BAB Persalinan
BAB Persalinan
PENDAHULUAN
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan ( setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai ( inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks ( membuka dan menipis ) dan berakir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. ( JNPK-KR, 2008 : 37)
Keberhasilan sebuah proses persalinan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu dan
bayi, kondisi psikis maupun penolong yang membantu proses persalinan. Bila salah satu dari
faktor tersebut ada yang tidak sesuai bisa terjadi masalah dalam proses persalinan, baik
terhadap ibu atau bayinya. Hal ini sangat penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu
dan bayi diakibatkan oleh tidak terdeteksinya secara dini adanya salah satu dari faktor-faktor
tersebut, sehingga terjadi keterlambatan penanganan (Asrinah, et al. 2010).
Persalinan adalah proses pemngeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup ndiluar kandungan melalui jalan lahi atau melali jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ) ( Manuaba, 1998 dalam Padila 2014 :
140 ).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
( setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai ( inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks ( membuka dan menipis ) dan berakir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. ( JNPK-KR, 2008 : 37)
b. Tanda-Tanda Persalinan
1. Terjadi Lightening
Menjelang minggu ke 36, tanda primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk PAP yang disebabkan : kontraksi Braxton Hiks,
ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentm Rotundum, dan gaya berat bayi
dimana kepala kearah bawah. Masuknya bayi ke PAP menyebabkan ibu
merasakan :
a. Ringan di bagian atas, dan rasa sesaknya brkurang.
b. Bagian bawah perut ibu terasa penuh da megganjal.
c. Terjadinya kesulitan saat berjalan.
d. Sering kencing (Follaksuria)(Marmi,2016:9).
2. Dilatasi dan Efficement
Dilatasi adalah terbukannya kanalis servikalis berangsur-angsur akibat
pengaruh his. Efficement adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis
yang semula panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya
ostium yang tipis seperti kertas (Marmi,2016:11).
3. Bloody Show
Pengeluaran mukus tercampur darah yang dikeluarkan pervagina dikenal sebagai
operkulum, menutupi saluran serviks. Pengeluaran sumbat mukoid ini merupakan
tanda awal aktivitas uteri, tetai tidak mengindikasikan awitan persalinan
(Medforth,2011:165).
4. Ketuban Pecah
Ini terjadi setiap saat selama atau sebelum persalinan. Yang lebih sering , pada
persalinan normal spontan tanpa intervensi, ketuban akan pecah saat dilatasi
serviks 9 cm atau lebih (Medforth,2011:165).
A. Tahapan Persalinan
1. Kala I
Persalinan Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukan nol sampai pembukaan lengkap (10cm).Pada permulaan HIS,
kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga partuiren masih dapat
berjalan-jalan (Manuaba,1998). Proses pembukaan serviks akibat his dibagi
menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diametet 3 cm.
b. Fase Aktif
Dibagi menjadi 3 fase :
1. Fase akselerasi, dalam waktu pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3. Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (Marmi,2016:11).
2. Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, Kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini perlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida.(Sumurah,2009). Gejala utama kala II :
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50
sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan yang mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti keinginan
mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser.
d. Kedua Kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai
hipomonglion berturut-turut lahir ubun ubun besar, dahi, hidung dan
muka serta kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dn diikuti putar paksi luar, yaitu penyesuaian
kepala pada punggung.
f. Setelah putaran paksi uar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan :
1. Kepala dipegang pada osocciputdan dibawah dagu,ditarik cunam
kebawah untuk melahirkan bahu belakang.
2. Setelah kedua bahu llahir, ketiak dikait untuk melahurkan sisa badan
bayi.
3. Bayi lahir diikuti oleh air ketuban
g. Pada primigravida kala II berlangsung rata –rata 1,5 jam dan pada
multipar rata-rta 0,5 jam (Manuaba,1998) dalam (Marmi,2016:13-14).
3. Kala III
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berangsung tidak lebih dari 30 menit. Jika lebih dari 30 menit maka harus
diberikan penanganan yang lebih atau dirujuk (Sumarah,2009) dalam
(Marmi,2016).Biasanya Plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir
(Manuaba,1988).Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda :
4. Kala IV
7. Perubahan Gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat jauh
berkurang.Apabila diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam
lambung selama persalinan, membuat pencernaan benar-benar bekerja
dengan lambat, sehingga waktu pengoongan lambung menjadi lebih
lama.Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan
lambung seperti biasanya.Makanan yang di konsumsi selma periode
menjelang persalinan atau fase prodormal kemungkinan akan tetap berada di
lambung sepanjang proses persalinan. Mual muntah umum terjadi selama
fase transaksi, yang menandai akhir fase pertama persalinan (Varney,2008
dalam Marmi,2016:105).
8. Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selam persalinan dan
kembali ke kadar sebelum ersalinan pada hari pertama pasca partum jika
tidak ada kehilangan darah yag abnormal.waktu koagulasi yang berkurangdan
terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.
Hitung sel darah putih selama progresif meningkat selama kala I persalinan
sebesar kurang lebih 5000 hingga jumlah rata-rata 15.000 pad saat
pembukaan lengkap, tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini. Gula
darah menurun selama persalinan, menurun drastis pada persalinan yang
lama dan sulit, kemungkinan besar akibat peningkatan aktifitas otot dan
rangka (Marmi,2016:106).
C. Perubahan Psikologi
1. Perasaan takut ketika hendak melahirkan
2. Perasaan cemas pra-melahirkan
Tidak sdikit calon ib mengalami rasa takut saat proses kelahiran. Padahal rasa
cemas itulah yang justru memicu rasa sakit saat melahirkan.
3. Rasa Sakit
Muncul karena saat mau melahirkan, mereka merasa tegang dan
takut,sehingga menyebabkan jalan lahir mengeras dan menyempit, sehingga
menyebabkan rasa sakit.
4. Depresi
Agar tidak depresi, ibu harus ditemani anggota keluarga karena ibu yang
melahirka rawan depresi
5. Perasaan sedih jika persalinan tidak berjalan sesuai dengan harapan ibu dan
keluarga.
6. Ragu-ragu dalam menghadpi perslainan.
7. Persaan tidak anak, sering berpikir apakah persalinan akan berjalan normal.
8. Mengganggap persalinan sebagai cobaan.
9. Sering berpikir apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dan
menolongnya.
10. Sering berpikir apakah bayinya akan normal atau tidak.
11. Keraguannya akan kemampuannya dalam merawat bayinya kelak
(Marmi,2016: 23).
3. PASSAGE
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina dan introitus (lubang luar vagina).Meskipun jaringan lunak,khususnya
lapisan lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi
panggul ibu lebih berperan alam proses persalinan.Jani haru berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu
ukuran dan bentuk panggul harus ditentukn sebelum persalinan dimulai
(Marmi,2016:43).
B. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Keluhan utama atau alasan utama wanita datang kerumah sakit atau bidan
ditentukan dalam wawancara (Bobak,1996) dalam (Marmi,2016:122).
Ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan (Varney,2007).
2. Riwayat Kesehatan
Penting untuk melakukan penapisan pada ibu secepatnya tehadap
kemungkinan komplikasi antepartum yang dapat mempengaruhi periode
intrapartum (misal preeklamsi, anemia) atau muncul menyerupai tanda-
tanda persalinan. (Varney,2007:692).
Yang dikaji dalam riwayat kesehatan adalah penyakit-penyakit yang dapat
mempengaruhi proses persalinan.
a. Penyakit Kardiovaskuler
1. Penyakit Jantung
Ibu yang bersalin dengan disertai penyakit jantung mempunyai
resiko yang besar dalam proses persalinan karena dikhawatirkan
tidak kuat mengejan. (Wiknjosastro, 2005 : 430).
2. Hipertensi
Jika tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg ibu
dilarang meneran karena dapat memperberat hipertensi yang
dialami. (Mochtar,2002:142-143).
b. Penyakit Sistem Pernafasan
1. Tuberculosis Paru
Dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri, bayinya, dan
masyarakat sekitarnya. Janin baru tertular penyakit setelah lahir
karena dirawat /disusui oleh ibunya (Winkjosastro, 2005 : 491 ).
2. Asma Bronkiale
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering
dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan
oksigen (O2) atau hipoksia. Bila tidak diatasi sering terjadi
keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai
dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin)
(Winkjosastro, 2005 : 490 ).
c. Penyakit Gastrointestinal
1. Hernia
Dalam persalinan sebaiknya wanita tidak meneran terlalu kuat
apabila hernia semaikn besar dan jika syarat-syarat dipenuhi,
persalinan berakhir dengan vacum dan cunam.
(Sarwono,2009:489)
2. Hepatitis
Hepatitis infeksiosa (hepatitis A dan B) dapat menyebabkan
kerusakan sel-sel hati yang kuat dan nekrosis sehingga
mempunyai pengaruh buruk dalam kehamilan yaitu kehamilan
premature bahkan kematian janin dalam kandungan (KDJK).
(Mochtar, 2002 : 97)
d. Penyakit Endokrin
1. Diabetes Mellitus Gestasional
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan diabetes
sangat bervariasi. Pada ibu akan meningkatkan resiko terjadinya
preeclampsia, seksiosesarea, dan terjadinya diabetes mellitus tipe
II di kemudian hari, sedangkan pada janin meningkatkan resiko
terjadinya makrosomia, trauma persalinan, hioperbilirubinemia,
hipoglikemia, hipokalsemia, polisitemia, hiperbilirubenia
neonatal, sindroma distress respirasi (RDS), serta meningkatkan
mortalitas atau kematian janin. (Saefuddin, 2009 : 851)
2. Hypertiroid
Biasanya pada kehamilan berakhir dengan abortus
(inhabitualis)/partus prematurus, cacat bawaan, dan kretinismus
pada janin lebih besar. (Sarwono,2009:526).
3. Hipotiroid
Pada hipotiroid subklinis bisa meningkatkan terjadinya persalinan
premature, solusio plasenta, dan perawatan bayi di NICU
(Saefuddin, 2009 : 847-850).
e. Penyakit Sistem Reproduksi
1. Mioma Uteri
Terdapatnya mioma uteri mungkin mengakibatkan hal-hal sebagai
berikut:
a) Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil,
terutama pada mioma uteri submukosum.
b) Kemungkinan abortus bertambah.
c) Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada
mioma yang letaknya di serviks.
d) Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma
yang letaknya di dalam dinding rahim atau apabila
terdapat banyak mioma.
e) Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma
yang submukus dan intramural (Winkjosastro, 2005 :
421-422).
2. Kista Vagina
Kista vagina biasanya kecil berasal dari duktus gartner atau duktus
muller. Letaknya lateral dalam vagina bagian proksimal, di tengah,
atau distal di bawah orifisium uretrae eksternum. Wanita tidak
mengalami kesulitan waktu persetubuhan dan persalinan. Jarang
sekali kista ini demikian besarnya, sehingga menghambat turunnya
kepala dan perlu di pungli, atau pecah akibat tekanan kepala
(Winkjosastro, 2005 : 414).
f. Penyakit Sistem Syaraf
1. Epilepsi
Pada umumnya epilepsi tidak dipengaruhi oleh kehamilan. Namun
wanita hamil dengan epilepsi mempunyai resiko terhadap
hipertensi karena kehamilan, persalinan prematur, bayi berat
badan lahir rendah, bayi dengan kelainan bawaan dan kematian
perinatal (Saefuddin, 2010 : M-46).
g. Penyakit Sistem Urogenital
1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam
kehamilan dan nifas karena dapat menimbulkan kematian atau
kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Penderita
dapat meninggal dalam waktu 14 hari setelah timbulnya anuria.
Kerusakan jaringan dapat terjadi di beberapa tempat yang tersebar
atau keseluruh jaringan ginjal. (Saefuddin, 2009:840)
h. Penyakit Menular
1. HIV
Transmisi HIV dari kepada janin dapat terjadi melalui intrauterine,
saat persalinan, dan pasca persalinan. Kelainan yang dapat terjadi
adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati, partus preterm,
dan abortus spontan (Sarwono, 2009 :933).
2. Sifilis
Merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema
pallidum. Transmisi treponema dari ibu ke janin umumnya terjadi
setelah plasenta terbentuk utuh, kira-kira sekitar umur 16 minggu,
kemungkinan untuk timbulnya sifilis kongenital lebih
memungkinkan (Sarwono, 2009 :929).
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche
Adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi pada usia
pubertas, yaitu 12-16 tahun (Mochtar,1999). Usia 10-16 tahun,
rata-rata usia 12,5 tahun (Sarwono R,1994).Usia 13-16 tahun
(Manuaba IBG,1998). (Marmi,2016:123).
b. Siklus Haid
Siklus haid yang klasih adalan 28 hari +/- 2 hari, sedangkan pola
haid dan lamanya perdarahan tergantung pada tipe wanita dan
biasanya 3-8 hari (Pusdiknakes,1998 dalam Marmi,2016:123).
c. Disminorea
Dikaji terutama pada saat disminorea sekunder yaitu disminorea
yang disertai kelainan anatomi kelainan genitalis.
(Manuaba,2010:58)
Lama
Anak ke
Penyulit Tempat bayi Penyulit Vit A Tab Fe Alkon
(Sulistyawati,2013:222)
(Sulistyawati,2013:222)
6. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat
mempengaruhi EDD, dan karena penggunaan metode lain dapat
membantu menanggali kehamilan. Serta tanyakan lama penggunan alat
kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang digunakan (Marmi, 2016:158).
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Status nutrisi seorang wanita memiliki efek samping langsung
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dan wanita memiliki
motivasi untuk mempelajari gizi yang baik (Bobak,1990). Jumlah
tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300
kalori perhari dengan komposisi menu seimbang (cukup
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineraldan air).
Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan
yang meurun (Sharon J Reeder Et all, 1987 dalam
Marmi,2016:126).
b. Pola Eliminasi
Perlu dikaji terakhir kali ibu BAK dan BAB. Kandung kemih
penuh akan meghambat penurunan bagian terbawah janin
sehingga diharapkan ibu dapat seserung mungkin BAK
(Christina” s Ibrahim,1993). Pada akhir TM III dapat terjadi
konstipasi (Sharo J Reeder Et all, 1987 dalam Marmi,2016:126-
127).
c. Pola personal Hygiene
Kebersihan tubuh senantiasa dijaga kebersihannya. Baju
hendaknyayang longgar dan mudah dipakai, sepatu atau alas kaki
dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi (Sarwono P,1999
dalam Marmi,2016:127).
d. Pola Fisik dan Istirahat
Banyak kelompok (Carrington,1978; Horn,1998; Lee,1989)
menganjurkan ibu untuk aktif, berjalan dan terlibat dalam
aktivitas-aktivitas normal, tetapi idak melelahkan untuk
memastikan bayi yang di kandung sehat dan tidak terlalu besar
(Bobak,1996 dalam Marmi,2016:127).
e. Pola Aktivitas Seksual
Yang perlu dikaji adalah frekuensi hubungan seksual sebelum
hamil dan selama hamil. Perlu juga diketahui keluhan dalam
melakukan hubungan seksual.
f. Pola Kebiasaan
1) Minuman Beralkohol
Pengonsumsian alkohol pada ibu hamil dikaitkan dengan
tingginya angka abortus spontan (Marmi,2016:128).
2) Marokok
Merokok atau terus-menerus menghirup asap rokok
dikaitkan dengan terjadinya gangguan pertumbuhan
janin, peningkatan mortalitas dan morbiditas bayi dan
perinatal, meningkatkan frekuensi prematur, ketuban
pecah dini, plasenta previa dan kematian janin
(Leviton,1988 : Cunningham,dkk,1998) dalam
(Marmi,2016:129).
3) Obat-Obatan
Bahaya terbesar, yang menyebbkan defek pada
perkembangan janin akibat penggunaan obat-obatan,
dapat muncul sejak fentilisasi sampai sepanjang TM I
(Marmi,2016:129).
8. Respon keluarga terhadap persalinan.
Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan langsung kepada
pasien dan keluarga. Ekspresi wajah yang mereka tampilkan juga dapat
memberikan petunjuk kepada kita tentang bagaimana respon mereka
terhadap kelahiran ini. Pada beberapa kasus sering kita jumpai tidak
adanya respon yang positif dari keluarga dan lingkungan pasien karena
adanya permasalahan yang mungkin tidak mereka ceritakan kepada kita,
jika hal itu terjadi bidan sedapat mungkin dapat berperan dalam mencari
beberapa alternatif solusi. (Sulistyawati,2013:225).
9. Pengetahuan pasien tentang proses persalinan.
Data ini dapat kita peroleh dari beberapa pertanyaan yang kita ajukan
kepada pasien mengenai apa yang ia ketahui tentang proses persalinan.
Pengalaman atau riwayat persalinannya yang lalu dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menyimpulkan sejauh mana pasien
mengetahui tentang persalinan, karena terdapat perbedaan dalam
memberikan asuhan antara pasien yang sudah tau atau punya pengalaman
tentang persalinan dengan yang sama sekali belum tahu tentang
persalinan. (Sulistyawati,2013:225).
10. Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan persalinan.
Untuk mendapatkan data ini bidan perlu melakukan pendekatan
terhadap keluarga pasien, terutama orang tua. Ada beberapa kebiasaan
yang mereka lakukan ketika anak atau keluarganya menghadapi
persalinan, dan sangat tidak bijaksana bagi bidan jika tidak menghargai
apa yang mereka lakukan. Kebiasaan adat yang dianut dalam menghadapi
persalinan, selama tidak membahayakan pasien, sebaiknya tetap di
fasilitasi karena ada efek psikologis yang positif untuk pasien dan
keluarganya. (Sulistyawati,2013:226)
1) Data Obyektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosa.Bidan
melakukan pengkajian data obyektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan.
(Sulistyawati,2013:226)
1. Pemeriksaan Fisik
Diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi,
pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran
2) Tekanan darah
Diukuruntuk mengetahui kemungkinan preeklamsia, yaitu
bila tekanan darahnya lebih dari 140 atau 90 mmHg.
3) Denyut nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu,normalnya 80-90x
permenit.
4) Pernapasan
Untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan, normalnya
16-24x/menit.
5) Suhu
Suhu tubuh normal 36-37,50 C.
6) LILA
Untuk mngetahui status gizi ibu, normalnya 23,5 cm.
7) Berat Badan
Ditimbang wakytu ibu datang untukkontrol
kandungannya.
8) Tinggi Badan
Pengukuran cukup dilakukan sekali, yaitu waktu ibu
periksa hamil yag pertama kali.
b. Status Present
1) Muka : Apakah oedema atau tidak, cyanosis/tidak
2) Mata
Konjungtiva : normalya merah muda
Sklera : normalnya putih
3) Hidung :Bersih/tidak, polip/tidak, sekret/tidak
4) Mulut dan gigi : Bersih/tidak, luka/tidak, caries/tidak
5) Telinga : Simetris/tidak, bersih/tidak, serumen/tidak
6) Leher : Pembesaran kelenjar tyroid dan limfe/ tidak
7) Dada : Payudara simetris/tidak, puting bersih dan
menonjol/tidak, hiperpigmentasi areola/tidak, kolostrum
sudah keluar/ belum.
8) Abdomen :Luka pada perut (seperti bekas OP)/tidak, ada
linea/tidak, ada striae/ tidak.
9) Genetalia : Pembengakakan kelenjar bartolini dan
scen/tidak.
10) Ekstremitas : Atas dan bawah : simetris/tidak,
oedema/tidak, varises/tidak, Reflek patela baik/tidak.
11) Anus : hemoroid/tidak. (Marmi,2016:129-131).
c. Status Obstetrik
Muka : Oedema, Chloasma Gravidarum
Mammae : Kolostrum, hiperpigmentasi areola, pembesaran
payudara, Puting susu menonjol
Abdomen : Tegang, Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan,
stiae dan linea gravidarum, TFU
Vulva : Perdarahan , Laserasi perineum
d. Pemeriksaan Leoplod
1) Leoplod I
Tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan atau
tidak, di fundus normalnya teraba gaian lunakdan tidak
melenting (bokong).
2) Leoplod II
Normalnya teraba bagian panjang keras seperti papan
(punggung) pada satu sisi uterus dan pada sisi lain teraba
bagian kecil.
3) Leoplod III
Normalnya teraba bagian bulat, kera, melenting, pada
bagian bawah uterus ibu (sympisis) apakah sudah masuk
PAP.
4) Leoplod IV
Dilakukan jika pada leoplod III teraba kepala sudah
masuk PAP. Dilkukan degan menggunakan patokan jari
penolong dan sympisis ibu, berfungsi untuk mengetahui
penurunan presentasi (Marmi,2010:131-132).
5) TFU sesuai usia kehamilan
Tinggi Fundus
Usia kehamilan Menggunakan
Dalam cm
Penunjuk badan
12 minggu Teraba di atas
-
simpisis pubis
16 minggu Di tengah antara
- simpisis pubis dan
umbilikus
20 minggu 20 cm (±2 cm) Pada umbilikus
22-27 minggu Usia kehamilan dalam
-
minggu = cm (±2 cm)
28 minggu 28 cm (± 2 cm) Di tengah, antara
umbilikus dan
prosesus sifoideus
29-35 minggu Usia kehamilan dalam
-
minggu = cm (±2cm)
36 minggu 36 minggu (±2 cm) Pada prosesus
sifoideus.
(Saifuddin,2006 dalam Rukiyah,2009:33)
1) Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine ada 2 hal yang diperiksa yaitu kadar
protein dan gula dalam urine.
2) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada ibu hamil
terutama adalah pemeriksaan kadar Hb dalam darah dengan
cara membandingkan secara visual warna darah degan alat
standar yang dapat bertujuan untuk mendeteksi adanya
anemia. Nilai noramal Hb adalah 12 – 16 gr / dL .
C. Assesment
Berdasarkan temuuan-temuan dalam riwayat kesehatan, bidan dapat mengambil
keputusan ketika ibu dalam persalinan sesungguhnya dan pada kala atau fase
berapa ibu sekarang. Secara keseluruhan proses keputudan klinis terdiri dari:
pengumpulan data-diagnosa-penatalaksaan-evaluasi (Marmi,2012:133).
2) Pelaksanaan
I. Kala 1
1) Data Subyektif
a. HPHT/HPL
b. Ibu merasa kencang teratur sajak... dan sudah mengeluarkan lendir darah
Data Obyektif
a) Palpasi :
Leopold I : TFU 2 jari dibawah px pada kehamilan aterm.
(Varney,2007:91)
Leopold II : Kanan :Teraba bagian keras memanjang seperti papan.
Kiri : Teraba bagian kecil terputus-putus.
Leopold III : Teraba keras, bulat dan tidak melenting
LeopoldIV : Kepala masuk bidang hogde II, atau III, atau IV
b) Auskultasi
c) Pemeriksaan Dalam
2) Pelaksanaan
1. Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
2. Menyiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan
3. Menyiapkan rujukan (Siapa yang akan menemani ibu, tempat rujukan
mana yag disukai, sarana transportasi, calon pendonor, uang , siapa
yang menemani anak-anaknya dirumah.
Hal-hal yag harus diingat dalam mempersiapkan rujukan : Bidan, alat,
keluarga, surat, obat, kendaraan, uang (Marmi,2012;158-161).
4. Memberikan asuhan sayang ibu
a. Memberikan dukungan emosional
b. Membantu pengaturan posisi
c. Memberi cairan dan nutrisi
d. Keleluasaan untuk ke kamar mandi secara teratur
e. Pencegahan infeksi (JNPK-KR,2014:49).
II. Kala II
Tanggal . . . . . . . . Jam . . . . . . .
a. Subjektif
Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi uterus.
b. Objektif
1. Pembukaan servik telah lengkap.
2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
(JNPK – KR, 2008 : 75 – 76)
3. His lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 – 3 menit sekali
(Saifuddin, 2005 : 184)
c. Assesment
Ibu ,umur, gravida, para, abortus, umur kehamilan, janin tunggal atau ganda, hidup atau mati,
intra atau ekstra uterin, puka atau puki, presentasi…dalam persalinan kala II.
d. Planning
Merencanakan asuhan yag menyeluruh berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan
oleh bidan. Menyusun rencana asuhan kebidanan dilaksanakan untuk menetapkan tindakan
kebidanan yang dilakukan dalam mengatasi masalah
1) Melakukan pimpinan meneran saat ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai dorongan untuk meneran
Seperti : tarik nafas yang panjang, kemudian lepaskan sambil kepala diangkat dan
lihat ke perut dan dagu menempel di dada, tangan berada di pahallipatan lutut dan
memberikan pilihan pada ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman di anxaranya posisi
setengah duduk, jongkok miring atau pun berdiri.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang)
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara 2 kontraksi
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
f) Memonitor asupan cairan peroral
g) Menilai DJJ tiap 5 menit
e. Evaluasi
Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV normal adalah pasien dan bayi dalam keadaan
baik, yang ditunjukkan dengan stabilitas fisik dan psikologis pasien dengan kriteria.
1. tanda vital pasien normal
2. perkiraan jumlah perdarahan total selama persalinan tidak lebih dari 500 cc
3. kontraksi uterus baik
4. IMD berhasil
5. pasien dapat beradaptasi dengan peran barunya
Mengetahui
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke
dunia luar melalui jalan lahir. Persalinan normal adalah terjadi pada kehamilan spontan aterm usia
37-42 minggu.
Dari kasus Ny. I usia 26 tahun G3P2A0 usia kehamilan 39 minggu 5 hari dapat disimpulkan
bahwa persalinan tersebut normal, tidak ada hambatan. Pada kala IV lama persalinan dan jumlah
perdarahan dalam batas normal.
Dari teori, pembahasan dan kasus pada bayi Ny.I umur 1 jam dapat diketahui bahwa keadaan bayi
sehat serta keadaan ibu juga sehat dan selalu dalam pantauan. Tindakan segera yang dilakukan
bidan kepada ibu dan bayi sudah sangat tepat untuk menghasilkan asuhan saying ibu dan auhan
sayang bayi yang optimal. Tindakan yang dilakukan pada bayi yaitu mnejga keadaan suhu
lingkungan dan rooming in untuk menjaga kehangatan bayi
B. SARAN
Hendaknya para bidan selalu menerapkan asuhan sayang ibu dan asuhan sayang bayi agar
persalinan berjalan dengan lancar dan aman, karena persalinan adalah suatu proses yang fisiologis.
Dan hendaknya bidan selalu memperhatikan kondisi ibu dan bayi dan tidak melakukan tindakan
yang merugikan atau di luar wewenang bidan, serta selalu memegang teguh etika profesi dan
menjaga citra profesi sebagai seorang bidan.
Hendaknya bidan selalu sigap dalam menghadapi kasus-kasus baik fisiologis maupun patologis
karena dalam kehamilan, persalinan maupun nifas tidak bisa di tbak dan bisa terjadi komplikasi
sewaktu-waktu bila tidak dipantau dan di tangani dengan baik dan benar. Serta hendaknya
kehamilan, persalinan nifas dan perawatan bayi baru lahir berada dalam pantauan tenaga
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru lahir. 2008. JNPK-KR
JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: DEPKKES dan USAID
Marmi, dkk. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.Yogyakarta :Pustaka
Pelajar.
Hamidah dkk. 2017.Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Pra Sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Ed. Syaifiddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Kesehatan.Jakarta: JNPKKR-POGI.
Sulistyawati, Ari, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.