Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG /

BADAN PERTANAHAN NASIONAL


DIREKTORAT JENDERAL
PENETAPAN HAK DAN PENDAFTARAN TANAH
Jalan Sisingamangaraja Nomor 2 Jakarta Selatan 12014 Kotak Pos 1403 Telp. 021-7393939, 7228901 email : surat@atrbpn.go.id

Nomor : HT.03/2326/XII/2022 Jakarta, 29 Desember 2022


Sifat : Segera
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Hal : Petunjuk Pelaksanaan Beberapa
Ketentuan Dalam Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 16 Tahun 2022
tentang Pelimpahan Kewenangan
Penetapan Hak Atas Tanah dan
Kegiatan Pendaftaran Tanah

Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional;


2. Para Kepala Kantor Pertanahan,
di seluruh Indonesia.

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri


Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun
2022 tentang Pelimpahan Kewenangan Penetapan Hak Atas Tanah dan
Kegiatan Pendaftaran Tanah sebagai dasar hukum pelimpahan kewenangan
kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kepala
Kantor Pertanahan, guna persamaan persepsi dan kelancaran
pelaksanaannya bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Ketentuan Pelimpahan Kewenangan Penetapan Hak Atas Tanah
a. bahwa pelimpahan kewenangan penetapan Hak Atas Tanah
berdasarkan Peraturan Menteri ini merupakan bentuk delegasi
kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan
Kepala Kantor Pertanahan untuk menetapkan Hak Atas Tanah
dengan luasan tertentu sesuai kewenangannya. Pengesahan oleh
penerima delegasi dilakukan dengan mencantumkan jabatan
definitif yang bersangkutan tanpa atas nama pemberi delegasi.
b. bahwa pengertian 1 (satu) siklus jangka waktu Hak Atas Tanah
merujuk pada ketentuan Pasal 79, Pasal 107 dan Pasal 131
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2021 tentang Tata Cara
Penetapan Hak Pengelolaan dan Hak Atas Tanah. Ketentuan 1 (satu)
siklus termasuk juga karena kelalaian pemegang hak yang tidak
memanfaatkan tahapan perpanjangan dan/atau pembaruan.
c. berdasarkan Peraturan Menteri ini, kewenangan pemberian kembali
Hak Atas Tanah yang telah melewati 1 (satu) siklus sebagaimana
dimaksud dalam huruf b, dapat dilimpahkan kepada Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kepala Kantor
Pertanahan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kepala …
-2-

1) Kepala Kantor Pertanahan menunjuk petugas lapangan untuk


melakukan penelitian penggunaan, pemanfaatan dan
pemilikan tanah terhadap Hak Atas Tanah dalam tenggang
waktu 5 (lima) tahun sebelum haknya berakhir atau sebelum
diproses pemberian kembali Hak Atas Tanah sesuai dengan
ketentuan Pasal 80, Pasal 108, dan Pasal 132 Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 18 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penetapan
Hak Pengelolaan dan Hak Atas Tanah.
2) Laporan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada angka 1)
paling kurang memuat kondisi eksisting di lapangan mengenai
penggunaan, pemanfaatan dan pemilikan tanah.
3) Berdasarkan laporan hasil penelitian sebagaimana dimaksud
pada angka 2):
a) apabila pemegang hak masih menggunakan dan/atau
memanfaatkan bidang tanahnya sesuai tujuan pemberian
haknya, masih sesuai rencana tata ruang dan memenuhi
syarat lainnya sesuai dengan ketentuan, maka pemberian
kembali Hak Atas Tanahnya dilimpahkan sesuai luasan
kewenangan dalam Peraturan Menteri ini, dengan data
pendukung antara lain:
▪ surat pernyataan pemegang hak bermeterei cukup
mengenai pemanfaatan dan penggunaan tanahnya;
dan
▪ foto lokasi bidang tanah dan foto citra satelit;
dan/atau
▪ data pendukung lainnya.
b) apabila pemegang hak tidak menggunakan dan/atau
tidak memanfaatkan bidang tanahnya sesuai tujuan
pemberian haknya, sudah tidak sesuai rencana tata ruang
dan/atau tidak memenuhi syarat lainnya sesuai dengan
ketentuan, maka Kepala Kantor Pertanahan melaporkan
hasil penelitian kepada Menteri dengan tembusan kepada
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan
penataan kembali penggunaan, pemanfaatan, dan
pemilikan menjadi kewenangan Menteri.
d. bahwa pengaturan pemberian hak perorangan dalam Peraturan
Menteri ini bertujuan untuk mengendalikan penguasaan atas tanah
agar pemanfaatannya dapat lebih optimal. Untuk itu, terhadap:
1) Hak Milik yang dimohonkan oleh perorangan yang luasnya
melebihi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini, maka diberikan Hak Atas Tanah yang berjangka
waktu berupa Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai; dan
2) Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai yang dimohonkan oleh
perorangan yang luasnya melebihi ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri ini, harus memakai investasi
modal yang layak dan teknik perusahaan yang memenuhi
syarat serta dilengkapi dengan perizinan berusaha.
e. terhadap …
-3-

e. terhadap pelaksanaan ketentuan peralihan dalam Pasal 21


Peraturan Menteri ini, dapat dijelaskan:
1) terhadap berkas permohonan yang telah diterima oleh Kantor
Pertanahan, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional atau
Kementerian sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini,
proses penyelesaiannya tetap dilanjutkan sesuai dengan
ketentuan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini.
2) terhadap Hak Atas Tanah yang telah dipunyai oleh perorangan
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap
sah dan berlaku, namun pada saat perpanjangan atau
pembaruan haknya mempedomani Peraturan Menteri ini.
2. Larangan Pemecahan Bidang
a. berdasarkan Pasal 20 Peraturan Menteri ini, penerima pelimpahan
kewenangan wajib melaksanakan pelimpahan sesuai
kewenangannya, dalam hal ini penerima pelimpahan kewenangan
tidak diperbolehkan untuk memecah suatu bidang tanah yang
dimohon dengan maksud agar penetapan Hak Atas Tanah tersebut
menjadi kewenangannya.
b. terhadap beberapa keadaan di lapangan antara lain:
1) bidang tanah yang dimohonkan Hak Atas Tanah hanya
sebagian atau belum secara keseluruhan sesuai luasan tanah
yang diberikan berdasarkan izin lokasi, KKPR atau dasar
perolehan atas tanah lainnya yang serupa dengan itu; atau
2) apabila terdapat kondisi fisik di lapangan yang mengakibatkan
terbitnya dua atau lebih Nomor Identifikasi Bidang (NIB) dalam
1 (satu) Peta Bidang Tanah atau beberapa Peta Bidang Tanah,
maka kewenangan pemberian Hak Atas Tanah tetap mengacu pada
luasan sesuai izin lokasi, KKPR atau dasar perolehan atas tanahnya,
dan selanjutnya pada saat proses perpanjangan dan/atau
pembaruan hak dilaksanakan sesuai luasan kewenangan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
c. apabila penerima pelimpahan kewenangan melakukan pelanggaran
terhadap larangan tersebut maka dikenai sanksi hukuman disiplin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Mengingat penyiapan sistem elektronik Komputerisasi Kegiatan
Pertanahan (KKP) membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini, maka untuk mengatasi stagnasi
pelayanan pertanahan kepada masyarakat agar tidak terhambat dan
tetap berjalan optimal, kewenangan pemberian, perpanjangan dan/atau
pembaruan Hak Atas Tanah di atas Hak Pengelolaan tetap menjadi
kewenangan Kepala Kantor Pertanahan sampai dengan sistem elektronik
Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (KKP) disesuaikan atau paling lama
6 (enam) bulan sejak ditetapkannya Peraturan Menteri ini.

Demikian …

Anda mungkin juga menyukai