Anda di halaman 1dari 29
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN pk) PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH Jalan Pramuka Nomor 33, Jakarta 13120, Telepon: (021) 85910031 (Hunting) Faksimile: (021) 85810302, E-mail: deputippkd@bpkp.go.id, Website: wivw.bpkp.90.id ‘Nomor $755 7030472021 ‘Juni 2021 Lampiran Satu Berkas Perihal Undangan Sosialisasi Panduan Program Kerja Audit (PKA) Kinerja Tematik Pembangunan Destinasi Pariwisata Yth. Para Kepala Perwakilan BPKP di Seluruh Indonesia Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengawasan KF-1 yang bersumber dari dana ABT Tahun 2021, kami telah menyusun panduan program kerja audit kinerja tematik Pembangunan destinasi pariwisata yang dapat digunakan sebagai acuan dan panduan langkah kerja minimal yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP dan APIP Daerah dalam melaksanakan audit kinerja tematik tersebut Sehubungan dengan itu, kami mengundang Bapak/ibu Korwas Bidang P3A/pegawai terkait untuk mengikuti sosialisasi panduan PKA kinerja tematik tersebut yang akan dilaksanakan pada Hari Selasa, 8 Juni 2021 Waktu: 09.00 WB sd. 11.00 WB Sarana_ : Aplikasi Zoom (ID meeting 8134004065; Password: watakeda) ‘Atas perhatian dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih Tembusan Yth. Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Cou Panduan Program Kerja Audi Kinerja Tematik Pembangi ran estinasi Pariwis4 Y, NOMOR $-361/D3/04/2021 TANGGAL 28 MEI 2021 f DEPUTL BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH / 2021 BAB | PENDAHULUAN...... A D. E. Daftar Isi Latar Belakang. Dasar Hukum.. Tujuan Panduan Program Kerja Audit Ruang Lingkup Panduan Program Kerja Audit. Sistematika Panduan Program Kerja Audit BAB II GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA. A B. c. D. BAB 3 PROGRAM KERJA AUDIT Gambaran UMUM,......0.00 Arah Kebijakan dan Strategi.. Stakeholders Terkait. Eats Peraturan/Regulasi Terkait Pembangunan Pariwisata..... BAB 4 PENUTUP. DAFTAR PUSTAKA PENYUSUN Daftar Tabel Tabel 31 Faktor Risiko 32 Gradasi Capaian Kinerja 33 Penilaian dan Penyimpulan Skor Capaian Kinerja 13 19 Daftar Gambar Gambar 3.1 Faktor Risiko BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, pariwisata dapat dianggap sebagai aset strategis untuk mendorong pembangunan di daerah yang mempunyai potensi wisata. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan meliputi empat aspek yaitu industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan kepariwisataan, Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPAKDA) Provinsi/Kabupaten/Kota, Adapun salah satu. sasaran pembangunan kepariwisataan adalah peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, salah satu yang perlu mendapat pethatian adalah aspek pembangunan destinasi pariwisata baik secara kuantitas ‘maupun kualitasnya, Berdasarkan laporan The Travel and Tourism Competitiveness Report yang dirilis World Economic Forum Tahun 2019, indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di peringkat 40 dari 140 negara di seluruh dunia, sedangkan untuk kawasan Asia Tenggara Indonesia berada di peringkat 4. Hal tersebut menunjukkan potensi pariwisata Indonesia perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan, Indonesia memiliki potensi destinasi pariwisata yang tersebar di seluruh nusantara. Namun demikian, sampai dengan saat ini kunjungan \wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara masih didominasi oleh destinasi unggulan seperti Bali, Hal ini antara lain disebabkan karena masih belum optimalnya pembangunan destinasi pariwisata di daerah lain, Pembangunan destinasi pariwisata merupakan program yang bersifat lintas sektoral dengan melibatkan banyak stakeholders terkait, Oleh karena itulah, perlunya koordinasi dan sinergi para stakeholders yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata. Tahun 2020 seluruh dunia dilanda pandemi Covid-19, ketercapaian sasaran pembangunan kepariwisataan sangatlah berat dikarenakan sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terdampak. Berbagai upaya dalam pemulihan sektor pariwisata dilakukan baik di tingkat pusat_maupun daerah, Sejalan dengan upaya tersebut, pemulihan sektor pariwisata dan pembangunan kepariwisataan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan, dilakukan melalui 1 pembangunan destinasi pariwisata sebagaimana tertuang di dalam aturan yang berlaku mengenai pembangunan kepariwisataan Sesuai dengan Perpres Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, BPKP selaku Pembina APIP mempunyai tanggung jawab untuk melakukan pembinaan kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah, Pembinaan kapabilitas APIP dilaksanakan melalui pembuatan Panduan Program Kerja Audit Kinerja Berbasis Risiko ‘Tematik Pembangunan Destinasi Pariwisata yang memuat substansi-substansi minimal yang harus terpenuhi dalam melaksanakan audit kinerja. APIP daerah dapat mengembangkan program kerja tersebut agar lebih komprehensif sesuai dengan kondisi lingkungan organisasi dan penugasan di lapangan. Schingga, diharapkan APIP daerah dapat memberikan value kepada organisasi melalui rekomendasi-rekomendasi strategis yang dapat meningkatkan pembangunan destinasi pariwisata dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah. B. Dasar Hukum Dasar hukum dalam penyusunan Panduan Program Kerja Audit Kinerja Berbasis Risiko Tematik Pembangunan Destinasi Pariwisata oleh APIP Daerah adalah: 1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pasal 11 terkait peran APIP yang efektif, 2) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPIMN 2020-2024; 3) Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pasal 3 butir (j) menyatakan BPKP menyelenggarakan fungsi pembinaan kapabililitas pengawasan intern pemerintah; 4) Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Inter dan Keandalan Penyelenggaran Fungsi Pengawasan Intern dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat poin kedua yang menginstruksikan pimpinan ‘Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah untuk mengintensifkan peran APIP dalam rangka meningkatkan kualitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan keuangan negarwdaerah dan pembangunan nasional serta meningkatkan upaya pencegahan korupsi; 5) Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara; C. Tujuan Panduan Program Kerja Audit Penyusunan Panduan Program Kerja Audit Kinerja Berbasis Risiko Tematik Pembangunan Destinasi Pariwisata bertujuan untuk memberikan acuan dan panduan langkah kerja minimal yang harus dilakukan oleh Perwakilan BPKP dan APIP Daerah dalam melaksanakan audit kinerja tematik pembangunan destinasi pariwisata yang bersumber dari APBD. D.Ruang Lingkup Panduan Program Kerja Audit 1) Gambaran Umum Pembangunan Destinasi Pariwisata 2) Program Kerja Audit Kinerja Tematik Pembangunan Destinasi Pariwisata E, Sistematika Panduan Program Kerja Audit Panduan Program Kerja Audit disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut: Bab Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang, dasar hukum, tujuan penyusunan PKA, ruang lingkup PKA, dan sistematika PKA. Bab II Gambaran Umum Proses Bisnis Pariwisata Bab ini secara umum menguraikan pembangunan destinasi pariwisata yang mencakup pengertian pembangunan destinasi pariwisata, sasaran strategis, arah kebijakan, strategi, stakeholders dan regulasi terkait. Bab IIT Program Kerja Audit Bab ini menguraikan prosedur dan langkah kerja dalam melaksanakan audit kinerja tematik pembangunan destinasi pariwisata yang bersumber dari dana APBD Bab IV. Penutup BAB II GAMBARAN UMUM PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA. ‘A.Gambaran Umum Sektor pariwisata merupakan urusan sektor pilihan di dalam Pemerintah Daerah, namun terdapat Pemerintah Daerah yang memang mempunyai potensi pariwisata sehingga menjadikan sektor pariwisata menjadi prioritas. Hal tersebut dikarenakan sektor pariwisata dapat ‘mempengaruhi/menggerakkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut sehingga kemandirian fiskal daerah dapat tercapai. Pengertian prioritas pembangunan daerah berdasarkan Permendagri 86 Tahun 2017 adalah fokus penyelenggaraan pemerintah daerah yang dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai sasaran RPJMD. Tidak semua program prioritas dapat menjadi prioritas pembangunan daerah sehingga, yang dapat menjadi prioritas adalah program prioritas yang secara khusus berhubungan dengan capaian sasaran pembangunan daerah, tingkat kemendesakan dan daya ungkit bagi peningkatan kinerja pembangunan daerah. Secara umum, tujuan pembangunan kepariwisataan dalam aspek pembangunan destinasi pariwisata yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang mencakup destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, dan meningkatkan pendapatan nasional dan masyarakat. Sehingga sasaran strategis peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusatara dapat tercapai yang diharapkan dapat terjadi ‘multiplier effect terhadap perekonomian suatu daerah. Arah pembangunan destinasi pariwisata berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang RIPPARNAS meliputi 1) Prinsip pembangunan dan pengembangan berkelanjutan 2) Orientasi pada upaya pertumbuhan, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, dan pelestarian lingkungan 3) Dilaksanakan dengan tata kelola yang baik 4) Dilaksanakan secara terpadu secara lintas sektoral/lintas pelaku yang terlibat 5) Dilaksanakan dengan mendorong kemitraan sektor publik dan privat Sedangkan pembangunan destinasi pariwisata meliputi: 1) Perwilayahan Destinasi Pariwisata 2) Pembangunan Daya Tarik Wisata 3) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata 4) Pembangunan prasarana umum dan fasilitas 5) Pemberdayaan masyarakat 6) Pengembangan investasi di bidang pariwisata B. Arah Kebijakan dan Strategi Arah kebijakan dan strategi terkait dengan pembangunan destinasi pariwisata daerah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata meliputi: 1) Perencanaan pembangunan destinasi pariwisata dengan strategi menyusun rencana induk dan menyusun rencana detail pembangunan destinasi pariwisata 2) Pengendalian implementasi pembangunan destinasi pariwisata dengan strategi melakukan koordinasi antara pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pelaku usaha dan masyarakat Arah kebijakan dan strategi tersebut disesuaikan dengan kebijakan dan kondisi di daerah masing-masing. C. Stakeholders Terkait Dalam rangka pembangunan destinasi pariwisata di daerah yang bersumber dana APBD tidak dapat dilakukan oleh satu perangkat daerah saja melainkan memerlukan dukungan dan Koordinasi dari perangkat daerah lain dalam membangun pariwisata. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan destinasi pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan yang bersifat lintas sektoral yang seharusnya terdapat penetapan kebijakan/keputusan dari kepala daerah mengenai peran dan fungsi dari perangkat daerah yang terlibat dalam pembangunan pariwisata di daerah guna menunjang perekonomian daerah. Adapun contoh dari pembangunan pariwisata lintas sektoral yang melibatkan perangkat daerah lainnya sebagai berikut: 1) Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pariwisata telah menetapkan kebijakan, strategi, arahan terkait pembangunan kepariwisataan termasuk aspek pembangunan destinasi pariwisata 2) Dinas Pariwisata Dinas Pariwisata sebagai leading sector dalam pembangunan destinasi pariwisata 3) Perangkat Daerah Lainnya a) Bappeda meliputi perencanaan pembangunan daerah b) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang/Wilayah meliputi penataan wilayah detinasi pariwisata, pembangunan sarana dan aksesibilitas destinasi pariwisata ) Dinas Perhubungan meliputi aksesibilitas destinasi pariwisata 5 4) Dinas Komunikasi dan Informasi meliputi penyediaan informasi terkait destinasi pariwisata €) Dinas Penanaman Modal dan PTSP meliputi investasi terkait dengan pembangunan destinasi pariwisata ) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan meliputi pengembangan dan pelatihan SDM yang terlibat dalam destinasi pariwisata g) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa meliputi pemberdayaan masyarakat sekitar terkait pembangunan destinasi pariwisata h) Dinas Koperasi Usaha Keeil dan Menengah meliputi pemberdayaan UMKM di sekitar pembangunan destinasi pariwisata D. Peraturan/Regulasi Terkait Pembangunan Pariwisata 1) Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan 2)Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 3) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah ‘Nasional Tahun 2015 — 2019 4) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 ~ 2024 5) Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 Tentang Koordinasi Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan 6) Peraturan Menteri Pariswisata Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan Kabupaten/Kota 7) Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP.183/M.PPN/HK/01/2019 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi_ Program Pembangunan Pariwisata yang Terintegrasi dan Berkelanjutan 8) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang RIPPARDA Provinsi/Kabupaten/Kota 9)Keputusan Gubernur Tentang Kelompok Kerja Koordinasi Program Pengembangan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan 10) SK Gubernur/Walikota/Bupati tentang Koordinasi Lintas Sektor Pariwisata BAB 3 PROGRAM KERJA AUDIT Panduan Program Kerja Audit Kinerja Berbasis Risiko Tematik Pembangunan Destinasi Pariwisata yang bersumber dari dana APBD menggambarkan desain langkah-langkah kerja minimal yang harus dilakukan oleh Perwakilan BPKP dan APIP Daerah pada saat pelaksanaan audit kinerja. Program kerja audit yang disajikan mencakup langkah/prosedur minimal yang harus dipenuhi dalam pembangunan destinasi pariwisata di daerah. APIP dapat mengembangkan secara komprehensif sesuai dengan kondisi daerahnya dan lingkungan organisasinya. Berikut adalah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam membangun dan melaksanakan audit kinerja tematik pembangunan destinasi pariwisata A. Perencanaan Audit Kinerja 1. Persiapan Pembentukan tim dan surat penugasan memperhatikan kompetensi dan keahlian yang sesuai dengan penugasan yang akan dilakukan Langkah kerja: 1) Identifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) APIP yang memiliki kompetensi dan pengalaman melakukan audit kinerja 2) Identifikasi SDM APIP yang memahami proses bisnis sektor pariwisata seperti personil/tim yang sering terlibat dalam asistensi penyusunan risiko untuk dinas pariwisata 3) Buat simpulan Pengalokasikan dan penetapan sumber daya disesuaikan dengan risiko penugasan Langkah kerja 1) Identifikasi dan analisis Potential Audit Objective (PAO) terkait dengan pembangunan pariwisata seperti isu-isu terkini, besaran anggaran dan kejadian temuan tahun sebelumnya 2) Tentukan dan alokasikan sumber daya disesuaikan dengan hasil analisis PAO seperti penyusunan anggaran waktu penugasan atau mengalokasikan hari pengawasan ke dalam tahapan audit kinerja yang akan dilakukan 3) Entry meeting dilakukan pada Perangkat Daerah yang menjadi /eading sector dalam pembangunan destinasi pariwisata . Penentuan Tujuan dan Ruang Lingkup Langkah Kerja: 1) Pastikan apakah tujuan dan ruang lingkup sudah ditetapkan dalam perencanaan pengawasan intern 2) Jika belum, maka tentukan tujuan audit secara jelas seperti contoh tujuan audit kinerja berbasis risiko pada pembangunan destinasi pariwisata adalah untuk menilai capaian kinerja termasuk aspek ketaatan, aspek ekonomis, efisien, dan efektif (3E) serta menilai kecukupan desain dan efektivitas pengendalian intern terkait dengan pengelolaan risiko pembangunan destinasi pariwisata 3) Jika belum, maka tentukan ruang lingkup. Audit kinerja berbasis risiko tematik bidang pariwisata sangatlah luas, di mana pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui cempat aspek yaitu industri, destinasi, pemasaran dan kelembagaan, Dengan adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki, APIP dapat fokus kepada salah satu aspek untuk dipilih menjadi ruang lingkup audit 4) Lakukan pemilihan ruang lingkup, dapat menggunakan contoh faktor risiko dan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.1 Tabel Faktor Risiko No | Faktor Risiko Kriteria 1 | Faktor Risiko Manajemen | -Rendahnya serapan anggaran -Rendahnya capaian kinerja yang dilaporkan -Rendahnya respon manajemen _terhadap kelemahan yang ditemukan -Kerumitan proses 2-_| Faktor Signifikansi -Materialitas keuangan (nilai anggaran) -Pengaruh kepada sasaran/keberhasilan organisasi 3 | Faktor Potensi Manfaat|-Potensiperolehan input yang lebih Audit murah/Ekonomis -potensi penghematan/efisiensi -Potensi —peningkatan output dan | outcome/efektivitas -Potensi perbaikan proses bisnis melalui | perbaikan risiko dan efektivitas pengendalian Gambar 3.1 Contoh Penentuan Ruang Lingkup yang Terpilih mean bebo son Tail al atihy aah AL ind cei sa ete il ahlll Alavi ibd alll Halu ha Holy flat aidafi lll. all ad ai “led HHL aisd athe! il ahol alibs ili paillined 7 al atts lit allt alle il al atl 2, Pemahaman Proses Bisnis a. Identifikasi dan analisis Perangkat Daerah yang terlibat dalam program pembangunan destinasi pariwisata serta penanggung jawab utama dalam pelaksanaan program tersebut Langkah Kerja: 1) Pastikan apakah sudah terdapat Keputusan Kepala Daerah tentang Tim Kelompok Kerja terkait dengan program pembangunan kepariwisataan yang terintegrasi dan berkelanjutan 2) Jika ada, dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasi tugas dan fungsi dari masing- masing Perangkat Daerah yang termasuk ke dalam Tim Kelompok Kerja tersebut. 3) Buat simpulan b, Identifikasi keselarasan program Perangkat Daerah yang mendukung program pembangunan destinasi pariwisata Langkah kerja 1) Idemtifikasi keselarasan program Perangkat Daerah yang mendukung program pembangunan destinasi pariwisata yang ada di RPJMD, Renstra, Renja, dan RKA. Pastikan program dan kegiatan telah konsisten dan selaras dalam mendukung pembangunan destinasi pariwisata 2) Buat kertas kerja dan simpulan (kertas kerja keselarasan dapat merujuk pada Lampiran 5, Peraturan Deputi PPKD Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Umum Audit Kinerja Berbasis Risiko) ©. Identifikasi dan analisis kondisi Sistem Pengendalian Intern (dapat merujuk Peraturan Badan Pengawasan Keungan dan Pembangunan Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penilaian Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terintegrasi pada K/LID) Contoh Langkah kerja: 1) Lingkungan Pengendalian a) Lakukan Wawancara/Observasi/Dokumentasi terkait dengan Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata, Pastikan sudah terdapat penegakan integritas dan nilai etika di lingkungan kerjanya 10 b) Lakukan wawancara dengan Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata, pastikan telah terdapat pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat dalam rangka pencapaian tujuan organisasi 2) Penilaian Risiko a) Lakukan Wawancara/Observasi/Dokumentasi dengan perangkat daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata, pastikan perangkat daerah tersebut telah memiliki kebijakan manajemen risiko, telah mengidentifikasi, menganalisis dan menentukan prioritas risiko serta tindak pengendalian yang tepat untuk menurunkan risiko (format dapat merujuk pada Peraturan Deputi PPKD Nomor 4 ‘Tahun 2019 tentang Pengelolaan Risiko pada Pemerintah Daerah) ) Buat analisis dan simpulan 3) Kegiatan Pengendalian a) Lakukan Wawancara/Observasi/Dokumentasi kepada Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata, pastikan telah terdapat pemisahan fungsi atas program/kegiatan yang dilaksanakan sehingga tidak dikendalikan hanya satu orang saja b) Lakukan Wawancara/Observasi/Dokumentasi kepada Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata, pastikan terdapat pembatasan atas kesempatan dan hak untuk menggunakan, atau memperoleh sumber daya dan mengakses pencatatannya ) Lakukan observasi kepada Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata, pastikan proses akuntabilitas penggunaan sumber daya telah dilaksanakan dengan baik seperti terdapat pertanggungjawaban sescorang atau unit organisasi dalam mengelola sumber daya yang diberikan/dikuasakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi 4) Buat simpulan 4) Informasi dan Komunikasi a) Lakukan Wawancara/Observasi/Dokumentasi kepada Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata, pastikan tersedianya informasi yang relevan untuk kebutuhan internal dan eksternal 11 b) Lakukan Wawancara/Observasi/Dokumentasi kepada Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata, pastikan sudah terlaksananya komunikasi yang efektif dengan internal dan eksternal dalam program/kegiatan yang mendukung pembangunan destinasi pariwisata ) Buat simpulan 5) Pemantauan a) Lakukan Wawancara/Observasi/Dokumentasi kepada Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata, pastikan evaluasi_ terpisah dilakukan oleh pegawai dengan keablian tertentu yang disyaratkan dan dapat melibatkan APIP atau auditor eksternal ) Buat simpulan 4, Identifikasi area-area kritis terkait dengan program dan kegiatan Perangkat Daerah yang mendukung pembangunan destinasi pariwisata Langkah kerja: 1) Identifikasi permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam program dan kegiatan Perangkat Daerah yang mendukung pembangunan destinasi pariwisata 2) Klasifikasikan permasalahan-permasalahan tersebut menjadi urutan _prioritas berdasarkan kriteria/risiko sehingga menjadi area-area kritis yang menjadi Tentative Audit Objective (TAO) dalam pelaksanaan audit kinerja berbasis risiko 3) Dapatkan dokumen register risiko terkait dengan program dan kegiatan Perangkat Daerah yang mendukung pembangunan destinasi pariwisata 4) Evaluasi register risiko dengan membandingkan register risiko dengan area-area kritis yang sudah teridentifikasi sebelumnya 5) Hasil evaluasi tersebut dapat dijadikan Tentative Audit Objective (TAO) dan pengembangan kriteria/parameter audit kinerja 6) Lakukan pembahasan mengenai pengembangan dan penetapan parameter kinerja yang akan diukur beserta bobot penilaian (contohnya pada Tabel 3.2). Adapun contoh gradasi capaian skor kinerja sebagai berikut: 2 ‘Tabel 3.2 Contoh Gradasi Capaian Skor Kinerja Skor Kategori 85 < Skor < 100 Berhasil 70 < Skor = 85 Cukup Berhasil 50 < Skor < 70 KurangBerhasil 0 P = 7 v ae uso) meee asqams, ore sa ra wee wen [onal Hi a Papo =~ sfisuptewenpay [sions uuesegyuen on wee eas co yuo TeYduRdg siFIENS O¥!STY IseyYLNUEP] YoUD (¢ TPA) Tea TePO UAT veyenscry| untuoquasdiod wy (eqs) eames sen epg saprg udp qe op mestaeg} —weneumuin ye) tuyoy sexu mnsap] ——ysoeg| ees yeaonp ummm syeseuad onan] ysioop ustuaysa ey ee ee upusduogusdisgl gia ume ean| weeny | x T ea t T P 3 a = meweriensyend | wma fons ae =o bait stioany zor ypay — [sSayens ueesesyuenn on pelea wae om yusseg youowdg siforeNg OYIsrY ISeyLNUDPT YoUED (Z Dari hasil penetapan konteks terkait dengan visi dan misi organisasi K/L/D, maka dapat disimpulkan bahwa program yang akan di audit kinerja merupakan program prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. APIP dapat menggunakan risiko-risiko yang telah teridentifikasi dalam register risiko untuk mengembangkan TAO. Apabila risiko yang teridentifikasi dalam register risiko kurang memadai, maka APIP dapat mengevaluasi register risiko sesuai dengan proses bisnis dan identifikasi area kritisnya. Risiko yang menjadi fokus TAO adalah risiko strategis dan risiko operasional yang memiliki nilai risiko sangat tinggi. 4, Contoh rencana pengujian (TAO) berdasarkan evaluasi register risiko yang sekurang- kurangnya memuat: a. Aspek Kebijakan 1) Tentative Audit Objective 1 ‘Tujuan: Meyakini kebijakan di tingkat pusat telah selaras dengan kebijakan di dacrah Prosedur Audit: + Inventarisir dan dapatkan kebijakan-kebijakan di pusat terkait dengan pembangunan destinasi pariwisata © Inventarisir dan dapatkan kebijakan-kebijakan di daerah terkait dengan pembangunan destinasi pariwisata * Lakukan identifikasi dan analisis terkait dengan kebijakan tersebut yang saling bertentangan dan berpotensi menghambat pencapaian pembangunan destinasi pariwisata + Lakukan wawancara dengan pejabat terkait untuk mendapatkan penjelasan * Buat simpulan b. Aspek Kelembagaan Destinasi 2) Tentative Audit Objective 2 Tujuan: Meyakini bahwa kelembagaan/Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata telah sesuai kebutuhan Prosedur Audit: * Identifikasi Perangkat Daerah mana saja yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata, 15 *Dapatkan dokumen perencanaan pembangunan destinasi pariwisata seperti RPIMD, Renstra,RKA, RKT dan KAK dari masing-masing Perangkat Daerah yang terlibat + Lakukan wawancara dengan pejabat terkait untuk mengetahui kondisi aktual * Bandingkan dengan kondisi saat ini, identifikasi permasalahan dan penyebabnya Buat simpulan 3) Tentative Audit Objective 3 Tujuan: Meyakini bahwa pembagian peran dan tugas antar Perangkat Daerah telah ditetapkan Prosedur Audit: Dapatkan kebijakan yang mengatur peran dan tugas antar Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan kepariwisataan termasuk aspek pembangunan destinasi pariwisata * Lakukan analisis peran dan tugas serta lingkup kewenangan Perangkat Daerah yang terlibat pembangunan destinasi pariwisata Lakukan wawancara dengan pejabat Perangkat Daerah terkait untuk mendapatkan informasi adanya permasalahan tumpang tindih peran dan tugas pembangunan destinasi pariwisata * Dapatkan bukti dokumentasi terkait permasalahan tersebut * Buat simpulan 4) Tentative Audit Objective 4 Tujuan: Meyakini bahwa Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata telah berjalan secara efektif dalam menjalankan fungsinya Prosedur Audit: * Dapatkan tugas dan fungsi Perangkat Daerah yang terlibat dalam pembangunan destinasi pariwisata * Analisis program dan kegiatan yang dilakukan apakah mendukung pembangunan destinasi pariwisata, jika tidak maka berpotensi terjadinya inefektivitas dalam pencapaian kinerja pembangunan destinasi pariwisata. + Dapatkan bukti dokumentasi terkait. + Lakukan observasi pelaksanaannya di lapangan 16 ‘* Lakukan analisa dan identifikasi penyebab program/kegiatan/fungsi yang tidak mendukung pembangunan destinasi pariwisata. « Lakukan wawancara dengan pejabat terkait mengenai penyebab tersebut. Buat simpulan c. Aspek Indikator Kinerja 5) Tentative Audit Objective 5 ‘Tujuan: meyakini bahwa indikator kinerja kegiatan yang terkait dengan pembangunan destinasi pariwisata telah selaras dengan indikator kinerja program dan sasaran strategis Prosedur Audit: *Dapatkan indikator kinerja/sasaran strategis terkait pembangunan destinasi pariwisata * Bandingkan keselarasan antara indikator kinerja kegiatan dengan indikator kinerja program dalam mendukung sasaran strategis yang hendak dicapai * Diskusikan penyebab ketidakselarasan indikator tersebut apabila ada, maka berpotensi terjadinya inefektivitas dalam pencapaian kinerja pembangunan destinasi pariwisata. * Buat simpulan d. Aspek Implementasi 6) Tentative Audit Objective 6 Tujuan: Meyakini bahwa pelaksanaan pembangunan destinasi pariwisata telah didasarkan pada kebijakan yang ada Prosedur Audit: © Identifikasi kebijakan-kebijakan terkait dengan pembangunan destinasi pariwisata Identifikasi program dan kegiatan yang diperlukan terkait kebijakan yang ditetapkan *Lakukan inventarisasi program dan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pembangunan destinasi Analisis kesesuaian antara program dan kegiatan yang diperlukan dengan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pembangunan destinasi * Lakukan analisis capaian kinerja program dan kegiatan tersebut, wv © Lakukan observasi dan konfirmasi terkait hasil capaian program dan kegiatan tersebut * Diskusi dan Klarifikasi mengenai hasil observasi dan konfirmasi terkait capaian program dan kegiatan tersebut kepada pihak yang terkait « Identifikasi dan analisis perolchan input/sumber daya yang diperoleh dalam pencapaian kinerja program dan kegiatan tersebut, apakah sudah sesuai dengan standar yang ada, jika tidak maka berpotensi terjadinya ketidakekonomisan Identifikasi dan analisis bagaimana input/sumber daya telah di proses secara optimal pada program dan kegiatan dalam menghasilkan output yang mendukung pembangunan destinasi pariwisata, apakah proses tersebut sudah efisien atau tidak Buat simpulan B, Pelaksanaan Audit Kinerja Pelaksanaan Audit kinerja berdasarkan pada rencana pengujian (TAO) yang telah disusun oleh auditor Pengujian dilakukan dalam rangka memperoleh bukti yang relevan, kompeten dan cukup untuk menilai capaian kinerja dalam aspek ketaatan dan aspek 3E, efektivtas pengendalian dalam pengelolaan risiko pembangunan destinasi pariwisata Hasil pengujian perlu didokumentasikan dalam kertas kerja audit Evaluasi bukti dan penarikan simpulan dilakukan untuk menentukan apakah rencana pengujian (TAO) berdasarkan risiko pembangunan destinasi pariwisata telah dikelola oleh auditi dan apakah desain serta implementasi pengendalian telah mendukung pencapaian tujuan/sasaran pembangunan destinasi pariwisata Penarikan simpulan tersebut dapat menghasilkan temuan audit apabila terdapat perbedaan antaran kondisi dan kriteria dari hasil capaian kinerja dalam aspek ketaatan, aspek 3E dan efektivitas pengendalian dalam pengelolaan risiko pembangunan destinasi pariwisata Penilaian dan penyimpulan capaian kinerja berdasarkan rencana pengujian yang telah disusun dapat dilihat dengan contoh sebagai berikut: 18 6t rd ioe rt mePUL/eA eee wana | wee en | = cous or MOE ‘oH eee rg ae fee eee eee vhoury uerede> 10yg uenduircuag wp werepruag ueEUESYE[ag YoIUOS CE POL C. Pengkomunikasian Hasil Audit dan Monitoring Tindak Lanjut 1) APIP melakukan pembahasan akhir dengan auditi (dalam hal ini Perangkat Daerah yang menjadi /eading sector) dan membahas mengenai notisi hasil audit 2) Notisi hasil audit minimal memuat mengenai capaian kinerja yang memuat aspek ketaatan, ekonomis, efisien, efektif, temuan dan rekomendasi mengenai perbaikan pengelolaan risiko dan efektivitas pengendalian. 3) Pembahasan akhir sebaiknya dihadiri olch pihak-pihak yang berwenang mengambil keputusan dari kedua belah pihak dan dibuatkan berita acara pembahasan hasil audit 4) Dalam pembuatan laporan hasil audit setidaknya mencakup: © Dasar melakukan audit intern Tujuan/sasaran, ruang lingkup dan metodologi audit * Pernyataan bahwa penugasan dilaksanakan sesuai dengan standar audit Kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian/pengukuran capaian kinerja Hasil audit berisikan simpulan, fakta dan rekomendasi + Tanggapan dari pejabat auditi yang bertanggung jawab * Pemyataan adanya keterbatasan apabila ada 5) Penyajian laporan hasil audit kinerja dapat merujuk pada Peraturan Deputi PPKD Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Umum Audit Kinerja Berbasis Risiko 20 BAB 4 PENUTUP Panduan Program Kerja Audit Kinerja (PKA) berbasis risiko tematik bidang pariwisata disusun untuk memberikan panduan dalam melaksanakan audit kinerja, Langkah-langkah kerja dalam PKA ini merupakan Jangkah minimal dan dapat dikembangkan oleh APIP sesuai kondisi dan kebutuhan di lapangan sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil audit kinerja. 2 DAFTAR PUSTAKA BPKP.Pedoman Audit Kinerja atas Instansi Pemerintah. 2011 BPKP,Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Lintas Sektor Bidang Pariwisata.2018 Chartered Institute of Internal Auditors, Risk Based InternalAauditing 2014 Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Daerah, Panduan Praktik Audit Kinerja 2018 David Griffiths, Risk Based Internal Auditing, 2006 European Court of Auditors, 2017, Performance Audit Manual Kastowo, M 2019, Audit Kinerja Berbasis Risiko: Konsep dan Ilustrasi Bagi Auditor Intern Sektor Publik, UI Publishing, 2019 Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP.183/M.PPN/HK/01/2019 ‘Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Program Pembangunan Pariwisata yang Terintegrasi dan Berkelanjutan Keputusan Gubernur Tentang Kelompok Kerja Koordinasi Program Pengembangan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan KH, Spencer, Pickett Audit Planning: A Risk-based Approach, 2006 K.H. Spencer Pickett, The Internal Auditing Handbook Third edition 2010 MacRae. 2017. Internal Audit Capability Model for The Public Sector Paul J. Sobel. 2015. Auditor’s Risk Management Guide: Integrating Auditing and ERM Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 400); Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 ~2019 Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 ~ 2024 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10) Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 Tentang Koordinasi Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan Peraturan Menteri Pariswisata Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan Kabupaten/Kota Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Nomor | Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara Peraturan Badan Pembangunan Keuangan dan Pembangunan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko Peraturan Badan Pengawasan Keungan dan Pembangunan Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penilaian Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terintegrasi pada K/L/D Peraturan Deputi PPKD Nomor 4 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Risiko pada Pemerintah Daerah Peraturan Deputi PPKD Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Umum Audit Kinerja Berbasis Risiko Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang RIPPARDA Provinsi/Kabupaten/Kota Phil Griffiths, Risk-Based Auditing 2005 Pusdiklatwas BPKP, Modul Audit Berbasis Risiko, 2014 ‘SK Gubernur/Walikota/Bupati tentang Koordinasi Lintas Sektor Pariwisata Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI), 2004 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan 23 PENYUSUN Pengarah: Dadang Kumia, Ak., MBA, CA, CGAP, QUA, CFrA, ASEAN CPA, CGCAE. Wakil Penanggung Jawab: Bea Rejeki Tirtadewi, Ak., MM, CRMP, CA, CFrA, QIA, CGCAE. ‘Wakil Penanggung Jawab: Mohammad Allin, S.E., Ak., M.M. Tim Penyusun: Gunawan Iman Setyadi Ganang Permana Aji Widada Viona Nesya Artika Ahmad Nur Ikhwan Yudistira Andi Permadi Yessy Vera Muthia Efan Marlindo T.L. Edina Anggraeni Asri Suwarsih Dina Anggraeni Adi Sanjaya Eko Prasetyo Nandya Oktaviani 24

Anda mungkin juga menyukai