Bab Iii - 2018471ih
Bab Iii - 2018471ih
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Ketenagakerjaan
sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang
hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
1. Hukum Ketenagakerjaan
perburuhan muncul pertama kali di Eropa sebagai reaksi atas perubahan yang
24
Zaeni Ashadie, Hukum Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.1.
25
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), h. 35.
28
29
antaranya:
upah tertentu.26
kerja tersebut.28
peraturan yang mengatur tentang segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja dan bertujuan
26
Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Djambatan, 1992) Cet. 10,
h.3
27
Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 2
28
Ibid
30
untuk melindungi buruh terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pihak
majikan.
diantaranya30 :
29
www.ilo.org.wcms-157809.pdf, Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Perkembangan Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta: 2011), h.22
30
Dedi Ismatullah, Hukum Ketenagakerjaan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 73.
31
lain.
beserta keluarganya.
3. Hubungan Kerja
yang terjadi setelah adanya perjanjian kerja. Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-
31
Lalu Husni, Op.Cit, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia . h.63
33
4. Perjanjian Kerja
persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih,
suatu perjanjian dimana pihak kesatu (buruh), mengikatkan diri untuk bekerja
dengan menerima upah dari pihak kedua yakni majikan, dan majikan
mana ditandai oleh ciri-ciri adanya suatu upah atau gaji tertentu yang
pengertian yakni:
“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu (si buruh),
32
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi V, Kemendikbud tahun 2016
33
Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada ,
2006), h. 30
34
http://repository.uin-suska.ac.id/7141/4/
34
upah”35
c. Adanya waktu;
disepakati.
d. Adanya upah.
hubungan kerja.
35
www.hukumonline.com, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14.
36
Ibid, Pasal 1 angka 32
35
tersebut.37
37
Ibid, Pasal 52 ayat 1
38
Lalu Husni, Op-cit. h.63
36
dapat dibuat dalam bentuk lisan dan/ atau tertulis (Pasal 51 ayat 1 Undang-
kepastian hak dan kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan
d. Tempat pekerjaan;
pekerja/buruh;
39
Ibid, h. 69
37
Ditinjau dari jangka waktu perjanjian kerja, pemberi kerja dapat saja
membuat perjanjian kerja untuk jangka waktu yang ditetapkan lebih awal atau
menjadi 2 jenis bagian perjanjian yaitu perjanjian kerja untuk waktu tertentu
yang menjadi hak pekerja/buruh maka itu merupakan suatu kewajiban oleh
40
Dedi Ismatullah, Hukum Ketenagakerjaan, Opcit. h. 112
41
Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 46
42
Ibid, h. 49
38
B. Pengertian Pengupahan
Menurut Sadono Sukirno, upah adalah pembayaran atas jasa-jasa fisik yang
Melayu SP. Hasibuan, upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada para
membayarnya.43
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
43
http://repository.radenintan.ac.id/1233/3/
44
www.hukumonline.com, Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015
tentang Pengupahan.
39
berdasarkan kesepakatan para pihak, namun untuk menjaga agar upah yang
a. Upah minimum;
pekerjaannya;
45
Ibid, Pasal 3 ayat 2
40
Hak untuk menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan
berakhir saat hubungan kerja putus. Pengusaha dalam menetapkan upah tidak
boleh diskriminasi antara buruh laki-laki dan buruh wanita untuk pekerjaan
a. Upah Nominal
46
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Opcit, h. 161
47
Lalu Husni, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 89
41
c. Upah Hidup
Upah hidup yaitu upah yang diterima buruh relatif cukup untuk
d. Upah Minimum
memuaskan;
e. Upah Wajar
cukup wajar oleh pengusaha dan buruh sebagai imbalan atas jasa-
memuaskan.
48
Lalu Husni, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Opcit. h. 91