Anda di halaman 1dari 2

" Peningkatan Keaktifan dan Keterampilan Berfikir Siswa Sekolah Menengah

Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah "


A. Pendahuluan

Pendidikan memainkan peran krusial dalam mengubah perilaku siswa menjadi


individu dewasa yang mampu berfungsi secara mandiri dan berperan sebagai anggota
produktif dalam masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Melalui pendidikan, siswa memiliki
kesempatan untuk mengoptimalkan perkembangan kemampuan mereka, sehingga mereka
dapat mencapai potensi penuh dan berkontribusi sesuai dengan kebutuhan pribadi dan
tuntutan masyarakat.

Pendidikan sebagai fondasi bagi pertumbuhan intelektual dan sosial generasi muda
terus mengalami evolusi, dan dalam dinamika ini, model pembelajaran berbasis masalah
menjadi pilihan yang semakin menonjol. Di tengah tantangan kompleks zaman ini,
diperlukan pendekatan yang tidak hanya meningkatkan keaktifan siswa tetapi juga mengasah
keterampilan berpikir kritis mereka. Oleh karena itu, penelitian ini membawa fokus pada
upaya meningkatkan keaktifan dan keterampilan berpikir siswa sekolah menengah melalui
pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

Dengan merinci tingkat keterlibatan siswa dan menganalisis implementasi model


pembelajaran berbasis masalah, penelitian ini bertujuan membuka wawasan baru terhadap
bagaimana pembelajaran dapat ditingkatkan di tingkat sekolah menengah. Sejauh mana siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran dan bagaimana model ini diterapkan di lingkungan sekolah
menjadi fokus eksplorasi yang esensial. Karena salah satu aspek penting yang harus
diperhatikan dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran adalah keterlibatan siswa dalam
pembelajaran. Karena sekarang bukan merupakan era dimana guru yang menjadi pusat
pembelajaran melainkan siswa itu sendiri.

Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dapat tercermin dari proses yang
diikuti siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut. Proses pemecahan masalah ini
melibatkan beberapa tahapan, yaitu (1) pemahaman masalah, dimana siswa harus mampu
merinci informasi yang diketahui dan pertanyaan yang diajukan dalam soal, serta menilai
apakah data yang tersedia sudah mencukupi atau terlalu berlebihan; (2) perencanaan
penyelesaian, di mana siswa harus mampu merumuskan algoritma yang akan diikuti untuk
menyelesaikan masalah, mencantumkan konsep-konsep matematika yang relevan untuk
menanggapi tantangan yang diberikan; (3) pelaksanaan rencana penyelesaian masalah, di
mana siswa melibatkan diri dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan algoritma yang
telah direncanakan; dan (4) pengecekan hasil, yang melibatkan evaluasi apakah hasil yang
diperoleh sudah benar atau belum. Jika belum, maka siswa perlu melakukan pengecekan
kembali terhadap algoritma penyelesaian yang telah dijalankan.

Melalui fokus pada peningkatan keaktifan dan keterampilan berpikir siswa, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan panduan berharga bagi pengembangan strategi
pembelajaran yang lebih efektif di sekolah menengah. Oleh karena itu, hasil penelitian ini
bukan hanya relevan untuk praktisi pendidikan tetapi juga untuk pengambil kebijakan dan
peneliti yang tertarik dalam transformasi pendidikan menuju perkembangan siswa yang lebih
holistik dan adaptif.

B. Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. “Survei merupakan
metode riset dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen pengumpulan datanya.
Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap
mewakili populasi tertentu”. Pada umumnya yang merupakan unit analisa dalam
penelitian survey adalah individu. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksut
deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap
fenomena sosial tertentu.

Anda mungkin juga menyukai