi ECM menunjukkan bahwa setiap variabel pasar modal saling

memberikan pengaruh terhadap perubahan kondisi pasar modal untuk setiap negara

yaitu IHSG oleh Indonesia, NYSE oleh Amerika Serikat, LSE.Loleh Eropa dan SSE oleh

Tiongkok.

3. Perubahan yang terjadi pada NYSE dan LSE.L secara positif cukup cepat dan

terbilang memiliki pengaruh terbesar, yang dapat direspon oleh IHSG, hal ini yang

akan menunjukan adanya perubahan terhadap pasar modal ke dua negara tersebut

dalam

jangka pendek, efektif untuk mempengaruhi nilai IHSG.


4. Selain NYSE dan LSE.L, perubahan yang terjadi pada SSE ternyata direspon oleh

IHSG,namun secara kurang stabil, hal ini terlihat dari hasil estimasi yang bernilai

negatif.

Saran

Pasar modal yang telah terlihat secara positif saling mempengaruhi dan

berhubungan, maka disarankan untuk pembuat kebijakan dalam otoritas moneter

dan peranan pemerintah untuk agar lebih mengupayakan dalam menjaga

kesetabillan ekonomi Indonesia agar tetap dalam kodisi baik, karena bagusnya

kegiatan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan

termasuk IHSG, serta dana yang masuk melalui para investor.Kepada peneliti

selanjutnya, disarankan agar dapat menambah beberapa variabel lain, serta

menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dan besar, serta menggunakan

model atau metode yang berbeda dan lebih baik lagi Sehingga dapat menghasilkan

penelitian yang lebih baik lagi pula.


Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Pergerakan Indeks
Saham: Studi Kasus Pasar Saham Syariah Indonesia

Nurfitri Martaliah 1), Salmia 2), Puji Wahyuli 3), Muhammad Habibullah Aminy 4),

Ahmad Suhendri 5)

STAI Ahsanta Jambi 1), 2), & 3)

Universitas Islam Al-Azhar 4) & 5

PENDAHULUAN

Perkembangan sektor keuangan syariah saat ini mengalami pertumbuhan

yang pesat. Di antara indikator perkembangan tersebut adalah meningkatnya

kebutuhan terhadap berbagai fasilitas instrumen-instrumen keuangan yaitu

perbankan syariah maupun lembaga keuangansyariah nonbank khususnya setelah


terjadi krisis keuangan global 2007/2008.1Hal ini juga dikarenakan mayoritas

penduduk Indonesia adalah muslim, untuk memenuhi kebutuhan pemodal muslim

yang ingin bertransaksi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Salah satu lembaga

keuangan yang cukup strategis dalam lintas sistem keuangan saat ini adalah Pasar

Modal yang menawarkan berbagai instrumen investasi keuangan. Di samping

instrumen-instrumen keuangan konvensional, saat ini juga sudah ditawarkan

sejumlah instrumen keuangan pasar modal yang memenuhi ketentuan syariah yaitu

pasar modal syariah. Sejumlah bursaefek dunia telah menyusun indeks yang secara

khusus terdiri dari komponen saham-saham yang tergolong kegiatan usahanya tidak

bertentangan dengan prinsip syariah.

Perkembangan Pasar modal syariah dimulai pada tahun 1997, proses

perkembangan pasar modal syariah melewati Tragedi krisis ekonomi pada 1998 di

Indonesia, dan saat ini terjadi kembali krisis ekonomi Pada Bulan Maret 2020 awal

hingga saat ini karena adanya penurunan harga minyak yang berimpas pada

penurunan pertumbuhan ekonomi dunia bahkan Indonesia.Indonesia memulai

peperangan untuk menghadapi pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang mulai

masuk di Indonesia. Dengan masuknya pertama kali Covid-19 di Indonesia

memberikan dampak secara tidak langsung untuk negara Indonesia yang paling

terasa adalah dampak dari Perekonomian dari negera Indonesia.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa penyebaran Covid – 19 yang

masif di Indonesia membuat penurunan pada kegiatan ekonomi.Itu terjadi pada

berbagai
sektor lembaga keuangan di Indonesia seperti perbankan hingga konsumsi rumah

tangga yang menurun. "Konsumsi rumah tangga turun, bisa mencapai 2,60 persen,

termasuk investasi juga turun. Selanjutnya yang terjadi di sektor perbankan dan

perusahaan pembiayaan berpotensi mengalami persoalan likuiditas. Sehingga

menyebabkan depresiasi rupiah volatilitas pasar keuangan dan capital flight.

Pandemi Covid - 19yang terus menyebar membuat transaksi jual terjadi di

bursa saham global. Lebih dari 150 negara terpapar COVID-19, memasuki level dari

217.000 orang, dengan 8.800 orang meninggal dunia.Banyak negara kini

menerapkan kebijakan lockdown, aktivitas ekonomi menjadi menurun drastis, dan

pertumbuhan ekonomi berisiko melambat, bahkan terancam mengalami resesi

global. Akibatnya aksi jual di bursa saham global tak terhindarkan.Perdangangan

Ritel dan Non Ritel di awal akhir 2019 di prediksi merupakan bisnis yang prospektif

yang mulai menjamur dan menguntungkan untuk sebagian besar

masyarakat.7Namun setelah kejadian atau masuknya Pandemi Covid 19 di beberapa

Negara hal ini mengakibatkan bayak perusahan ritel dan non ritel yang mengalami

kemerosotan bahkan yang terpaksa mem PHK karyawan karna tidak mendapatkan

keuntungan sama sekali sedangkan modal usaha harus tetap berjalan.

Dari tabel 1 menunjukkan perkembangan saham syari’ah sebelum pandemic

covid 19 memasuki Indonesia. Ini bisa dilihat dari jumlah transaksi saham syari’ah

dari tahun 2000-2019. Saham syariah tercatat kinerja yang baik hingga tahun 2019.

Dukungan dari Wakil presiden Ma'ruf Amin Meminta Asosiasi Emiten Perkuat Pasar

Modal Syariah di tahun 2019 karena melihat potensi yang dimiliki, Keuangan syariah
akan menciptakan ekosistem redistribusi pendapatan dan kekayaan secara adil.

Pada ujungnya menciptakan ekonomi dan kesejahteraan.Optimisme ini disampaikan

langsung oleh Ma’ruf Amin di Bursa Efek Indonesia Jakarta. Pada tanggal 31

desember 2019, Jakarta Islam.

Perkembangan sektor keuangan syariah saat ini mengalami pertumbuhan

yang pesat. Di antara indikator perkembangan tersebut adalah meningkatnya

kebutuhan terhadap berbagai fasilitas instrumen-instrumen keuangan yaitu

perbankan syariah maupun lembaga keuangansyariah nonbank khususnya setelah

terjadi krisis keuangan global 2007/2008.

Hal ini juga dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim,

untuk memenuhi kebutuhan pemodal muslim yang ingin bertransaksi berdasarkan

prinsip-prinsip syariah. Salah satu lembaga keuangan yang cukup strategis dalam

lintas sistem keuangan saat ini adalah Pasar Modal yang menawarkan berbagai

instrumen investasi keuangan. Di samping instrumen-instrumen keuangan

konvensional, saat ini juga sudah ditawarkan sejumlah instrumen keuangan pasar

modal yang memenuhi ketentuan syariah yaitu pasar modal syariah. Sejumlah bursa

efek dunia telah menyusun indeks yang secara khusus terdiri dari komponen saham-

saham yang tergolong kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Perkembangan Pasar modal syariah dimulai pada tahun 1997, proses

perkembangan pasar modal syariah melewati Tragedi krisis ekonomi pada 1998 di

Indonesia, dan saat ini terjadi kembali krisis ekonomi Pada Bulan Maret 2020 awal

hingga saat ini karena adanya penurunan harga minyak yang berimpas pada
penurunan pertumbuhan ekonomi dunia bahkan Indonesisa.

Indonesia memulai peperangan untuk menghadapi pandemi Corona Virus

Disease (Covid-19) yang mulai masuk di Indonesia. Dengan masuknya pertama kali

Covid-19 di Indonesia memberikan dampak secara tidak langsung untuk negara

Indonesia yang paling terasa adalah dampak dari perekonomian di negara Indonesia.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa penyebaran Covid – 19 yang

masif di Indonesia membuat penurunan pada kegiatan ekonomi. Itu terjadi pada

berbagai sektor lembaga keuangan di Indonesia seperti perbankan hingga konsumsi

rumah tangga yang menurun. "Konsumsi rumah tangga turun, bisa mencapai 2,60

persen, termasuk investasi juga turun. Selanjutnya yang terjadi di sektor perbankan

dan perusahaan pembiayaan berpotensi mengalami persoalan likuiditas. Sehingga

menyebabkan depresiasi rupiah volatilitas pasar keuangan dan capital flight.

Pandemi Covid - 19yang terus menyebar membuat transaksi jual terjadi di

bursa saham global. Lebih dari 150 negara terpapar COVID-19, memasuki level dari

217.000 orang, dengan 8.800 orang meninggal dunia.Banyak negara kini

menerapkan kebijakan lockdown, aktivitas ekonomi menjadi menurun drastis, dan

pertumbuhan ekonomi berisiko melambat, bahkan terancam mengalami resesi

global. Akibatnya aksi jual di bursa saham global tak terhindarkan. Perdangangan

Ritel dan Non Ritel di awal akhir 2019 di prediksi merupakan bisnis yang prospektif

yang mulai menjamur dan menguntungkan untuk sebagian besar masyarakat.

Namun setelah kejadian atau masuknya Pandemi Covid 19 di beberapa Negara hal

ini mengakibatkan bayak perusahan ritel dan non ritel yang mengalami kemerosotan
bahkan yang terpaksa mem PHK karyawan karna tidak mendapatkan keuntungan

sama sekali sedangkan modal usaha harus tetap berjalan.

Dari gambar Data grafik IHSG di atas pada tahun 2020 dapat ditarik analisis

bahwa terjadi penuruan yang sangat signifikan di bandingkan dengan beberapa

bulan kebelakang yang memiliki grafik pertumbuhan yang stabil di pasar

perdaganagan saham.Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per Oktober 2019,

jumlah investor syariah tercatat sebanyak 62.840, naik 41% dari posisi pada akhir

tahun 2018 lalu sebanyak 44.536 investor. Tentulah melihat grafik ini terjadi

penurunan yang membuatpara stakeholder pasar modal syariah di awal tahun 2020

ini turun. Karena terjadinya Demand shock dan supply shock, Serta Penurunan

konsumsi Rumah Tangga (RT) yakni sektorsektor yang terdampak kuat.

Kasus pemecatan Karyawan disalah satu pusat perbelanjaan yakni

Ramayana yang juga merupakan perusahaan ritel yang cukup mumpuni di Indonesia

dan banyak mempekerjakan karyawan memperburuk pergerakan saham di Indonesia.


Covid 19 memperburuk daya beli masyarakat dan imbasnya terjadi di banyak

perusahaan ritel yang nilai perdangangannya mengalami penurunan karena pola

konsumen yang mengubah transaksi dari luring menjadi Daring serta persaingan

sesamaperitel itu sendiri. Kedepan pergerakan ekonomi Indonesia akan semakin

melambat akibat dari wabah ini beberapa perusahaan besar terus menambah

deretan karyawan yang ter PHK, yang mana perusahan ini bergerak di bidang Tour &

Travel, Pusat perbelanjaan, Restauran, Hotel/ tempat penginapan, sebagian besar

usaha bisnis terutama yang berkaitan dengan pariwisata.PHK merupakan langkah

terakhir yang banyak dilakukan oleh para pengusaha untuk meminimalisir

kerugian perusahaan.

Hal ini sangat merugikan semua pihak terutama ekonomi Negara yang

berhubungan

langsung dengan keberlangsungan masyarakat luas dan problem ini di prediksi akan

berlangsung sampai akhir 2020.14 Mengingat pandemic Covid 19 yang di prediksi

berakhir di bulan September. Beberapa perusahaan yang memiliki trading di pasar

modal mem PHK banyak karyawan bahkanInformasi yang didapat daridetik

news.com bahwa tejadi 3 juta karyawan yang di PHK selama kasus pandemi Covid-

19.15 ini dan akan terus meningkat jika problem pandemi ini belum teratasi.

Seharusnya di masa Ramadhan dan mendekati libur semester seperti ini jasa

transportasi dan bisnis yang bergerak dalam bidang kuliner, pariwisata dan pusat

perbelanjaan banyak mengalami kenaikan karna minat konsumen yang meningkat,

namun hal ini berubah drastis akibat pandemi covid yang sampai saat ini belum ada
penanganan yang signifikan untuk memperbaiki pergerakan pasar ritel & non

ritel di Indonesia.

KESIMPULAN

Pandemi COVID-19 sangat berdampak terhadap pergerakan indeks saham,termasuk

dengan saham syariah di Indonesia. Hal ini mempengaruhi minat masyarakat

domestik maupun masyarakat asing untuk menginvestasikan dananya di dalam

pasar saham Indonesia. Karena Indonesia dianggap Pasar yang sedangdalam

keadaan tidak stabil,akibat dari adanya penyebaran virus yg menghambat Produksi,

Konsumsi dan distribusi komoditas pasar yang terjadi saat ini.Hasil analisis Trend

menunjukkan pasar saham mengalami penurunan jika wabah ini tidak teratasi

dengan baik oleh pengambil kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai