FIKIH Rangkuman NGAJI ONLEN
FIKIH Rangkuman NGAJI ONLEN
Kelas : X Mipa 5
Bab : 1. Shalat
Shalat Jenazah
3. Puasa
4. Zakat
1. Shalat
Shalat itu sudah ditentukan waktunya dan Allah swt. Telah mewajibkan shalat kepada
hambanya . Janji Allah kepada hambanya yang mendirikan sholat dan memperhatikan
sholat adalah masuk surga dan barang siapa yang tidak memperhatikan shalatnya , jika
Allah berkehendak Allah akan menyiksa dan jika Allah berkehendak Allah akan
mengampuninya.
Qunut di i’tidal rakaat yang akhir shalat subuh dan witir pertengahan kedua bulan
ramadhan dan sholawat serta salam kepada nabi dan keluarganya dan sahabatnya di qunut
dan berdiri di semua qunut.
Barang siapa yang meninggalkan shalat tanpa uzur maka wajib mengganti shalat
ketika ia ingat secara langsung. Uzur uzur shalat itu tidur dan lupa. Wajib mengganti
shalat , jika ia musafir dan meninggalkan shalat 4 rakaat maka ia menyempurnakan
shalaatnya.
Shalat jamaah itu fardlu kifayah dan sholat jamaah itu lebih baik daripada shalat
sendiri terpaut 27 derajat pahala. SYARAT SAH JAMAAH :
- Niat mengikuti
- Mengetahui shalatnya imam
- Makmum tidak mendahului imam
2. Shalat Jum’at dan Shalat Sunnah (Shalat id dan Shalat
Jenazah)
1. Shalat Jum’at
Hukum shalat jum’at fardlu ain bagi orang islam yang merdeka,baligh,berakal,sehat
(jika sakit tidak wajib),laki laki ( perempuan tidak wajib) dan bertempat tinggal. Ketika
adzan shalat jum’at dikumandangkan maka itu menunjukan perintah.
Pada dasarnya shalat jum’at diwajibkan pada setiap orang yang merdeka , baligh ,
berakal , laki laki , sehat dan tidak berpergian kecuali empat orang diantaranya :
1. Budak
2. Perempuan (Tetapi jika melaksanakan tidak apa apa sah sah saja)
3. Anak kecil(Belum baligh)
4. Orang sakit
Di masa saat ( Wabah VIRUS COVID19) ini bagaimana hukum melaksanakan shalat
jum’at wajib apa tidak?. Dilihat lihat dari kondisinya , jika berada di daerah atau
kawasan yang memiliki potensi penyebaran virus tersebut rendah maka tetap wajib atau
boleh melaksanakan shalat jum’at. Namun kalau berada di kawasan yang memiliki
potensi penyebaran virus yang tinggi (ZONA MERAH) maka melaksanakan shalat
jum’at tidak wajib namun harus diganti dengan shalat dhuhur. Jika dapat berpotensi
menularkan virus dan mengancam nyawa manusia maka tidak boleh memaksakan
mendirikan shalat jumat karena salah satu tujuan syariat adalah menjaga nyawa.
Terkait hadist Nabi yang menyatakan “barang siapa yang meninggalkan 3 kali shalat
jum’at maka dia tergolong orang munafik”,itu diarahkan pada ketika tidak ada udzur atau
sengaja meninggalkan shalat jum’at padahal dirinya mampu. Namun kalau ada
udzur ,tidak bisa disifati dengan munafik. Ada beberapa udzur yang diperkenankan
meninggalkan shalat jum’at misalnya terjadi hujan deras atau badai salju dan keadaan
sangat dingin atau sedang sakit berat . Namun harus diganti dengan melaksanakan shalat
dhuhur.
Shalat hari raya itu sunnah muakad (sunnah yang dianjurkan) maksutnya jika
dikerjakan mendapat pahala jika tidak dilakukan tidak berdosa . Bisa munfarid (sendiri)
tapi alangkah baiknya dilakukan berjamaah. Dan waktunya dari terbitnya matahari
sampai tergelincirnya matahari.
Pada kondisi saat ini (Wabah COVID19) maka dilihat dari situasinya . Jika potensi
besar terjangkit maka bisa haram dilakukan karena bisa mengancam jiwa manusia.
Namun jika berada di kawasan yang aman boleh melakukan shalat Id tetapi tetap
menjaga jarak dan aturan yang berlaku agar tidak terjangkit virus.
Pada shalat Id terdapat 7 takbir dirakaat pertama dan 5 dirakaat kedua selain kedua
takbiratul ikhram dan berdiri. Khutbah dilakukan setelah shalat , khotib takbir di khutbah
pertama 9 takbir dan di khutbah kedua 7 takbir. Takbir sejak terbenamnya matahari
malam idul fitri sampai imam memulai sholat dan di idul adha setelah sholat fardhu sejak
subuh hari arafah sampai asar akhir hari tasyriq. Pada sholat Id terdapat 2 takbir yaitu
takbir muqayat dan takbir mursal. Kalau takbir muqayat dilakukan setelah shalat fardhu
sedang takbir mursal dilakukan diluar shalat.
Sholat Gerhana mataharidan bulan itu juga termasuk sunnah muakad dilakukan 2
rakaat. Disetiap rakaat terdapat 2 berdiri yang ia memanjangkan bacaan di kedua rakaaat
dan dua ruku yang ia memanjangkan tasbih di kedua ruku bukan sujud. Dan khatib
khutbah setelah sholat dan memelankan bacaan.
3. Shalat Jenazah
Kewajiban bagi orang yang masih hidup kepada orang islam yang meninggal untuk :
Memandikan, memberi kain kafan, membawanya ke kubur, menshalatinya, dan
menguburnya itu semua hukumnya fardlu kifayah.
- Mayat itu dimandikan 3 kali yang pertama dengan sabun atau daun bidara, yang
kedua dengan air murni yaitu dengan cara meratakanya ke seluruh badan dan yang
ketiga dengan kapur barus.
Orang yang mati syahid didalam peperangan memerangi orang kafir itu tidak boleh
tidak boleh dimandikan dan tidak boleh dishalati. Dan bayi prematur yang mati
keguguran itu dimandikan tanpa dishalati , jika rohnya sudah ditiupkan dan sempat hidup
sebelum meninggal maka wajib dimandikan, disholati, dikafani, dan dikuburkan.
Disunnahkan bagi orang yang mengantarkan mayat supaya berjalan lebih dulu
didepan mayat dan dimakhruhkan mengeraskan suara . Menangisi mayat boleh saja
asalkan tanpa menyatakan ratapan, tanpa merobek robek pakaian, dan tanpa memukul
pipi sendiri.
Melakukan takziyah dan menyatakan duka cita kepada orang yang terkena musibah
itu hukumnya sunnah yaitu sejak dikuburnya mayat sampai tiga hari setelahnya . Namun
tidak untuk tujuan lain melainkan untuk menghibur.
3. PUASA
Kewajiban puasa bagi orang muslim yang mukalaf, kuat, jika benar terlihatnya hilal
maka wajib melaksanakan puasa. Jika belum terlihat hilal bisa karena mendung atau yang
lainnya maka bisa menyempurnakan bualn sya’ban 30 hari
- Niat, dilakukan pada sebelum terbit fajar. Biasanya dilakukan setelah shalat
tarawih
- Menjauhi perkara yang membatalkan puasa
Hari hari yang haram untuk melakukan puasa : haram puasa di dua hari raya, dan
hari hari tasyrik dan puasa sehari atau dua hari sebelum ramdhan begitu juga puasa
separuh akhir bulan sya’ban kecuali dengan kebiasaanya atau menyambung dengan hari
sebelumnya. Puasa yang dimakhruhkan dengan makhruh tahrim yaitu puasa hari
keraguan. Dalam fikih terdapat 2 makhruh :
- Makhruh tanzeh
Jika dilaksanakan tidak sampai taraf haram, misal : Saat puasa bersiwak
- Makhruh tahrim
Jika dilaksanakan ada nilai haramnya, misal : Puasa pada 28,29 bulan sya’ban
Uzur uzur yang memperbolehkan tidak puasa :
1. Sakit, jika ia takut puasa itu menambah sakitnya atau lama sembuhnya maka boleh
tidak berpuasa dan wajib mengganti di kemudian hari
2. Musafir, orang yang melakukan perjalanan sungguh payah maka boleh tidak berpuasa
tapi mengganti dikemudian hari
3. Lanjut usia (tua), orang tua yang tidak mampu maka tidak dibebani puasa tetapi
dibebani fidyah (memberikan fakir miskin makanan). Setiap 1 puasa yang
ditinggalkan maka membayar 1 mud (sekitar 7 ons)
4. Haid dan nifas, jika seorang wanita haid atau nifas maka wajib baginya tidak puasa
dan mengganti dikemudian hari setelah suci
5. Orang hamil, orang yang sedang hamil dan menyusui maka boleh tidak puasa karena
mengkhawatirkan kandungan dan dirinya wajib mengganti dan tidak wajib mengganti
fidyah. Namun ibu hamil sehat bisa puasa tapi khawatir kepada kandungannya saja
maka baginya wajib mengganti sekaligus membayar fidyah (sesuai berapa hari
meninggalkan puasa) 1 puasa = 1 mud
Orang yang batal puasa sebab jimak maka wajib mengganti dan membayar kafarat
yaitu memerdekakan budak yang beriman, jika ia tidak menemui maka wajib puasa 2
bulan berturut-turut dan jika ia tidak mampu maka memberi makan 60 orang miskin.
Pada hakikatnya puasa melatih kita dalam mengendalikan nafsu namun bukan sekedar
nafsu menahan lapar tapi juga dalam hal menghilangkan maksiat. Tingkatan puasa ada 3 :
1. Puasa nya orang awwam biasanya, secara syariat sah tapi melakukan hal maksiat
(saumul umum)
2. Saumul khusus ,bukan sekedar menahan lapar dan haus tetapi juga menahan agar
tidak maksiat. Biasanya puasanya para ulama
3. Tingkatan paling atas yakni puasanya orang istimewa contohnya nabi yakni bukan
sekedar menahan lapar, haus, dan maksiat tetapi juga menahan hati nya dari
perihal duniawi. Maka hatinya tertuju kepada Allah swt. Saja. Merupakan puasa
paling istimewa
4. Zakat
Orang yang wajib membayar zakat yaitu muslim yang merdeka yang memiliki nishab,
karena firman Allah swt. “dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat”. Harta yang wajib
dizakati diantaranya :
1. Unta , sapi , kambing , kerbau . Yang telah mencapai haul dan nishab dan makan
dengan rerumputan/ digembalakan
2. Emas dan perak . Yang telah mencapai haul dan nishab dan belum jadi perhiasan.
Nishab emas : 20 mitsqall : 77,58 gram , zakatnya 2,5 % dari total. Nishab perak :
200 dirham : 543,6 gram , zakatnya 2,5 % dari total.
3. Makanan pokok , Jika memakai air hujan maka zakatnya 10 %. Jika memakai
pengairan sendiri maka zakatnya 5%
4. Barang dagangan, zakatnya 2,5%
5. Profesi, selama 1 tahun nishab sebesar harga emas saat itu , zakatnya 2,5 %
Yang tidak wajib dizakati : rumah, pakaian, perabotan, hewan untuk kendaraan. Jika
punya harta yang dihutang orang lain maka tetap wajib dizakati.
Zakat fitrah diwajibkan bagi orang muslim yang sudah baligh untuk menzakati dirinya
sendiri / menzakati fitrah. Syarat jika pada saat malam idul fitri sampai siang nya masih
punya dan masih ada sisa makanan/ harta untuk dirinya maupun keluarganya.
1. Fakir
2. Miskin
3. Amil (pegawai zakat)
4. Muallaf
5. Budak
6. Gharim (orang yang berhutang)
7. Orang yang berperang dijalan Allah
8. Musafir