Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KOTA MEDAN

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS DARUSSALAM
Jl. Darussalam No. 40 Kel. Sei Sikambing D Kec. Medan Petisah
Telp. (061) 4149470 email : pkm.darussalammedan@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA
KEPALA UPT PUSKESMAS DARUSSALAM
NOMOR : 445/MT.8/SK/PKMD/I/2023

TENTANG

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA UPT PUSKESMAS DARUSSALAM,
Menimbang : a. Bahwa tugas Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah
membantu Kepala Puskesmas untuk menjaga dan meningkatkan
mutu pelayanan medis Puskesmas melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi;
b. Bahwa dalam rangka melaksanakan tugasnya, Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi berkoordinasi dengan Tim Manajemen
Mutu guna mengendalikan infeksi nosokomial di Puskesmas;
c. Bahwa dalam rangka pemenuhan Akreditasi Puskesmas, dimana
Puskesmas diharapkan dapat memenuhi kegiatan standar
pelayanan pengendalian infeksi di Puskesmas;
d. bahwa Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas
Darussalams agar dapat berperan dalam upaya-upaya preventif,
promotif, dan sebagainya;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
a dan b, perlu ditetapkan Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Puskesmas Darussalam;
PEMERINTAH KOTA MEDAN
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS DARUSSALAM
Jl. Darussalam No. 40 Kel. Sei Sikambing D Kec. Medan Petisah
Telp. (061) 4149470 email : pkm.darussalammedan@gmail.com

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan
D
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
i
tahun 2019, tentang Puskesmas;
t
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang
e
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
t
Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
a
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
p
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;
k
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
a
1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
n
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 270/MENKES/2007
d
tentang Pedoman Manajerial PPI di RS dan Fasyankes Lainnya;
i
7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 382/Menkes/2007
tentang Pedoman PPI di RS dan Fasyankes Lainnya;
:

MEMUTUSKAN
M
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG KEBIJAKAN
e
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
d
UPT PUSKESMAS DARUSSALAM;
a
KESATU : Kebijakan Pelaksanaan
n Pencegahan dan Pengendalian Infeksi UPT
P
Puskesmas Darussalam sebagaimana tercantum dalam lampiran
surat keputusan ini. a
KEDUA : Surat keputusan inid berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila adikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.
t
PEMERINTAH KOTA MEDAN
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS DARUSSALAM
Jl. Darussalam No. 40 Kel. Sei Sikambing D Kec. Medan Petisah
Telp. (061) 4149470 email : pkm.darussalammedan@gmail.com

Tanggal : 02 Januari 2023


Kepala UPT Puskesmas Darussalam,

HENNY SAVITRI
PEMERINTAH KOTA MEDAN
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS DARUSSALAM
Jl. Darussalam No. 40 Kel. Sei Sikambing D Kec. Medan Petisah
Telp. (061) 4149470 email : pkm.darussalammedan@gmail.com

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS DARUSSALAM


PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
NOMOR : 445/MT.8/SK/PKMD/I/2023
TANGGAL : 2 JANUARI 2023

SUSUNAN TIM PPI TAHUN 2023


NO NAMA JABATAN

1 dr. Helda Ronina Tololiu Koordinator PPI

Yanni I. Simanjuntak,A.
2 Anggota
Md.RMIK

3 Sri Idamyanti Sandroto, Amk Anggota

4 Rostika Hutasoit, Amd Anggota

Kepala UPT Puskesmas Darussalam,

HENNY SAVITRI
PEMERINTAH KOTA MEDAN
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS DARUSSALAM
Jl. Darussalam No. 40 Kel. Sei Sikambing D Kec. Medan Petisah
Telp. (061) 4149470 email : pkm.darussalammedan@gmail.com

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS DARUSSALAM


PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
NOMOR : 445/MT.8/SK/PKMD/I/2023
TANGGAL : 2 JANUARI 2023

A. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


PUSKESMAS
1. Kepala Puskesmas membentuk Tim PPI Puskesmas sesuai dengan SK Kepala
Puskesmas yang mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan
Pedoman Manajerial PPI Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung di bawah Kepala Puskesmas,
yang disusun terdiri dari ketua, sekretaris merangkap IPCN, dan anggota.
3. Anggota Tim PPI terdiri dari dokter umum, dokter gigi, petugas laboratorium, perawat ,
bidan, petugas farmasi, ahli gizi, dan ahli sanitasi.
4. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu Pedoman Manajerial Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya
yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
6. Tim PPI mengadakan rapat tiap bulan untuk mengevaluasi hasil surveillance, kinerja
tim dan menentukan tindak lanjut.
7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat bulanan kepada Kepala Puskesmas,
managemen, staf medis, staf penunjang medis dan umum.
8. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah dilakukan pada bulan
berikutnya.
9. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dimasukkan dalam anggaran PPI.

B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI PUSKESMAS


1. Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi
2. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan
3. Pencegahan Infeksi Pada Pemasangan Alat Kesehatan
4. Penggunaan Antibiotika Rasional untuk Profilaksis dan Terapeutik
5. Surveilans
C. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI
Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada
petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas setiap petugas harus menerapkan
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi.
Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di rumah sakit
yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pemrosesan
peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan
limbah, perlindungan kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika
batuk), dan praktek menyuntik yang aman.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan
standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet, dan
udara (airborne).
Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di Puskesmas selengkapnnya diatur dalam
pedoman dan prosedur, sesuai kebijakan Kepala Puskesmas.

D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR


1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene
a. Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung harus menjaga kebersihan
tangan dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun atau
handrub menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah melakukan tindakan invasif yang
berhubungan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak
dengan lingkungan pasien.
c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir. Bila
tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan handrub cairan antiseptic berbasis
alcohol.
d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah selama 40-60 detik, dengan
prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
e. Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan dengan benar 6
langkah selama 20-30 detik, dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi
WHO.
f. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui survey terhadap seluruh
petugas puskesmas setiap bulan.
g. Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum memenuhi
standard dilakukan sosialisasi/training ulang kebersihan tangan pada unit tersebut.
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
a. Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai pelindung barrier untuk
melindungi dari mikroorganisme yang ada dan petugas kesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang berisiko menularkan
penyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus memakai APD
sesuai dengan prosedur yang benar.
d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung mata (goggles plastic
bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor), topi, gaun pelindung,
apron, pelindung kaki (sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian, sebagai berikut :
Pelayanan Kesehatan Gigi Dokter Gigi  Gaun
Mulut  Masker N95/Masker bedah
 Face Shield
 Handscoon
 Sepatu tertutup
Penutup kepala
Terapis Gigi  Masker Bedah
Handscoon
Pelayanan Unit Gawat Darurat  Gaun
(UGD)  Masker N95/Masker bedah
 Face Shield
 Handscoon
 Sepatu tertutup
 Penutup kepala
Pelayanan Laboratorium  Gaun
 Masker N95/Masker bedah
 Handscoon
 Sepatu tertutup
Pelayanan KIA/KB Tindakan  Gaun
 Masker N95/Masker bedah
 Handscoon
 Sepatu tertutup
Tanpa Tindakan  Masker bedah
Pelayanan Pemeriksaan Umum  Masker N95/Masker bedah
dan Lansia  Handscoon jika diperlukan
Ruang Obat  Masker bedah
Pelayanan TB  Masker N95
Pelayanan Imunisasi  Masker N95/Masker bedah
 Handscoon jika diperlukan
Pendaftaran dan Rekam Medik  Masker Bedah
Pelayanan Konseling  Masker Bedah
Pelayanan IMS/VCT  Masker N95/Masker bedah
 Handscoon jika diperlukan
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah infeksius
yang telah disediakan, sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali, dilakukan
penatalaksanaan sesuai prosedur.
3. Pengelolaan limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya dengan cara
pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis limbah.
4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
merupakan salah satu upaya pencegahan pengendalian infeksi di UPT Puskesmas
Darussalam
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan
melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan lingkungan yang
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan
peralatan medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan
ventilasi udara yang baik.
5. Perlindungan Kesehatan Karyawan
a. Petugas UPT Puskesmas Darussalam diwajibkan menerapkan prinsip- prinsip PPI
yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan
indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b. Petugas UPT Puskesmas Darussalamterutama karyawan medis dan paramedis,
berhak mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara bertahap.
c. Petugas yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan, kemudian
Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
d. Petugas UPT Puskesmas Darussalam yang merawat pasien menular melalui udara
harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai.
e. Prosedur bila terpajan. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus
diberi penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
f. Petugas UPT Puskesmas Darusslam mendaptkan pemeriksaan kesehatan secara
berkala
6. Praktek menyuntik yang aman
a. Semua petugas medis dan paramedis UPT Puskesmas Darussalam wajib
melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai dengan prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan
untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai karena
jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai
untuk pasien lain.
7. Hygiene respirasi (etika batuk)
a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu
mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi
pernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : Tutup hidung dan mulut,
segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.
8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien
a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi
penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan
barangbarang habis pakai lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan
pembersihan, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi).
b. Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani
oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan
HIV) dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme yang
mengkontaminasi. Proses ini adalah dengan melakukan perendaman dengan
memakai detergen atau larutan enzymatic sampai seluruh permukaan alat
terendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau
cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme
untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek
tersebut. Proses ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau
detergen dan air atau enzymatic, membilas dengan air bersih, dan mengeringkan.
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan
atau memakai disinfektan kimiawi.
e. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi dan
parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi
(otoklaf ), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai prosedur.
9. Penatalaksanaan linen
a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen yang benar.
b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau
lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam kantong/wadah
yang tidak rusak saat dingkut.
10. Penempatan pasien
a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk melindungi pasien,
pengunjung dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi pasien yang
immunosuppressed dari infeksi.
b. Pasien immunosupresi ditempatkan di ruang isi satu yang terpisah dengan pasien
infeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone maupun melalui kontak
harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah transmisi
langsung atau tidak langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting (pasien dengan
diagnose yang sama ditempatkan secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien non infeksius.
g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat transportasi/transfer,
karena belum ada jalur khusus pasien infeksius

E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan Pasien Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin
kohorting, bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi
mikrobanya dan populasi pasien. Tempatkan dengan jarak >1 meter (3 kaki) antar
TT (tempat tidur). Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien
lain.
b. Transport pasien Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila
diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisi
ke pasien lain atau lingkungan.
2. Penggunaan APD petugas
a. Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk ke ruang
pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan
drain), lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan.
b. Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk
melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang diruang
pasien, cairan diare pasien, ileostomy, colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun
sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan
pasien lain.
c. Pengelolaan peralatan perawatan pasien Bila memungkinkan peralatan nonkritikal
dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan
dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.
3. Kewaspadaan transmisi droplet
a. Penempatan Pasien Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin
kohorting. Bila keduanya tidak mungkin, buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar
TT dan jarak dengan pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu
penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
b. Transport pasien batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien
dengan mengenakan masker pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi dan
etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter
terhadap pasien, saat kontak erat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan
mulut, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien Tidak perlu penanganan udara secara
khusus karena mikroba tidak bergerak jarak jauh.
4. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)
a. Penempatan Pasien Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai ;
tekanan negative, pertukaran udara 6-12 X /jam sebelum udara mengalir ke ruang
atau tempat lain di Puskesmas. Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang
terpisah tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap
mikroba yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) dengan jarak
>1 meter. Konsultasikan dengan Tim PPI Puskesmas sebelum menempatkan
pasien bila tidak ada ruang isolasi dan kohorting tidak memungkinkan.
b. Transport pasien Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja.
Bila perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah
menyebarnya droplet nuclei.
c. Penggunaan APD petugas Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada
efisiensi 95%) saat masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Orang yang rentan
seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak,
cacar air kecuali petugas yang telah imun. Bila terpaksa harus masuk maka harus
mengenakan masker respirator untuk pencegahan. Orang yang pernah sakit
campak atau cacar air tidak perlu memakai masker. Bila melakukan tindakan
dengan kemungkinan timbul aerosol maka APD yang digunakan adalah masker
bedah, gaun, goggle, dan sarung tangan.
5. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC ”Guideline for
Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities”
F. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM RANGKA PPI
1. Semua pegawai baru UPT Puskesmas Darussalam baik tenaga medis maupun non
medis wajib menjalani program orientasi pegawai baru baik orientasi umum maupun
khusus yang salah satu materinya adalah pelatihan tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
2. Semua pegawai UPT Puskesmas Darussalam wajib mengikuti pelatihan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi tingkat dasar (bagi yang belum pernah pelatihan) secara
bertahap yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
3. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang mengikut sertakan seluruh
karyawan Puskesmas, pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.
4. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada karyawan Puskesmas,
pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya.

G. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK PROFILAKSIS


DAN TERAPEUTIK
1. Puskemas membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu yang dicadangkan
untuk menghadapi kasus infeksi nosokomial yang resisten terhadap obat yang lazim
dipakai.
2. Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat- obatan
lainnya seperti kortikosteroid, imunosupresif dll.

H. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS


1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif untuk mengurangi resiko
dari infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan kesehatan
dan pengunjung termasuk mengembangkan program surveillance infeksi yang relevan,
yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, terintegrasi dengan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang
berhubungan dengan masalah infeksi.
2. Surveilance HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematis,
analisis dan interpretasi yang terus-menerus dari data HAIs yang penting untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan pencegah dan pengendalian infeksi di puskesmas yang
didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang meliputi surveillance
proses dan surveillance hasil.
4. Surveilance dilakukan oleh tim PPI.
5. Laporan hasil surveillance dibuat setiap bulan dan tahunan yang dibuat oleh Tim PPI
yang diserahkan kepada Kepala Puskesmas.
6. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui rapat bulanan,
kemudian evaluasi bersama untuk mendapatkan solusi dan tindak lanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan tindak lanjut.
8. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi pada bulan berikutnya.

I. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI


1. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas tentang pengadaan alat dan bahan
yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan.
2. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh Unit sarana dan prasarana di
Puskesmas Darussalam.

J. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI


1. Tim PPI memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas yang menyangkut
konstruksi bangunan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan
linen sesuai dengan prinsip PPI.
2. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan penanggung jawab
pemeliharaan sarana dan prasarana puskesmas.
3. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas udara secara berkala
untuk mengurangi resiko infeksi selama pembangunan / renovasi.

K. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN


1. Petugas UPT Puskesmas Darussalam diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip PPI
yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan
indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
2. Petugas yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan, kemudian
Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.

L. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)


1. Tim PPI segera melakukan investigasi masalah atau KLB nosokomial.
2. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Kepala Puskesmas
3. Tim PPi melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan pemeriksaan mikrobiologik.
4. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas untuk menutup ruangan rawat bila
diperlukan karena potensial menyebarkan infeksi.
5. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi nosokomial dirawat di ruang
isolasi, bila tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting.
6. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD sesuai dengan
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi.
7. Apabila terjadi outbreak bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi dan
sebagainya Tim PPI harus sigap melakukan pencegahan infeksi, misalnya
membagikan masker, menutup ruangan, pembersihan ruangan secara berkala dll.

Kepala UPT Puskesmas Darussalam,

HENNY SAVITRI

Anda mungkin juga menyukai