LP - Asuhan Kebidanan Kala 4
LP - Asuhan Kebidanan Kala 4
Semester : I (satu)
Stase : Persalinan
A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan adalah asuhan yang diberikan pada ibu dalam kurun reproduksi
dimana seorang bidan dengan penuh tanggung jawab wajib memberikan asuhan yang
bersifat menyeluruh kepada wanita semasa bayi, balita, remaja, hamil, bersalin, sampai
menopause. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang
2017). Asuhan kebidanan adalah prosedur tindakan yang dilakukan bidan sesuai dengan
wewenang dalam lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan dengan
interpersonal dan mengutamakan keamanan ibu, janin, dan penolong serta kebutuhan
penanganan yang optimal dari tenaga kesehatan. Akan tetapi dalam menurunkan angka
dengan perdarahan postpartum. Jadi yang menjadi titik utama adalah keterampilan dari
ibu pasca persalinan dan juga mempersiapkan diri akan adanya kejadian postpartum
merupakan tindakan yang sangat penting. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam postpartum. Pemantauan dan observasi harus dilakukan pada kala IV sebab
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama setelah persalinan
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu
pendarahan.Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat proses persalinan
mencegah rupturperineum totalis. Oleh karena itu kala IV penderita belum boleh
dipindahkan kekamarnyadan tidak boleh ditinggalkan bidan. Selama masih dalam proses
kala IV ibu berada dalammasa kritis maka harus selalu dilakukan pemantauan kala IV
oleh bidan.Pada materi kali ini akan dibahas mengenai asuhan pada ibu
bersalin kala IV:fisiologi kala IV, evaluasi uterus, konsitensi dan atonia, pemerikasaan
kala IV.
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu masih
membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi pendarahan.
Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat proses persalinan terkadang
harus dilakukan episiotomi misalnya kepala bayi terlalu besar atau mencegah
ruptur
perineum totalis. Oleh karena itu kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya
dan tidak boleh ditinggalkan bidan. Selama masih dalam proses kala IV ibu berada dalam
masa kritis maka harus selalu dilakukan pemantauan kala IV oleh bidan.
Pada materi kali ini akan dibahas mengenai asuhan pada ibu bersalin kala IV:
fisiologi kala IV, evaluasi uterus, konsitensi dan atonia, pemerikasaan serviks, vagina dan
perineum, melakukan penjahitan episiotomi/laterasi serta pemantauan kala IV.
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu masih
membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi pendarahan.
Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat proses persalinan terkadang
harus dilakukan episiotomi misalnya kepala bayi terlalu besar atau mencegah
ruptur
perineum totalis. Oleh karena itu kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya
dan tidak boleh ditinggalkan bidan. Selama masih dalam proses kala IV ibu berada dalam
masa kritis maka harus selalu dilakukan pemantauan kala IV oleh bidan.
Pada materi kali ini akan dibahas mengenai asuhan pada ibu bersalin kala IV:
fisiologi kala IV, evaluasi uterus, konsitensi dan atonia, pemerikasaan serviks, vagina dan
perineum, melakukan penjahitan episiotomi/laterasi serta pemantauan kala IV.
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu masih
membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi pendarahan.
Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat proses persalinan terkadang
harus dilakukan episiotomi misalnya kepala bayi terlalu besar atau mencegah
ruptur
perineum totalis. Oleh karena itu kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnya
dan tidak boleh ditinggalkan bidan. Selama masih dalam proses kala IV ibu berada dalam
masa kritis maka harus selalu dilakukan pemantauan kala IV oleh bidan.
Pada materi kali ini akan dibahas mengenai asuhan pada ibu bersalin kala IV:
fisiologi kala IV, evaluasi uterus, konsitensi dan atonia, pemerikasaan serviks, vagina dan
perineum, melakukan penjahitan episiotomi/laterasi serta pemantauan kala IV
Dampak yang terjadi jika tidak dilakukan manajemen Komplikasi Kala III yang dapat
terjadi adalah retensio plasenta, yaitu plasenta tidak lahir spontan dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir. Pada keadaan ini, perlu dilakukan tindakan manual plasenta. Retensio
plasenta dapat menyebabkan perdarahan postpartum. Perdarahan yang terjadi pada Kala
IV dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada ibu bersalin (Rani, 2022).
B. Tujuan
C. Manfaat
Manfaat manajemen nyeri pada ibu bersalin untuk mahasiswa ialah meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman tentang asuhan kebidanan persalinan
kala IV, meningkatkan wawasan mahsiswa dalam memberikan manajemen nyeri terkait
dengan asuhan kebidanan ibu bersalin terutama manfaat dari Asuhan Kebidanan Kala IV.
D. Indikasi
Ibu bersalin.
E. Kontraindikasi
Tidak ada
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Elisabeth. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
Pustaka baru
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obesentri (jilid 1). Jakarta :Buku Kedokteran
Rohani. 2011. Asuhan Kebidanan Pada masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika