Anda di halaman 1dari 13

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Nomor : P.43/Menhut-II/2013

PENATAAN BATAS AREAL KERJA IZIN PEMANFAATAN HUTAN, PERSETUJUAN PRINSIP


PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN, PERSETUJUAN PRINSIP PELEPASAN KAWASAN HUTAN
DAN PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DAN
KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS

END
PENGERTIAN

Izin pemanfaatan hutan


Areal Kerja adalah areal
adalah izin yang diterbitkan Rencana Penataan Batas Penetapan areal kerja adalah
yang dibebani izin
oleh Menteri yang terdiri adalah rencana yang memuat penetapan suatu areal kerja
pemanfaatan hutan,
dari izin usaha dasar pelaksanaan, uraian sebagai hasil dari pelaksanaan
persetujuan prinsip
pemanfaatan kawasan, izin teknis trayek batas berupa penataan batas yang memuat
penggunaan kawasan
usaha pemanfaatan jasa azimuth, jarak atau koordinat letak, batas, luas, fungsi
hutan, persetujuan prinsip posisi pal batas dan informasi tertentu dan titik-titik
lingkungan, dan izin usaha
pelepasan kawasan hutan lainnya seperti titik ikatan koordinat batas yang
pemanfaatan hasil hutan
dan pengelolaan kawasan berdasarkan peta kerja tercantum dalam Keputusan
kayu dan/atau bukan kayu,
hutan pada KPH dan penataan batas Menteri dan Peta Lampirannya
pada areal hutan yang
KHDTK
telah ditentukan
RUANG LINGKUP

Batas areal kerja terdiri dari:


a. batas sendiri; dan/atau
b. b. batas persekutuan
Penataan batas areal kerja yang batasnya sekaligus merupakan
batas luar kawasan hutan dan fungsi kawasan hutan:
a. tahapan pelaksanaan mengikuti tata cara pengukuhan kawasan
hutan dan fungsi kawasan hutan;
b. hasil pelaksanaan berupa Berita Acara Tata Batas Kawasan
Hutan/fungsi kawasan hutan , peta lampiran yang
ditandatangani oleh Panitia Penataan Batas/fungsi kawasan
hutan, sebagai batas kawasan hutan/fungsi kawasan hutan yang
sekaligus merupakan batas areal kerja.
PENATAAN BATAS AREAL KERJA

Pelaksanaan
Umum Persiapan Penataan
Batas
UMUM

Pemegang izin pemanfaatan hutan, pemegang persetujuan prinsip


penggunaan kawasan hutan, pemegang persetujuan prinsip pelepasan
kawasan hutan atau pengelola kawasan hutan wajib melaksanakan
penataan batas paling lambat 1 (satu) tahun sejak diberikan izin
pemanfaatan hutan, persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan,
persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutan dan/atau pengelolaan
kawasan hutan dan semua izin diatur oleh Peraturan Menteri tersendiri

Penataan batas areal kerja dilakukan melalui tahapan:


a. Pembuatan rencana penataan batas dan peta kerja;
b. Pembuatan instruksi kerja penataan batas;
c. Pengukuran batas dan pemasangan tanda batas;
d. Pemetaan hasil penataan batas;
e. Pembuatan dan penandatanganan berita acara dan peta hasil tata
batas;
f. Pelaporan kepada Menteri
PERSIAPAN

Pemegang izin pemanfaatan hutan, pemegang persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan,
pemegang persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutan atau pengelola KPH dan KHDTK wajib
menyampaikan permohonan penataan batas areal kerjanya dengan dilengkapi konsep rencana
penataan batas dan konsep peta kerja penataan batas, kepada Direktur Pengukuhan, Penatagunaan
dan Tenurial Kawasan Hutan dan didasarkan pada konsep peta kerja penataan batas

Konsep peta kerja penataan disusun dengan ketentuan:


a. Dilakukan proyeksi batas areal izin pemanfaatan hutan, areal persetujuan prinsip, dan/atau areal
kelola dan batas kawasan hutan ke dalam peta dasar skala minimal 1:100.000 dengan
menggunakan citra satelit resolusi tertinggi yang tersedia.
b. Peta dasar meliputi: Peta RBI , Peta Lingkungan Pantai Indonesia , Peta Lingkungan Laut Nasional
dan Peta Dasarlainnya yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
Konsep peta kerja penataan batas memperhatikan:
a. batas kawasan hutan yang telah dikukuhkan/ditata batas;
b. Peta hasil penataan batas perizinan di bidang kehutanan;
c. Hak-hak pihak ketiga yang diperoleh/dimiliki oleh orang-perorangan atau badan hukum berupa
kepemilikan atau penguasaan atas tanah yang diperoleh/dimiliki berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan
d. Permukiman, lahan garapan masyarakat dalam desa definitif yang telah mendapat keputusan dari
pejabat yang berwenang.
PERSIAPAN

Direktur Pengukuhan, Penatagunaan dan Tenurial Kawasan Hutan dalam jangka waktu
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak menerima konsep rencana penataan batas
mengkoordinasikan penilaian rencana penataan batas dengan Eselon I terkait lingkup
Kementerian Kehutanan, pemerintah daerah dan pemegang izin pemanfaatan hutan,
persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan, persetujuan prinsip pelepasan kawasan
hutan dan pengelola KPH dan KHDTK.

Dalam hal rencana penataan batas tidak dapat diputuskan dalam penilaian rencana
penataan batas Direktur Pengukuhan, Penatagunaan dan Tenurial Kawasan Hutan dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak penilaian, meminta persetujuan kepada Direktur
Jenderal dan DJ paling lambat 7 hari untuk menerbitkan persetujuan atau penolakan
atas rencana penataan batas

Dalam hal rencana penataan batas tidak disetujui Direktur Jenderal, Direktur
Pengukuhan, Penatagunaan dan Tenurial Kawasan Hutan dalam jangka waktu paling
lama 7 (tujuh) hari kerja menyampaikan kembali rencana penataan batas dan peta kerja
penataan batas areal kerja kepada pemegang izin pemanfaatan hutan, persetujuan
prinsip penggunaan kawasan hutan, persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutan atau
pengelola KPH dan KHDTK, dengan saran perbaikan
PELAKSANAAN
PENATAAN BATAS

Dilakukan oleh pemegang izin atau pelaksana yang ditunjuk Dikoordinir oleh Kepala Balai

Kepala Balai paling lama 7 hari sejak menerima rencana penataan batas membuat instruksi
kerja , membentuk tim pelaksana dan menyampaikan pemberitahuan kepada Pemerintah
tentang pelaksanaan penataan batas areal kerja

Tim pelaksana terdiri dari Balai (Supervisi), Dinas Provinsi/Kabupaten (Pembimbing), Pemegang
izin (Pelaksana dan Saksi), dan Perangkat Daerah (Pendamping)

Penataan batas areal kerja di lapangan dilakukan melalui kegiatan:


a. penentuan titik ikatan;
b. pengukuran dan penentuan titik awal dan titik akhir;
c. pembuatan rintis batas;
d. pemasangan pal batas; dan
e. pengukuran batas
Pengukuran batas dan penentuan posisi batas dilakukan dengan menggunakan alat ukur:
Theodolite , GPS, Total Station (TS), dan alat lain yang memenuhi ketentuan teknis
PELAPORAN

Rencana Penataan Batas

Instruksi Kerja Penataan


batas

Surat Perintah Tugas

Berita Acara dan Peta


Pelaksanaan Penataan batas

Pengamatan Matahari dan


Hitungan Koreksi Boussole

Daftar koordinat pal batas dan


koordinat titik ikat
PENATAAN AREAL

Direktur Menteri
Pengukuhan
Pemegang Direktur
Izin Jendral
Eselon 1 Sekretaris
Jendral MenHut

Direktur Pengukuhan, Penatagunaan dan Tenurial Kawasan Hutan dalam jangka waktu 7 hari sejak menerima laporan pelaksana
mengkoordinasikan penilaian dengan Eselon I terkait lingkup Kementerian Kehutanan dan pemegang izin yang kemudia :
a. Mengembalikan laporan kepada pemegang izin untuk dilakukan perbaikan, dalam hal laporan hasil penataan batas terdapat kesalahan
atau kekurangan.
b. Dengan persetujuan Direktur Jenderal menyampaikan usulan penerbitan Keputusan Menteri tentang penetapan areal kerja kepada
Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, dalam hal laporan hasil penataan batas telah memenuhi ketentuan.

Pemegang izin dalam waktu 7 hari wajib menyampaikan kembali hasil perbaikan laporan hasil penataan batas.

SekJen KLHK paling lambat 10 hari melakukan penelaahan hukum dan menyampaikan konsep Keputusan Menteri tentang penetapan areal
kerja dan peta lampiran kepada Menteri.

Menteri dalam jangka waktu paling lama 15 hari kerja sejak menerima konsep dari Sekretaris Jenderal menerbitkan keputusan penetapan
areal kerja dan peta lampiran.
PEMBIAYAAN DAN PEMELIHARAAN DAN
PENGAMANAN BATAS

Sebelum wajib mengganti biaya


5 Tahun pelaksanaan penataan batas
Untuk kawasan hutan tersebut
Penataan
Batas Jika : wajib melaksanakan
5 Tahun
/ Lebih rekonstruksi batas kawasan
hutan
Biaya penataan batas, pemeliharaan dan pengamanan batas areal kerja dibebankan kepada pemegang izin dan
perhitungan besarnya biaya sesuai dengan standar biaya di bidang pengukuhan kawasan hutan

Biaya pelaksanaan orientasi dan rekonstruksi batas areal kerja dibebankan kepada pemegang izin pemanfaatan hutan,
persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan, persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutan atau pengelolaan KPH
dan KHDTK.

Pemegang izin pemanfaatan hutan wajib melaksanakan pemeliharaan dan pengamanan batas areal kerja yang
bertujuan agar rintis batas dan pal batas dapat berfungsi sebagai acuan letak batas areal kerja dan dilaporkan kepada
Kepala Balai setiap 1 Tahun

Rekontruksi dan Orientasi dilakukan oleh pemegang izin jika pal batas areal kerja yang tidak dapat dikenali lagi di
lapangan
SANKSI , KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP

Pemegang izin yang tidak Dengan ditetapkannya Peraturan


Terhadap pemegang izin
memenuhi kewajiban dikenakan Menteri ini maka Peraturan Menteri
pemanfaatan hutan, pemegang Kehutanan Nomor P.19/Menhut-
sanksi administratif berupa
persetujuan prinsip penggunaan II/2011 tentang Penataan Batas Areal
penghentian sementara kegiatan
kawasan hutan, pemegang Kerja Izin Pemanfaatan Hutan,
di lapangan, sedangkan
persetujuan prinsip pelepasan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
pemegang izin usaha
kawasan hutan atau pengelola
pemanfaatan hasil hutan kayu, Peraturan Menteri ini mulai berlaku
KPH dan KHDTK yang belum pada tanggal diundangkan.
dikenakan sanksi berupa
melaksanakan dan/atau
penghentian sementara pelayanan Agar setiap orang mengetahuinya,
menyelesaikan penataan batas
administrasi. Dan sanksi akan Peraturan Menteri ini diundangkan
areal kerjanya wajib mengikuti
dicabut setelah penataan batas dengan penempatannya dalam Berita
ketentuan ini. Negara Republik Indonesia.
areal kerja temu gelang.

Anda mungkin juga menyukai