Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN SOSIOLOGI

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pendekatan Studi Islam

Disusun Oleh:

Meti Muji Pangestika (23412060009)

Himatun Aliyah (234120600013)

Ikrimatul Aola (234120600015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

PROFESOR KIAI HAJI SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

2023
A. PENDAHULUAN
Dalam prespektif sosiologis, agama dipandang sebagai system kepercayaan yang
diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu. (Henri I, Tischler, 1990: 380). Sosiologi
berkaitan dengan pengalaman manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Sehingga
setiap tindakan yang diperankan akan berkaitan dengan sistem keyakinan dari ajaran agama
yang dianutnya. Perilaku individu dan sosial digerakkan oleh kekuatan dari dalam yang
berdasarkan pada nilai nilai ajaran agama yang menginternalisasi sebelumnya.
Mengkaji fenomena keagamaan berarti mempelajari perilaku manusia dalam
kehidupan beragamanya. Fenomena keagamaan itu sendiri ialah perwujudan dari sikap dan
perilaku yang menyangkut hal hal yang dipandang suci., keramat yang berasal dari hal hal
yang bersifat ghaib. Jika mencoba digambarkan dengan pendekatan sosiologi, maka
fenomena keagamaan itu berakumulasi pada perilaku manusia dalam kaitannya dengan
struktur struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, (Dwi Narwako, 2007:3)
Para sosiolog menggunakan bentuk metodologi ateisme dalam mengkaji hal hal
yang diluar segala kesanggupan manusia. (Peter Canoly, 2002: 268) dengan
mempertanyakan “apakah Tuhan ada, model keyakinan dan ritual keagamaan apa yang
masih bertahan dalam lingkungan kehidupan tertentu dan mengapa masih bertahan?, apa
kaitan antara lingkungan personal dan konteks sosial tertentu dengan keyakinan Tuhan,
dan apakah pengaruh penjelasan keagamaan mengenai penderitaan terhadap uapaya sosial
untuk memperbaiki penderitaan itu.
Perdenatan utama dalam sosiologi agama kontemporer adalah antara pembela dan
penentang sekularisasi yang mendominasi teori teori sosial. Sekularisasi mengacu pada
proses dimana agama kehilangan dominasi dan signifikansi sosial dalam masyarakat.
B. PENGERTIAN PENDEKATAN SOSIOLOGI
Kata sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu “socius” yang berarti teman dan
“logos” yang berarti berkata atau berbicara tentang manusia yang berteman atau
bermasyarakat. Secara terminology sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses sosial termasuk perubahan sosialnya. Adapun objek sosiologi yaitu masyarakat
yang dilihat berdasarkan hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan
manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuan dari sosiologi yaitu meningkatkan daya
kemampuan mausia dalam beradaptasi dengan lingkungannya. (Doda, Zerihun: 2005)
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang memiliki paradigm ganda. Adapun struktur
paradigma dalam sosiologi yaitu sebagai berikut:
Paradigma sosiologi lahir dari teori-teori sosiolog dari masa klasik hingga era
modern ini. Menurut Thomas Khun mengatakan bahwa paradigma sosiologi berkembang
secara revolusi bukan secara kumulatif seperti pendapat sosiolog sebelumnya. Khun
menyekemakan munculnya paradigma sebagai berikut: Paradigma I → Normal Science →
Anomalies → Crisis → Revolus I→ Paradigma II. Sehingga paradigma sosiologi dapat
berkembang sesuai dengan fakta sosial. Pradigma inilah yang akan digunakan sebagai alat
untuk mengkaji studi Islam, dalam pengkajian studi Islam peneliti bebas memilih
paradigma yang ada di dalam sosiologi untuk mengkaji masyarakat Islam. George Ritzer
mengetengahkan bahwa paradigma-paradigma dalam sosiologi walaupun hasilnya berbeda
namun tidak ada perselisihan di antara paradigma tersebut selama masih sejalan dengan
hukum ilmiah. Meskipun begitu umumnya paradigma itu memiliki keunggulan pada
masing-masing masalah yang dikajinya.
Pendekatan sosiologi dalam hal ini adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunkaan dalam memahami agama.
Jalaludin Rakhmat berpendapat bahwa agama dapat diteliti dengan menggunkan berbagai
paradigma agama yang mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya.
Jika menggunakan pendekatan yang berbeda maka akan dipoeroleh hasil yang berbeda
pula. Tetapi, hal itu tidak dipermasalahkan selama masih sesuai dengan standar ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dikritisi secara empiris.
C. SIGNIFIKANSI DAN KONTRIBUSI PENDEKATAN SOSIOLOGI DALAM
STUDI ISLAM
Signifikansi pendekatan sosiologi dalam studi Islam, salah satunya adalah dapat
memahami fenomena sosial berkenaan dengan ibadah dan muamalat. Pentingnya
pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat dipahami karena banyak sekali
ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Jalaludin Rahmat telah menunjukkan
betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini adalah Islam terhadap masalah sosial,
dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut. Pertama, dalam al-Qur’an atau kitab
Hadis, proporsi terbesar kedua sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan
mu’amalah. Kedua, bahwa ditekankanya masalah muamalah atau sosial dalam Islam ialah
adanya kenyataan apabila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan Muamalah
yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan, melainkan tetap
dikerjakan sebagaimana mestinya. Ketiga, bahwa ibadah yang mengandung segi
kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar dari ibadah yang bersifat perorangan. Keempat,
dalam Islam terdapat ketentuan apabila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal,
karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya ialah melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan masalah sosial. Kelima, dalam Islam terdapat ajar-an amal baik dalam
bidang Kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar dari pada ibadah Sunnah.
D. TEORI TEORI PENDEKATAN SOSIOLOGI
Untuk menghasilkan suatu teori tentulah melalui pendekatan-pendekatan, demikian
halnya dengan teori-teori sosiologi. Ada tiga pendekatan utama sosiologi, yaitu :
1. Pendekatan Fungsional.
Pendekatan struktural–fungsional terkenal pada akhir 1930-an, dan mengandung
pandangan makroskopis terhadap masyarakat. Walaupun pendekatan ini bersumber
pada sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile Durkheim, Vill Predo
Hareto, dan beberapa antropolog sosial Inggris, namun yang pertama mengemukakan
rumusan sistematis mengenai teori ini adalah Halcot Parsons, dari Harvard. Teori ini
kemudian dikembangkan oleh para mahasiswa Parson, dan para murid mahasiswa
tersebut, terutama di Amerika. Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar yaitu:
Masyarakat terbentuk atas substruktur-substruktur yang dalam fungsi-fungsi
mereka masing-masing, saling bergantung, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi
dalam fungsi satu sub-struktur dengan sendirinya akan tercermin pada
perubahanperubahan yang terjadi dalam struktur-struktur lainnya pula. Karena itu,
tugas analisis sosiologis adalah menyelidiki mengapa yang satu mempengaruhi yang
lain, dan sampai sejauh mana. Setiap struktur berfungsi sebagai penopang aktivitas-
aktivitas atau substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-contoh
sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga, perekonomian, politik, agama,
pendidikan, rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.
2. Pendekatan konflik.
Pendekatan pendekatan konflik atau marxien merupakan pendekatan alternatif
paling menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-struktural sosial makro. Karl
Marx (1818-1883) adalah tokoh yang sangat terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis
internasional. Meskipun sebagian besar tulisannya ia tujukan untuk mengembangkan
sayap gerakan ini, tetapi banyak asumsinya yang dalam pengertian modern diakui
sebagai bersifat sosiologis. Marx mengajukan teori sosialismenya yakni suatu solusi
final agar seluruh sumber daya dapat dimiliki oleh semua orang. Dan revolusi-revolusi
lanjutan tidak lagi diperlukan karena idealnya tidak ada lagi kelaparan,
pengeksploitasian dan konflik.
3. Pendekatan interaksionisme
Pendekatan intraksionalisme-simbolis merupakan sebuah perspektif mikro dalam
sosiologi, yang barang kali sangat spekulatif pada tahapan analisisnya sekarang ini.
Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit sekali prasangka idiologis, walaupun
meminjam banyak dari lingkungan barat tempat dibinanya pendekatan ini.
Pendekatan intraksionisme simbolis lebih sering disebut pendekatan intraksionis
saja, bertolak dari interaksi sosial pada tingkat paling minimal. Dari tingkat mikro ini
ia diharapkan memperluas cakupan analisisnya guna menangkap keseluruhan
masyarakat sebagai penentu proses dari banyak interaksi. Manusia dipandang
mempelajari situasisituasi transaksi-transaksi politis dan ekonomis, situasi-situasi di
dalam dan di luar keluarga, situasi-situasi permainan dan pendidikan, situasi-situasi
organisasi formal dan informal dan seterusnya.
E. PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
Awal mula perkembangan sosiologi bisa dilacak pada saat terjadinya revolusi
Perancis dan revolusi industri sepanjang abad ke-19 yang menimbulkan kekhawatiran,
kecemasan dan sekaligus perhatian dari para pemikir di waktu itu tentang dampak yang
ditimbulkan dari perubahan dahsyat di bidang politik dan ekonomi kapitalistik di masa itu.
Para tokoh yang dianggap mencetuskan ide-ide sosiologi yang dikenal dengan teori klasik
diantaranya adalah Durkheim, Weber, Simmel, Marx, Spencer, dan Comte di Eropa; dan
Summer, Mead, Cooley, Thomas, dan Znaniecki di Amerika. Sedangkan para sosiologi
masa kini diantaranya seperti Merton, Parsons, Homans, Blau dan Goffman, atau aliran-
aliran teori sosiologi masa kini seperti fungsionalisme, interaksionalisme simbol, teori
konflik/teori kritis, teori pertukaran, pendekatan fenomonologis atau etimonologis (Robert
M.Z, 1994: 4).
Semenjak kelahirannya, sosiologi concern dengan studi agama, meskipun perhatian
sosiologi terhadap agama menguat dan melemah. Karya-karya founding fathers sosiologi,
termasuk Comte, Durkheim, Marx, dan Weber, sering mengacu pada wacana-wacana
teologis atau studi perilaku dan sistem keyakinan keagamaan. Namun demikian, di
pertengahan abad ke-20, para sosiolog baik di Eropa maupun Amerika Utara, melihat
bahwa agama memiliki signifikansi marginal dalam dunia sosial, dan sosiologi agama
bergerak dalam garis tepi studi sosiologis. Seiring dengan datangnya apa yang oleh
sebagian orang disebut dengan postmodernitas, dan sebagian lainnya menyebutnya dengan
modernitas tinggi atau terkini (high or late modernity) dan bangkitnya agama dalam
beragam kontek global, agama kembali memperoleh signifikansi sosiologis baik dalam
masyarakat yang sedang berkembang, maupun di Eropa, dan Amerika Utara.
Konsekuensinya, studi sosiologis terhadap agama mulai keluar dari garis tepi disiplinnya
dan memanifestasikan tumbuhnya minat pada mainstream sosiologis yang memfokuskan
perhatiannya di sekitar persoalan ekologi dan perwujudan, gerakan sosial dan protes sosial,
globalisasi, nasionalisme, dan postmodernitas (Peter Connolly, 2002: 269-270).
Tokoh August Comte dan Henri Saint-Simon adalah orang yang dikenal sebagai
bapak (pendiri) sosiologi karena kata sosiologi (berasal dari kata societas berarti
masyarakat dan logos berarti pengetahuan) diciptakan oleh Comte. Selain itu, dia juga telah
memberikan sumbangan paling besar dalam ilmu sosiologi. Kebanyakan konsep, prinsip,
dan metode yang sekarang dipakai dalam sosiologi berasal darinya (Dwi Narmoko, 2007:
4).
F. KARAKTERISTIK DASAR PENDEKATAN SOSIOLOGI
Secara epistemologis, ilmu sosial, dalam perkembangannya lebih berakiblat pada
tradisi ilmu alam dari pada humaniora. Hal ini berakibat pada pendekatan-pendekatan
kuantitatif dan bahkan matematik statistikal dengan parameter yang terukur juga dipakai
untuk mengamati objek sosial. Berangkat dari pendekatan positivisme dan empirisisme,
mereka memanfaatkannya untuk tujuan melakukan rekayasa sosial, sama seperti ilmu
alam. Namun dalam perkembangan selanjutnya, ilmu sosial memperlihatkan adanya
kecenderungan pada ilmu-ilmu humaniora. Hal ini disebabkan karena para ahli sosiologi
sendiri akhirnya menyadari bahwa objek yang diteliti bukanlah benda-benda organik
maupun non-organik yang dapat dihitung, diukur, maupun diotak-atik sesuai keinginan
peneliti. Akan tetapi, objek ilmu sosial adalah manusia, yang selain merupakan bagian dari
alam fisik, manusia juga memiliki keinginan, nafsu, akal budi, perilaku dan keyakinan yang
kompleks. Dari sini, jelas kajian sosiologis tidak bisa dilakukan dengan pendekatan ilmu-
ilmu alam.
Teorisasi sosiologis tentang watak agama serta kedudukan dan signifikansinya
dalam dunia sosial, mendorong ditetapkannya serangkaian kategori-kategori sosiologis,
meliputi: a) Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas. b) Kategori biososial, seperti
seks, gender, perkawinan, keluarga, masa kanak-kanak, dan usia. c) Pola organisasi sosial
meliputi politik, produksi ekonomis sistem-sistem pertukaran, dan birokrasi. d) Proses
sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal, penyimpangan, dan
globalisasi. (Peter Connoly, 2002: 279).
Adapun paradigma yang dikembangkan dalam penelitian sosial-agama
dikategorikan dalam 3 macam: a) Paradigma Positivistik, yaitu dengan menempatkan
fenomena sosial dipahami dari perspektif luar (other perspective) yang bertujuan untuk
menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi, proses kejadiannya, hubungan antar variabel,
bentuk dan polanya. b) Paradigma Naturalistik, yaitu berdasarkan subjek perilaku yang
bertujuan untuk memahami makna perilaku, simbol-simbol & fenomena-fenomena. c)
Paradigma Rasionalistik (verstehen), yaitu melihat realita sosial sebagaimana yang
dipahami oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang ada dan didialogkan dengan
pemahaman subjek yang diteliti (data empirik). Paradigma ini sering digunakan dala
penelitian filsafat, bahasa, agama (ajarannya) dan komunikasi yang menggunakan metode
semantik, filologi, hermeneutika adan conyent analysis. (Sahiron Syamsudin, 2007: 51).
Sedangkan dalam sosiologi agama mempelajari aspek sosial agama. Objek
penelitian agama dengan pendekatan sosiologi menurut Keith A. Robert (1994: 21)
memfokuskan pada: a) Kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan (meliputi
pembentukannya, kegiatan demi kelangsungan hidupnya, pemeliharaannya, dan
pembubarannya). b) Perilaku individu dalam kelompok-kelompok tersebut (proses sosial
yang mempengaruhi stasus keagamaan dan perilaku ritual). c) Konflik antar kelompok.
Sedangkan menurut M. Atho Mudzhar (2002: 43) pendekatan sosiologi agama
dapat mengambil beberapa tema atau objek penelitian, seperti: a) Studi tentang pengaruh
agama terhadap perubahan masyarakat. b) Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan
masyarakat terhadap pemahaman ajaran atau konsep keagamaan. c) Studi tentang tingkat
pengalaman beragama masyarakat. d) Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim. e)
Studi tentang gerakan masyarakat yang membawa paham yang dapat melemahkan atau
menjunjung kehidupan beragama.
Setiap tema yang dikaji, setidaknya tetap relevan dengan teori sosiologi, baik teori
fungsionalisme, konflik maupun interaksionalisme. Teori fungsionalisme dan konflik
bekerja dengan cara analisis makro sosiologi yaitu memfokuskan perhatiannya pada
struktur sosial. Adapun teori interaksionalisme dengan cara analisis mikro, yaitu lebih
memfokuskan perhatiannya pada karakteristik personal dan interaksi yang terjalin antar
individu.
G. PENDEKATAN SOSIOLOGIS DALAM TRADISI INTELEKTUAL ISLAM (IBNU
KHALDUN)
Ibnu Khaldun menghimpun aliran sosiologi dalam Mukaddimah. Cakrawala
pemikiran Ibnu Khaldun sangat luas, dia dapat memahami masyarakat dalam segala
totalitasnya, dan dia menunjukkan segala penomena untuk bahan studinya. Dia juga
mencoba untuk memahami gejala-gejala itu dan menjelaskan hubungan kausalitas di
bawah sorotan sinar sejarah. Kemudian dia mensistematik proses peristiwa-peristiwa dan
kaitannya dalam suatu kaidah sosial yang umum.
Dia adalah penggagas ilmu peradaban atau filsafat sosial, pokok bahasannya ialah
kesejahteraan masyarakat manusia dan kesejahteraan sosial. Ibnu Khaldun memandang
ilmu peradaban adalah ilmu baru, luar biasa dan banyak faedahnya. Ilmu baru ini, yang
diciptakan oleh Ibnu Khaldun memiliki arti yang besar. Menurutnya ilmu ini adalah
kaidah-kaidah untuk memisahkan yang benar dari yang salah dalam penyajian fakta,
menunjukkan yang mungkin dan yang mustahil.

Ibnu Khaldun membagi topik ke dalam 6 pasal besar yaitu :


1. Tentang masyarakat manusia setara keseluruhan dan jenis-jenisnya dalam
perimbangannya dengan bumi; “ilmu sosiologi umum”.
2. Tentang masyarakat pengembara dengan menyebut kabilah-kabilah dan etnis yang
biadab; “sosiologi pedesaan”.
3. Tentang negara, khilafat dan pergantian sultan-sultan; “sosiologi politik”.
4. Tentang masyarakat menetap, negeri-negeri dan kota; “sosiologi kota”.
5. Tentang pertukangan, kehidupan, penghasilan dan aspek-aspeknya; “sosiologi
industri”.
6. Tentang ilmu pengetahuan, cara memperolehnya dan mengajarkannya; “sosiologi
pendidikan”.

Dia juga adalah orang yang pertama yang mengaitkan antara evolusi masyarakat
manusia dari satu sisi dan sebab-sebab yang berkaitan pada sisi yang lain. Dia
mengetahui dengan baik masalah-masalah penelitian dan laporan-laporan penelitian.
Laporan penelitian menurut Ibnu Khaldun hendaklah diperkuat oleh dalil-dalil yang
meyakinkan. Dia telah mengkaji prilaku manusia dan pengaruh iklim dan berbagai
aspek pencarian nafkah beserta penjelasan pengaruhnya pada konstitusi tubuh manusia
dan intelektual manusia dan masyarakat.

H. KESIMPULAN
Dalam memahami agama, khususnya agama islam dapat melalui beberapa
pendekatan yang mana salaha satunya adalaha pendekatan sosiologis. Pendekatan
sosiologis merupakan suatu pendekatan yang leguh menekankan pada kemasyarakatan
atau sosial. Dalam pendekatan sosiologis memiliki beberapa karakteristik yaitu,
karakteristik fungsionalisme yang berarti lebih menekankan pada tingkah laku manusia,
kemuadian karakteristik konflik yang lebih meneknkankan pada pertentangan yang terjadi
di masyarakat, dan yang terakhir adalah karakteristik interaksionalisme yang lebih
menekankan pada proses sosial baik dari individu ke masyarakat, masyarakat kedalam
individu ataupun dari individu kedalam individu.
DAFTAR PUSTAKA

Adibah, Ida Zahara. 2017. Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam. Jurnal Inspirasi . Vol.
1,No. 1.
Agustina, Gina. “ Pendekatan Ssiologi Dalam Pengantar Studi Islam.”. Youtube, diunggah
oleh Gina Agustina, 2 Desember 2018, https://youtu.be/VaOQxQ-
e4kI?si=2nppzitWJP0AUUUG
Fakhri, Sheila. “ Pendekatan Studi Islam Eps: 3 “. Youtube, diunggah oleh Sheila Fakhri,
10 September 2022, https://youtu.be/ghUXp2AuJc
Ismah. 2020. Studi Islam Dengan Pendekatan Sosiologis (Pemikiran Ali Syari’ati). Jurnal
Kajian Keislaman vol: 8 no. 1.
Ishak ,Ajub. 2013. Ciri-Ciri Pendekatan Sosiologi Dan Sejarah Dalam Mengkaji Hukum
Islam. Al-Mizan Vol. 9 No. 1
Kampung, Doktor. “ Pendekatan Sosiologis Dalam Kajian Islam. Youtube: diunggah oleh
Sumadi, 7 Mei 2020, https://youtu.be/NK246BR2a5Y?si=dBF3yzKphYjqjIUb
Khoiruddin, M. Arif. 2014. Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam. Vol. 26.No.2.
Maulana, Ira. 2022. The Urgency Of A Sociological Approach In Islamic Studies. Journal
of Legal and Cultural Analytics (JLCA) Vol. 1 , No. 2.
Muhyidin dan Nashihin , 2023. Studi Islam Dalam Pendekatan Sosiologi. Journal of Sharia
Vol. 02. No. 01.
Nurhasanah dan Marwan. 2016. Metodologi Studi Islam. Pekanbaru: Cahaya Firdaus.
Wahib, Abdul. 2020. Pengantar Studi Islam. Jember : Institut Agama Islam Negeri Jember.

Anda mungkin juga menyukai