Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN EJAAN

Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca.
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandardisasikan.

Ejaan ialah kaidah kaidah cara menggambarkan bunyi bunyi kata, kalimat, dan sebagainya dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan
bahwa ejaan adalah seperangkat kaidah tulis menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan
tanda baca.

Eajan yang disempurnakan adalah tata bahasa dalam bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan
bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan huruf miring,
serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam
penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis.
Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD
digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah tata bahasa indonesia yang menerangkan cara penggunaan
bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan huruf miring
Ejaan Yang Disempurnakan berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan Ejaan Republik pada 23
Mei 1972.

FUNGSI EJAAN

Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut tata bahasa maupun kosakata dan
peristilahan, ejaan memiliki fungsi yang sangat penting.

Dalam hal ini ejaan berfungsi sebagai:

1) landasan pembakuan tata bahasa

Penggunaan ejaan dalam penulisan bahasa akan membuat tata bahasa yang digunakan semakin baku.

2) landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan

Tidak hanya membuat tata bahasa semakin baku, ejaan juga membuat pemilihan kosa kata dan istilah
mennadi lebih baku.

4) Alat penyaring masuknya unsur unsur Bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia

Ejaan juga memiliki fungsi penting sebagai penyaring bahasa lain ke bahasa Indonesia. Sehingga dalam
penulisannya tidak akan menghilangkan makna aslinya.

6) pedoman untuk membantu pemahaman pembaca dalam mencerna informasi yang disampaikan
secara tertulis.
Penggunaan ejaan akan membuat penulisan bahasa lebih teratur. Hal ini membuat pembaca semakin
mudah dalam memahami informasi yang disampaikan secara tertulis.

Apabila pembakuan ejaan telah dilaksanakan, maka pembakuan aspek bahasa lain pun dapat ditunjang
dengan keberhasilan itu.

Perkembangan ejaan bahasa Indonesia

1) Ejaan Van opuyshen (1901-1947)

2) Ejaan republik atau ejaan Soewandi (1847-1972)

Ejaan pembaharuan (1957)

3) Ejaan Melindo (1959)

4) Ejaan baru atau ejaan LBK (1967)

5) Ejaan Bahasa Yang di sempurnakan (1972)

Penjelasan

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin yang dimuat dalam kitab logeot
melaju Van ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan
Mochammad Taibsoetan Ibrahim Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen yaitu:

1. Huruf "j" untuk menuliskan kata-kata "jang, pajang sajang"

2. Huruf "oe" untuk menuliskan kata-kata "goeroe, Itoe, Oember"

3. Tanda diakritik seperti kom ain dan tremma. untuk menuliskan kata-kata m'moer, akalta',pa',dan
dinamai".

b. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan ejaan Van Ophugsen,
ejaan ini dikena oleh masyarakat dengan julukan ejaan republik. Hal-hal yang perlu diketahui
sehubungan dengan pergantian ejaan itu, yaitu:

1. Huruf oe diganti dengan u seperti pada guru, itu, umur

2. Bunyi hamzah dengan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti kepada kata-kata tak, pak,

maklum dan rakjat.


3. Kata ulang bisa ditulis dengan angka-2, seperti anak2, ber-jalan2 dan ke-barat2-an 4. Awalan di dan
kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutnya, seperti kata depan di pada
dirumah, dikebun, disamakan dengan imbulan di-pada ditulis dan di karang.

c. Ejaan Melindo

Kongres bahasa Indonesia II Medan (1959) sidang perutusan Indonesia dan melayu (Slamet mulyana-
syeh Nasir bin Ismail ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan ejaan
Melindo (melayu indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan
peresmian ejaan itu.

d. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972 melalui pidato Kenegaraannya Presiden Republik Indonesia Meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan
keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku
kecil yang berjudul Pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan. sebagai patokan pemakaian
ejaan itu. Selain itu, juga direalisasikan Pedoman Umum Pembentukan Istilah-istilah. Karena penuntun
itu perlu dilengkapi, Panitia pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
dengan surat keputusanya tanggal 12 Oktober 1972.No. 156/P/1972 (Anran Halim, Ketua), menyusun
buku pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah
ejaan yang lebih luns. setelah itu. Meneri pendidikan dan kebudayaan dengan surat keputusannya No.
0196/1975 memberlakukan pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan
pedoman unum pembentukan istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman terseut direvisi. Edisi revisi
dikuatkan dengan surat putusan menteri pendidikan kebudayaan No. 0543/1987, tanggal 9 September
1987. Penelusari di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yakni di-atau
ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Beberapa Perbedaan EYD dengan Ejaan soewandi

Huruf-huruf yang digunakan dalam EYD dan Ejaan Soewandi pada dasarnya tidak terlalu banyak
berbeda. Huruf dj dan tj dalam Ejaan Soewandi diganti menjadi j dan e dalam EYD. Konsekuensinya
adalah bahwa sj menjadi sy, nj menjadi ny, ch menjadi kh, j menjadi y, lalu yang dulu y sekarang
dinyatakan menjadi i, sehingga kalau dulu ditulis madya menjadi madia paniya menjadi panitia.

Perbedaan lain antara EYD dan ejaan Soewandi ialah dalam hal pemenggalan kata. Dalam EYD apabila di
tengah-tengah kata terdapat dua konsunan, konsunan tersebut harus dipisahkan, misalnya, April
menjadi Ap-ri mutlak menjadi mut-lak, ikhlas, menjadi ikh-las. Dalam hal-hal lain tidak ada perbedaan
antara EYD dengan Ejaan Soewandi. Jadi, kata meja dipisahkan menjadi me-ja, jalan menjadi ja-lan,
perjalanan menjadi per-ja-lan-an. Dalam EYD ada ketentuan bahwa dalam pengertian baris tidak boleh
ada satu huru pada akhir suatu baris yang sambungannya ditaruh pada baris berikutnya, atau suatu kata
yang satu huruf terakhirnya diletakkan pada baris berikutnya. Perbedaan lain ialah dalam penulisan
awalan di- dan kata depan di. Dalan EYD di- sebagai awalan dirangkaikan, misalkan ditulis, diambil,
dilukis. Se dang sebagai kata depan ditulis terpisah misalnya: dirumah, di samping desa, di kota.?
Demikian juga kata depan ke penulisannya juga tidak dirangkaikan.

Dalam Ejaan Soewandi kata ulang boleh ditandai dengan angka 2, seperti tidur2-an, se-baik2-nya, ber-
cubit2-an. Dalam EYD kata-kata tersebut harus ditulis lengkap dengan tanda hubung (-) yaitu tidur-
tiduran, bercubit-cubitan, sebaik-baiknya.

Perbedaan lain adalah dalam penulisan partikel pun, dan per. Dalam EYD pun ada yang dirangkaikan ada
juga yang tidak dirangkaikan. Dalam EYD, kata-kata yang diapit oleh awalan dan akhiran juga ditulis
serangkai, contoh: salah paham, tidak hadir mendapat ke-/-an ditulis kesalahpahaman, ketidakhadiran.

Anda mungkin juga menyukai