Anda di halaman 1dari 13
7 bukan hanya pemerintah yang mengupayakan penerapan Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tetapi juga harus diseimbangi dengan dukungan dan kesadaran ‘masyarakat melalui Ketaatan akan hukum, demi keseimbangan ekosistem yang tetap terjaga, Indonesia memiliki kekayaan satwa dan fauna yang melimpah, Akan tetapi, dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai maka tentu akan sulit untuk melakukan pencegahan kejahatan terhadap satwa dilindungi secara maksimal. Mengingat Indonesia memiliki hutan yang sangat luas.Hasil penelitian jaringan pendidikan lingkungan 2014, Indonesia mengalami kerugian mencapai 9 Triliun/ tahunnya. Meskipun masih belum dapat dipastikan, melihat perdagangan satwa dilindungi yang sulit ditindak, ini ‘merupakan Kejahatan korporasi. Dimana terjadi perjanjian perdagangan antara pemasok, penjual, dan pembeli.Eksploitasi alam secara berlebihan, seperti pembukaan Jahan secara besar-besaran maupun penebangan kayu merupakan faktor dari berkurangnya satwa yang menjadi penghuni hutan tersebut. Akan tetapi, perdagangan satwa liar dilindungi, merupakan peran terbesar dalam punahnya suatu jenis satwa, Oleh karena itu, penegakan hhukum terhadap perdagangan satwa dilindungi harus dilakukan secara tegas dan maksimal. perdagangan satwa liar dilindungi dijerat dengan Pasal 40 ayat (2) yang ‘mengatakan barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran tethadap ketentuan Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2), yaitu yang termasuk didalamnya perdagangan satwa liar dilindungi, dipidana dengan pidana penjara paling Jama lima tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah. 18, Akan tetapi pada prakteknya, sanksi atau putusan yang. dijatuhi tethadap pelaku perdagangan satwa liar, rata-rata hanya divonis tiga bulan hingga dua tahun. Inilah yang memicu memunculkan pertanyaan “mengapa sanksi hukum terhadap pelaku perdagangan satwa dilindungi tidak maksimal?” meskipun undang-undang No, 5 tahun 1990 tidak menetapkan straft minimal, akan tetapi ada ditetapkannya straft maksimal, yang dimana bila dipikirkan secara kritis, akan muncul pertanyaan “kenapa tidak dihukum semaksimal mungkin?” Karena hukuman yang diberikan akan memberikan perspektif maupun pandangan dalam melakukan penanggulangan kejahatan terhadap masyarakat, sehingga upaya hukum untuk memberantas perdagangan satwa liar ini harus dilakukan melalui tindakan preventif dan represif, Tindakan Preventif, yaitu tindakan yang dilakukan oleh pihak berwajib sebelum penyimpangan sosial terjadi agar suatu tindakan pelanggaran, seperti perdagangan satwa liar dilindungi tersebut dapat dicegah, dengan cara melalui bimbingan, pengarahan, dan ajakan kepada masyarakat. Dan Tindakan Represif, yaitu tindakan aktif yang dilakukan pihak berwajib pada saat penyimpangan sosial terjadi agar penyimpangan yang sedang terjadi dapat dihentikan. Ini lah poin dimana para penegak hukum, yaitu Jaksa dan Hakim agar dapat memberikan tuntutan dan vonis yang bisa memberikan efek jera terhadap pelaku. Sekditjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kemal Amas mengatakan:“Kasus perburuan dan perdagangan satwa liar dihukum rata-rata paling Berat 2 tahun penjara, masih dibawah ketentuan hukuman maksimal UU No. 5 tahun 1990”Dengan vonis hukuman yang rendah, maka hukuman ini tidak memberikan efek jera karena sering ditangkap adalah pelaku yang sama kembali 20 BABII METODOLOGI Metode penelitian adalah tata cara yang dibangun dalam rangka melakukan penelitian. Pada penelitian ini diperlukan data, dan informasi, Klasifikasi dan analisis sebagai berikut : A. Lokasi Penelitian : Penelitian dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat karena penulis ‘menganggap salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia ddan kerap terjadi penangkapan terhadap pelaku perdagangan satwa liar yang dilindungi B, Bahan dan Alat penelitian. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian iniantara lain ~ Data Penanganan Perkara TSL oleh Reskrimsus Polda Kalbar = Data Penanganan Perkara TSL oleh PPNS Balai Gakum Seksi III Pontianak. - Data Putusan Perkara TSL dari Jaksa Penuntut Umum Kejati Kalbar, = Putusan Perkara TSL dari Panitera Pengadilan dan Data Sipp On Line. - Laptop. = Alat Tulis Kantor, - Peralatan lain yang dibutuhkan. C. Pengambilan Data. Pengambilan data dilakukan dengan metode diambil penulis melalui data sekunder di Balai Gakum Seksi Wilayah III dan data sekunder di Reskrimsus Polda Kalbar serta melalui internet serta dari hasil koordinasi dengan Aparat Penegak Hukum lainnya, 21 D. Tehnik Analisis. Teknik analisis data yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan melalui penelitian akan di analisis secara kualitatif dan selanjutnya data tersebut di deskripsikan dalam artian bahwa data akan menjelaskan, menguraikan, dan ‘menggambarkan permasalahan dengan penyelesaian yang berkaitan dengan penulisan dan sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis kualitatif dengan interaktif model yaitu komponen reduksi data dan penyajian data dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah data terkumpul maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan dirasakan kurang maka perlu ada verifikasi dan penelitian Kembali mengumpulkan data lapangan. 2 BABIV RUMUSAN DAN ANALISA MASALAI A. Rumusan a) Pengertian Perdagangan Satwa Liar Perdagangan satwa liar adalah perdagangan yang dilakukan satu orang atau lebih yang bertentangan dengan Undang-Undang yang menyebabkan |jumlah spesies itu menjadi berkurang, Satwa liar yang diperdagangkan secara ilegal berdasarkan berbagai fakta yang ditemukan dilapangan kebanyakan adalah hasil tangkapan dari alam, bukan dari penangkaran, Perdagangan satwa liar Khususnya satwa liar yang dilindungi ataupun Jangka digolongkan suatu tindak pidana, Karena larangan memperdagangkan satwa liar yang dilindungi diatur dalam Pasal 21 Ayat 2 dan Pasal 40 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, perdagangan satwa liar ini juga dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain penjual dapat menunjukan satwa- satwa liar yang mereka jual melalui gambar ataupun calon pembeli atau dapat melihat langsung macam-macam satwa liar yang diperdagangkan ditempat penjual b) Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Tindak pidana perdagangan adalah dimana bila perdagangan yang dilakukan merupakan dilarang oleh hukum, schingga perdagangan itu tidak boleh dilakukan. Akan tetapi, dalam prakteknya Betapapun berhasilnya polisi menangkal dan menanggulangi kejahatan dalam rangka memelihara 23 kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat), citra negatif tetap tidak akan pernah punah. Dari semua pustaka yang menyangkut masalah polisi, baik di negara maju maupun di negara berkembang, apakah diperoleh dari hasil penelitian atau pengamatan semata-mata, hampir tidak pernah tersirat atau tersuratcitra yang posit tentang polisi dalam melaksanakan tugasnya, Oleh karena itu, dikenal adanya perdagangan illegal. Perdagangan ilegal satwa liar yang juga merupakan kejahatan yang telah terorganisir dengan rapi, memiliki jaringan luas dan kuat serta dengan modus pemilikan, pemeliharaan, penyelundupan hewan yang dilindungi yang terus berkembang, Dalam beberapa kasus perdagangan illegal satwa liar justru dilakukan oleh eksportir satwa liar yang memiliki izin resmi Belum lagi dengan berkembangannya zaman, perdagangan satwa liar ini juga dapat dilakukan melalui media telekomunikasi, hal ini sangat mudah dilakukan, penjual hanya perlu memasang foto satwa yang hendak dijual, dan calon pembeli pun hanya perlu melihat dari smartphone. c) Pengertian Perdagangan Dan Tindak Pidana Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya yang berdasarkan kesepakatan bersama bukan pemaksaan. Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu. menukar barang dengan barang, Pada ‘masa modern perdagangan dilakukan dengan penukaran uang. Setiap barang

Anda mungkin juga menyukai