Anda di halaman 1dari 129

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJADI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR ADNAAN WD
PAYAKUMBUH TAHUN 2021

OLEH

EZA UMAYAH
181000213461005

PROGRAM STUDI D-III ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
BUKITTINGGI TAHUN 2021
Halaman Persembahan

Dengan rasa syukur yang mendalam atas terselesaikannya Karya


Tulis Ilmiah ini penulis ingin menyampaikansekata dua kata kalimat
sebagai bentuk terimakasih penulis kepada:

Alllah SWT, dengan segala puji baginya tuhan semesta alam karna
berkat ridho dan karunianya penulis dapat menyelesaikan KTI ini
dengan tepat waktu, atas nikmat kesempatan dan juga kemudahannya lah
KTI ini dapat terselesaikan dengan semestinya, tidak ada kalimat paling
tepat untuk penulis ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT.

Teristimewa karya ini saya persembahkan kepada kedua pahlawan


saya ayah dan ibu tercinta, terimakasih telah menjadi orang tua yang
hebat orang tua yang selalu memberikan yang terbaik untuk anak-
anaknya , terimakasih atas semangat beserta do’a nya yang tidak pernah
lepas dan rasa cinta yang tak pernah usai, terimakasih sudah menjadi
alasan saya untuk tetap kuat dalam menjalani setiap keraguan dan
kesulitan yang saya hadapi dalam menyelesaikan semua ini, wahai dua
jiwa yang terus menjadi kebanggaan ku hanya satu pinta ku tetaplah ada
di dunia ini dengan keadaan sehat beserta rasa syukur didalam hati,
sejauh apapun jarak terbentang diantara kita tetapi kalian tetap ada dalam
relung hati.

Teruntuk diri sendiri terimakasih sudah melakukan hal hebat


selamatsayaucapkankarenatelah menaklukan tugas ini. Maka hari ini aku
katakan pada diri ku sendiri untuk dua hal,Pertama terimaksih sudah kuat
melewati banyak kecewa sampai hari ini, terimakasih untuk terus
berjalan walau sering ku paksa untuk berhenti, terimakasih sudah mau
berperan bersama dalam drama tanpa jeda.
Kedua maaf karna sering membuat lelah dengan segala kecewa, maaf
karna mungkin hari kemarin tidak berjalan sebagaimana mestinya, saya
ii

hanya ingin kamu tau tidak apa-apa bumi hanya ingin membuatmu lebih
kuat.

Terkhusus untuk saudara, kerabat, sahabat serta teman dekat yang


terus memberi dukungan serta semangat dan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ini salam sayang untuk kalian semua
yang sudah ikut serta dalam perjalanan panjang menuju titik akhir ini,
do’a terbaik untuk orang-orang baik semoga kalian semua diberi
kemudahan setiap langkah kaki berjalan serta keridhoan dari Allah SWT.

-EzaUmayah-
i

KATA PEGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat,

hidayah dan karunia serta ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah

yang berjudul “Gambaran Pelaksanaan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di

Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Adnaan Wd Payakumbuh Tahun 2021” ini dapat

selesai sesuai dengan yang diharapkan.

Penyusunan karya ilmiah ini di ajukan sebagai syarat menyelesaian pendidikan

gelar studi Diploma III program studi Administrasi Rumah Sakit fakultas Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Dengan itu, penulis ucapkan

terimakasih kepada Bapak/ibu:

1. Bapak Dr. Riki Saputra, MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Sumatera Barat.

2. Bapak dr. Efriza Naldi, Sp. OG selaku Direktur RSUD Dr Adnaan WD

Payakumbuh yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian pada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan baik.

3. Ibu Yuliza Anggraini, S.ST,M.Keb. Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Sumatera Barat dan selaku pembimbing 1 yang penuh

kesabaran ketekunan memberi dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan

serta saran dalam pembuatan karya tulis ilmiah dari awal sampai akhir.
ii

4. Ibu Dr. Erpidawati,SE.,M.Pd. Sebagai Ketua Program Studi D3 Administrasi

Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah SumateraBarat

dan juga selaku pembimbing II yang banyak membantu dan memberikan

masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Silvia Adi Putri, SKM., M. Kes dan Ibu Sylvi Nezi Azwita, s,Kep.,MM.

Sebagai dosen Program Studi D3 Administrasi Rumah Sakit Fakultas

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dan juga selaku

penguji 1 dan 2 yang telah banyak memberi saran dan masukan, serta telah

membimbing saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat berguna bagi terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah

ini.

7. Teristimewa terimakasih kepada kedua orang tua, Ayahanda dan Ibunda

tercinta yang sudah memberi dukungan dan mendo’a kan saya sehingga saya

memiliki semangat yang tinggi untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Terkhusus terimakasih untuk teman-teman terdekat, saudara dan semua pihak

yang membantu dan memberi motivasi kepada saya sehingga karya tulis

ilmiah saya dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Semoga segala bentuk bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan

dari Allah SWT. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan
iii

memberikan tambahan pengetahuan, ilmu dan wawasan yang semakin luas bagi

pembaca

Bukittinggi, September 2021

Penulis
iv

Program Studi D-III Administrasi Rumah SakitFakultas


Kesehatan UM Sumatra Barat
Karya Tulis Ilmiah
Juni, 2021

ABSTRAK

EZA UMAYAH

Gambaran Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Instalasi Rawat


Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2021

Kesehatan dan keselamatan kerjaadalah upaya untukmemberikan jaminan


keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan
kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran pelaksanaan program k3 di instalasi rawat inap ruang melati
dan anggrek RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh.
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik analisis data
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini
menggunakan teknikkuesioner.
Hasil penelitian menunjukan bahwa a.)pelaksanaan penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja sudah dilaksanakan b.) pelaksanaan pelatihan dan pendidikan
kesehatan dan keselamatan kerja sudah dilakukan oleh perawat di instalasi rawat inap
walaupun beberapa yg belum melaksanakan pelatihan c.)pelaksanaan program
kesehatan dan keselamatan kerja sudah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang
sudah ditetapkan.
Kesimpulannya bahwa dalam menerapkan pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja di RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh sudah melaksanakan
penyuluhan, pelatihan dan pelaksanaan program K3 dengan baik dan sesuai pada
kebijakan yang ada waluapun masih ada beberapa perawat yang belum melaksanakan
penyuluhan, pelatihan dan pelaksanaan program K3 di rumah sakit.

Kata Kunci : Pelaksanaan Kesehatan, Keselamatan Kerja


v

D-III Study Program Hospital Administration,


Faculty of Health, UM, West Sumatra
Scientific Paper
June, 2021

ABSTRACT

EZA UMAYAH

Overview of Occupational Health and Safety at the Inpatient Installation of


RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh 2021
Occupational health and safety is an effort to provide safety guarantees and
improve the health status of workers by preventing accidents and occupational
diseases, controlling hazards in the workplace, health promotion, treatment and
rehabilitation. The general purpose of this study was to describe the implementation
of the OSH program in the inpatient installation of the jasmine and orchid room at Dr
Adnaan WD Payakumbuh Hospital.
The data analysis technique in this research is using quantitative data analysis
techniques with a descriptive approach. Data collection techniques from this study
used a questionnaire technique.
The results show that a.) the implementation of occupational health and safety
counseling has been carried out b.) the implementation of occupational health and
safety training and education has been carried out by nurses in inpatient installations,
although some have not carried out training c.) the implementation of occupational
health and safety programs has implemented in accordance with established policies.
The conclusion is that in implementing the implementation of occupational health
and safety at Dr Adnaan WD Payakumbuh Hospital, they have carried out
counseling, training and implementation of K3 programs properly and in accordance
with existing policies even though there are still some nurses who have not carried
out counseling, training and implementation of K3 programs in hospitals.

Keywords: Implementation of Occupational Health and Safety


DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
ABSTRAK................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 6
C. Batasan Masalah.............................................................................. 6
D. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Rumah Sakit .................................................................................... 9
B. Ruang Rawat Inap ......................................................................... 11
C. Karakteristik Responden................................................................ 14
D. Potensi Bahaya di Rumah Saki ...................................................... 16
E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) ........... 17
F. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3) ...................... 25
G. Standar Pelayanan K3RS ............................................................... 28
H. Kerangka Teori ............................................................................. 39
I. Definisi Operasional ..................................................................... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian .............................................................................. 42
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................ 42
C. Populasi Dan Sampel..................................................................... 42
D. Sumber Data.................................................................................. 43
E. Metode Pengumpulan Data............................................................ 43
F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 44

vi
vii

G. Analisis Data ................................................................................. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................... 45
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 77
C. Pembahasan .................................................................................. 80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Kesimpulan ................................................................................... 89
B. Saran ............................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 92

LAMPIRAN ............................................................................................ 95
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasinal .................................................................... 40

Tabel 4.1 Prasarana RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh ........................ 76

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ........................... 77

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penyuluhan K3 .......................................... 78

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pelatihan K3.............................................. 79

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pelaksanan Program K3 ............................ 79

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 39

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ............................................................... 49

ix
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di industri jasa

dan mempunyai karakter seperti padat karya, padat pakar, padat modal, padat

teknologi, memiliki akses lebih terbuka bagi yang bukan pekerja rumah sakit

seperti pasien, pengantar pasien dan pengunjung pasien, dan memiliki kegiatan

yang terus menerus setiap hari dengan berbagai potensi bahaya yang terdapat di

rumah sakit (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Beberapa macam potensi bahaya di rumah sakit dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, yaitu faktor kimia, biologi, fisik, psikososial, mekanikal,

elektrikal, ergonomi, dan limbah (PMK RI Nomor 66 Tahun 2016).

Potensi bahaya di rumah sakit tersebut dapat mengakibatkan ledakan,

kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan bahan kimia berbahaya,

penularan penyakit dari radiasi dan sebagainya. Resiko kecelakaan kerja di rumah

sakit lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja pada umumnya (PMK RI

Nomor 66 Tahun 2016).

Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ditetapkan untuk

mencegah atau mengurangi resiko kecelakaan akibat kerja. Agar terciptanya

jaminan kesehatan kerja untuk itu diperlukan pelayanan strategis yang prefesional

dan prosedur kerja yang tetap, bukan hanya tergantung pada peraturan yang

1
2

memberikan finansial serta yang mengayomi nya, banyak faktor yang harus ikut

terlibat seperti pelaksanaan organisasi. Suatu organisasi

yang berhasil bisa diukur dengan melihat sejauh mana organisasi tersebut dapat

mencapai tujuannya. Pelaksanaan K3 di Rumah Sakit bisa dinilai dari

keefektivitasan organisasi K3 tersebut (Kun Dwi Apriliawati, 2017).

Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO) pada tahun

2012, 1 (satu) pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja

dan 153 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Sedangkan di Indonesia, hasil

survei ILO menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat dua terendah

di dunia dalam penerapan K3, yaitu menempati urutan ke 152 dari 153

negara.

ILO juga mencatat bahwa setiap tahunnya di Indonesia terjadi 99.000

kecelakaan dengan 70% di antaranya menyebabkan kematian dan cacat seumur

hidup. Kecelakaan kerja Indonesia telah membuat Negara Indonesia merugi

hingga 280 triliunrupiah.

Pelaksanaan Kesehatandan Keselamatan Kerja (K3) adalah salahsatu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas

daripencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaankerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Dian, 2018).

Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ditetapkan untuk

mencegah atau mengurangi resiko kecelakaan akibat kerja. Agar terciptanya


3

jaminan kesehatan kerja untuk itu diperlukan pelayanan strategis yang prefesional

dan prosedur kerja yang tetap, bukan hanya tergantung pada peraturan yang

memberikan finansial serta yang mengayomi nya, banyakfaktor yang harus ikut

terlibat seperti pelaksanaan organisasi. Suatu organisasi yang berhasil bisa diukur

dengan melihat sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.

Pelaksanaan K3 di Rumah Sakit bisa dinilai dari keefektivitasan organisasi K3

tersebut (Kun Dwi Apriliawati, 2017).

Namun rendahnya kesadaran akan pentingnya K3 Rumah Sakit di

Indonesia dapat dilihat dari tingginya angka Kecelakaan Kerja dan Penyakit

Akibat Kerja yang ada di rumah sakit. Penelitian dr. Joseph tahun 2005-2007

mencatat bahwa angka Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) karena tertusuk jarum

suntik mencapai 38-73 % dari total petugas kesehatan.

Pada hasil penelitian Riska Nazirah dan Yuswardi, 2020. Di dapat pada tahun

2015 di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh telah terjadi 19

kasus kecelakaan kerja. Rincian kasus yang didapat dimana 18 kasus terjadi pada

perawat yaitu 13 orang perawat tertusuk jarum, 2 orang terpapar cairan tubuh, 1

orang terpapar cairan B3 (obat kemoterapi), dan dua orang terpeleset sedangkan 1

kasus lainnya terjadi pada petugas pemeliharaan sarana yang terluka akibat

terlepasnya tutup tabung oksigen. Ketua Komite kesehatan dan keselamatan kerja

rumah sakit k3rs juga meyakini bahwa masih banyak kasus-kasus kecelakaan

kerja lainnya yang tidak dilaporkan kepada pihak rumah sakit. Pihak rumah sakit

sudah mulai menerapkan standar kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit
4

K3RS Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1087 tahun 2010 namun pelaksanaannya belum begitu optimal.

Pada hasil penelitian Ezra Zimri, 2020.Menyatakan bahwa hasil wawancara

dengan responden. Responden yang mempunyai tindakan yang baik terhadap

penerapan K3 rumah sakit, sebanyak 56,7% hasil pengamatan di lapangan yaitu

pada saat bekerja responden menggunakan APD seperti handskun, masker dan

penutup kepala bagi setiap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan di

dalam ruangan, dan responden sebagai petugas kebersihan menggunakan sarung

tangan, topi sebagai penutup kepala, sarung tangan dan masker, hal itu digunakan

untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di lingkungan rumah sakit. (Najla

Asyah Syafawani Lubis, 2020).

Kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Sumatera Barat berdasarkan data BPJS

Ketenagakerjaan tahun 2016 tercatat sebanyak 1.285 kasus kecelakaan kerja

dengan pekerja meninggal sebanyak 175 orang.Sedangkan kasus kecelakaan

kerja pada petugas Rumah Sakit di Sumatera Barat dari hasil penelitian

Hatta dan Zukri tahun 2002 menyatakan bahwa frekuensi kecelakaan kerja pada

petugas penanganan sampah medis di Rumah Sakit yang ada di Sumatera Barat

lebih banyak terjadi pada petugas yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

(91,3%) dari pada yang menggunakan Alat Pelindung Diri (8,7%). Banyaknya

pekerja yang tidak menggunakan APD menunjukkan Rumah Sakit yang

tidak menerapkan K3 dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ristiono dan Azkha (2009), tentangRegulasi dan Penerapan


5

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit di Sumatera Barat,

menunjukkan bahwa Keselamatandan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit saatini

belum dilaksanakan secara optimal di Provinsi Sumatera Barat.

Namun pada kenyataannya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah

Sakitsampai saat ini belum menjadi prioritas penting bagi Rumah Sakit. Rumah

Sakitmasih lebih mementingkan kelangsungan usaha, keuntungan,

pemenuhan kebutuhan logistik, sumber daya manusia dan pengembangan jenis

pelayanan baru. (Dian, 2018)

RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh merupakan salah satu rumah sakit

daerah yang masih tergolong tipe C. Ini berarti masih mengalami

kekurangan baik dari segi kualitas dan mutu pelayanan yang diberikan.

Rumah sakit ini terletak di salah satu kota yaitu kota Payakumbuh yang berada di

provinsi Sumatra Barat.

Menurut penelitian dari jurnal Cici Apriliani human care 2019, pelaksanaan

K3 di RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh belum berjalan dengan baik, namun

rumah sakit sudah berupaya untukmelakukan pelaksanaan sistem manajemen

keselamatan kesehatan kerja sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang

berlaku.

Oleh karena itu Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di

Rumah Sakit sangat penting dilakukan pelaksanaan yang baik dapat menjamin

kesehatan dan keselamatan perawat. Pada tahun 2009 penelitian mengungkapkan

bahwa rumah sakit perlu meminalisir beban kerja pada perawat yaitu dengan cara
6

melakukan program pertukaran shift kerja pada setiap perawat (Ruli Rahmawati,

2017).

Rumah sakit menjadi salah satu tempat yang wajib menerapkan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).Kesehatan dan keselamatan

kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan

derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja

(KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) melalui upaya pengendalian bahaya

ditempat kerja,mempromosikan kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (Ruli

Rahmawati2017).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik

ingin melakukan penelitian bagaimana gambaran pelaksanaan k3 di instalasi

rawat inap RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh.

B. Identifikasi Masalah

Jadi dari latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalahnya adalah

sebagai berikut.

a Rumah Sakit dan perawat berpotensi terjadinya kecelakaan kerja

b Banyaknya kasus kecelakaan kerja di instalasi rawat inap

c Pelaksanaan K3 yang kurang baik di rumah sakit

C. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan permasalahan dalam ruang lingkup permasalahan

pembahasan, maka diperlukan pembatasan masalah, penelitian ini dilakukan


7

hanya pada gambaran pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi

rawat inap di Rumah Sakit.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana gambaran pelaksanaan kesehatan keselamat kerja diinstalasi

rawat inap ruangan Melati dan Anggrek RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pelaksanaan program K3 di instalasi rawat inap ruang Melati dan Anggrek

RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui karakteristik responden di instalasi rawat inap ruangan melati

dan anggrek RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh.

b. Diketahui gambaran penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja di

instalasi rawat inap ruang melati dan anggrek RSUD Dr Adnaan WD

Payakumbuh.

c. Diketahui gambaran pelatihan dan pendidikan di instalasi rawat inap ruang

melati dan anggrek RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh.

d. Diketahui gambaran pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan

kerja di instalasi rawat inap ruang melati dan anggrek RSUD Dr Adnaan

WD Payakumbuh.
8

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Karyawan

Penelitian dapat dapat dijadikan sebagai bahan menambah

pengetahuan perawat dalam pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3RS). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perawat mengenai komponen apa saja yang mungkin dapat mempengaruhi

kepatuhan perawat dalam penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3RS).

2. Bagi Rumah sakit

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran bagi

pihak manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tentang

pelaksanaan program–program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

3. Bagi Program Studi Administrasi Rumah Sakit

Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

tentang implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah

Sakit dengan menggunakan metode PDCAbaik bagi mahasiswa jurusan

Administrasi Rumah Sakit maupun mahasiswa dari jurusan lain yangtertarik

dengan topik ini.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk

penelitian selanjutnya dengan variabel yang belum diteliti.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66

Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Pasal 1

bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan

kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan

tenaga kesehatan dan penelitian (Salikunna, 2011).

Menurut Silviasari yang dikutip oleh Ibrahim, dkk (2017), rumah sakit

merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan,

tempat berkumpulnya orang sehat dan sakit sehingga risiko kemungkinan

terjadinya gangguan kesehatan dan penularan penyakit sangat tinggi.

Rumah sakit (RS) sebagai salah satu sub-sistem pelayanan kesehatan

menyelenggarakan dua jenis pelayanan, yaitu pelayanan kesehatan dan

pelayanan administrasi.Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medik,

penunjang medik, rehabilitasi medik, dan layanan keperawatan. Keempat jenis

pelayanan tersebut dilaksanakan di UnitPelayanan Teknis (UPT), seperti Unit

9
10

Gawat Darurat, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit Transfusi Darah,

Unit Farmasi, dan sebagainya. Pelayanan administrasi mencakup semua jenis

pelayanan yangbersifat administratif, termasuk administrasi keuangan yang

fungsi utamanya adalah membantu kelancaran pelaksanan pelayanan

kesehatan (Muninjaya, 2012).

2. Tujuan Rumah Sakit

Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

b. Memberikan perlindungan terhadap lingkungan rumah sakit dan

keselamatan sumber daya manusia di rumah sakit.

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya

manusia rumah sakit dan rumah sakit (UU RI No. 44, 2009).

3. Fungsi Rumah Sakit

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan

sesuai dengan standart pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.


11

d. Penyelenggaraan peneltian dan pengembangan serta penapisan

teknologibidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan (UU RI No. 44, 2009).

B. Ruang Rawat Inap

Rawat inap adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kedokteran intensif

(hospitalization) yang diselenggarakan oleh rumah sakit, baik rumah sakit umum

maupun rumah sakit bersalin”. Menurut Azwar (1996:73) Rawat inap (opname)

adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan

profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di

rumah sakit. Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat dan pasien

tersebut harus mandapatkan perawatan intensif oleh dokter dan tenaga kesehatan

lain yang merawatnya (Aep Nurul Hidayah, 2016).

Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi,

diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medis dengan menginap di ruang

rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah atau swasta, serta

puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya

penderita harus menginap. (Sjafii, 2004:9).

Kementerian Kesehatan RI (2012) mendefinisikan ruang rawatinap yaitu

ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan

pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam.Untuk setiap rumah


12

sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai

dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit

kepada pasiennya. Persyaratan khususnya yaitu :

1. Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :

a. Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP)

b. Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas 1)

c. Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas 2)

d. Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3).

2. Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (Ruang Isolasi), seperti:

a. Pasien yang menderita penyakit menular

b. Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit

tumor, gangren, diabetes, dan sebagainya)

c. Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan)

Keseluruhan ruangan ini harus terlihat jelas dalam kebutuhan jumlah dan

jenis pasien yang akan dirawat. Keselamatan bangunan ruang rawat inap

rumah sakitsesuai SNI 03–7011–2004 tentang Keselamatan pada bangunan

fasilitas kesehatan dengan memperhatikan struktur bangunan, sistem proteksi

petir, sistem proteksi kebakaran dan sumber kelistrikan serta sistem gas medik

dan vakum medik untuk mencegah terjadinya hal-hal buruk salah satunya

kecelakaan kerja.
13

3. Perawat Menurut Undang-undang No. 38 tahun 2014 definisi perawat atau

tenaga keperawatan seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi

keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh

pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

melaksanakan pelayanan keperawatan dalam bentuk pelayanan profesional

yang merupakan bagian integral daripelayanan kesehatan yang didasarkan

pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,keluarga,

kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Praktik keperawatan

dilaksanakan padafasilitas pelayanan kesehatan dan tempat lainnya sesuai

dengan klien sasarannya terdiri atas:

a. Praktik keperawatan mandiri

b. Praktik keperawatan di kasilitas pelayanan kesehatan.

Praktik keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh

perawat dalam bentuk asuhan keperawatan yaitu rangkaian interaksi perawat

dengan klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan

kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya. Pelayanan

keperawatan yang dilakukan wajib sesuai dengan kode etik, standar pelayanan

keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan (Permenkes RI,2010).


14

C. Karakteristik Responden

Kinerja perawat dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu dari perawat itu

sendiri. Setiap orang mempunyai karakteristik masing-masing sehingga terdapat

perbedaan yang mendasar seorang dengan yang lain. Robbins (2008), menyatakan

bahwa karakteristik individu seperti umur, masa kerja, dan statuspernikahan dapat

mempengaruhi kinerja individu.Hasil penelitian Hanan, A.A (2009), didapatkan

faktor jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan dan lama kerja

memiliki hubungan dengan motivasi kinerja perawat. Penelitian Kanestren, D.R

(2009), menyatakan bahwa variabel karakteristik individu (umur, lama kerja dan

tingkat pendidikan) memiliki hubungan bermakna dengan kinerja perawat.

1. Usia

Usia adalah salah satu bentuk dari humanapital(YiǦChing Chen dkk.,

2012).Dimana, usia menjadi salah satu faktor yang memberikan pengaruh

baik terhadap kinerjadan juga komitmen organisasional seorang karyawan

dalam organisasi. Dalam penelitianMeyer dan Allen mengenai komitmen

organisasi sebelumnya dikatakan bahwa pekerja lebih berkomitmen karena

mereka lebih merasa mengalami kepuasan yang lebihtinggi di tingkat usia

yang lebih tua.

2. Jenis kelamin

Peran dan hubungan gender berkembang dari interaksi yang terjadi

antaraberbagai kendala biologis, teknologi ,ekonomis, dan kendala-kendala


15

sosial lainnya(World Bank, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Angle dan Perrydan Opayemi (2004) menemukan bahwa wanita lebih

berkomitmen terhadap organisasi jika dibandingkan dengan pria(Poopola,

2009).

3. Pendidikan

Pendidikan juga merupakan salah satu hal yang mempengaruhi attitudinal

commitment dalam hal ini di artikan sebagai komitmen yang menggambarkan

dari segi dimensi afektif (Yi-Ching Chen, 2012). Dengan semakin baiknya

pengetahuan dan pengalaman intelek yang di dapati oleh seorang karyawan

atapun manusia akan membuat tugas dapat dengan mudah di kerjakan dan

mampu menghasilkan output yang terbaik

4. Masa Kerja

Masa kerja diartikan sebagai total waktu seorang pekerja dipekerjakan

oleh organisasi Aryee dkk dalam English dkk (2010) mendefinisikan tahapan

karir dalam masa kerja dibagi menjadi : masa percobaan (kurang dari dua

tahun masa kerja), masa stabilisasi (dua hingga sepuluh tahunmasakerja)dan

masa pemeliharaan ataumaintenance(lebih dari sepuluh tahun).Terdapat

beberapa hal yang mampu mempengaruhi komitmen organisasi yang di dapati

oleh seorang karyawan, yakni elemen personalberkaitan human capital,

hingga aktivitas yang berkaitan dengan komitmen itu sendiri.Salah satu dari

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tersebut adalah lama kerja atau
16

masa kerjakaryawan. (dalam Simson Hutagalung*, Mirwan Surya Perdhana

2016).

D. Potensi Bahaya di Rumah Sakit

1. Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan

hubungan kerja di perusahaan semenjak tenaga kerja meninggalkan rumah

menuju tempat kerja, selama jam kerja dan jam istirahat dan sekembalinya

dari tempat kerja menuju rumah melalui jalan yang biasa dilalui.Kecelakaan

kerja tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya.Oleh karena itu

kecelakaan dapat dicegah, asal kita cukup kemauan untuk mencegahnya.Oleh

karena itu pula sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar

untuk selanjutnya dengan usaha-usaha koreksi yang ditujukan kepada sebab

itu kecelakaan dapat dicegah dan tidak terulang kemabali. Untuk analisis

sebab-sebab kecelakaan akibat kerja hanya ada dua golongan

penyebab.Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang

meliputi segala sesuatu selain manusia.Golongan kedua adalah manusia itu

sendiri yang merupakan sebab kecelakaan. Cara pemeriksaan kesehatan

sangat penting untuk mengetahui sebabnya.Pemeriksaan kecelakaan harus

selalu dilakukan di tempat terjadinya kecelakaan kerja supaya mudah jika

pemeriksaan dilakukan pada keadaan yang belum berubah seperti ketika

kecelakaan terjadi.Maka dari itu setelah terjadinya kecelakaan tempat tersebut

tidak diganggu dan dibiarkan sedemikian, kecuali bila pengamanan terhadap


17

terjadinya kecelakaan atau kerusakan lebih lanjut.Adapun korban harus segera

mendapat pertolongan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya (Suma’mur, 1996)

2. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja atau yang lebih di kenal sebagai man made

diseases, dapat timbul setelah seorang karyawan yang tadinya terbukti

sehatmemulai pekerjaannya. (Bennett Silalahi dan Rumondang Silalahi,

1995).Dalam suatu tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor bahaya yang

dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja serta

kecelakaan akibat kerja. Menurut Suma’mur (1996) faktor penyebab penyakit

akibat kerja digolongkanmenjadi 5 faktor yaitu:

a. Faktor fisik: suara, radiasi, penerangan, getaran, suhu, dan tekanan yang

tinggi.

b. Faktor kimia: debu, uap, gas, larutan, awan dan kabut.

c. Faktor Biologis: TBC, Hepatitis A/B, Aids.

d. Faktor Fisiologis: sikap badan kurang baik, kesalahan konstruksi mesin,

salahcara melakukan pekerjaan.

e. Faktor mental psikologis: hubungan kerja yang kurang baik.

E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)

1. Definisi kesehatan dan keselamatan kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

bahwa keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi


18

terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap

manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat

bekerja, dan lingkungan kerja secara langsung dan tidak langsung.Menurut

Swarjana (2017), keselamatan kerja adalah identifikasi risiko di tempat kerja

dan pengukuran terhadap pencegahan yang diambil untuk menurunkan atau

mengeliminasi hazards yang mungkin menyebabkan kecelakaan. Menurut

Adnani (2011), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan

alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya

serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Definisi kesehatan kerja menurut WHO (World Health Organization)

dikutip oleh Swarjana (2017) adalah aktivitas multidisiplin yang ditujukan

pada:

a Proteksi dan promosi kesehatan pekerja melalui pencegahan dan

pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja

denganmengeliminasi faktor-faktor pekerjaan dan kondisi hazards

terhadap kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.

b Pengembangan dan promosi sehat dan keamanan kerja, lingkungan kerja,

dan organisasi kerja.

c Peningkatan kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja, dan dukungan

pengembangan dan pemeliharaan kapasitas pekerjaan mereka, juga

pengembangan profesional dan sosial di tempat kerja.


19

d Memungkinkan para pekerja secara sosial dan ekonomi hidup produktif

dan untuk berkontribusi secara positif pengembangan yang berkelanjutan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66

Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit bahwa

kesehatan kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan

penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,

perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,

penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang

mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan

jabatannya. Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat

atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan

masyarakat lingkungannya (Adnani, 2011).

Keselamatan dan kesehatan kerja atau Occupational Safety and Health

(OSH) adalah sebuah isu multidisiplin yang dikonsentrasikan dengan proteksi

untuk keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan orang-orang di tempat kerja

(Swarjana, 2017). Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya

untukmemberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan

pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

(PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan

dan rehabilitasi (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1087/MENKES/SK/VIII/2010). Definisi keselamatan dan kesehatan kerja


20

(K3) menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun

2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan

dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan

penyakit akibatkerja.Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja adalah

salah satu bentuk upaya menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas

dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Adnani,2011).

Definisi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit adalah segala

kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi

sumber daya mausia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,

maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja di rumah sakit. Berdasarkan Keputusan

MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010,

keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit adalah upaya terpadu seluruh

pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit untuk

menciptakan lingkungan kerja, tempatkerja Rumah Sakit yang sehat, aman

dan nyaman baik bagi pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar

orang sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit.

Menurut Adnani (2011), pengertian keselamatan dan kesehatan kerja di rumah


21

sakit adalah suatu upaya untuk memberikan jaminan kesehatan dan

meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan

kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,

promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.

2. Tujuan dan manfaat K3RS

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit adalah untuk

terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit secara

optimal, efektif, efisien, dan berkesinambungan (PMK RI Nomor 66 Tahun

2016).

Menurut Adnani (2011), tujuan keselamatan kerja adalah melindungi

tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional,

menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja, serta

memelihara produktivitas dan mempergunakannya secara aman dan efisien.

1) Tujuan kesehatan kerja adalah (Adnani, 2011) :

a Untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik

fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat

lingkungan perusahaan.

b Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-

kecelakaan akibat kerja.

c Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

d Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.


22

e Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta

kenikmatan kerja.

f Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar

dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan

tersebut.

g Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin

ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.

h Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

2) Tujuan keselamatan kerja (Swarjana, 2017):

a Mencegah kerusakan kesehatan dan mencegah terbuangnya sumber

daya manusia dan sumber daya lainnya.

b Meningkatkan moral pekerja.

c Mencegah inefisiensi di tempat kerja yang disebabkan oleh efek dari

kecelakaan.

d Mencegah bahaya sosial disebabkan oleh kecelakaan.

e Meningkatkan pencegahan terhadap kecelakaan.

3) Tujuan khusus K3RS adalah:

a Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS.

b Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen,

pelaksana dan pendukung program.

c Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.

d Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.


23

e Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh.

f Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit.

4) Tujuan K3 dalam Keperawatan

Berdasarkan Permenkes nomor 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan

KesehatanKerja Rumah Sakit, didapatkan beberapa tujuan K3 yang

disimpulkan antara lainsebagai berikut:

a Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit bertujuan untuk

mencegah terjadinyakecelakaan kerja.

b Manajemen risiko K3RS bertujuan untuk meminimalkan risiko

keselamatan dankesehatan di Rumah Sakit sehingga tidak

menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan kesehatan SDM

Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung.

c Pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya keselamatan dan

Kesehatan Kerjadi Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan

berkesinambungan.

d Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek

keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit bertujuan untuk

melindungi sumber daya manusia rumah sakit termasuk perawat,

pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah

Sakit dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).


24

e Pencegahan dan pengendalian kebakaran bertujuan untuk memastikan

SDM RumahSakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, dan aset

Rumah Sakit aman daribahaya api, asap, dan bahaya lain.

f Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan

Kesehatan Kerjabertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang

aman dengan memastikandalan sistem utilitas dan meminimalisasi

risiko yang mungkin terjadi.

g Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan

Kerja RumahSakit bertujuan untuk melindungi SDM Rumah Sakit,

pasien, pendamping pasien,pengunjung, maupun lingkungan Rumah

Sakit dari potensi bahaya peralatan medisbaik saat digunakan maupun

saat tidak digunakan.

h Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana bertujuan

untuk meminimalkan dampak terjadinya kejadian akibat kondisi

darurat dan bencana yangdapat menimbulkan kerugian fisik, material,

dan jiwa, mengganggu operasional, sertamenyebabkan kerusakan

lingkungan, atau mengancam finansial dan citra RumahSakit.

i Unit Pelayanan Kesehatan Kerja Rumah Sakit bertujuan untuk

menurunkan kejadiandan prevalensi penyakit pada SDM Rumah Sakit

dari penyakit menular, penyakittidak menular, penyakit akibat kerja,

dan kecelakaan akibat kerja.


25

5) Manfaat K3 dalam Keperawatan

a Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Penyakit akibat kerja adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh pekerjaan yang dilakukan setiap hari atau suatu penyakit yang

memiliki asosiasi hubungan cukup kuat dengan lingkungan kerja.

Penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh pekerjaan, alatkerja,

bahan, proses maupun lingkungan kerja.Dengan adanya penerapan K3

di rumah sakit, tenaga kerja termasuk perawat dapat terlindungi dari

bahaya penyakit akibat kerja.

b Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)

Dampak cedera akibat kerja perawat terbesar adalah sprain dan

strain, Bergesernyacakram intervertebralis, tertularnya penyakit

HIV/AIDS, Hepatitis B atau C, infeksipatogen, fraktur, dan cedera

kepala (Bell, J. Collins, James. Dalsey, Elizabeth. Sublet,2010). Untuk

mencegah terjadinya hal-hal tersebut maka dilakukanlah penerapan K3

yang diharapkan dapan meminimalisir bahkan mengatasi kecelakaan

ataupun cederapada tenaga kerja termasuk perawat. (Shofi Auliya Sari

Nasution)

F. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan di Rumah Sakit

1. Kebijakan pelaksanaan K3 Rumah Sakit (Depkes RI, 2009)

Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang padat karya,pakar,modaldan

teknologi, namun keberadaan Rumah Sakit juga memiliki dampak negatif


26

terhadap timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat kerja,bila Rumah Sakit

tersebut tidak melaksanakan prosedur K3 Oleh sebab itu perlu dilaksanakan

kebijakan sebagai berikut:

a. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah Sakit;

b. Meyediakan organisasi kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit

(K3RS) sesuai dengan kepmenkes Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007

tentang pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit.

c. Melakukan sosialisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

(K3RS) pada seluruh jajaran Rumah Sakit

d. Membudayakan prilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah

Sakit (K3RS)

e. Meningkatkan SDM yang professional dalam bidang K3 di masing-

masing unit kerja di Rumah Sakit.

f. Meningkatkan Sistem informasi Kesehatan dan Keselamatam Kerja di

Rumah Sakit (K3RS).

2. Tujuan Kebijakan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah

Sakit (K3RS)

Menciptakan lingkungan kerja yang aman,sehat dan produktif untuk

pekerja,aman dan sehat bagi pasien,pengunjung,masyarakat dan lingkungan

sekitar Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.

3. Langkah dan strategi pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah

sakit (K3RS):
27

a. Aovokasi ke pimpinan Rumah Sakit, Sosialisasi dan membudayakan

K3RS

b. Menyusun kebijakan K3 rumah sakit yang di tetapkan oleh pimpinan

rumah sakit.

c. Membentuk organisasi kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit

(K3RS).

d. Perencanaan K3 sesuai standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah

sakit (K3RS) yang ditetapkan oleh Depkes.

e. Menyusun pedoman dan Standard OperationalProcedure (SOP)

kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS) diantaranya:

1) Pedoman praktis ergonomi di rumah sakit

2) Pedoman pelaksanaan pelayanan pelaksanaan pelayanan kesehatan

kerja

3) Pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan kerja

4) Pedoman pelaksanaan penanggulangan kebakaran

5) Pedoman pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit

6) Pedomaan pengolaan penyehatan lingkungan rumah sakit

7) Pedoman pengelolaan faktor risiko di rumah sakit

8) Pedoman kontrol terhadap penyakit infeksi

9) Pedoman kontrol terhadap bahan beracun dan berbahaya (B3)

10) Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit kerja

rumah sakit.
28

G. Standar Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan

program program K3RS yang bermanfaat baik bagi pekerja, pasien, pengunjung,

maupun bagi masyaratkat di lingkungan sekitar rumah sakit.

Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai

komponen yang ada di rumah sakit.Pelayanan K3 di rumah sakit sampai saat ini

dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak rumah sakit yang

belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(SMK3) ( Depkes RI, 2009).

Adapun standar pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit yaitu:

1. Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja

a. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah upaya

mempengaruhi pegawai atau pekerja agar menghentikan perilaku berisiko

tinggi dan menghentikannya dengan perilaku yang aman atau berisiko

rendah. Penyuluhan ialah salah suatu bentuk pencegahan kecelakaan

akibat kerja memilih yang memiliki arti yaitu penggunaan aneka cara

penyuluhan atau pendekatan untuk menimbulkan sikap selamat.

Sementara itu pelatihan dalam bertujuan untuk memberikan bekal kepada

pegawai untuk dapat menerapkan prinsip K3 di tempat kerja atau ruang

rawatan pasien di rumah sakit dan menghasilkan Asesor K3 bersertifikat

BNSP yang kompeten (Erwandi, 2018).


29

Penyuluhan merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang

sederhana.Selainitu, metode penyuluhan juga efektif dalam upaya

penyampaian informasi secara cepat kepada kelompok sasaran pendidikan

rendah.Penyuluhan K3 adalah bentuk usaha yang dilakukan untuk

mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku pekerja tentang K3

sehingga dapat melindungi pekerja, property dan lingkungan.Untuk

menunjang penyuluhan biasanya pemateri menggunakan alat lihat

semaksimal mungkin.

b. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan digolongkan menjadi tida golongan berdasarkan

jumlah sasaran yang dapat dicapai yaitu melalui metode berdasarkan

pendekatan perorangan.Penyuluhan berhubungan dengan baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan sasaran perorangan, kedua

metode berdasarkan pendekatan kelompok penyuluh berhubungan dengan

sekelompok orang untuk menyampaikan pesannya, dan yang terakhir

adalah metode berdasarkan pendekatan missal. Metode ini dapat

menjangkau sasaran yang lebih luas (missal).

c. Teknik Penyuluhan

Teknik komunikasi yang biasanya dilakukan pada umumnya ada tiga yaitu

teknik komunikasi informasi adalah proses penyampaian pesan yang

sifatnya “memberitahu” atau memberikan penjelasan kepada orang

lain.komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis,misalnya


30

melalui papan pengumum, pertemuan pertemuan kelompok juga media

massa, kedua yaitu teknik komunikasi persuasi, istilah “persuasi” atau

dalam bahasa Inggris “persuation” berasal dari kata latin persuasion, yang

secara harfiah berarti hal membujuk atau meyakinkan, dan yang ketiga

adalah teknik komunikasi coersive (koersif) adalah proses peyampaian

pesan dari seseorang kepada orang lain dengan cara yang mengandung

paksaan agar melakukan suatu tindakan atau kegiatan tertentu.

Teknik yang perlu dilakukan dalam penyuluhan K3 :

1) Informasi umum rumah sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait.

2) Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya.

3) SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri dan

kewajibannya.

4) Orientasi K3 di tempat kerja.

5) Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi penyuluhan

kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai dalam

rangka menciptakan budaya K3.

6) Sosialisasi dan penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja bagi

seluruh pekerja.

7) Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 rumah sakit kepada

petugas K3 Rumah Sakit.


31

2. Pelatihan dan Pendidikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pelatihan K3 adalah pelatihan yang diselenggarakan untuk membekali,

meningkatatkan dan mengembangkan kemampuan pekerja mengenai K3,

biasanya tentang prosedur pelaksanaan pekerjaan dan pengetahuan tentang

bahaya-bahaya yang ada disekitar mereka dan cara pencegahannya.

Pelatihan adalah suatu bagianpendidikkan yangmenyangkut proses belajar

agar memperoleh dan meningkatkan ketrampilan di luar system pendidikan

yang berlaku dalam waktu yang relative singkat. Banyaknya pelatihan yang di

ikuti perawat bisa menjadi pengaruhkuat dalam menentukan baik tidaknya

seseorang dalam pelaksanaan keselamatan pasien. (Nisfu, 2021).

Kesehatan dan keselamatan kerja dipengaruhi oleh usia dan pengetahuan,

sehingga perawat memerlukan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan

pengetahuannya mengenai kesehatan dan keselamatn kerja. Perawat harus

mampu menghindari kecelakaan kerja baik yang berdampak pada diri bagi

pasien atau dirinya sendiri.Perawat berperan penting dapat menghindari

kecelakaan yang terjadi pada pasien di karenakan perawatlah yang

mendampingi pasien selama 24 jam. Dengan mendapatkan pendidikan dan

pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS), maka

perawat akan mampu melakukan tindakan yang tepat yang sesuai dengan etik

keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan.Terdapat enam sasaran

keselamatan pasien di rumah sakit yaitu ketepatan identifikasi, peningkatan

komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai,


32

kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan

resiko infeksi terkait pelayanann kesehatan pengurangan resiko pasien jatuh

(Depkes, 2011).

Menurut Febriawan Ardi Nugroho ( 2014 ) Pelatihan memiliki manfaat

jangka panjang yangdapat membantu tenaga medisuntuk memiliki tanggung

jawab yang lebih besar di waktu yang akan datang. Meskipun perawat telah

mendapatkan pendidikan mengenai K3 dibangku pendidikan, namun dengan

mengadakan pelatihan maka ilmu perawat tentang K3 menjadi lebih luas dan

terperbaharui.Selain itu pelatihan juga berguna untuk mengembangkan

kemampuan intelektual dan kepribadianyang dimiliki olehperawat. (Nisfu,

2021).

Dengan adanya pendidikan dan pelatihan K3RS maka tinggat kecelakaan

kerja semakin sedikit. Semakin tinggi Pendidikan seorang maka tingkat

pengetahuan seseorang tersebut akan semakin tinggi dan mudah untuk

memerima informasi. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Wawan dan Dewi, 2010).

1) Pengetahuan K3 dan kecelakaan kerja

Terdapat hubungan negatif antara pengetahuan K3 dan kecelakaan kerja

perawat di unit berisiko, yang artinya semakin baik pengetahuan perawat

maka semakin rendah kejadian kecelakaan kerja.Terdapat 7 faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu Pendidikan, lingkungan


33

pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi. Menurut

English, perawat yang mempunyai pengetahuan tentang bahaya di tempat

kerja, mampu mengendalikan risiko berkaitan dengan kesehatan dan

keselamatan, sehingga tidak pernah mengalami kecelakaan kerja daripada

perawat yang tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang bahaya di

tempat kerja.

Meningkatkan pengetahuan perawat tentang K3 merupakan salah satu

cara efektif untuk mencegah kecelakaan kerja yaitu dengan baik dengan

memberikan pelatihan K3 dan pendidikan kepada perawat. Peningkatan

pendidikan diperlukan untuk mengubah tindakan pekerja dari tindakan

yang beresiko menjadi tindakan keselamatan, sehingga pekerja dapat

mematuhi peraturan keselamatan dalam rangka meningkatkan sikap yang

aman.

a Faktor predisposing (pencetus) (pengetahuan, sikap kepercayaan dan

nilai) pada perawat terhadap K3RS yaitu memiliki hubungan yang

sangat berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pada

perawat dalam penanganan pasien.

b Faktorreinforcing (Petugas yang menjadi contoh K3RS) pada perawat

terhadap K3RS hasil uji statistik nilai faktor reinforcing (petugas yang

menjadi contoh) ini tidakberpengaruh terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja pada perawat dalam penanganan pasien.


34

c Faktor enabling (Fasilitas keamanan dan keselamatan, hukum/aturan)

pada perawat terhadap K3RS. Faktor enabling berpengaruh terhadap

K3 pada perawat dalam penanganan pasien.

d Faktor core and care (hubungan interpersonal dan kepedulian)

berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pada perawat

dalam penanganan pasien.

Pelatihan K3 adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses

belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem

pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat,dan dengan

metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori,dalam hal ini

yang dimaksud adalah pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja untuk

K3RS yang berkaitan dengan safet sign, APAR, dan APD. Rumah sakit

juga perlu menyediakan anggaran untuk keperluanyang berkaitan dengan

K3RS.Kebijakan K3menjadi landasan utama yang diharapkanmampu

menggerakkan semua elemen didalam perusahaan sehingga

dapatterwujudnya program K3 dan programtersebut dapat dilaksanakan

dengan baik (Salsabila Zati Iwani).

2) Manfaat pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja

a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja.

b. Membantu pekerja melaksanakan pekerjaannya dengan aman tanpa

menimbulkan risiko bagi kesehatannya.

c. Mengurangi kecelakaan kerja.


35

d. Mengurangi absensi dan penggantian kerja.

e. Mengurangi biaya kompensasi akibat kecelakaan kerja dan PAK.

f. Mengurangi biaya pemeliharaan esin dan kerusakan alat kerja.

g. Mengingkatkan kepuasan kerja.

h. Meningkatkan produktifitas kerja.

i. Membangun komunikasi menjadi lebih baik.

j. Menciptakan kerjasama yang baik.

k. Mengembangkan budaya K3 yang positif dalam lingkungan kerja yang

aman dan sehat.

l. Melakukan identikasi faktor risiko seperti bahaya fisik, kimiawi,

biologis dan potensi bahaya lainnya.

3. Melaksanakan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Sesuai dengan peraturan yang berlaku program k3 di rumah sakit

bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan

produktiitas SDM rumah sakit, melindungi pasien, pengunjung atau pengantar

pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit.

1. Langkah dan Strategi Melaksanaan K3RS

Langkah dan strategi pelaksanaan K3RS adalah sebagai berikut:

a Advokasi ke pimpinan RumahSakit, sosialisasi dan pemberdayaan

K3RS.
36

b Menyusun kebijakan K3RS yang ditetapkan oleh pimpinan rumah

sakit.

c Membentuk organisasi K3RS

d Perencanaan K3 sesuai standar K3RS yang ditetapkan oleh

kementerian Kesehatan.

e Menyusun pedoman petunjuk teknis dan sop K3RS seperti yang telah

disebutkan dalam buku standar K3RS.

f Melaksanakan 12 program kesehatan dan keselamatan kerja di rumah

sakit yang tertera pada buku standar K3RS.

g Melakukan evaluasi pelaksanaan program K3RS.

h Melakukan internal audit program k3rs dengan menggunakan

instrumen penilaian sendiri (self assessment) akreditasi rumah sakit

yang berlaku.

i Mengikuti akreditasi rumah sakit. (Try Ayu Amanda Pasaribu, 2020).

Melaksanakan program k3 sesuai dengan peraturan yang berlaku

diantaranya:

a Pemeriksaan kesehatan petugas (perkarya, berkala dan khusus).

b Menyediakan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.

c Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat.

d Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan.

e Pengobatan pekerja yang menderita sakit.


37

f Menciptakan lingkungan kerja yang higenis secara teratur, melakukan

monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada.

g Melaksanakan biological monitoring.

h Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja.

2. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan k3

Natasia, Loekqijana, dan Kurniawati (2014)mengenai faktor yang

memepengaruhi kepatuhan pelaksanaan SOP asuhan keperawatan di ICU-

ICCU RSUD GambiranKota Kediri menyebutkan bahwa factor motivasi

dan persepsi dapat mempengaruhi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan yang sesuai dengan SOP. Perawat dengan persepsi

baikmemiliki kemungkinan lebih besar untukpatuh dibandingkan dengan

perawat denganpersepsi kurang. Selain persepsi, sikap juga

mempengaruhiperilaku perawat ditinjau dari segi factor internal

(Notoadmodjo, 2010).

Seorang perawat dalam melaksanakanmanajemen K3 harus

memiliki sikap yangsesuai dengan nilai-nilai kesehatan dimanaseluruh

nilai positif yang ada dalam dirinyamenjadi pendorong perilaku sehat

danmenjadi upaya dalam meningkatkankesehatan dan keselamatan selama

bekerjaSelain itu, Notoadmodjo (2010)menambahkan bahwaada berbagai

carayang dapat dilakukan untuk meningkatkanpersepsi, pengetahuan dan

sikap perawatdalam menjaga kesehatan dan keselamatanselama bekerja,

diantaranya denganmemberikan promosi kesehatan danpelatihan tentang


38

K3 sehingga hal inidiharapkan mampu merubah perilakuperawat menjadi

lebih baik. Selain faktor internal, faktor eksternal jugasangat

mempengaruhi perilaku perawatdalam penerapan manajemen K3 di

rumahsakit.Peneliti berasumsi bahwa ada banyakfaktor yang dapat

menentukan perubahanperilaku perawat dari segi faktor

eksternaldiantaranya pengalaman.Pengalamanperawat dapat dilihat dari

berbagai aspek.Salah satunya adalah masa kerja.Semakinlama masa kerja

perawat maka pengalamanyang dimiliki juga semakin meningkatsehingga

perilakunya dalam menjagakeselamatan dirinya juga menjadi lebih

baik.Selain itu pengalaman juga dapat diperolehdari berbagai sosialisasi

maupun pelatihantentang K3 yang dilakukan oleh pihakrumah sakit.


39

H. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Karakteristik
Responden

Pelaksanaan K3 Di
Inatalasi Rawat Inap RSUD
Dr Adnaan WD
Payakumbuh

1.Penyuluhan Kesehatan dan


Keselamatan kerja

2.Pelatihan dan pendidikan


Kesehatan dan Keselamatan
Kerja

3.Melaksanakan Program
Kesehatan dan Keselamatan
Kerja

Sumber: (Depkes RI, 2009)


40

I. Definisi Operasional

Tabel 2.1

N
Variabel Definisi Istilah Alat Ukur Cara Ukur Skla Ukur Hasil
Ukur
o

1
Karakteristik Umur : Usia adalah salah satu Kuesioner Wawancara Ordinal ≥30 Tahun:
Responden bentuk darihuman.Dimana, usia Puas
. menjadi salah satu faktor
yangmemberikan pengaruh baik <30 Tahun:
terhadap kinerjadan juga Tidak Puas
komitmen organisasional
seorangkaryawan dalam
organisasi.

Jenis kelamin : Peran dan Kuesioner Wawancara Nominal Laki-laki :1


hubungangenderberkembang dari
interaksi yang terjadi Perempuan
antaraberbagai kendala biologis, :2
teknologi ,ekonomis, dan
kendala-kendala sosial lainnya

Pendidikan :Dengan Kuesioner Wawancara Ordinal 1.D3


semakinbaiknya pengetahuan dan 2.S1
pengalamanintelek yang didapati
oleh seorang karyawan ataupun
manusia akan membuat tugas
dapat dengan mudah dikerjakan
dan mampu menghasilkan ouput
yang terbaik

Lama bekerja : Masa kerja Kuesioner Wawancara Ordinal ≥10 Tahun


diartikan sebagai total waktu
seorang pekerja dipekerjakan <10 Tahun
olehorganisasi

Penyuluhan Salah satu metode pendidikan Kuesioner Wawancara Ordinal Dilaksanakan


K3 di Rumah kesehatan yang sederhana untuk (penilaian≥
Sakit mendorong dan menguatkan Mean)
kesadaran dan perilaku pekerja Tidak
41

tentang K3 sehingga dapat Dilaksanakan


melindungi pekerja, property dan (penilaian˂
lingkungan mean)

3
Pelatihan K3 Pelatihan yang diselenggarakan Kuesioner Wawancara Ordinal Dilaksanakan
di Rumah untuk membekali, meningkatkan (penilaian≥
Sakit
. dan mengembangkan Mean)
kemampuan pekerja mengenai
K3. Tidak
Dilaksanakan
(penilaian˂
mean)

Pelaksanaan
4 a. pemeriksaan kesehatan Kuesioner Wawancara Ordinal Dilaksanakan
program K3 petugas (penilaian≥
di .Rumah b. menyediakan APD Mean)
Sakit c. Menyiapkan pedoman
pencegahan dan
penanggulangan keadaan Tidak
darurat. Dilaksanakan
d. Penempatan pekerja pada (penilaian˂
pekerja yang sesuai kondisi mean)
kesehatan.
e. Pengobatan pekerja yang
menderita sakit.
f. Menciptakan lingkungan
kerja yang higenis secara
teraatur, melakukan
monitoring lingkungan kerja
dari hazard yang ada.
g. Melaksanakan biological
monitoring.
h. Melaksanakan surveleilas
kesehatan pekerja.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif, penelitian

Deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk menggambarakan

karakteristik suatu fenomena yang sedang diteliti. Karakteristik yang digunakan

untuk menggambarkan situasi atau populasi biasanya semacam skema kategoris

yang dikenal sebagai katagori Deskriptif (Hayati,2019).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian akan dilakukan di instalsai rawat inap ruangan melati dan

anggrek di RSUD Dr Adnaan Wd Payakumbuh.

2. Waktu penelitian akan dilakukan pada Tanggal 20-30 Mei 2021.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh jumlah dari subjek yang akan diteleliti oleh

seseorang penelitian. Atau beberapa orang yang yang terkait dalam suatu

penelitian dan semua variabel yang terkait dengan topik pada penelitian

(Syafnidawaty, 2020).Populasi dari penelitian ini adalah semua petugas di

ruang rawat inap ruangan melati dan anggrek RSUD Dr Adnaan Wd

Payakumbuh 2021.

42
43

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki karakteristik mirip

dengan populasi itu sendiri, sampel disebut juga contoh atau nilai yang

diperoleh dari sampel inilah yang disebut dengan statistik (Syafridawaty,

2020). Sampel dari penelitian ini adalah perawat yang bertugas di instalasi

rawat inap ruangan melati dan anggrek RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh.

D. Sumber Data

1. Data primer

Pengertian data primer adalah sumber data yang di ambil langsung dari

pemberi data kepada pengumpul data atau peneliti (Sugiyono dalam Carolina,

2017). Data primer penelitian ini adalah Perawat yang ada di instalasi rawat

inap melati dan anggrek RSUD Dr Adnaan Wd Payakumbuh.

2. Data sekunder

Pengertian data sekunderadalah sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data atau peneliti, misalnya lewat orang lain atau

lewat dokumen (Sugiyono dalam Carolina, 2017). Data sekunder penelitian

ini adalah data atau dokumen tertulis yang ada di Rumah Sakit.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi, merupakan proses pengamatan secara langsung terhadap objek

yang diteliti, observasi salah satu alat penting untuk pengumpulan data dalam

penelitian. Pengamatan tersebut didasarkan pada tujuan riset dan pernyataan


44

riset. Peneliti pengamati secara langsung proses gambaran pelaksanaan

kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi rawat inap ruangan melati dan

anggrek (Rohmah, 2015).

2. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan

seperangkat pernyataan atau pertanyaan secara tertulis dengan cara memberi

peryataan atau pertanyaan tersebut kepada responden untuk diisi atau dijwab

(Sugiyono, 2018).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data penelitian (sidiq, 2018).

Ada beberapa instrumen yang digunakan peneliti yaitu:

1. Kuesioner

2. Laptop

3. Alat tulis (buku, pena, pensil dll).

G. Analisi Data

Analisisdata adalah upaya atau cara untuk mengelola data menjadi informasi

sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi

permasalahan yang berkaitan dengan penelitian (Setiawan, 2020).

Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik analisis data

kuantitatif menurut (Sugiyono 2018, hlm. 147) analisis data kuantitatif

merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden (populasi/sampel)


45

terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel

dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan

untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Gamal Thabroni, 2021).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Sejarah dan Objek Penelitian

Payakumbuh sebelum kemerdekaan telah menjadi pusat pelayanan

pemerintahan dan kegiatan sosial Luhak Limo Puluah. Payakumbuh pada

Pemerintahan Belanda merupakan tempat kedudukan asisten residen yang

menguasai wilayah Limo Puluah Koto yang disebut Afdeeling Limo Puluah

Koto begitu juga masa Pemerintahan Jepang. Asal nama Kota Payakumbuh,

terdiri dari dua kata yaitu payo dan kumbuah. Payo dalam bahasa Indonesia

berarti rawa-rawa dan kumbuh adalah sejenis tanaman yang dahulunya

banyak tumbuhsubur di daerah rawa di Kenagarian Koto Nan Gadang. Kota

Payakumbuh kemudian menjadi salah satu kota berkembang di Propinsi

Sumatera Barat.

Letak geografis RSUD dr. Adnaan WD adalah ± 1 km sebelah Utara dari

pusat Kota Payakumbuh di Kelurahan Labuh Baru dan Balai Kaliki Koto Nan

Gadang Kecamatan Payakumbuh Utara. RSUD dr. Adnaan WD sekarang ini

merupakan pusat rujukan untuk wilayah sekitarnya termasuk wilayah

sebagian Kabupaten Lima Puluh Kota dan Tanah Datar. Jumlah penduduk

Kota Payakumbuh Tahun 2018 sebanyak 133.703 jiwa yang tersebar di 5

kecamatan dan 47 kelurahan.

45
46

RSUD dr. Adnaan WD berdiri Tahun 1923 yang menjadi sarana pelayanan

pengobatan pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Pada Tahun 1967

menjadi Rumah Sakit Pembantu Payakumbuh dengan luas areal 3.267 m2

dengan 26 tempat tidur dan jumlah personil 30 orang termasuk 1 orang dokter

umum yang merangkap Kepala Rumah Sakit. Tahun 1978 – 1992 status

RSUD dr. Adnaan WD adalah Tipe D dan pada Tahun 1993 menjadi Tipe C ,

melalui SK Menkes No. 191/Menkes/SK/II/1993.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun1956 dan melalui Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 tanggal17 Desember 1970, Kota

Payakumbuh ditetapkan sebagai kota kecil menjadi Daerah Tingkat II dengan

wilayah Pemerintahan sendiri. Tanggal dikeluarkannya Permendagri tersebut

di atas kemudian ditetapkan sebagaihari jadi Kota Payakumbuh. Tahun 1993

berdasarkan SK DPRD Kodya Dati II Payakumbuh Nomor 1 di kukuhkan

nama Rumah Sakit ini “RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh”. Pada Tahun

2002 berdasarkan SK Mendagri Nomor 1 tentang Lembaga Teknis Daerah

dan dengan SK Walikota Payakumbuh Nomor 17 Tahun 2009 tanggal 14

Desember, ditetapkan RSUD dr. Adnaan WD sebagai Unit Swadana Daerah

dengan menerapkan PPK-BLUD secara penuh.

Pada aspek manajemen mutu, RSUD dr. Adnaan WD

melalui assesment akreditasi Rumah Sakit pada Tahun 2010 dengan status

terakreditasi: LULUS TINGKAT LENGKAP. Pengakuan Komisi Akreditasi

RumahSakit (KARS) tersebut pada dasarnya adalah pengakuan telah


47

terpenuhinya standar pelayanan Rumah Sakit yang meliputi 16 (enambelas)

pelayanan yang terdiri dari: Administrasi danManajemen,Pelayanan Medis,

Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis,

Pelayanan Farmasi, K3, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Laboratorium,

Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan pengendalian Infeksi di RS, Pelayanan

Perinatal Risiko Tinggi, Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Gizi,

Pelayanan Intensif dan Pelayanan Darah.

Tahun 2017 RSUD dr. Adnaan WD melalui assesment akreditasi Rumah

Sakit di nyatakan lulus akreditasi dengan prediket: PARIPURNA dan

dilanjutkan verifikasi Tahun 2018. Pengakuan Komisi Akreditasi Rumah

Sakit (KARS) tersebut pada dasarnya adalah pengakuan telah terpenuhinya

standar pelayanan Rumah Sakit yang meliputi 16 (enambelas) pelayanan yang

terdiri dari: Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat

Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Pelayanan Farmasi, K3,

Pelayanan Radiologi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Kamar Operasi,

Pelayanan pengendalian Infeksi di RS, Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi,

Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Gizi, Pelayanan Intensif dan

Pelayanan Darah.

Data Rekam Medis Tahun 2018 RSUD dr. Adnaan WD mempunyai kapasitas

tempat tidur sebanyak 174 tempat tidur dengan pelayanan spesialistik;

Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah, Spesialis Anak, Spesialis

Kebidanan Dan Kandungan, Spesialis Mata, Spesialis Jiwa, Spesialis THT,


48

Spesialis Paru, Spesialis Neurology, Spesialis Jantung,Spesialis Kulit dan

Kelamin, Rehab Medik , Patologi Klinik dan Radiology yang ditunjang

dengan peralatan yang cukup memadai.

2. Visi dan Misi Objek Penelitian

Visi:

Visi merupakan gambaran (impian) mengenai masa depan yang hendak

diwujudkan. Organisasi pemerintah yang digerakkan oleh visi dan misi adalah

lebih baik daripada digerakkan oleh aturan-aturan formal. Adapun visi RSUD

dr. Adnaan WD adalah ³5XPDK6DNLW\DQJ0DMX%HUPXWX(IHNWLI(ILVien

GDQ'LFLQWDL0DV\DUDNDW´

Misi:

Adapun misi menjelaskan jalan yang dipilih untuk menuju masa depan yang

akan diwujudkan itu. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka telah

dirumuskan misi RSUD dr. Adnaan WD yaitu:

a. Melaksanakan pelayanan kesehatan rujukan yang komprehensif bagi

masyarakat.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berwawasan mutu dan

keselamatan pasien.

c. Menjalankan pengelolaan Rumah Sakit yang sehat dan berwawasan

lingkungan

d. Memberikan nilai positif bagi pelanggan internal dan eksternal rumah

sakit.
49

3. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, Permendagri

Nomor 64 Tahun 2007 dan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 4

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat dan Lembaga

Teknis Lingkungan di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh. Susunan

struktur organisasi RSUD dr. Adnaan WD adalah :

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

DIREKTUR

Direktur Direktur

Umum & Keuangan Pelayanan & Penunjang

Kabag Kabid

Umum & Kepegawaian Pelayanan Medis

Kabag Kabid

Akuntansi & Pelaporan Pelayanan Keperawatan

Kabag Kabid

Perencanaan&Pengangga Pelayanan Penunjang


ran
50

Direktur Utama : dr. Efriza Naldi, Sp. OG

Direktur Umum dan Keuangan : Nora Herlinda, S. IP

Kabag Umum dan Kepegawaian : Desmawati, SKp

Kabag Akuntansi dan Pelaporan : Indra Suseno, S.E, Akt

Kabag Perencanaan dan Penganggaran : Beni Hendril, SKM, MPH

Direktur Pelayanan dan Penunjang : dr. Hj.Yanti, MPH

Kabid Pelayanan Medis : dr. Wahyu Kurniaty

Kabid Pelayanan Keperawatan : Ns. H. Bismar, S. Kep

Kabid Pelayanan Penunjang : Yusfadodi, SKM, M.Kes

4. Keterangan Unit/bagian Penelitian

a. Uraian Tugas dan Fungsi Direktur Utama, sebagai berikut:

Direktur Utama RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh mempunyai tugas

pokok memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan,

membina, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi

penyelenggaraan kegiatan RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh.

Direktur Utama RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh mempunyai fungsi

sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan pelayanan Rumah Sakit yang dilaksanakan oleh

instalasi dan ditunjang perangkat struktur organisasi dan kelompok

fungsional;

2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh

Badan Diklat Rumah Sakit;


51

3) Menyelenggarakan pengelolaan administrasi umum dan keuangan

yang dilaksanakan oleh direktur umum dan keuangan;

4) Menyelenggarakan pengelolaan pelayanan dan penunjang yang

dilaksanakan oleh direktur pelayanan dan penunjang;

5) Memberikan petunjuk dan arahan dalam pelaksanaan tugas Rumah

Sakit.

Direktur Utama RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh mempunyai uraian

tugas sebagai berikut :

1) Menyusun langkah kegiatan Rumah Sakit dengan berpedoman pada

tugas dan fungsi dari kegiatan tahun lalu serta data yang tersedia

sebagai pedoman kerja;

2) Mengkoordinir direktur umum dan keuangan, direktur pelayanan dan

penunjang, serta kelompok jabatan fungsional baik secara langsung

maupun melalui pertemuan berkala agar terjalin hubungan kerjasama

yang baik dan saling mendukung dalam pelaksanaan tugas masing-

masing;

3) Mengatur dan mendistribusikan tugas direktur umum dan keuangan,

direktur pelayanan dan penunjang, serta kelompok jabatan fungsional

dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pedoman dan program yang

akan dicapai;

4) Memberi petunjuk dan arahan kepada direktur umum dan keuangan,

direktur pelayanan dan penunjang, serta kelompok jabatan fungsional


52

dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pedoman dan program

yang akan dicapai;

5) Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan

dengan kebijakan dan petunjuk kerjanya untuk memberikan tindakan

hukuman kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas;

6) Melakukan evaluasi pelaksanaan tugas Rumah Sakit untuk

mengetahui permasalahan serta memberikan pentunjuk dan

pemecahan masalah;

7) Menghimpun pelaksanaan tugas yang telah dicapai untuk bahan

laporan tahunan Rumah Sakit;

8) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Walikota melalui

Sekretaris Daerah Kota tentang pelaksanaan tugas Rumah Sakit dan

program kerjanya;

9) Menilai prestasi hasil kerja bawahan sesuai dengan hasil yang telah

dicapai untuk pengembangan karir;

10) Membuat laporan pelaksanaan tugas Rumah Sakit kepada Walikota

melalui Sekretaris Daerah Kota sebagai pertanggung jawaban kepada

atasan;

11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan uraian

tugas dan permasalahannya.


53

b. Uraian Tugas dan Fungsi Direktur Umum dan Keuangan, sebagai

berikut:

Direktur Umum dan Keuangan RSUD dr.Adnaan WD Payakumbuh

mempunyai tugas pokok membantu direktur utama dalam mengkoordinir,

dan mengevaluasi pelaksanaan tugas-tugas pada bagian perencanaan dan

penganggaran, bagian umum kepegawaian, bagian akuntansi dan

pelaporan, dan instalasi fungsional, serta kelompok jabatan fungsional

yang berada dibawah tanggung jawabnya, dan bertanggung jawab kepada

direktur utama RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh.

Direktur Umum dan Keuangan RSUD dr.AdnaanWD Payakumbuh

mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Perencanaan dan penganggaran;

2) Penatausahaan, administrasi umum, logistik, dan kepegawaian;

3) Penyelenggaraan akuntansi, keuangan dan pelaporan;

4) Penyelenggaraan administrasi rekam medis dan pelaporan;

5) Pengelolaan barang dan pemeliharaan sarana dan prasarana;

6) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;

7) Penyelenggaraan kepustakaan, publikasi, pemasaran, sosial, dan

informasi;

8) Penyelenggaraan peningkatan mutu;


54

9) Pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pada

masing-masing bagian dan instalasi fungsional yang berada dibawah

tanggungjawabnya;

Direktur Umum dan keuangan membawahi :

- Bagian Perencanaan dan penganggaran

- Bagian umum dan kepegawaian

- Bagian Akuntasi dan pelaporan

- Kelompok jabatan fungsional

a Instalasi rekam medik

b Instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit

c Badan diklat

d Unit Pengaduan dan Konseling Rumah Sakit

e Badan kendali mutu

Direktur Umum dan Keuangan RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh

mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

1) Menyusun langkah-langkah kegiatan direktur umum dan keuangan dengan

berpedoman kepada tupoksi serta kegiatan terdahulu sebagai pedoman

pelaksanaan tugas;

2) Mengatur dan mendistribusikan tugas kepada bagian-bagian dan

kelompok fungsional yang berada dibawahnya baik secara tertulis maupun

lisan sesuai dengan permasalahannya;


55

3) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, dan mengevaluasi para

bagian dilingkungan direktur umum dan keuangan baik secara langsung

maupun melalui pertemuan berkala agar terjalin hubungan kerjasama yang

baik dan saling mendukung dalam pelaksanaan tugas masing-masing;

4) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi dan mengevaluasi

penyusunan perencanaan dan penganggaran RSUD dr. Adnaan WD

Payakumbuh;

5) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, mengevaluasi

penyelenggaraan administrasi umum, logistik dan kepegawaian;

6) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan

akuntansi dan administrasi keuangan;

7) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan

administrasi rekam medis dan pelaporan;

8) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, mengevaluasi kegiatan

pengelolaan barang dan pemeliharaan sarana prasarana;

9) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, mengevaluasi kegiatan

pendidikan dan pelatihan;

10) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, mengevaluasi kegiatan

kepustakaan, publikasi, pengawasan, sosial dan informasi;

11) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, mengevaluasi

penyelenggaraan peningkatan mutu;


56

12) Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan serta

petunjuk pelaksanaan yang berhubungan dengan fungsi Direktur Umum

dan Keuangan sebagai pedoman kerja;

13) Menyiapkan bahan penyusunan laporan pertanggung jawaban Rumah

Sakit berdasarkan hasil yang telah dicapai;

14) Menyiapkan saran dan pertimbangan pada direktur utama untuk

menunjang pelaksanaan tugas dan program kerja;

15) Menilai prestasi hasil kerja bawahan sesuai dengan hasil yang telah

dicapai untuk pengembangan karir;

16) Membuat laporan pelaksanaan tugas Direktur Umum dan Keuangan

kepada Direktur Utama sebagai pertanggungjawaban kepada atasan;

17) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan uraian tugas

dan permasalahannya;

c. Uraian Tugas dan Fungsi Direktur Pelayanan dan Penunjang, sebagai

berikut:

Direktur Pelayanan dan Penunjang mempunyai tugas pokok membantu

Direktur Utama dalam mengkoordinir, dan mengevaluasi pelaksanaan

tugas-tugas pada bidang pelayanan medis, bidang pelayanan keperawatan,

bidang pelayanan penunjang, dan instalasi fungsional, serta jabatan

fungsional yang berada di bawah tanggung jawabnya, dan bertanggung

jawab kepada Direktur Utama RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh.


57

Direktur Pelayanan dan Penunjang RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh

mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Perencanaan sistem dan kebutuhan sumber daya bagi terselenggaranya

pelayanan rumah sakit;

2) Penyelenggaraan pelayanan medis, pelayanan keperawatan, dan

pelayanan penunjang;

3) Pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan medis, pelayanan

keperawatan, dan pelayanan penunjang;

4) Pengendalian, pengawasan, dan evaluasi pelaksanaan pelayanan

medis, pelayanan keperawatan, dan pelayanan penunjang;

5) Pengkoordinasian, pengawasan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan

pelayanan di instalasi-instalasi yang berada dibawah

tanggungjawabnya;

Direktur Pelayanan dan Penunjang RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh

mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

1) Menyusun langkah-langkah kegiatan Direktur Pelayanan dan Penunjang

dengan berpedoman kepada tupoksi serta kegiatan terdahulu sebagai

pedoman pelaksanaan tugas;

2) Mengatur dan mendistribusikan tugas kepada bidang-bidang dan

kelompok fungsional yang berada dibawahnya baik secara tertulis maupun

lisan sesuai dengan bidang dan permasalahannya;


58

3) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, dan mengevaluasi dalam

pelaksanaan pelayanan medis;

4) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, dan mengevaluasi dalam

pelaksanaan pelayanan keperawatan;

5) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, dan mengevaluasi dalam

pelaksanaan pelayanan penunjang;

6) Mengkoordinir, memberi arahan, mengawasi, dan mengevaluasi

penyelenggaraan peningkatan mutu pelayanan medis, pelayanan

keperawatan, pelayanan penunjang;

7) Melaksanakan pertemuan ilmiah berkala di Rumah Sakit dengan Komite

Medis dan Komite Keperawatan;

8) Menyiapkan bahan penyusunan laporan pertanggung jawaban Rumah

Sakit untuk berdasarkan hasil yang telah dicapai;

9) Memberi saran dan pertimbangan pada Direktur Utama untuk menunjang

pelaksanaan tugas dan program kerja;

10) Membuat laporan pelaksanaan tugas Direktur Pelayanan dan Penunjang

kepada Direktur Utama sebagai pertanggungjawaban kepada atasan;

11) Menilai prestasi hasil kerja bawahan sesuai dengan hasil yang telah

dicapai untuk pengembangan karir;

12) Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan serta

petunjuk pelaksanaan yang berhubungan dengan fungsi direktur pelayanan

dan penunjang sebagai pedoman kerja;


59

13) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan uraian tugas

dan permasalahannya.

d. Bagian Perencanaan dan Penganggaran

Tugas Pokok Bagian Perencanaan dan Penganggaran mempunyai tugas

pokok menyusun, menyiapkan dan mengevaluasi perencanaan dan

penganggaran, pelaporan rekam medik Rumah Sakit dan

pertanggungjawaban kepada Direktur Umum dan Keuangan. Sedangkan

uraian tugas sebagai berikut;

1) Menyusun dan menyiapkan rencana kerja rumah sakit dengan

berpedoman pada tugas pokok serta kegiatan program kerja yang

terdahulu untuk pedoman pelaksanaan tugas

2) Menyusun dan menyiapkan pelaporan rekam medik

3) Mengevaluasi perencanaan dan penganggaran

4) Membagi tugas pada bawahan serta memberi arahan sesuai dengan

bidang tugas dan permasalahannya.

5) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan dilingkungan bagian

perencanaan dan penganggaran dan pelaporan rekam medik untuk

mengetahui permasalahan agar tidak terjadi penyimpangan.

6) Menghimpun dan mempelajari peraturan-peraturan dan perundang-

undangan dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang

berhubungan dengan perencanaan sebagai pedoman serta acuan kerja.


60

7) Melasanakan pengumpulan dan penyuluhan data yang berhubungan

dengan perencanaan

8) Menyiapkan bahan penyusunan kebijaksaaan, evaluasi pelaporan

program dengan perencanaan

9) Menginventarisir segala masalah yang berhubungan dengan

perencanaan dan menyiapkan bahan pedoman petunjuk dan

pemecahan masalah

10) Menyiapkan bahan dan menyusun petunjuk teknis, bagan dan acuan

kerja untuk keperluan perencanaan

11) Menyiapkan bahan dan menyusun program dan rencana kerja rumah

sakit

12) Menyiapkan bahan dan menyusun pelaksanaan dan pengendalian

program dan rencana kerja

13) Menyampaikan bahan penyusunan laporan tahunan berdasarkan

kegiatan yang telah dilaksanakan

14) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan untuk

kelancaran pelaksanaan tugas di bidang perencanaan

15) Menilai prestasi kerja bawahan dilingkungan bagian perencanaan dan

penganggaran berdasarkan hasil yang dicapai sebagai bahan

peningkatan karier

16) Membuat laporan pertanggungjawaban bagian perencanaan dan

penganggaran kepada atasan


61

17) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang

tugas permasalahannya.

e. Bagian Umum dan Kepegawaian

Bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas pokok melakukan

urusan penatausahaan, surat menyurat, rumah tangga, perlengkapan dan

logistik Rumah Sakit, penatalaksanaan perpustakaan, pengelolaan barang,

dan mengelola administrasi kepegawaian. Sedangkan Uraian tugas bagian

umum dan kepegawaian sebagai berikut;

1) Menyusun rencana kegiatan bagian umum dan kepegawaian dengan

berpedoman kepada tugas pokok dan fungsi serta program kerja yang

terdahulu untuk pelaksanaan tugas,

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan ketentuan dan

peraturan yang berlaku dan memberikan arahan sesuai dengan bidang

tugas permasalahan agar tidak terjadi penyimpangan

3) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan staf dilingkungan bagian

umum dan kepegawaian untuk mengetahui permasalahan agar tidak

terjadi penyimpangan.

4) Menyiapkan bahan dan menyusun konsep kebijakan pedoman dan

petunjuk teknis bagian umum dan kepegawaian.

5) Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, ekspedisi dan urusan

umum maupun kepegawaian.


62

6) Melaksanakan pengelolaan barang, pemeliharaan sarana dan

prasarana, perlengkapan, logistik,dan rumah tangga rumah sakit.

7) Melaksanakan pengelolaan pengembangan, dan pembinaan

kepegawaian

8) Mengadakan perlengkapan administrasi rumah tangga dan

administrasi perjalanan dinas Rumah Sakit

9) Menginventarisir daftar urutan kepegawaian baik dari segi

kepangkatan, penjenjangan karier( status struktural dan diklat

fungsional) dan kebutuhan Rumah Sakit

10) Meneliti dan merumuskan surat masuk kepada unit kerja yang terkait

untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut serta meneruskan surat

keluar untuk ditandatangani oleh pimpinan.

11) Menandatangani surat permintaan barang dan alat sesuai dengan

kebutuhan pada bagian umum dan kepegawaian.

12) Memberikan masukan dan pertimbangan kepada atasan dalam rangka

penyusunan pelaksanaan tugas dan program kerja

13) Menilai prestasi kerja bawahan dilingkungan bagian umum dan

kepegawaian berdasarkan hasil yang dicapai sebagai bahan

peningkatan karier

14) Membuat laporan pertanggung jawaban bagian umum dan

kepegawaian kepada atasan


63

15) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang

tugas dan permasalahannya.

f. Bagian Akuntansi dan Pelaporan

Bagian Akuntansi dan pelaporan mempunyai tugas pokok melakukan dan

melaksanakan pengelolaan keuangan, akuntansi dan pelaporan keuangan

dan bertanggungjawab kepada direktur umum dan keuangan, sedangkan

uraian tugas akuntansi dan pelaporan sebagai berikut;

1) Menyusun rencana kegiatan bagian akuntansi dan pelaporan dengan

berpedoman kepada tugas pokok dan fungsi serta data dan program

kerja yang terdahulu untuk pedoman pelaksanaan tugas.

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan ketentuan dan

peraturan yang berlaku dan memberikan arahan sesuai dengan bidang

tugas dan permasalahannya.

3) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan staf dilingkungan bagian

akuntansi dan pelaporan untuk mengetahui permasalahan agar tidak

terjadi penyimpangan.

4) Menghimpun danmempelajari peraturan-peraturan dan perundang-

undangan serta petunjuk teknis dan bahan lainnya yang berhubungan

dengan keuangan sebagai acuan kerja.

5) Menyiapkan bahan dan data serta mengolahnya yang berhubungan

dengan prosedur administrasi keuangan


64

6) Melaksanakan akuntansi rumah sakit dan menyiapkan laporan

keuangan

7) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas pemegang kas dan

pembantu pemegang kas.

8) Menyiapkan bahan penyusunan untuk pelaksanaan dan pengendalian

program kerja pada bagian akuntansi dan pelaporan.

9) Menyiapkan bahan dan menyusun laporan tahunan berdasarkan

kegiatan yang telah dilaksanakan.

10) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan untuk

menunjang pelaksanaan tugas dan program kerja.

11) Menilai prestasi kerja bawahan dilingkungan bagian akuntansi dan

pelaporan berdasarkan hasil yang dicapai sebagai bahan peningkatan

karier.

12) Membuat laporan pertanggungjawaban bagian akuntansi dan

pelaporan kepada atasan.

13) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang

tugas dan permasalahannya.

g. Bidang Pelayanan Medis

Bidang Pelayanan Medis mempunyai tugas pokok merencanakan,

mengkoordinir, mengendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan

medis, sumber daya yang dibutuhkan, dan etika profesi medis serta
65

bertanggung jawab kepada direktur pelayanan dan penunjang, sedangkan

uraian tugas Bidang Pelayanan Medis adalah sebagai berikut:

1) Menyusun rencana kegiatan bidang pelayanan medis dengan

berpedoman kepada tugas pokok serta kegiatan program kerja tahun

lalu untuk pelaksanaan tugas;

2) Menganalisa kebutuhan tenaga medis dan peralatan medis

dilingkungan rumah sakit;

3) Mengatur penempatan tenaga medis disetiap unit layanan;

4) Melaksanakan orientasi tenaga medis;

5) Menyusun jadwal dinas jaga IGD / Poliklinik / ruangan bagi dokter

umum dan spesialis (konsulen) bekerjasama dengan koordinator

dokter umum dan kepala staf medis fungsional setiap bulan;

6) Menyusun dan mengevaluasi secara berkala prosedur tetap pelayanan

medis administrative bersama dengan komite medik;

7) Mengadakan rapat berkala dengan staf medis fungsional;

8) Mengkoordinasikan pelayanan medis dengan bagian / unit kerja

terkait;

9) Mengkoordinasikan kebutuhan tenaga medis dan peralatan medis

dengan bagian unit kerja terkait;

10) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan dalam kegiatan pelayanan

medis administrative, bekerjasama dengan komite medis;


66

11) Mengadakan pembinaan dan bimbingan etika profesi dokter bersama

dengan komite medis dan sub komite etika rumah sakit;

12) Mengirimkan tenaga medis untuk mengikuti pelatihan / pendidikan

berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit melalui badan

diklat rumah sakit;

13) Melaksanakan upaya peningkatan mutu dibidang pelayanan medis;

14) Melakukan administrasi pelayanan medis dengan praktis;

15) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pelayanan medis minimal 1 (satu)

kali dalam setahun;

16) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasam untuk

kelancaran pelaksanaan tugas pelayanan medis;

17) Menilai prestasi kerja bawahan dilingkungan sub bidang pelayanan

medis berdasarkan hasil yang dicapai sebagai bahan peningkatan karir

pegawai;

18) Mebuat laporan pertanggungjawaban pelayanan medis kepada atasan;

19) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang

tugas permasalahannya.

h. Bidang Pelayanan Keperawatan

Bidang pelayanan keperawatan mempunyai tugas pokok melaksanakan

pengelolaan kegiatan, perencanaan, pengembangan, monitoring dan

evaluasi dibidang keperawatan, sumber daya yang dibutuhkan, dan etika

profesi keperawatan serta bertanggungjawab kepada direktur pelayanan


67

dan penunjang. Uraian tugas bidang pelayanan keperawatan adalah

sebagai berikut :

1) Menyusun rencana kegiatan bidang pelayanan keperawatan dengan

berpedoman kepada tugas pokok serta kegiatan program kerja tahun

lalu untuk pelaksanaan tugas;

2) Menganalisa kebutuhan tenaga keperawatan dan peralatan

keperawatan dilingkungan rumah sakit;

3) Mengatur penempatan tenaga keperawatan disetiap unit layanan;

4) Melaksanakan orientasi tenaga keperawatan dan mahasiswa

keperawatan;

5) Menyusun jadwal dinas pengawas keperawatan setiap bulan;

6) Menyusun dan mengevaluasi secara berkala prosedur tetap dan

standard asuhan keperawatan bersama dengan komite keperawatan;

7) Mengadakan rapat berkala dengan pengawas keperawatan dan kepala

ruangan;

8) Mengkoordinasikan pelayanan keperawatan dengan bagian / unit kerja

terkait;

9) Mengkoordinasikan kebutuhan tenaga keperawatan dan peralatan

keperawatan / peralatan medis dasar dengan bagian unit kerja terkait;

10) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan dalam kegiatan pelayanan

keperawatan bekerjasama dengan komite keperawatan;


68

11) Mengadakan pembinaan dan bimbingan etika profesi keperawatan

bersama dengan komite keperawatan dan sub komite etika rumah

sakit;

12) Melaksanakan upaya peningkatan mutu dibidang pelayanan

keperawatan;

13) Mengirimkan tenaga keperawatan untuk mengikuti pelatihan /

pendidikan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit

melalui bdan diklat rumah sakit;

14) Melakukan administrasi pelayanan keperawatan dengan praktis;

15) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pelayanan keperawatan minimal 1

(satu) kali dalam setahun;

16) Menyampaiakan saran dan pertimbangan kepada atasan untuk

kelancaran pelaksanaan tugas pelayanan keperawatan;

17) Menilai prestasi kerja bawahan dilingkungan sub bidang pelayanan

keperawatan berdasarkan hasil yang dicapai sebagai bahan

peningkatan karir pegawai;

18) Mebuat laporan pertanggungjawaban pelayanan medis kepada atasan;

19) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang

tugas permasalahannya.

i. Bidang Penunjang

Bidang penunjang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan

kegiatan, perencanaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi


69

pelaksanaan pelayanan penunjang serta bertanggungjawab kepada direktur

pelayanan dan penunjang. Uraian tugas bidang penunjang adalah sebagai

berikut :

1) Menyusun rencana kegiatan bidang pelayanan penunjang dengan

berpedoman kepada tugas pokok serta kegiatan program kerja tahun

lalu untuk pelaksanaan tugas;

2) Menganalisa kebutuhan tenaga penunjang dan peralatan penunjang

medis bersama dengan kepala instalasi / kepala ruangan masing-

masing;

3) Mengatur penempatan tenaga penunjang sesuai kompetensi yang

dimiliki ke instalasi pelayanan penunjang;

4) Melaksanakan orientasi tenaga penunjang;

5) Menyusun dan mengevaluasi secara berkala prosedur tetap pelayanan

penunjang bersama dengan kepala instalasi / kepala ruangan masing-

masing;

6) Mengadakan rapat berkala dengan kepala instalasi / kepala ruangan

masing-masing;

7) Mengkoordinasikan pelayanan penunjang dengan bagian / unit kerja

terkait;

8) Mengkoordinasikan kebutuhan tenaga penunjang dan peralatan

penunjang medis dengan bagian unit kerja terkait;


70

9) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan dalam kegiatan pelayanan

penunjang bersama dengan kepala instalasi / kepala ruangan masing-

masing;

10) Mengirimkan tenaga penunjang untuk mengikuti pelatihan /

pendidikan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit

melalui badan diklat rumah sakit;

11) Melaksanakan upaya peningkatan mutu dibidang pelayanan

penunjang;

12) Melakukan administrasi pelayanan penunjang dengan praktis;

13) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pelayanan penunjang minimal 1

(satu) kali dalam setahun;

14) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan untuk

kelancaran pelaksanaan tugas pelayanan penunjang;

15) Menilai prestasi kerja bawahan dilingkungan bidang pelayanan

penunjang berdasarkan hasil yang dicapai sebagai bahan peningkatan

karir pegawai;

16) Membuat laporan pertanggungjawaban pelayanan penunjang medis

kepada atasan;

17) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang

tugas permasalahannya.

5. Fasilitas

¾ Pelayanan
71

Pelayanan yang dilakukan di RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh terdiri

dari:

1) Pelayanan Administrasi dan Manajemen

2) Administrasi Umum

3) Keuangan

4) Kepegawaian

5) Pelayanan Medis dan Keperawatan

6) Pelayanan Rawat Jalan terdiri dari :

a Poliklinik Umum b Poliklinik Kulit Kelamin

c Poliklinik Gigi d Klinik Jantung

e Poliklinik Penyakit Dalam f Klinik Kedokteran Fisik &

Rehabilitasi

g Poliklinik Bedah Umum h Klinik Bedah Orthopedi

i Poliklinik Mata j Klinik Jiwa

k Poliklinik Kesehatan Anak l Hemodialisa

m Poliklinik Kebidanan dan Penyakit n Diagnostik Terpadu & Intervensi

Kandungan terpadu

o Poliklinik THT p Klinik Konsultasi Gizi

q Poliklinik Paru & DOTS r Klinik General Check Up


72

Pelayanan Rawat Inap terdiri dari:

1) Ruang Melati Æ rawatan anak (25 TT)

2) Ruang Cempaka I&II Æ rawatan penyakit dalam, jantung & kulit (43 TT)

3) Ruang Teratai Æ rawatan bedah umum, mata,THT dan Orthopedi (29 TT)

4) Ruang Dahlia Æ rawatan paru dan neurologi (27 TT)

5) Ruang Mawar Æ rawatan kebidanan & kandungan (20 TT)

6) VIPÆ (10 TT)

7) Pelayanan Gawat Darurat 24 jam

8) Pelayanan Intensif (ICU) (3 TT)

9) Pelayanan Perinatologi (8 TT)

10) CVCU ( 5 TT )

11) NICU ( 4 TT )

12) Pelayanan/ Tindakan Operasi Kecil s.d Operasi Besar

Pelayanan Penunjang Medik:

a. Pelayanan Radiologi

b. Pelayanan Laboratorium

c. Pelayanan Farmasi / obat – obatan

d. Pelayanan Gizi

e. Pelayanan Rehabilitasi Medik / Fisioterapi

f. Pelayanan IPSRS
73

Pelayanan Khusus:

a. Bank darah (Transfusi dan donor darah)

b. General Check Up

c. EKG

d. USG

e. Diagnostik Terpadu

f. Hemodialisa

Pelayanan Non Medis:

a. Pelayanan Ambulance

b. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

c. Pelayanan Rekam Medis & SIMRS

d. Pelayanan PKRS (Promosi Pelayanan Rumah Sakit)

Fasilitas Lainnya :

a. Gudang/logistic

b. Kantin

c. Bank Nagari serta ATM

d. ATM BRI

e. ATM BNI 46
74

¾ Sarana

RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh memiliki sarana berupa peralatan

peralatan medik dan non medik.

a. Peralatan Medik

Setiap tahun diupayakan penambahan peralatan Rumah Sakit mulai

dari peralatan medis sederhana, Poliklinik, IGD, Peralatan medis

lengkap seperti Peralatan Bedah, Kebidanan, mata, penyakit dalam,

peralatan gigi Dental unit, dsbnya).

1. ECG 12. Kimia Klinik dan

2. DC Shock Hematologi

3. Ventilator 13. Alat uji silang darah

4. USG 14. X – Ray + CR

5. Incubator 15. Mesin Anestesi

6. Radiant Warmer 16. Laparascopy

7. Phaco 17. Echocardiograpi

8. Biometry 18. Treadmill

9. Dental Unit 19. Colposcopy

10. Retinoskopi 20. Endoscopy THT

11. Astrub (analisa gas 21. Endoscopy Penyakit

darah) dalam

22. Alat-alat fisioterapi


75

1. Peralatan Non Medik, Transportasi dan Komunikasi

9 Peralatan Non Medik

a. Peralatan listrik dengan genset 2 x 25 KVA, dan genset kapasitas 100

KVA otomatis, serta Genset Kapasitas 300 KVA

b. Incenerator 20 Kg /jam

c. IPAL system Bio-Filter dan water treatment

d. Peralatan dapur lengkap

9 Sarana Transportasi

a. 5 Unit mobil Ambulance

b. 1 Unit mobil Dinas Direktur Utama

c. 1 Unit mobil dinas referal

d. 5 Unit mobil dinas Operasional

e. 7 Unit kendaraan roda dua


76

¾ Prasarana

RSUD dr. Adnaan WD Payakumbuh mengembangkan pembangunan

prasarana pelayanan berupa :

No Prasarana Kondisi

1 Gedung Tidak Representatif

Kantor (belum memiki

gedung kantor

sendiri)

2 Gedung Tidak memadai

Poliklinik karena jumlah

pasien meningkat

3 Gedung Tidak memadai

IGD karena

meningkatnya

jumlah pasien dan

perlu pengembangan

IGD baru

Tabel 4.1 Prasarana RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh


77

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dimana data yang di hasilkan akan berbentuk

angka. Dari data yang didapat dilakukan menggunakan analisis dengan

menggunakan software SPSS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang

Gambaran pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi rawat inap di

RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2021. Data dikumpulkan dengan

kuesioner berjumlah sebanyak 20 orang responden. Pada bab ini akan dijelaskan

dalam 2 bagian yaitu hasil dan pembahasan.

1. Karakteristik Responden
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan dan Lama Bekerja di Instalasi Rawat Inap RSUD
Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2021

No Karakteristik Frekuensi %
1. Umur
≥30 14 70
<30 6 30
Total 20 100

2. Jenis Kelamin
Laki-laki 0 0
Perempuan 20 20
Total 20 100

3. Pendidikan
D3 1260
S1/Ners 8 40
Total 20 100
78

No Karakteristik Frekuensi %
4. Lama Bekerja
≥10 tahun6 30
<10 tahun14 70
Total 20 100

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 20 responden yang

diteliti sebanyak 14 orang responden (70%) yang berusia ≥30 tahun dan 6

orang responden (30%) berusia <30 tahun. Dari hasil analisa di atas bahwa

dari 20 responden yang diteliti 20 orang responden berjenis kelamin

perempuan. Analisa pendidikan dari 20 responden bahwa 12 orang perawat

(60%) memiliki riwayat pendidikan D3 Keperawatan dan 8 orang perawat

(40%) memiliki riwayat pendidikan S1/Ners. Dan dari data di atasdapat

dilihat bahwa dari 20 orang responden 6 orang responden (30%) masa bekerja

≥10 tahun dan 14 orang responden (70%) dengan masa kerja <10 tahun.

2. Penyuluhan K3
Tabel4. 3
Distribusi Frekuensi Penyuluhan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2021

No Penyuluhan K3 frekuensi %
1 Tidak Dilaksanakan 9 45
2 Dilaksanakan 11 55
Total 20 100
79

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa, dari 20 responden yang

diteliti sebanyak 11 orang responden (55%) penyuluhan K3 yang

dilaksanakan dan9 orang responden (45%)yang tidak dilaksanakan

penyuluhan K3.

3. Pelatihan K3
Tabel 4. 4
Distribusi Frekuensi Pelatihan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja RSUD
Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2021

No Pelatihan K3 Frekuensi %
1 Tidak Dilaksanakan 8 40
2 Dilaksanakan 12 60
Total 20 100

Berdasarkan tebel tersebut dapat dilihat bahwa, dari 20 responden yang

diteliti sebanyak 12 orang responden(60%) yang melaksanakan pelatihan K3

dan 8 orang responden(40%) yang tidak melaksanakan pelatihan K3.

4. Pelaksanaan Program K3
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Program Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2021

No Pelaksanaan Program K3 Frekuensi %


1 Tidak Dilaksanakan9 45
2 Dilaksanakan 11 55
Total 20 100
80

Berdasarkan tebel tersebut dapat dilihat bahwa, dari 20 responden yang

diteliti sebanyak 11 orang responden (55%) mealasanakan pelaksanaan

program K3 dan 9 orang responden (45%) yang tidak melaksanakan

pelaksanaan program K3.

C. Pembahasan

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan

dan Lama Bekerja

Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian yang dilakukan, diketahui dari 20

responden bahwa karakteristik umur responden paling banyak berumur

dewasa tua ≥30 tahun yang berjumlah 14 orang (70%) dan yang berumur

dewasa muda <30 tahun yang berjumlah 6 orang (30%). Faktor usia juga bisa

berpengaruh pada kinerja perawat dilihat dari sejumlah kualitas positif yang

dibawa para pekerja lebih tua juga dipandang kurang memiliki fleksibilitas

dan sering menolak teknologi baru (Robins, S.P, 2008).

Hasil penelitian dari Rudianti Yulistina (2011), bahwa perawat pelaksana

yang berumur ˂32 tahun mempunyai kinerja kurang (53,4%) lebih besar

dibanding dengan perawat pelaksana umur ≥32 tahun (33,7%). Dari hasil

penelitian bahwa karakteristik seorang perawat berdasarkan umur sangat

berpengaruh terhadap kinerja dalam praktik keperawatan, dimana semakin tua

umur perawat makan dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin

bertanggung jawab dan berpengalaman. Usia yang semakin meningkat akan

meningkat pula kebijaksanaan kemampuan seseorang dalam mengambil


81

keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi, dan bertoleransi terhadap

pandangan orang lain, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kinerjanya.

Karakteristik tingkat pendidikan terakhir dari responden menunjukan bahwa

perawat yang berada di ruangan mayoritas berpendidikaan D3 Keperawatan

yang berjumlah 12 orang (60%) sedangkan yang berpendidikan tinggi S1

berjumlah 8 orang (40%).Notodmodjo (2003), menyatakan bahwa orang-

orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan

yang lebih tinggi pula jika dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki

pendidikan yang rendah dan melalui pendidikan seseorang dapat

meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan

dalam bertindak.

Karakteristik individu responden yaitu masa kerja juga bervariasi yaitu 6

orang perawat (30%) memiliki masa kerja yang baru yaitu<10 tahun dan 14

orang perawat (70%) memiliki masa kerja yang lama yaitu ≥10 tahun.Menurut

Nursalam (2009) bahwa semakin banyak masa kerja perawat maka semakin

banyak pengalaman perawat tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan

yang sesuai dengan standar atau prosedur tetap yang berlaku.Hasil penelitian

berdasarkan lama kerjanya, perawat dengan masa kerja lebih dari 3 tahun

memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan perawat yang memiliki masa

kerja kurang dari 3 tahun (Sofia&Purbadi, 2006). Demikian pula perawat

pelaksana yang memiliki masa kerja ˂7 tahun mempunyai kinerja kurang

(55,6%) lebih besar dibanding dengan masa kerja 7-12 tahun (45,3%).
82

Dari variable Pengetahuan responden yangkurang baik diperoleh sebanyak

91responden (92,9%).Masa kerja responden dengan masa kerja baru sebanyak

65responden (66,3%), dan sebanyak 33 responden (33,7%) dengan masa

kerjalama.Pendidikan responden sebanyak 59responden (60,2 %)

berpendidikan tinggi.Responden yang memiliki motivasi tinggisebanyak 50

responden (51,0%)Responden yang menggunakan APDsebanyak 36 orang

(36,7%) dan sebanyak62 responden (63,3%) tidak menggunakanAPD.

2. Penyuluhan K3

Berdasarkan hasil penelitianpelaksanaan penyuluhan K3 di RSUD Dr.

Adnaan Wd Payakumbuh bahwa dari 20 orang responden 11 orang responden

(55%) menyatakan bahwa dilakukannya penyuluhan K3 dan 9 orang

responden (45%) menyatakan bahwa tidak dilaksanakan penyuluhan K3.

Dari hasil perhitungan penelitian dari 7 pertanyaan yang ada sudah

dilaksankan dengan baik oleh perawat tetapi terdapat 1 pertanyaan dengan

jumlah terendah terdapat pada pertanyaan kuesioner yang yaitu “Pihak rumah

sakit melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada perawat yang telah

mengalami penyakit yang memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu”.

Penegertian penyuluhan K3 menurut Erwandi, 2018. Merupakan salah

satu metode pendidikan kesehatan yang sederhana, penyuluhan K3 efektif

dalam upaya penyampaian informasi secara cepat kepada kelompok sasaran

pendidikan. Penyuluhan K3 adalah bentuk usaha yang dilakukan untuk


83

mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku pekerja tentang K3

sehingga dapat melindungi pekerja, property dan lingkungan.

Berdasarkan penelitian Putri Elshadai Kumayas, dkk (2019) menunjukkan

bahwa pengetahuan baik dengan Penyuluhan K3 baik berjumlah 63 responden

(56,8%) dan pengetahuan kurang baik dengan penerapan baik berjumlah 29

responden (26,1%) sedangkan penerapan K3 baik dengan pengetahuan baik

berjumlah 7responden (6,3%) dan penerapan K3 kurang baik dengan

pengetahuan kurang baik berjumlah 12 responden (10,8%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ivana, dkk (2014) yang meneliti tentang

analisa komitmen manajemen rumah sakit (RS) terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) pada RS Prima Medika Pemalang, dengan hasil

penelitian yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara penyuluhan k3

dengan komitmen manajemen RS terhadap pelaksanaan K3 rumah sakit, yang

memperoleh nilai p < 0,05. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh

Ernawati dan Nurlelawati (2015), yang meneliti tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan pelaksanaan penerapan penyuluhan K3 pada tenaga

kesehatan di RSIA Permata Sarana Husada, dengan hasil penelitian yaitu

terdapat hubungan yang bermakna antara keyakinan dengan pelaksanaan

penerapan K3 pada tenaga Kesehatan di RSIA Permata Sarana Husada yang

memperoleh nilai p = 0,001.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana, dkk, menunjukkan bahwa

jenis pekerjaan yang pernah mengalami kecelakaan di instalasi gawat darurat


84

ataupun instalasi rawat inap meliputi proses pengambilan sampel darah,

pemasangan infus pasien, perjalanan pergi dan pulang kerja (kecelakaan

lalulintas), proses injeksi obat kepada pasien dan proses penjahitan luka pada

pasien. Proses pekerjaan yang mengalami kecelakaan terbanyak yaitu proses

pemasangan infus yaitu sebanyak 3 kasus (33,4%) dari 9 kasus. Hasil studi

menunjukkan bahwa faktor bahaya di instalasi gawat darurat terdiri dari

bahaya fisik, biologi, ergonomi, perilaku, dan psikologis.Faktor bahaya fisik

merupakan yang dominan yaitu jarum suntik (benda tajam) yang berdampak

luka tusuk dan tertular penyakit menular dari pasien.

Berdasarkan pernyataan diatas peneliti berasumsi bahwa penyuluhan

K3 di RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh sudah dilaksanakan dengan baik

meskipun masih ada beberapa perawat tidak melaksankan penyuluhan K3 di

rumah sakit. Jadi dapat di simpulkan bahwa pelatihan K3 sangat penting

untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan perawat dan dapat menambah

wawasan yang lebih luas mengenai pentingnya kesehatan dan keselamatan

kerja di rumah sakit.

3. Pelatihan K3

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan pelatihan K3 di RSUD Dr. Adnaan

Wd Payakumbuh bahwa dari 20 orang responden 16 orang responden (70%)

dilaksanakan pelaksanaan K3 dan 4 orang responden (30%) yang tidak

dilaksanakan pelatihan K3. Dari hasil perhitungan penelitian dari 7 pertanyaan

yang ada sudah dilaksankan dengan baik oleh perawat tetapi terdapat 1
85

pertanyaan dengan jumlah terendah terdapat pada pertanyaan kuesioner pada

pertanyaan“ Saya mamapu untuk melakukan identifikasi fakor risiko seperti

bahaya fisik, kimiawi, biologis dan potensi bahaya lainnya.

Menurut Wawan dan Dewi (2010) salah satu manfaat pelatihan k3 adalah

melakukan identikasi faktor risiko seperti bahaya fisik, kimiawi, biologis dan

potensi bahaya lainnya.

Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian Kun Dwi Apriliawati

(2017) Pelatihan K3 ini rutin dilakukan setiap tahunnya oleh tim K3RS dan

bagian diklat RS. Pelatihan bidang K3 yang diadakan oleh rumah sakit yaitu

pelatihan tanggap darurat dan pelatihan kebakaran.

Selain itu Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa salah satu cara yang dapat

diterapkan untuk merubah perilaku perawat yaitu dengan meningkatkan

persepsi, pengetahuan dan sikap perawat dalam menjaga kesehatan dan

keselamatan selama bekerja, diantaranya dengan memberikan promosi

kesehatan dan pelatihan tentang K3 sehingga diharapkan mampu merubah

perilaku perawat menjadi lebih baik.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana, dkk, menunjukkan bahwa

jenis pekerjaan yang pernah mengalami kecelakaan di instalasi gawat darurat

ataupun instalasi rawat inap meliputi proses pengambilan sampel darah,

pemasangan infus pasien, perjalanan pergi dan pulang kerja (kecelakaan

lalulintas), proses injeksi obat kepada pasien dan proses penjahitan luka pada

pasien. Proses pekerjaan yang mengalami kecelakaan terbanyak yaitu proses


86

pemasangan infus yaitu sebanyak 3 kasus (33,4%) dari 9 kasus. Hasil studi

menunjukkan bahwa faktor bahaya di instalasi gawat darurat terdiri dari

bahaya fisik, biologi, ergonomi, perilaku, dan psikologis.

Berdasarkan pernyataan diatas peneliti berasumsi bahwa pelatihan K3 di

RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh sudah dilaksanakan dengan baik

meskipun masih ada beberapa perawat tidak melaksankan pelatihan K3 di

rumah sakit.Jadi dapat di simpulkan bahwa pelatihan K3 sangat penting untuk

meningkatkan pengetahuan keterampilan perawat dan membantu perawat

melakukan pekerjaannya dengan aman tanpa menimbulkan resiko pada

kesehatannya, serta meminalisir tingkat kecelakaan kerja pada perawat di

Rumah Sakit.

4. Pelaksanaan Program K3

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan program K3 di RSUD Dr. Adnaan

Wd Payakumbuh bahwa dari 20 responden 11 orang perawat (55%) yang

dilaksanakan pelaksanaan program K3 dan 9 orang perawat (45%) yang tidak

dilaksanakan pelaksanaan program K3. Dari hasil perhitungan penelitian dari

7 pertanyaan yang ada sudah dilaksankan dengan baik oleh perawat tetapi

terdapat 1 pertanyaan dengan jumlah terendah terdapat pada pertanyaan

kuesioner yaitu “Pihak rumah sakit memeriksa kesehatan petugas secara

berkala dan khusus”.


87

Menurut Permenkes (2018) bahwa salah satu Standar Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja adalah Pemeriksaan kesehatan pada perawatsecara berkala

sebagaimana dimaksud harus dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun sekali.

Pertanyaan diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sridadi

(2016) pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan pada waktu-waktu

tertentu terhadap pekerja guna memelihara tingkat kesehatan pekerja selama

bekerja sekaligus mengetahui kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari

pekerjaan sedini mungkin yang perlu dikendalikan dengan tindakan preventif.

Berdasarka hasil yang didapat dari beberapa penelitian, beberapa

diantaranya yaitu, (Nazirah, Yusnardi, 20217) di dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa sebagian besar perawat pelaksanaan memiliki perilaku

yang baik dalam penerapan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

baik ditinjau dari faktor internal (52.5%) maupun faktor eksternal(58.8%).

Kemudian (Hanifah, dkk, 2017) di dalam penelitiannya untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan upaya penerapan K3 telah

dilakukan padaseluruh perawat departemen dengan mengambil responden

mayoritas usia 25- 34 tahun 58%), mengenyam pendidikan terakhir D-III

(94%), memiliki lama kerjadi RS lebih dari satu tahun (87%),memiliki lama

kerja di DepartemenObstetri dan Ginekologi lebih dari satutahun (84%), tidak

pernah terkena penyakitakibat kerja (100%), dan satu orang mengalami

penyakit akibat hubungan kerja(3%). Hasilnya , mayoritas respondenv

memiliki tingkat pengetahuan K3 yangcukup (61%), yaitu sebanyak 19


88

orang.mayoritas responden memiliki upaya penerapan K3 yang baik (68%),

yaitu sebanyak 21 orang, terdapat hubungan bermkna antara tingkat

pengetahuan dan upaya penerapan K3 pada perawatDepartemen Obstetri dan

Ginekologi(P=0,049). (Sharima Chairunnisa Lubis, 2020).

Berdasarkan pernyataan diatas peneliti berasumsi bahwa pelaksanaan program

K3 di RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh sudah dilaksanakan dengan baik

meskipun masih ada beberapa perawat tidak melaksankan pelaksanan

program K3 di rumah sakit.Jadi dapat di simpulkan bahwa pelaksanaan

program K3 sangat penting untuk melindungi perawat pada saat melakukan

asuhan keperawatan supaya tidak terjadinya kecelakaan saat bekerja

membantu perawat melakukan pekerjaannya dengan aman tanpa

menimbulkan resiko pada kesehatannya, serta meminalisir tingkat kecelakaan

kerja pada perawat.


89
90

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang Gambaran Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh tahun 2021.

Maka dapat diambil kesimpulan:

1. Berdasarkan umur didapat sebanyak 16 orang responden (70%) >30 tahun, 4

orang responden (30%) berumur <30 tahun. Menurut jenis kelamin di ruangan

melati dan anggrek memiliki perawat semuanya berjenis kelamin perempuan

20 orang responden (100%). 12 orang responden (60%) berpendidikan D3

Keperawatan, 8 orang responden (40%) berpendidikan S1 Keperawatan. 6

orang responden (30%) >10 tahun dan 14 orang responden (70%) <10 tahun.

2. Berdasarkan Penyuluhan K3 didapat sebanyak 9 orang responden (45%) di

RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh yang menyatakan tidak melakukan

penyuluhan K3 di rumah sakit.

3. Berdasarkan Pelatihan K3 didapat sebanyak 8 orang responden (40%) di

RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh yang menyatakan tidak melakukan

pelatihan K3 di rumah sakit.

4. Berdasarkan Pelaksanaan Program K3 sebanyak 9 orang responden (45%) di

RSUD Dr Adnaan WD Payakumbuh yang menyatakan tidak melakukan

pelaksanakan program K3.


91

B. SARAN
Dari hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar pihak RSUD Dr Adnaan WD

Payakumbuh :

1. Diharapkan institusi memastikan semua perawat melaksanakan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja supaya terjaminnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja

pada perawat dan apabila Kesehatan dan Keselamatan pada perawat sudah

terlaksana dengan baik maka perawat dapat memberikan pelayanan

keperawatan dengan efektif.

2. Kepada karyawan atau perawat dapat melaksanakan penyuluhan, pelatihan

dan pelaksanaan K3 dengan baik agar dapat terhindar dari kecelakaan akibat

kerja.

3. Kepada mahasiswa khususnya program studi Administrasi Rumah Sakit dapat

menjadi bahan ajar untuk memahami bahwa pentingnya K3 di rumah sakit.

4. Kepada peneliti selanjutnya untuk dapatmelanjutkan penelitian ini dengan

menggunakan metode penelitian dan cara ukuryang berbeda, seperti

mengobservasi upaya penerapan kesehatan dan keselmatan kerja di ruang

rawat inap ataudapat menghubungkan penerapan K3 terhadap variabel lain.


92

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, 2016. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tentang Rumah Sakit


dan Karakter Rumah Sakit.

PMK RI NO.66/2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.

Apriliawati Kun Dwi, 2017. Dalam Laili Rizqiatul Konsep Dasar K3 di Rumah Sakit

Dian, Purnama. 2018. Analisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di


Rumah Sakit Umum Daerah Solok Tahun 2017.Skripsi

Lubis, SAN. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Beberapa Rumah
Sakit Indonesia.

Rahmawati, Ruli. 2017. “Gambaran Penerapan Program Kesehatan Dan Keselamatan


Kerja Rumah Sakit (K3RS) Pada Perawat Di RSUD Tugurejo Semarang”

340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klarifikasi Rumah Sakit.

Salikunna dkk, 2011.Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan


Kerja di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar.

Silviasari yang dikutip oleh Ibrahim, dkk dalam Sembiring Feagitha Sisilia,
2018.Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sait Umum
Daerah Kabanjahe Kabupaten Karo Sumatra Utara.Skripsi

Muninjaya, 2012. Pengertian Rumah Sakit diakses dari


http://eprints.ums.ac.id/39730/2/04.%20BAB%20I.pdf

Azwar & Sjefi dalam Hidayah Nurul Aep, 2016. Konsep Rawat Inap.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.


93

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/148//1/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.

Simson Hutagalung*, Mirwan Surya Perdhana 2016.Pengaruh Karakteristik


Demografis (Usia,Gender,Pendidikan), Masa Kerja Dan Kepuasan
Gajiterhadap Komitmen Afektif)

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.

Departemen Kesehatan RI Jakarta, 2009.Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di


Rumah Sakit (K3RS).

Adnani dan Swarjana dalam Sembiring Feagitha Sisilia, 2018.Penerapan


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sait Umum Daerah Kabanjahe
Kabupaten Karo Sumatra Utara.Skripsi

Bell, J. Collins, James. Dalsey, Elizabeth. Sublet,2010 dalam Shofi Auliya Sari
Nasution. Penerapan, Tujuan, dan Manfaat K3 di Rumah Sakit Terkait
denganAsuhan Keperawatan

Try Ayu Amanda Pasaribu, 2020. Pentingnya Kebijakan K3 Dalam Keperawatan

Sharima Chairunnisa Lubis, 2020. Pentingnya Pengetahuan Perawat Dalam


Upayapelaksanaan K3 Di Rumah Sakit

Paul A.T. Kawatu*, Budi T. Ratag, 2020.Gambaran Penerapan Program Keselamatan


Dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (K3rs) Di Rumah Sakit Advent Manado
94

Notoadmojo dalam Isnani Handayani, 2010.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap


Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) Dengan Penerapan Standar Operasional
Prosedur (Sop) Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Puruk Cahu

Sridadi 2016 dalam Dirga Simon Alvarez Lasut*, Paul A. T. Kawatu*, Rahayu H.
Akili*AnalisisPelaksanaan Standar Pelayanan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit (K3rs) Di Rumah Sakit Umum Daerah
Noongankabupatenminahasa.

Ivana dalam Ezra Zimri Ruben Abiam Mantiri dkk. 2020. Faktor Psikologi Dan
Perilaku Dengan Penerapan Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit.
95

LAMPIRAN

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Berhubung dengan pengumpulan data penelitian untuk tugas akhir karya tulis ilmiah
maka saya:

Nama : Eza Umayah

Nim : 181000213461005
Program Studi : D-III Administrasi Rumah Sakit
Memohon atas ketersediaan saudara untuk mengisi data berikut.Ketersediaan
saudara untuk mengisi kuesioner yang berhubungan dengan penyusunan karya
tulis ilmiah ini sangat diharapkan.Terimakasih atas kerjasamanya Bapak/Ibu
hingga terselesainya pengumpulan data dalam rangka penelitian ini.
Kuesioner ini bertujuan untuk melihat gambaran pelaksanaanK3 di instalasi
rawat inap di RSUD Adnaan WD Payakumbuh.

1. Data Identitas Responden


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Lama bekerja :
2. Petunjuk Pengisian Kuesioner
a Pilihlah jawaban dengan memberikan tanda cheklist (√) pada salah
satu jawaban yang paling sesuai menurut anda. Penilaian dilakukan
berdasarkan skala sebagai berikut:
Dilakukan : 2
Tidak Dilakukan: 1
b Setiap pernyataan hanya memebutuhkan satu jawaban saja
c Mohon memberikan jawaban yang sebenarnya.
96

A. Penyuluhan K3

No Pertanyaan Dilakukan Tidak


Dilakukan
1. Pihak rumah sakit melakukan
pemeriksaan kesehatan bagi
calon perawat yang akan
bekerja di rumah sakit
2. Pihak rumah sakit melakukan
sosialisasi mengenai
pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja di rumah
sakit
3. Pihak rumah sakit melakukan
penyuluhan secara rutin kepada
perawat
4. Pihak rumah sakit melakukan
pemeriksaan kesehatan khusus
pada perawat yang telah
mengalami penyakit yang
memerlukan perawatan yang
lebih dari 2 (dua) minggu
5. Pihak rumah sakit
melaksanakan penyuluhan
kesehatan kerja secara berkala
dan berkesinambungan sesuai
kebutuhan dalam rangka
menciptakan budaya K3.
97

6. Pihak rumah sakit


melaksanakan penyuluhan
tentang risiko dan bahaya
khusus di tempat kerjanya;
7. Pihak rumah sakit
melaksanakan penyuluhan
tentang informasi umum rumah
sakit danfasilitas atau sarana
yang terkait dengan K3
98

B. Pelatihan dan Pendidikan K3

No Tidak
Pertanyaan Setuju Setuju

1. Pelatihan K3 dapat meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan saya saatbekerja.
2. Pelatihan K3 membantu pekerja melaksanakan
pekerjaannya dengan aman tanpa menimbulkan
risiko bagi kesehatannya.
3. Pelatihan K3 dapat mengurangi kecelakaan kerja
pada saat saya bekerja.
4. Pelatihan K3 dapat mengurangi absensi dan
penggantian kerja.
5. Mengurangi biaya kompensasi akibat kecelakaan
kerja dan PAK.
6. Mengurangi biaya pemeliharaan mesin dan
kerusakan alat kerja.
7. Pelatihan K3 dapat meningkatkan kepuasan kerja

8. Meningkatkan produktifitas kerja

9. Membangun komunikasi menjadi lebih baik.

10. Menciptakan kerjasama yang baik.

11. Mengembangkan budaya K3 yang positif dalam


lingkungan kerja yang aman dan sehat.
12. Mampu untuk melakukan identikasi faktor risiko
seperti bahaya fisik, kimiawi, biologis dan potensi
bahaya lainnya
99

C. Melaksanakan Program K3

No Pertanyaan Ada Tidak


Ada
1. Pihak rumah sakit menyediakan alat pelindung diri
dan keselamatan kerja
2. Pihak rumah sakit memeriksa kesehatan petugas
secara berkala dan khusus
3. Pihak rumah sakit menyiapkan pedoman
pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat.
4. Pihak rumah sakit menempatan pekerja pada
pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan.
5. Pengobatan pekerja yang sedang menderita sakit
6. Menciptakan lingkungan kerja yang higenis secara
teratur.
7. Melaksanakan biological monitoring.
8. Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja.
100

Master Tabel

Karakteristik Responden Penyuluhan K3


Nama Umur Koding Jenis Kelamin Koding Pendidikan Koding Lama Bekerja Koding P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7

R1 28 tahun 1 PR 2 D3 1 6 tahun 2 2 1 1 1 2 2 2

R2 29 tahun 1 PR 2 S1 2 4 tahun 1 2 1 1 1 2 2 2

R3 25 tahun 1 PR 2 D3 1 3 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1

R4 32 tahun 2 PR 2 D3 1 3 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1

R5 30 tahun 2 PR 2 S1 2 5 tahun 2 1 1 1 1 1 1 1

R6 28 tahun 1 PR 2 S1 2 4 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1

R7 31 tahun 2 PR 2 S1 2 3 tahun 1 1 1 1 1 1 1 1

R8 38 tahun 2 PR 2 D3 1 10 tahun 2 2 1 1 1 1 2 1

R9 35 tahun 2 PR 2 D3 1 5 tahun 2 1 1 1 2 2 2 2

R10 43 tahun 2 PR 2 S2 2 15 tahun 2 2 1 1 1 2 1 2

R11 41 tahun 2 PR 2 S1 2 10 tahun 2 2 1 1 1 2 2 2

R12 42 tahun 2 PR 2 D3 1 10 tahun 2 2 1 1 1 2 2 2

R13 37 tahun 2 PR 2 D3 1 10 tahun 2 2 1 1 1 1 2 2

R14 30 tahun 2 PR 2 D3 2 5 tahun 2 2 1 1 1 2 2 2

R15 32 tahun 2 PR 2 D3 1 7 tahun 1 2 1 1 1 1 1 1

R16 27 tahun 1 PR 2 S1 2 2 tahun 1 2 1 1 1 1 1 1

R17 40 tahun 2 PR 2 D3 1 12 tahun 2 1 1 1 1 2 2 1

R18 33 tahun 2 PR 2 S1 2 8 tahun 1 2 1 1 1 2 2 2

R19 30 tahun 2 PR 2 D3 2 5 tahun 1 2 1 1 1 1 2 2

R20 28 tahun 1 PR 2 D3 1 4 tahun 1 2 1 1 1 1 1 1

Mean

keterangan:

R : Responden

PR : Perempuan

P : Penyuluhan
101

Pelatihan K3
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 Total
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 Dilaksanakan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 14 Tidak Dilaksanakan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 13 Tidak Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 22 Dilaksanakan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Tidak Dilaksanakan
1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 16 Dilaksanakan
1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 18 Dilaksanakan
2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 18 Dilaksanakan
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 13 Tidak Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 19 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 20 Dilaksanakan
2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 16 Dilaksanakan
2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 19 Dilaksanakan
1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 16 Dilaksanakan
19.2
Keterangan
: Keterangan:
TD : 4 (30%)
D: 16 (70%)
keterangan:
P:
Pelatihan
102

Melaksanakan Program K3
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Total
2 2 2 2 2 2 2 2 18 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 18 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 18 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 18 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 18 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 18 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 18 Dilaksanakan
2 1 1 2 1 2 1 1 12 Tidak Dilaksanakan
2 2 2 2 2 2 2 2 18 Dilaksanakan
2 1 2 1 1 1 2 2 14 Tidak Dilaksanakan
2 1 1 1 2 2 1 1 12 Tidak Dilaksanakan
2 1 2 1 1 2 1 1 13 Tidak Dilaksanakan
2 2 2 1 1 1 2 2 15 Dilaksanakan
2 1 1 1 1 2 2 2 13 Tidak Dilaksanakan
2 1 1 1 1 2 2 2 13 Tidak Dilaksanakan
2 1 2 2 2 2 1 1 15 Dilaksanakan
2 2 2 2 2 1 1 1 15 Dilaksanakan
2 1 2 2 2 1 1 1 14 Tidak Dilaksanakan
2 1 2 1 1 1 2 2 14 Tidak Dilaksanakan
2 1 1 2 2 1 2 1 13 Tidak Dilaksanakan
15.4
Keterangan :
TD : 9 (45%)
D : 11 (55%)
103

Frequencies

Statistics

UMUR JENIS_KELAMIN PENDIDIKAN LAMA_BEKERJA

Valid 20 20 20 20
N
Missing 0 0 0 0

Frequency Table

UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

<30 TAHUN 6 30.0 30.0 30.0

Valid ≥30 TAHUN 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

JENIS_KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PR 20 100.0 100.0 100.0


104

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

D3 10 50.0 50.0 50.0

Valid S1 10 50.0 50.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

LAMA_BEKERJA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

<10 TAHUN 10 50.0 50.0 50.0

Valid ≥10 TAHUN 10 50.0 50.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


105

Frequencies

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7

Valid 20 20 20 20 20 20 20
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0

Statistics

PE1 PE2 PE3 PE4 PE5 PE6 PE7

Valid 20 20 20 20 20 20 20
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0

Statistics

PE8 PE9 PE10 PE11 PE12 M1 M2

Valid 20 20 20 20 20 20 20
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0

Statistics

M3 M4 M5 M6 M7 M8

Valid 20 20 20 20 20 20
N
Missing 0 0 0 0 0 0
106

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 7 35.0 35.0 35.0

Valid Dilakukan 13 65.0 65.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak dilakukan 20 100.0 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak dilakukan 20 100.0 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 19 95.0 95.0 95.0

Valid dilakukan 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


107

P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 11 55.0 55.0 55.0

Valid dilakukan 9 45.0 45.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 9 45.0 45.0 45.0

Valid dilakukan 11 55.0 55.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 10 50.0 50.0 50.0

Valid dilakukan 10 50.0 50.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


108

PE1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 7 35.0 35.0 35.0

Valid dilakukan 13 65.0 65.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

PE2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 7 35.0 35.0 35.0

Valid dilakukan 13 65.0 65.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

PE3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 7 35.0 35.0 35.0

Valid dilakukan 13 65.0 65.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


109

PE4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 8 40.0 40.0 40.0

Valid dilakukan 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

PE5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 8 40.0 40.0 40.0

Valid dilakukan 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

PE6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 6 30.0 30.0 30.0

Valid dilakukan 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


110

PE7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 8 40.0 40.0 40.0

Valid dilakukan 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

PE8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 8 40.0 40.0 40.0

Valid dilakukan 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

PE9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 9 45.0 45.0 45.0

Valid dilakukan 11 55.0 55.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


111

PE10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 8 40.0 40.0 40.0

Valid dilakukan 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

PE11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 9 45.0 45.0 45.0

Valid dilakukan 11 55.0 55.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

PE12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 11 55.0 55.0 55.0

Valid dilakukan 9 45.0 45.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


112

M1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid dilakukan 20 100.0 100.0 100.0

M2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 10 50.0 50.0 50.0

Valid dilakukan 10 50.0 50.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

M3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 5 25.0 25.0 25.0

Valid dilakukan 15 75.0 75.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


113

M4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 7 35.0 35.0 35.0

Valid dilakukan 13 65.0 65.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

M5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 7 35.0 35.0 35.0

Valid dilakukan 13 65.0 65.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

M6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 6 30.0 30.0 30.0

Valid dilakukan 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


114

M7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 6 30.0 30.0 30.0

Valid dilakukan 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

M8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tidak dilakukan 7 35.0 35.0 35.0

Valid dilakukan 13 65.0 65.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai