Anda di halaman 1dari 7

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN
Bagian Kesatu
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan

Pasal 385
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. RPHJP KPHL, RPHJP KPHP, RPHJPd KPHL, dan RPHJPd
KPHP yang telah disahkan sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku untuk
selanjutnya mengikuti ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini;
b. RPHJP KPHL, RPHJP KPHP, RPHJPd KPHL, dan RPHJPd
KPHP yang belum disahkan sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, proses penyelesaiannya mengikuti
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini;
c. permohonan persetujuan pembuatan dan/atau
penggunaan koridor yang masih dalam proses dan
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, prosesnya tetap
dilanjutkan dengan disesuaikan dalam Peraturan
Menteri ini; atau
d. perhitungan penggantian biaya investasi yang telah
ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini
dinyatakan tetap berlaku dan selanjutnya penggantian
biaya investasi mengikuti ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini.
-309-

Bagian Kedua
Perizinan Berusaha

Pasal 386
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. permohonan pemberian izin Pemanfaatan Hutan yang
diterima sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini,
proses permohonan disesuaikan dengan ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini dengan mengajukan
permohonan baru dan dilengkapi persyaratan;
b. permohonan perpanjangan dan perluasan izin
Pemanfaatan Hutan yang diterima sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini proses tetap dilanjutkan dan
diterbitkan Perizinan Berusaha sesuai dengan Peraturan
Menteri ini; atau
c. permohonan pemberian PBPH dapat diproses secara
manual sepanjang Sistem OSS belum operasional.

Pasal 387
Pada saat ini Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Izin Pemanfaatan Hutan yang diterbitkan oleh
Menteri/Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal/gubernur/bupati/wali kota sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku,
selanjutnya dipersamakan sebagai PBPH;
b. Izin Hutan Tanaman Industri Sementara yang telah terbit
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan
tetap berlaku dan yang telah memenuhi persyaratan,
diproses menjadi PBPH;
c. Izin Hutan Tanaman Industri Sementara yang telah terbit
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dan belum
memenuhi persyaratan, dinyatakan tidak berlaku dan
dicabut oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri; atau
d. pemegang naskah perjanjian kerja sama Pemanfaatan
Hutan dengan KPH atau kemitraan kehutanan dengan
KPH yang telah terbit sebelum berlakunya Peraturan
-310-

Menteri ini, disesuaikan dengan mengajukan


permohonan PBPH atau persetujuan pengelolaan
perhutanan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi

Pasal 388
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. permohonan persetujuan RKUPH dan perubahan RKUPH
yang sedang dalam proses sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, permohonan tetap diproses sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri ini;
b. rencana kerja yang telah disetujui sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku sampai
dengan berakhirnya periode rencana kerja;
c. Izin Pemanfaatan Kayu yang diterbitkan sebelum
Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku sampai
dengan berakhirnya izin dan dipersamakan dengan
Pemanfaatan Kayu Kegiatan Non Kehutanan;
d. permohonan Izin Pemanfaatan Kayu atau perpanjangan
Izin Pemanfaatan Kayu yang telah diajukan sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, permohonan tetap
diproses sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini;
e. bagi pemegang PBPH yang berkinerja baik dalam
mengajukan RKTPH atau perubahan RKTPH periode
Tahun 2021 dilakukan secara mandiri/self approval;
f. bagi pemegang PBPH yang berkinerja sedang dan buruk
dalam mengajukan RKTPH atau perubahan RKTPH
periode Tahun 2021 dilakukan secara official; atau
g. pemegang naskah perjanjian kerja sama jasa lingkungan
dengan pemegang Hak Pengelolaan yang telah terbit
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan
tetap berlaku dan disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
-311-

Pasal 389
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. pemegang izin yang telah terbit sebelum berlakunya
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut:
1. terhadap areal puncak kubah gambut sesuai Peta
Fungsi Ekosistem Gambut Nasional dijadikan
sebagai kawasan lindung;
2. Fungsi Lindung Ekosistem Gambut yang berada di
luar areal puncak kubah gambut dapat dikelola dan
dialokasikan sebagai areal tanaman budidaya;
3. dalam hal telah terdapat tanaman pada areal
puncak kubah gambut, dapat dipanen 1 (satu) daur
untuk kemudian dilakukan pemulihan; dan/atau
4. dalam hal terdapat areal di luar puncak kubah
gambut yang berada dalam Fungsi Lindung
Ekosistem Gambut dapat dimanfaatkan dengan
kewajiban menjaga fungsi hidrologis gambut.
b. pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
pada Hutan Tanaman Industri yang areal kerjanya
terjadi perubahan peruntukan Kawasan Hutan karena
perubahan rencana tata ruang wilayah provinsi,
tanamannya diperlakukan sebagai aset perusahaan dan
dapat dimanfaatkan oleh pemegang Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman
Industri sampai dengan penetapan addendum areal kerja
dan/atau penetapan pelepasan kawasan Hutan dengan
dituangkan ke dalam rencana kerja tahunan.
-312-

Bagian Keempat
Penatausahaan Hasil Hutan dan Tenaga Teknis Pengelolaan
Hutan

Pasal 390
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Tempat
Penampungan Kayu Rakyat Terdaftar yang telah ditetapkan,
dinyatakan dihapus dan tidak berlaku.

Pasal 391
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Tenaga Teknis
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari atau pengawas Tenaga
Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari yang telah
ditetapkan sebelum Peraturan Menteri ini berlaku
dipersamakan dengan GANISPH.

Bagian Kelima
Pengolahan Hasil Hutan

Pasal 392
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan yang diterbitkan
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dinyatakan
tetap sah dan berlaku, selanjutnya dipersamakan
sebagai PBPHH;
b. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan yang berlokasi di
dalam areal pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu/Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu/Hak Pengelolaan/persetujuan pengelolaan
perhutanan sosial dan diterbitkan sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku dan
selanjutnya dipersamakan sebagai bagian yang
terintegrasi dalam PBPH;
-313-

c. Pengolahan Hasil Hutan yang legalitasnya berupa Izin


Usaha Industri yang diterbitkan oleh pejabat berwenang
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini,
dipersamakan sebagai PBPHH;
d. permohonan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan
yang sedang dalam proses dan telah memenuhi
persyaratan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini,
diproses dan diterbitkan PBPHH sesuai dengan
Peraturan Menteri ini;
e. permohonan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan
yang berlokasi di dalam areal Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu/Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu atau Hak Pengelolaan yang sedang dalam
proses dan memenuhi persyaratan sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, permohonan Izin Usaha Industri
Primer Hasil Hutan tetap diproses sampai dengan
diterbitkan POKPHH;
f. permohonan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan
yang berlokasi di dalam areal pemegang Hak
Pengelolaan/persetujuan pengelolaan perhutanan sosial
yang telah diajukan dan memenuhi persyaratan sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, permohonan Izin
Usaha Industri Primer Hasil Hutan tetap diproses sampai
dengan diterbitkan POKPHH;
g. permohonan pemberian PBPHH dapat diproses secara
manual sepanjang Sistem OSS belum operasional;
h. permohonan perluasan Izin Usaha Industri Primer Hasil
Hutan atau addendum Izin Usaha Industri Primer Hasil
Hutan yang sedang dalam proses dan telah memenuhi
persyaratan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini,
permohonan perluasan Izin Usaha Industri Primer Hasil
Hutan tetap diproses sampai dengan diterbitkan PBPHH;
i. semua jenis pengenaan Sanksi Administratif yang masih
dalam proses penerbitan Sanksi Administratif sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, selanjutnya diproses
sesuai dengan Peraturan Menteri ini;
-314-

j. terhadap Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan yang


sedang dalam proses pengembalian keputusan Izin
Usaha Industri Primer Hasil Hutan, diproses sesuai
dengan Peraturan Menteri ini; atau
k. Industri Pengolahan Kayu Rakyat atau Izin Usaha
Industri Primer Hasil Hutan Kayu kapasitas produksi
sampai dengan 2.000 m3 (dua ribu meter kubik) per
tahun atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan
tetap berlaku, dan untuk selanjutnya pemegang Industri
Pengolahan Kayu Rakyat melakukan pendaftaran NIB
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan melalui Lembaga OSS sebagai PBPHH skala
usaha kecil.

Bagian Keenam
Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Lestari dan Verifikasi
Legalitas Hasil Hutan

Pasal 393
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. sertifikat pengelolaan Hutan Produksi lestari dan
sertifikat legalitas kayu yang sudah diterbitkan sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap
berlaku sampai jangka waktunya berakhir; atau
b. penilaian kinerja pengelolaan Hutan Produksi lestari dan
verifikasi legalitas kayu yang dalam proses sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, disesuaikan dengan
Peraturan Menteri ini.

Pasal 394
Semua jenis pengenaan Sanksi Administratif yang masih dalam
proses penerbitan Sanksi Administratif sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, selanjutnya diproses sesuai dengan
Peraturan Menteri ini.

Anda mungkin juga menyukai