Kesimpulan Uu Dan Ruu
Kesimpulan Uu Dan Ruu
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS sebagaimana dimaksud merupakan Pegawai
ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dan memiliki nomor
induk pegawai secara nasional. Adapun PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai
dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) sesuai dengan kebutuhan Instansi
Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ASN.
a. Jabatan Administrasi;
b. Cuti;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi.
b. Cuti;
c. Perlindungan; dan
d. Pengembangan kompetensi.
a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; . c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat
pemerintah yang berwenang;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap
orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan; dan
UU ASN 2023 membawa sederet perubahan penting yang berpengaruh terhadap hak-hak Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Berikut adalah lima poin penting UU ASN 2023 bagi PNS dan PPPK.
Pasal 21 Bab VI tentang Hak dan Kewajiban dalam UU ASN, mengakui kesetaraan hak penghargaan dan
pengakuan baik dalam bentuk materiel maupun nonmateriel antara PNS dan PPPK. Hak-hak tersebut
terdiri dari, aspek penghasilan, penghargaan motivasi, tunjangan, jaminan sosial, lingkungan kerja,
pengembangan diri, dan bantuan hukum. Salah satu perubahan utama adalah jaminan pensiun yang
akan diberikan kepada PPPK melalui skema defined contribution (iuran pasti).
Instansi pemerintah dilarang merekrut tenaga honorer. Nantinya, penataan tenaga honorer akan terus
dilakukan hingga akhir 2024.
Pasal 66 BAB XIV Ketentuan Penutup menegaskan bahwa pegawai non-ASN harus diselesaikan
penataannya paling lambat Desember 2024 dan instansi pemerintah dilarang mengangkat pegawai non-
ASN. Apabil melanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.
UU ASN 2023 membuka peluang bagi tenaga honorer untuk menjadi PPPK. Ini memastikan bahwa tidak
akan ada PHK massal karena penataan tenaga honorer. Beberapa prinsip krusial akan diatur dalam
Peraturan Pemerintah (PP), termasuk menjaga pendapatan tenaga non-ASN saat ini.
Dalam UU ASN 2023, ASN dilarang menjadi anggota partai politik (parpol). PNS dan PPPK yang
melanggar larangan ini akan dipecat secara tidak hormat. Hal ini diatur dalam Pasal 52 UU ASN dan
termasuk dalam kategori pemberhentian tidak dengan hormat.
UU Aparatur Sipil Negara (ASN dengan menunjuk tiga menteri untuk membahas revisi UU
tersebut. Ketiga menteri yaitu Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(MenPAN-RB), Menteri Keuangan (Menkeu), dan Menteri Hukum dan HAM. Adapun isu utama usulan
revisi Undang-Undang ini adalah pengangkatan tenaga honorer dan pembubaran atau penghapusan
Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).
Poin-poin polemik dalam revisi Undang-Undang ASN ini antara lain wacana pengangkatan tenaga
honorer secara otomatis menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Data dari Seknas Fitra 2017, bahwa tren
anggaran belanja pegawai terus naik dari tahun ke tahun (dari sekitar Rp 127 triliun menjadi sekitar
Rp 281 triliun dalam periode 2009 hingga 2015). Dari sekitar 260 kabupaten/kota, belanja terbesar
adalah belanja birokrasi yaitu sekitar 50 hingga 75 persen.
Masalah lainnya adalah terkait pengangkatan honorer menjadi PNS secara otomatis tanpa tes.
Hal ini tentunya bertolak belakang dengan butir ke-2 isi Nawacita pemerintahan Jokowi-JK dan
semangat dari Undang-Undang ASN.
Butir ke-2 isi Nawacita pemerintahan Jokowi-JK adalah membuat pemerintah tidak absen dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya dengan
memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik (reformasi birokrasi). Berkaitan
dengan itu, lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
merupakan jawaban untuk mewujudkan Nawacita tersebut.
Polemik berikutnya adalah wacana yang dilontarkan DPR untuk membubarkan KASN, karena
dinilai tumpang tindih fungsinya dengan lembaga lain di dalam pengawasan kinerja birokrasi,
memboroskan anggaran negara dan kinerja yang dinilai kurang maksimal selama ini.